Anda di halaman 1dari 2

Sel otot dapat aktif jika dirangsang secara kimiawi, listrik, dan mekanik

untuk menimulkan sebuah potensial aksi yang dihantarkan sepanjang membran


sel. Sel-sel ini mengandung protein kontraktil dan memiliki mekanisme yang
diaktifkan oleh potensial aksi. Serat-serat otot kerangka dibentuk oleh beberapa
serat yang memiliki diameter berkisar antara 10-89 mikrometer. Masing-masing
serat terbuat dari sebuah rangkaian subunit yang berukuran lebih kecil dan
membentang di sepanjang otot. Sub-unit meliputi sarkolema yaitu laposan tipis
yang berasal dari polisakarida, miofibril yaitu serat otot yang mengandung ribuan
miofibril, sakroplasma yaitu merupakan serat otot yang terdiri dari unsur
intraseluler yang mengandung kalium, fosfat, dan juga enzim protein, dan juga
retikulum sarkoplasmik yaitu susunan khusus dalam pengaturan kontraksi otot
(Syaifudding, 2012).
Syaifuddin Haji. 2012. Anatomi Fisiologi : Kurikulum berbasis Kompotensi
untuk Keperawatan dan Kebidanan. Edisi ke-empat. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sistem muskuloskeletal dapat meliputi tulang, persendian, otot, bursa, dan
juga tendon. Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% dari
total berat badan. Struktur tulang berfungsi sebagai pelindung organ-organ
penting di dalam tubuh seperti jantung, paru-paru, dan otak. Masing-masing
tulang dihubungkan oleh jaringan yang disebut dengan sendi. Menurut hasil dari
pergerakan yang ditimbulkan sendi dibagi menjadi tiga, yaitu sendi fibrous (sendi
tidak bergerak), sendi amfiartrose atau sendi tulang rawan (sedikit gerak), dan
juga sendi sinovial atau diartrose. Bentuk sendi diartrose terdiri atas beberapa
macam sendi, yaitu sendi putar, sendi engsel, sendi kondiloid, sendi berporos, dan
juga sendi pelana. Sendi putar sebagai contoh adalah sendi bahu dan sendi
panggul. Sendi engsel yaitu sendi siku, dan juga sendi kondiloid yaitu sama
halnya seperti 2 bidang seperti pergelangan tangan (Judha, dkk, 2012).
Judha M, Erwanto R, Retnaningsih LN. 2012. Anatomi dan Fisiologi
Rangkuman Sederhana untuk Mahasiswa Kesehatan dan Keperawatan.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Jaringan otot memiliki kisaran antara 40% hingga 50% berat tubuh, pada
umumnya tersusun dari sel kontraktil yang disebut dengan serabut otot. Melalui
kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan.
Fungsi muskular yaitu sebagai sistem pergerakan, penopang tubuh dan
mempertahankan postur, dan juga memproduksi panas. Ciri-ciri otot yang telah
diketahui adalah kontraktilitas, eksitabilitas, ekstensibilitas, serta elastibilitas.
Klasifikasi jaringan jaringan oto dilihat dari struktural berdasarkan striasi silang
(lurik), dan secara fungsional dapat dilihat dari konstruksinya, volunter dan
involunter, dan juga didasarkan lokasi contohnya seperti otot jantung. Jenis-jenis
otot dapat dilihat dari bentuknya, yaitu otot rangka, otot polos, dan juga otot
jantung. Otot rangka merupakan lurik, volunter, dan letaknya melekat pada otot
rangka. Otot polos merupakan otot yang tidak burlurik dan involunter. Jenis otot
otot ini dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti kandung kemih dan
uterus serta dinding tuba. Otot jantung merupakan otot, involunter, dan hanya
ditemukan pada jantung (Sloane, 2012).
Sel otot merupakan sejenis sel yang memiliki kesamaan dengan sel neuron yaitu
sejenis sel yang dapat dirangsang secara kimia, listrik dan mekanik untuk
menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan di sepajang membran selnya.
Berbeda dengan neuron, otot memiliki mekanisme kontraktil yang diaktifkan
oleh potensial aksi. Protein kontraktil aktin dan miosin, yang menghasilkan
kontraksi, terdapat dalam jumlah yang sangat banyak di otot. Protein-protein ini
ditemukan di berbagai jenis sel, seperti miosin dan aktin yang membentuk salah
satu motor atau penggerak molekular yang mengubah energi hasil hidrolisis ATP
menjadi gerakan komponen sel terhadap komponen lain. Otot rangka tersusun
dari serabut otot yang merupakan “balok penyusun” sistem otot yng memiliki arti
yang sama dengan neuron merupakan “balok penyusun” sistem saraf (Ganong
WF, 2008).

Anda mungkin juga menyukai