MINI PROJECT
Oleh :
dr. Marintan Lestari Sihombing
Pembimbing:
dr. Eka Budiyanti
1
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Mini project : Gambaran Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja pada
Siswa/I kelas VIII A & VIIIB di SMPN 4 Kotamobagu Mei 2019
Penulis : dr. Marintan Lestari Sihombing
Program Penugasan :Program Internship Dokter Indonesia Periode Februari 2019-2020
Penelitian ini ditujukan sebagai tugas mini project pada Program Dokter Internsip Indonesia yang
telah diperesentasikan dihadapan dokter pembimbing, Kepala Puskesmas Gogagoman
Mengetahui,
2
ABSTRAK
Latar Belakang: Data Riskesdas menunjukkan bahwa persentase remaja yang pernah mendapatkan
penyuluhan kesehatan reproduksi di Indonesia sebanyak 25,1%.Penelitian yang sama didapatkan bahwa
sebanyak 60,6% remaja di DKI Jakarta belum mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi. Salah satu
target pemerintah untuk meningkatkan penyuluhan komprehensif terkait program kesehatan reproduksi bagi
wanita untuk remaja usia dibawah 15 tahun yaitu sebesar 65%, t et api hanya tercapai jauh dibawah target
yaitu 11,4% pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan pemerintah belum cukup
untuk meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi. Tujuan: untuk mengetahui
gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi siswa/I kelas VIII A dan VIII B di SMP Negeri
4 Kotamobagu. Metode Penelitian: Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Lokasi penelitian ini di SMP Negeri 4 Kotamobagu.
Sampel penelitian ini berjumlah 46 orang. Teknik sampel yang digunakan adalah total sampling. Hasil: Dari
penelitian diperoleh tingkat pengetahuan dari responden yaitu baik sebanyak (37%), sedang sebanyak
(63%), dan tidak terdapat responden dengan tingkat pengetahuan kurang. Responden yang berusia 13 tahun
(76.5%), 14 tahun (23.5%) ada pada kategori baik, sedangkan beberapa responden yang berusia 13 tahun
(69%) ada pada kategori sedang, dan 14 tahun (20.7). Kesimpulan: Tingkat pengetahuan remaja di
SMPNegeri 4 Kotamobagu tentang kesehatan reproduksi paling banyak berada pada kategori sedang (63%),
pada umur 13 tahun (69%).
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih karunia dan
berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan mini project yang berjudul Gambaran
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja pada Siswa/I kelas VIIIA dan VIIIB SMPN 4
Kotamobagu bulan Mei 2019.
Bersama dengan selesainya penyusunan mini project ini penulis sampaikan terimakasih
kepada dr. Eka Budiyanti selaku dokter pembimbing, kepala puskesmas Gogagoman, Ibu
Sukmawati, S.ST, Kepala Sekolah SMPN 4 Kotambagu, teman-teman internsip puskesmas
Gogagoman dan RSUD Kotamobagu serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan
bimbingan-bimbingan serta nasehat selama ini.
Penulis menyadari bawha penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran sangatlah penulis harapkan agar penelitian ini dapat lebih bermanfaat baik bagi penulis,
tenaga kesehatan maupun masyarakat kota Kotamobagu.
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………………....ii
ABSTRAK………………………………………………………………………………………...ii
i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………....iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...v
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………..vi
DAFTAR
TABEL………………………………………………………………………………..vii
DAFTAR
LAMPIRAN………………………………………………………………………….viii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………….2
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………………………..2
1.4 Manfaat penelitian……………………………………………………………………………3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………..4
2.1 Kesehatan Reproduksi……………………………………………………………………..…4
2.2 Remaja…………………………………………………………………………………..……4
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja……………………………7
2.4 Pengetahuan………………………………………………………………………………….10
2.5 Kerangka Teori……………………………………………………………………....11
2.6 Kerangka Konsep…………………………………………………………………………….11
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………………………......12
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………………………………...12
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian………………………………………………………………...12
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian……………………………………………………………....12
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi…………………………………………………………………12
3.5 Metode Pengumpulan Data………………………………………………………………...…12
3.6 Pengolahan Dan Analisa Data………………………………………………………………..13
3.7 Definisi Operasional……………………………………………………………………….....14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………………..15
4.1 Hasil Penelitian………………………………………………………………...……..……....15
4.2 Pembahasan……………………………………………………………………….……….....19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………………21
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………...21
5.2 Saran…………………………………………………………………………………..….…..22
5
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...23
DAFTAR GAMBAR
2.5 KERANGKA TEORI ................................................................................................ 11
2.6 KERANGKA KONSEP ............................................................................................ 11
6
DAFTAR TABEL
7
DAFTAR LAMPIRAN
8
BAB I
PENDAHULUAN
9
Angka kehamilan perempuan yang berusia 10 – 54 tahun adalah 2,68%, terdapat kehamilan
pada umur kurang dari 15 tahun sebanyak 0,02%, dan kehamilan pada umur remaja (15 – 19 tahun)
sebesar 1,97%. Apabila tidak dilakukan pengaturan kehamilan, maka akan mempengaruhi angka
fertilitas di Indonesia (Riskesdas, 2013).
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada remaja di dunia adalah konsumsi alkohol, merokok,
penyalahgunaan obat-obatan terlarang (NAPZA), dan kehamilan. Angka kejadian kehamilan pada
remaja usia 15 – 19 tahun adalah 49 per 1000 remaja perempuan. Lebih dari 30% remaja perempuan
di Negara berpendapatan rendah dan sedang, menikah sebelum usia 18 tahun dan sekitar 14%
sebelum usia 15 tahun (WHO, 2014).
Jika di satu sisi kecenderungan remaja untuk melakukan berbagai tindakan yang
membahayakan kesehatan mereka sendiri semakin meningkat, namun di sisi lain ternyata
pengetahuan para remaja itu sendiri mengenai aspek kesehatan reproduksi yang harus mereka
miliki sangatlah rendah, sehingga remaja perlu untuk diberikan pendidikan mengenai kesehatan
reproduksi. Pendidikan reproduksi yang dimaksud adalah memberikan informasi kepada remaja
sehingga para remaja tahu bagaimana cara menghindari terjadinya hubungan seksual sebelum
waktunya dan membentuk remaja yang mempunyai sikap dan perilaku seksual yang sehat dan
bertanggung jawab (Imran (2000) dalam Adnani dan Citra (2009) ). Oleh karena itu, penelitian ini
perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi remaja.
10
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja SMP Negeri 4 Kotamobagu tentang kesehatan
reproduksi.
2. Memberikan pandangan tentang dampak negatif dari kurangnya pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi remaja
3. Memberikan informasi kepada remaja khususnya mengenai kesehatan reproduksi dan masalah-
masalah kesehatan reproduksi.
4. Menambah wawasan bagi peneliti dan orang lain mengenai kesehatan reproduksi.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 REMAJA
2.2.1 DEFINISI REMAJA
Menurut WHO, remaja adalah periode dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia yang
terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, dari umur 10 sampai 19 tahun. Masa remaja
ini disebut juga masa transisi. Transisi yang terjadi pada masa remaja mencakup percepatan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial (UNFPA, 2009).
J.J. Rosseau membagi perkembangan jiwa manusia menurut perkembangan perasaannya, yang
membaginya dalam 4 tahap yaitu :
1. Umur 0-4 atau 5 tahun : masa kanak-kanak (infancy).
2. Umur 5-12 tahun : masa bandel (savage stage).
3. Umur 12-15 tahun : bangkitnya akal (rasio), nalar (reason) dan kesadaran (self consciousness).
4. Umur 15-20 tahun : masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan merupakan puncak
perkembangan emosi. (Arma, 2007)
12
dalam tumbuh kembang remaja adalah adanya perubahan fisik, alat reproduksi, kognitif, dan
psikososial (Depkes Jakarta I, 2010).
Perubahan-perubahan yang terjadi pada saat seorang anak memasuki usia remaja antara lain
dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif dan dimensi sosial.
a. Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama
pada remaja putri atau pun mimpi basah pada remaja putra, secara biologis dia mengalami
perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak memiliki kemampuan untuk ber-
reproduksi.
Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai
pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti
payudara mulai berkembang, panggul mulai membesar, timbul jerawat dan tumbuh rambut pada
daerah kemaluan. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, tumbuhnya kumis,
jakun, alat kelamin menjadi lebih besar, otot-otot membesar, timbul jerawat dan perubahan fisik
lainnya. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa
mereka pada dunia remaja.
b. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif, remaja dalam pandangan Jean Piaget (2007) (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan
operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki
pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.
Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah
dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau
hasilnya.Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu
berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya,
tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka
sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
c. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka.
Para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang
berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan
sebagainya. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang
13
diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan
pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja
akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang
selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.
14
2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA
Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: kebersihan alat-alat genital,
akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah, penyalahgunaan NAPZA,
pengaruh media massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan
hubungan yang harmonis antara remaja dengan keluarganya, penyakit menular seksual (PMS).
15
tersebut antara lain obstruksi jalan lahir, partus preterm, dan abortus spontan, serta masih banyak
lagi komplikasi lain. (Mbizvo, 2010).
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan aborsi. Banyak survei
yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60% kehamilan pada
wanita berusia di bawah 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan atau salah waktu
(mistimed). Aborsi yang disengaja seringkali berisiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan
pada mereka yang lebih tua. 5 juta remaja di seluruh dunia yang berada pada usia 15 – 18 tahun
pernah melakukan aborsi yang tidak aman setiap tahunnya dan 70.000 di antaranya berakibat
kematian (UNFPA, 2009).
Komplikasi dari aborsi yang tidak aman, antara lain:
16
Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri,
ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan
NAPZA ini berisiko terhadap kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh
terhadap meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum suntik juga meningkatkan
risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat menular melalui jarum suntik yang dipakai
secara bergantian (Joit, 2014).
17
2.3.8 PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan
seksual. Cara penularannya tidak hanya terbatas secara genital-genital saja, tetapi dapat juga secara
oro-genital, atau ano-genital. Sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak
hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi juga pada daerah-daerah ekstra genital. Penyakit
menular seksual juga dapat terjadi dengan cara lain yaitu penggunaan peralatan pribadi yang
bersamaan, seperti handuk, pakaian, termometer dan lain-lain. Selain itu penyakit menular seksual
juga dapat ditularkan dari ibu kepada bayinya ketika di dalam kandungan dan melalui jalan lahir
apabila kelahirannya pervaginam (Donggori, 2012). Penyakit menular seksual yang umum terjadi
di Indonesia antara lain: gonorrhea, chlamydia, vaginosis bakterial, herpes simpleks, trikomoniasis,
sifilis, limfogranuloma venerium, ulkus mole, granuloma inguinale, dan Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) (Kurniawan, 2008).
2.4 PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian (KBBI, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior). Pengalaman dan penelitian yang didasarkan oleh pengetahuan akan
bertahan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan
merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek
tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata
dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003), sebelum seseorang berperilaku baru
(mengadopsi perilaku), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, antara lain :
1. Kesadaran (Awareness), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)
terlebih dahulu
2. Interest, yakni orang tersebut mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation, yakni orang tersebut menimbang baik tidaknya stimulus bagi dirinya
4. Trial, orang tersebut mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption, yakni subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus.
18
2.5 KERANGKA TEORI
19
BAB III
METODE PENELITIAN
Kriteria Eksklusi:
Seluruh siswa – siswi SMP Negeri 4 Kotamobagu kelas VIII yang tidak bersedia mengisi kuesioner
pada saat pengumpulan data.
20
3.5.1 PENGUMPULAN DATA
Pada awal penelitian diperoleh data sekunder berupa data umum populasi yang diperoleh
dari SMP Negeri 4 Kotamobagu. Selanjutnya data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui
pengisian kuesioner oleh responden. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan peneliti melalui lembar kuesioner agar dapat dilakukan penganalisaan data. Bagi calon
responden yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani informed consent.
Berdasarkan skala pengukuran di atas, maka kategori dari kuesioner pengetahuan kesehatan
reproduksi adalah :
21
3.7 DEFINISI OPERASIONAL
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Usia N %
12 3 6.7
13 33 71.7
14 10 21.6
Total 46 100
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan distribusi usia responden paling banyak adalah
pada usia 13 tahun, dengan jumlah 33 orang (71.7 %) dan diikuti oleh usia 14 tahun dengan
jumlah 10 orang (21.6%), dan usia 12 tahun dengan 3 orang (6.7%)
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
menunjukan presentasi yang berbeda antara laki-laki 10 orang (21.7%) dan perempuan dengan
jumlah 36 orang (78.3%).
23
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin N %
Perempuan 36 78.3
Laki-laki 10 21.7
Total 46 100
Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner terdapat 20 pertanyaan mengenai pengetahuan
terhadap kesehatan reproduksi. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut telah
di uji validitas dan rehabilitasnya. Sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat mewakili
pengetahuan responden terhadap kesehatan reproduksi. Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini
dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Tingkat pengetahuan responden akan
dikatakan baik bila menjawab 16-20 pertanyaan pengetahuan dengan benar, tingkat pengetahuan
responden akan dikatakan sedang bila menjawab 8-15 pertanyaan pengetahuan dengan benar, dan
tingkat pengetahuan responden akan dikatakan kurang bila menjawab 0-7 pertanyaan pengetahuan
dengan benar. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi
remaja dilihat pada tabel 4.3.
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan responden
yang terbanyak adalah pengetahuan yang sedang dengan jumlah 39 orang (63 %) kemudian diikuti
tingkat pengetahuan yang baik dengan jumlah 17 orang ( 37%). Pengetahuan (knowledge) adalah
hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan. Pada dasarnya pengetahuan
24
merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan dari manusia untuk
memahami suatu objek tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah
pendidikan, media massa atau informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman dan
usia (Notoatmodjo, 2010).
Tabel 4.4 Distribusi tingkat Pengetahuan Responden tentang definisi kesehatan reproduksi
Pengetahuan N Persentase (%)
Kurang 9 19.6
Baik 37 80.4
Total 46 100
Dari tabel 4.4 hasil penelitian didapatkan, siswa berpengetahuan baik sebanyak 37 orang
(80.4%), dan 9 orang (19.6%) berpengetahuan kurang mengenai definisi dan pengertian kesehatan
reproduksi.
Dari tabel 4.5 didapatkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan terhadap aspek
pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi, sebanyak 44 responden (95,7%) memiliki
pengetahuan yang baik, dan 1 responden (2.2%) memiliki pengetahuan cukup, dan 1 responden
(2.2%) memiliki pengetahuan yang kurang.
25
4.1.3.4 DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANATOMI
DAN FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI
Tabel 4.6 Distribusi tingkat Pengetahuan Responden tentang anatomi dan fisiologi organ reproduksi
Dari tabel 4.6 didapatkan hasil penelitian tentang anatomi dan fisiologi organ reproduksi,
sebanyak 23 responden (50%) memiliki pengetahuan yang kurang, dan 9 responden (19.6)
pengetahuannya sedang, dan sebanyak 14 orang (30.4%) memiliki pengetahuan yang baik.
Tabel 4.7 Distribusi tingkat Pengetahuan Responden tentang aspek kehamilan dan usia subur
26
4.1.3.6 DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT
MENULAR SEKSUAL, HIV/AIDS
Tabel 4.6 Distribusi tingkat Pengetahuan Responden tentang penyakit menular seksual, HIV/AIDS
Dari tabel 4.6 didapatkan dari hasil penelitian tingkat pengetahuan pengetahuan tentang
penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, bahwa sebanyak 28 responden (60.9%) memiliki
pengetahuan yang sedang, dan 11 responden (23.9%) memiliki pengetahuan yang kurang, dan
hanya 7 responden (15.2%) memiliki pengetahuan yang baik.
4.2 PEMBAHASAN
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia
yaitu indera penglihatan, pendengaran, pencitraan, rasa, dan raba (Notoadmodjo, 2007). Dalam
penelitian ini telah dilakukan pembagian kuesioner yang telah valid untuk mengukur pengetahuan
responden pada tingkat pengetahuan yang pertama, yaitu tahu.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pengetahuan siswa kelas VIII A & B SMP
Negeri 4 Kotamobagu tentang kesehatan reproduksi remaja adalah sedang (63 %). Hal ini
disebabkan karena mereka selain memperoleh pengetahuan dari guru, mereka juga memperoleh
informasi kesehatan reproduksi melalui media elektronik atau media cetak, misalnya televisi,
internet atau majalah. Sedangkan sebagian kecil yang mempunyai pengetahuan rendah mungkin
disebabkan karena kurang menyerap informasi tentang materi kesehatan reproduksi dan kurangnya
keinginan serta motivasi untuk mencari informasi – informasi mengenai kesehatan reproduksi.
Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang sedang, hasil penelitian tingkat pengetahuan
reproduksi di SMP Negeri 4 Kotamobagu ” sesuai dengan hasil dari penelitian Lukmana, Yuniarti
(2017) terhadap siswa di salah satu SMP swasta di Yogyakarta, namun berbeda di persentase.
Dalam penelitian tersebut diperoleh tingkat pengetahuan siswa adalah cukup (78.9 %). Selain itu
menurut Notoadmojo (2007) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan
yaitu: 1) sosial ekonomi, lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang.
Bila ekonomi baik, tingkat pendidikan tinggi maka tingkat pengetahuan akan tinggi pula; 2) kultur
27
(budaya, agama), budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena
informasi yang baru akan disaring sesuai atau tidaknya dengan budaya yang ada atau agama yang
dianut; 3) pendidikan, semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal baru dan akan
mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut; 4) pengalaman berkaitan dengan umur dan
pendidikan individu. Pendidikan tinggi, maka pengalaman akan lebih luas, sedangkan semakin
tua umur seseorang maka pengalamannya akan semakin banyak.
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh, adapun kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
3. Secara keseluruhan, tingkat pengetahuan remaja di kelas VIII A & B SMPN Negeri 4
Kotamobagu berada pada kategori sedang. Untuk mempertahankan dan meningkatkan
lagi pengetahuan para remaja, sebagai bagian dari tujuan dan manfaat penelitian ini
peneliti melakukan penyuluhan setelah penelitian berupa membagikan leaflet yang
bertema ‘Kesehatan Reproduksi Remaja’ yang diharapkan dapat menjadi pedoman
bagi siswa-siswi di SMPN Negeri 4 Kotamobagu untuk lebih perduli terhadap
kesehatan reproduksi.
29
5.2 SARAN
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat untuk lebih memeperhatikan upaya pencegahan kesehatan
reproduksi dan lebih meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan sehingga
diharapkan dapat terjadi penurunan angka kejadian kesehatan reproduksi.
4. Bagi Siswa
Seluruh siswa perlu diikutsertakan dalam program pencegahan kesehatan reproduksi
dengan cara memanfaatkan organisasi sosial yang ada disekolah, sehingga mereka akan
merasa lebih bertanggung jawab atas kesehatan diri sendiri dan orang lain.
5. Bagi Peneliti
Selanjutnya Diharapkan peneliti berikutnya untuk membandingkan gambaran
pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa kelas VII, VIII, dan IX dan
membandingkan laki-laki dan perempuan
30
DAFTAR PUSTAKA
Aisyaroh, N., 2012, Kesehatan reproduksi remaja. Majalah Ilmiah Sultan Agung, vol. 50,
no.126, 71-84. Diakses tanggal 25 Mei 2017. Diperoleh dari: http://www.uninsula.ac. id.
Arma, A.J., 2007. Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Perilaku Seks Remaja dan
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Sebagai Penangkalnya. Info Kesehatan Masyarakat
Donggori, R. I., 2012. Hubungan Akses Media Massa Dengan Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi Pada Remaja. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Hadi, et all., 2011. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja Jakarta tentang Seks Aman
dan Faktor yang berhubungan. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan.
31
Marmi, S. 2015, Kesehatan Reproduksi : Peran dan tugas bidan dalam PHC untuk
kesehatan wanita yang menekankan aspek pencegahan penyakit dan promosi kesehatan,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Maryanti D, dkk. 2009. Kesehatan reproduksi teori dan praktikum. Yogyakarta: Nuha
Medica.
Msuya. S.E., Mbizvo. E., Hussain. A., Uriyo. J., Sam. N.E., & Stray-Pedersen. B. 2010.
HIV among pregnant woment in Moshi Tanzania: the role of sexual behavior, male partner
characteristics and sexually transmitted infections. AIDS Research and Therapy. Diunduh
dari:
https://aidsrestherapy.biomedcentral.com/articles/10.1186/1742-6405-3-27. Diakses
tanggal 5 Mei 2009.
Notoadmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:PT Rineka Cip ta.
Notoadmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:PT Rineka Cip ta.
Piaget, Jean, & Inhelder, B., 2010. Psikologi Anak, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Diperoleh
dari: jurnalki.uinsby.ac.id/index.php/jurnalki/article/view/38/32
.
Diakses tanggal 29 Mei.
Pusat Penelitian HIV/AIDS UNIKA ATMA JAYA Jakarta 2016, Kesehatan Reproduksi
Remaja dan HIV, diakses 29 Mei 2017, diperoleh dari: http://arc-atmajaya.org/kesehatan-
reproduksi-remaja-dan-h iv/.
Tim Poltekkes Depkes Jakarta I. 2010. Kesehatan remaja problem dan solusinya. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
United Nation Fund for Population Activities, 2009. Overview of Adolescent Life.
Diperoleh dari: http://www.unfpa.org/swp/2009/english/ch1/index.htm. Diakses pada: 5
Mei 2019.
32
Lampiran
(......................................)
Nama dan Tanda Tangan
33
Kuesioner Penelitian
Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi
Petunjuk Pengisian :
1.Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan berikan tanda (X) pada salah satu jawaban
tersebut. 2.Setelah selesai, kembalikan kuesioner ini kepada petugas yang memberikannya pada
anda.
2. Perbedaan fisik yang menonjol pada remaja laki-laki dan perempuan adalah :
a.tanda-tanda seks sekunder b.tanda-tanda masturbasi c.berat badan
7. Perubahan jasmani pada remaja perempuan saat memasuki usia akil balig ditandai dengan :
a.perubahan suara
b.tidak tumbuhnya rambut disekitar alat kelamin dan ketiak
c.buah dada mulai membesar
8. Perubahan jasmani pada remaja laki-laki saat memasuki usia akil balig ditandai dengan :
a.perubahan suara, menjadi lebih besar
b.tidak tumbuhnya rambut di sekitar ketiak dan alat kelamin
c.tidak adanya mimpi basah
34
10. Yang dimaksud dengan mimpi basah adalah :
15. Batas waktu usia subur (dapat hamil) pada perempuan adalah :
a.mulai haid pertama sampai menopause b.tidak ada batas umur c.sesudah mempunyai
dua anak
16. Untuk menjaga kesehatan reproduksinya, sebaiknya perempuan hamil pada usia :
a.17-20 tahun b.20-35 tahun c.35-50 tahun
18. PMS adalah Penyakit Menular Seksual. Apa yang dimaksud dengan PMS?
a. Penyakit akibat melakukan hubungan seksual.
b. Penyakit yang hanya bisa ditularkan melalui hubungan seksual.
c. Penyakit yang bias menular dengan atau tanpa hubungan seksual
35
TABEL MASTER SPSS
36
34 14 Tahun Perempuan 13 cukup
35 12 Tahun Perempuan 12 cukup
36 12 Tahun Perempuan 13 cukup
37 13 Tahun Perempuan 13 cukup
38 13 Tahun Laki-laki 13 cukup
39 13 Tahun Laki-laki 14 cukup
40 13 Tahun Laki-laki 12 cukup
41 13 Tahun Laki-laki 12 cukup
42 13 Tahun Perempuan 16 Baik
43 14 Tahun Perempuan 16 baik
44 13 Tahun Perempuan 17 Baik
45 14 Tahun Perempuan 18 Baik
46 13 Tahun Perempuan 16 Baik
37
17 kurang baik cukup baik cukup
18 baik baik cukup cukup cukup
19 baik baik cukup cukup cukup
20 baik baik cukup cukup cukup
21 baik baik baik cukup cukup
22 baik baik kurang cukup kurang
23 baik baik baik cukup cukup
24 baik baik kurang cukup kurang
25 baik baik cukup cukup kurang
26 baik baik kurang cukup cukup
27 baik baik kurang cukup baik
28 baik baik cukup kurang cukup
29 baik baik baik baik cukup
30 baik baik kurang baik cukup
31 kurang baik kurang baik kurang
32 kurang baik kurang baik cukup
33 kurang baik kurang baik cukup
34 kurang baik kurang baik cukup
35 baik cukup kurang baik cukup
36 baik baik kurang cukup kurang
37 baik baik kurang cukup kurang
38 baik baik kurang cukup cukup
39 baik baik kurang baik kurang
40 kurang baik kurang kurang kurang
41 baik baik kurang cukup kurang
42 baik baik kurang baik baik
43 baik baik cukup cukup baik
44 baik baik baik baik cukup
38
45 baik baik baik baik cukup
46 baik baik cukup baik cukup
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
39
Tumbuh dan kembang
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Anatomi fisiologi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 23 50.0 50.0 50.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
40
cukup 28 60.9 60.9 76.1
41
Dokumentasi
42