Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

Utari Rahmawati
172170011

Masalah kependudukan di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor,


mulai dari jumlah populasi, prevalensi kontrasepsi, angka kematian kasar, angka
ketergantungan, dan lainnya. Masalah-masalah ini akan terus terjadi di Indonesia
jika tidak adanya penanganan yang serius dari pemerintah, mulai dari kebijakan-
kebijakan yang ada, dibantu dengan pasrtisipati aktif dari masyarakat mengatasi
masalah yang ada.
Sebenarnya jumlah penduduk Indonesia cukup besar dapat menjadi
potensi dan asset untuk negara, namun faktanya jauh dari harapan. Angka
kematian, kelahiran, migrasi, dan lainnya yang tidak bisa diatur dengan
sedimikian rupa menyebabkan masalah-masalah kependudukan ini tiada
habisnya. Sekali lagi, dibutuhkan keseriusan pemerintah serta bantuan dari
masyarakat agar masalah-masalah kependudukan terus berkurang atau bahkan
turun seminim mungkin.

A. Kematian
Angka kematian kasar Indonesia menurut PBB adalah sebesar 6 dari 1000
penduduk Indonesia. Angka kematian bayi saat ini di Indonesia sudah membaik,
namun angka kematian ibu melahirkan masih tinggi. Hal tersebut terjadi karena
kurangnya perhatian terhadap ibu hamil dan bayinya pada saat mengandung.
Dengan angka kematian kasar sebesar itu, Indonesia berada pada peringkat
52 diantara negara-negara di dunia. Namun di ASEAN, angka kematian kasar
Indonesia lebih baik dibandingkan Laos, Kamboja, Myanmar, Thailand, dan
Timor Leste. Sedangkan angka kematian kasar terkecil di dunia diduduki oleh
Timur Tengah. Berdasarkan jumlah kematian pada tahun 2007. Angka kematian
kasar menurut jenis kelamin terlihat bahwa pada laki-laki AKK lebih tinggi yaitu
5,3 perseibu, sedangkan pada perempuan 3,9 perseribu. Secara keseluruhan AKK
di Indonesia berada pada angka 4,6 perseribu.
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa angka kematian kasar
di Indonesia meningkat seiring dengan meningkatnya angka kelahiran. Hal ini
terjadi karena banyaknya penduduk Indonesia yang kurang memperhatikan dan
mampu mengendalikan tingkat kelahirannya yang dibarengi dengan kurangnya
perhatian terhadap janin maupun ibu hamil. Sehingga angka kematian ibu pun
tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan angka kematian kasar semakin
meningkat. Pemerintah seharusnya lebih tegas dalam memberikan kebijakan dan
penyuluhan tentang pentingnya mengendalikan tingkat kelahiran seperti program

1
keluarga berencana maupun pentingnya dalam memberikan perhatian terhadap
janin dan ibu hamil serta melakukan perbaikan di sektor kesehatan dimana
kelahiran dapat ditekan, kematian bayi dan ibu menurun sehingga penduduk
Indonesia lebih mengerti tentang pentingnya menekan angka kematian kasar yang
tinggi tersebut dan kehidupan penduduk Indonesia pun lebih sejahtera.

B. Kelahiran
Saat ini angka kelahiran kasar di Indonesia berada pada angka 21 di setiap
1000 penduduk di Indonesia. Negara Indonesia berada pada peringkat 104 di
dunia bersama dengan negara Maroko dan El Salvador. Menurut data BPS,
Bappenas, UNSPA, angka kelahiran kasar tertinggi di Indonesia terjadi pada
tahun 2010 dan terjadi paling banyak di Maluku Utara, Maluku, Riau, dan
Kepulauan Riau, sementara paling rendah berada di Provinsi Yogyakarta, Bali,
dan Sulawesi Utara. Setiap tahun, terjadi empat juta kelahiran di Indonesia, dan
angka ini setara dengan jumlah penduduk Singapura. BPS telah meprediksikan
angka kelahiran kasar di Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan berada pada
angka 17 orang dari 1000 penduduk Indonesia.
Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) adalah rata-rata anak
yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia suburnya. TFR merupakan
gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan
dari usia 15 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar negara atau antar
daerah dapat menunjukkan keberhasilan daerah dalam melaksanakan
pembangunan sosial ekonominya. Angka TFR yang tinggi dapat merupakan
cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah
terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat kemiskinan
yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan program KB
yang dilaksanakan selama tiga dekade ini.
Dari angka kelahiran total, dapat diketahui indikator yang menyangkut
kesehatan ibu. Jika angka kelahiran total tinggi maka hal ini mencerminkan rata-
rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan perempuan yang rendah, tingkat
sosial ekonomi rendah, dan tingkat kemiskinan tinggi. Total Fertility Rate pada
tahun 2007 mencapai 2,6% per wanita, angka ini lebih baik daripada tahun 1970
yang mencapai 5,6% per wanita. Di Indonesia, angka fertilitas totalnya mencapai
2,5%, seorang wanita memiliki 2-3 anak dalam usia suburnya. Indonesia memiliki
potensi untuk angka kelahiran yang tinggi, dan berada pada peringkat 106 di
dunia, setara dengan El Salvador dan Bangladesh.

2
C. Migrasi
Penduduk merupakan sumber daya utama yang berpengaruh besar
terhadap pembangunan suatu wilayah. Menurut, Population Reference Bureau
(PRB) (2011), jumlah penduduk di dunia pada tahun 2011 sekitar 6,987 milyar
dan diperkirakan Jumlah penduduk dunia telah menembus 7 miliar jiwa pada
tahun 2013 ini. Tahun 2011 jumlah penduduk Indonesia sekitar 238,2 juta jiwa.
Jumlah penduduk yang besar akan bermanfaat jika daerah tersebut
merupakan daerah yang produktif, akan tetapi butuh modal yang sangat besar.
Sehingga jika tidak terpenuhi akan menjadi suatu masalah. Migrasi penduduk
merupakan salah satu dari tiga komponen demografi yang menyebabkan
perubahan struktur penduduk, yaitu perpindahan penduduk dari suatu daerah ke
daerah yang lain dengan melewati batas administrasi atau politik suatu negara
(Salmah, 2010).
Perbandingan antara luas wilayah Indonesia dengan jumlah penduduk
tidak mengalami masalah, tetapi yang bermasalah dengan kependudukan di
Indonesia yaitu penyebaran penduduk yang tidak merata. Penyebaran penduduk
yang tidak merata dapat dilihat berdasarkan luas pulau di Indonesia, seperti Pulau
Sumatera yang luasnya 25,2% dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh
21,3% penduduk, Jawa yang luasnya 6,8% dihuni oleh 57,5% penduduk,
Kalimantan yang luasnya 28,5% dihuni oleh 5,8% penduduk, Sulawesi yang
luasnya 9,9% dihuni oleh 7,3% penduduk, Maluku yang luasnya 4,1% dihuni oleh
1,1% penduduk, dan Papua yang luasnya 21,8% dihuni oleh 1,5% penduduk
(BPS, 2012).
Hasil Sensus Penduduk 2010 (BPS, 2012) mencatat 5.396.419 penduduk
atau 2,5% penduduk merupakan migrant masuk risen antar propinsi. Pada tahun
2010 migrant masuk tertinggi di Indonesia berada di Propinsi Jawa Barat yaitu
sekitar 1.048.964 jiwa, sedangkan migrant keluar risen tertinggi dari Banten yaitu
sebanyak 979.860 jiwa.

Anda mungkin juga menyukai