TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kromatografi
Menurut Farmakope edisi IV, kromatografi didefinisikan sebagai prosedur
pemisahan zat oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang
terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara
berkesinambungan dalam arah tertentu dan didalamnya zat-zat itu menunjukkan
perbedaan mobilitas, disebabkan adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan,
tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion.
Pada kromatografi partisi zat terbagi/terlarut dalam cairan fase stasioner dan
fase mobil.
Pada kromatografi ini, ion zat terikat pada fase stasioner/padat yang bersifat
penukar ion.
2. Berdasarkan Fasenya
a. Kromatografi cairan
- Kromatografi cairan-cairan
- Kromatografi cairan-padatan
b. Kromatografi gas
- Kromatografi gas-cairan
- Krromatograf gas-padatan
Cairan dapat berlaku sebagai fase stasioner dengan bantuan zat padat
sebagai penyangga/pendukung
Nilai Rf
Dalam kromatografi kertas dan Kromatografi lapis tipis, nilai Rf dinyatakan
sebagai perbandingan jarak rambat (diukur sampai titik yang memberikan
intensitas maksimum pada bercak) suatu senyawa tertentu terhadap jarak rambat
fase gerak, diukur dari titik penotolan. Nilai Rf berubah sesuai dengan kondisi
percobaan, karena itu identifikasi sebaiknya dilakukan dengan menggunakan baku
pembanding yang sama dengan uji kromatogram yang sama.
Penentuan Bercak
Bercak yang dihasilkan kromatografi kertas atau lapis tipis letaknya dapat ditetapkan
dengan cara sebagai berikut.
1. Pengamatan langsung jika senyawanya tampak pada cahaya biasa, cahaya
ultraviolet gelombang pendek (254 nm) atau gelombang panjang (366 nm)
2. Pengamatan dengan cahaya biasa atau ultraviolet setelah disemprot dengan
pereaksi yang membuat bercak tersebut tampak
3. Menggunakan pencacah Geiger-muller atau teknik autoradiografi jika terdapat zat
radioaktif
4. Menempatkan potongan penjerap dan zat pada media pembiakan yang telah
ditanam untuk melihat hasil stimulasi atau hambatan pertumbuhan bakteri.
Pada kromatografi menaik, panjang kertas yang dipakai sekitar 20 cm. Pada
kromatografi menurun, panjang kertas dapat mencapai 50 cm atau lebih. Pada
kromatografi mendatar sirkulasi memerlukan kertas berdiameter 10-20 cm. Kertas
kromatografi berupa kertas saring khusus, dengan lebar tidak kurang dari 2,5 cm,
tidak lebih lebar dari panjang bak pelarut dan dipotong mebih kurang sama dengan
tinggi bejana.
Eluen (juga disebut pelarut, cairan pengelusi, cairan pengembang, cairan penghantar)
pada kromatografi kertas biasanya merupakan campuran dua komponen atau lebih.
Yang berlaku sebagai fase mobil selanjutnya adalah bagian campuran yang kurang
polar. Zat atau campuran yang diperiksa dilarutkan dalam pelarut yang sesuai,
kemudian diteteskan pada kertas dengan bantuan pipet kapiler. Titik penetesan kira-
kira 2 cm dari tepi bawah kertas (pada elusi menaik) atau pada jarak yang sesuai,
sehingga letak titik itu beberapa cm dibawah eluennya (pada elusi menurun).
Elusi dilakukan setelah eluen ditempatkan dalam bejana yang sesuai. Bejana itu
kemudian dipenuhkan dengan uap eluennya dengan cara menutupnya dan
mendiamkannya selama beberapa jam. Penjenuhan akan lebih baik dengan cara
meletakkan kertas saring yang dibasahi oleh eluen pada dinding dalam bejana. Ujung
kertas dicelupkan ke dalam eluen, dengan menjaga agar zat yang diperiksa tidak
terendam. Kertas hendaknya tidak menyentuh dinding bejana. Jarak elusi normal
pada elusi menaik adalah 1,5 cm, pada elusi menurun jarak itu sangat bervariasi.