Anda di halaman 1dari 42

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN

REPRODUKSI PADA SISWA/I KELAS VIII A & VIII B SMP NEGERI 4


KOTAMOBAGU
BULAN MEI 2019

MINI PROJECT

Oleh :
dr. Marintan Lestari Sihombing
Pembimbing:
dr. Eka Budiyanti

PUSKESMAS PERAWATAN GOGAGOMAN


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
KOTAMOBAGU-SULAWESI UTARA
PERIODE FEBRUARI – JUNI 2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Mini project : Gambaran Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja pada
Siswa/I kelas VIII A & VIIIB di SMPN 4 Kotamobagu Mei 2019
Penulis : dr. Marintan Lestari Sihombing
Program Penugasan :Program Internship Dokter Indonesia Periode Februari 2019-2020

Penelitian ini ditujukan sebagai tugas mini project pada Program Dokter Internsip Indonesia yang
telah diperesentasikan dihadapan dokter pembimbing, Kepala Puskesmas Gogagoman

Gogagoman, Mei 2019

Mengetahui,

Dokter Pembimbing Kepala Puskesmas

dr. Eka Budiyanti Sukmawati, S.ST

2
ABSTRAK

Latar Belakang: Data Riskesdas menunjukkan bahwa persentase remaja yang pernah mendapatkan
penyuluhan kesehatan reproduksi di Indonesia sebanyak 25,1%.Penelitian yang sama didapatkan bahwa
sebanyak 60,6% remaja di DKI Jakarta belum mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi. Salah satu
target pemerintah untuk meningkatkan penyuluhan komprehensif terkait program kesehatan reproduksi bagi
wanita untuk remaja usia dibawah 15 tahun yaitu sebesar 65%, t et api hanya tercapai jauh dibawah target
yaitu 11,4% pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan pemerintah belum cukup
untuk meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi. Tujuan: untuk mengetahui
gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi siswa/I kelas VIII A dan VIII B di SMP Negeri
4 Kotamobagu. Metode Penelitian: Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Lokasi penelitian ini di SMP Negeri 4 Kotamobagu.
Sampel penelitian ini berjumlah 46 orang. Teknik sampel yang digunakan adalah total sampling. Hasil: Dari
penelitian diperoleh tingkat pengetahuan dari responden yaitu baik sebanyak (37%), sedang sebanyak
(63%), dan tidak terdapat responden dengan tingkat pengetahuan kurang. Responden yang berusia 13 tahun
(76.5%), 14 tahun (23.5%) ada pada kategori baik, sedangkan beberapa responden yang berusia 13 tahun
(69%) ada pada kategori sedang, dan 14 tahun (20.7). Kesimpulan: Tingkat pengetahuan remaja di
SMPNegeri 4 Kotamobagu tentang kesehatan reproduksi paling banyak berada pada kategori sedang (63%),
pada umur 13 tahun (69%).

Kata Kunci: Pengetahuan, Remaja, Kesehatan Reproduksi

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih karunia dan
berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan mini project yang berjudul Gambaran
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja pada Siswa/I kelas VIIIA dan VIIIB SMPN 4
Kotamobagu bulan Mei 2019.
Bersama dengan selesainya penyusunan mini project ini penulis sampaikan terimakasih
kepada dr. Eka Budiyanti selaku dokter pembimbing, kepala puskesmas Gogagoman, Ibu
Sukmawati, S.ST, Kepala Sekolah SMPN 4 Kotambagu, teman-teman internsip puskesmas
Gogagoman dan RSUD Kotamobagu serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan
bimbingan-bimbingan serta nasehat selama ini.
Penulis menyadari bawha penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran sangatlah penulis harapkan agar penelitian ini dapat lebih bermanfaat baik bagi penulis,
tenaga kesehatan maupun masyarakat kota Kotamobagu.

Kotamobagu, Mei 2019


Penulis,

dr. Marintan Lestari Sihombing

4
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………………....ii
ABSTRAK………………………………………………………………………………………...ii
i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………....iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...v
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………..vi
DAFTAR
TABEL………………………………………………………………………………..vii
DAFTAR
LAMPIRAN………………………………………………………………………….viii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………….2
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………………………..2
1.4 Manfaat penelitian……………………………………………………………………………3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………..4
2.1 Kesehatan Reproduksi……………………………………………………………………..…4
2.2 Remaja…………………………………………………………………………………..……4
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja……………………………7
2.4 Pengetahuan………………………………………………………………………………….10
2.5 Kerangka Teori……………………………………………………………………....11
2.6 Kerangka Konsep…………………………………………………………………………….11
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………………………......12
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………………………………...12
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian………………………………………………………………...12
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian……………………………………………………………....12
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi…………………………………………………………………12
3.5 Metode Pengumpulan Data………………………………………………………………...…12
3.6 Pengolahan Dan Analisa Data………………………………………………………………..13
3.7 Definisi Operasional……………………………………………………………………….....14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………………..15
4.1 Hasil Penelitian………………………………………………………………...……..……....15
4.2 Pembahasan……………………………………………………………………….……….....19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………………21
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………...21
5.2 Saran…………………………………………………………………………………..….…..22

5
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...23

DAFTAR GAMBAR
2.5 KERANGKA TEORI ................................................................................................ 11
2.6 KERANGKA KONSEP ............................................................................................ 11

6
DAFTAR TABEL

3.6. Definisi operasional ........................................................................................... 14


4.1 Distribusi Responden berdasarkan usia............................................................... 15
4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .............................................. 16
4.3 Distribusi Berdasarkan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi ....... 16
4.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan responden berdasarkan aspek definisi.............. 17
4.5 Distribusi Tingkat pengetahuan responden berdasarkan pertumbuhan
dan perkembangan organ reproduksi ................................................................. 17
4.6 Distribusi Tingkat pengetahuan responden berdasarkan anatomi dan
fisiologi .............................................................................................................. 17
4.7 Distribusi Tingkat pengetahuan responden berdasarkan aspek usia subur
dan kehamilan……………………………………………………………..….....17
4.8 Distribusi Tingkat pengetahuan responden berdasarkan penyakit
menular seksual .................................................................................................. 17

7
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Setelah Menjadi Responden


Lampiran 2 Kuesioner
Lampiran 3 Master Data dan Output SPSS
Lampiran 4 Dokumentasi

8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Pada masa ini
terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-
perubahan kognitif dan psikologis. Peristiwa yang penting semasa remaja adalah pubertas, yaitu
perubahan morfologis dan fisiologis yang pesat dari masa anak-anak ke masa dewasa, termasuk
maturasi sistem reproduksi (IPD UI, 2007).
Pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, remaja perlu mendapat informasi yang
cukup, sehingga mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya dihindari
(Wardah, 2007). Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, kita dapat
menghindari hal-hal yang negatif yang mungkin akan dialami oleh remaja yang tidak mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi remaja (Wardah, 2007).
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18
tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja
adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut
Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk. Di dunia
diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia (WHO,
2014)
Saat ini, banyak remaja kurang mendapatkan penerangan mengenai kesehatan reproduksi.
Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah. Hanya 17,1% perempuan
dan 10,4% laki-laki mengetahui secara benar tentang masa subur dan resiko kehamilan (BKKBN,
2008). Sebagai akibat dari kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi, resiko terjadinya
Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD), abortus, dan infeksi menular seksual akan meningkat.
Masalah yang sering terjadi pada remaja di Indonesia adalah kawin di usia muda, melakukan
hubungan seksual pra nikah, menggunakan NAPZA, serta terinfeksi HIV dan AIDS. Di Provinsi
Sulawesi Utara sepanjang tahun 2016 didapatkan kasus HIV dan AIDS sebanyak 83 kasus, 14
diantaranya berusia 5-19 tahun (Dinkes Sulut,2017). Menurut data hasil penelitian Depkes di 4 kota
besar (Medan, Jakarta Pusat, Bandung, dan Surabaya) 39,5% remaja mengaku temannya pernah
melakukan hubungan seksual. Remaja yang menggunakan NAPZA tercatat 51.986 atau sekitar
45% dari total pengguna NAPZA. Serta tercatat 45,9% remaja hidup dengan AIDS (BKKBN,
2012).

9
Angka kehamilan perempuan yang berusia 10 – 54 tahun adalah 2,68%, terdapat kehamilan
pada umur kurang dari 15 tahun sebanyak 0,02%, dan kehamilan pada umur remaja (15 – 19 tahun)
sebesar 1,97%. Apabila tidak dilakukan pengaturan kehamilan, maka akan mempengaruhi angka
fertilitas di Indonesia (Riskesdas, 2013).
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada remaja di dunia adalah konsumsi alkohol, merokok,
penyalahgunaan obat-obatan terlarang (NAPZA), dan kehamilan. Angka kejadian kehamilan pada
remaja usia 15 – 19 tahun adalah 49 per 1000 remaja perempuan. Lebih dari 30% remaja perempuan
di Negara berpendapatan rendah dan sedang, menikah sebelum usia 18 tahun dan sekitar 14%
sebelum usia 15 tahun (WHO, 2014).
Jika di satu sisi kecenderungan remaja untuk melakukan berbagai tindakan yang
membahayakan kesehatan mereka sendiri semakin meningkat, namun di sisi lain ternyata
pengetahuan para remaja itu sendiri mengenai aspek kesehatan reproduksi yang harus mereka
miliki sangatlah rendah, sehingga remaja perlu untuk diberikan pendidikan mengenai kesehatan
reproduksi. Pendidikan reproduksi yang dimaksud adalah memberikan informasi kepada remaja
sehingga para remaja tahu bagaimana cara menghindari terjadinya hubungan seksual sebelum
waktunya dan membentuk remaja yang mempunyai sikap dan perilaku seksual yang sehat dan
bertanggung jawab (Imran (2000) dalam Adnani dan Citra (2009) ). Oleh karena itu, penelitian ini
perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi remaja.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi di kelas VIII A dan VIII B SMP Negeri 4 Kotamobagu?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1.3.1 TUJUAN UMUM
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi siswa/I kelas VIIIa dan VIIIB di SMP Negeri 4 Kotamobagu.

1.3.2 TUJUAN KHUSUS


Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa/I kelas VIIIA dan VIIIB tentang definisi kesehatan
reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan system reproduksi, anatomi dan fisiologi
reproduksi, aspek usia subur dan kehamilan, penyakit menular seksual.

10
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja SMP Negeri 4 Kotamobagu tentang kesehatan
reproduksi.
2. Memberikan pandangan tentang dampak negatif dari kurangnya pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi remaja
3. Memberikan informasi kepada remaja khususnya mengenai kesehatan reproduksi dan masalah-
masalah kesehatan reproduksi.
4. Menambah wawasan bagi peneliti dan orang lain mengenai kesehatan reproduksi.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


Kesehatan reproduksi remaja secara umum didefinisikan sebagai kondisi sehat dan sistem,
fungsi, dan proses alat reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Remaja perlu memahami tentang
kesehatan reproduksi, khususnya kesehatan reproduksi remaja, karena keputusan-keputusan yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi mempunyai konsekuensi atau akibat jangka panjang dalam
perkembangan dan kehidupan sosial remaja (BKKBN, 2008).
Millenium Development Goal 5 (MDG5) sampai sekarang masih menganut pengertian
kesehatan reproduksi yang ditetapkan oleh International Conference of Population and
Development di Kairo pada tahun 1994, yaitu kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh,
bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang berhubungan
dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya (WHO, 2014).

2.2 REMAJA
2.2.1 DEFINISI REMAJA
Menurut WHO, remaja adalah periode dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia yang
terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, dari umur 10 sampai 19 tahun. Masa remaja
ini disebut juga masa transisi. Transisi yang terjadi pada masa remaja mencakup percepatan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial (UNFPA, 2009).
J.J. Rosseau membagi perkembangan jiwa manusia menurut perkembangan perasaannya, yang
membaginya dalam 4 tahap yaitu :
1. Umur 0-4 atau 5 tahun : masa kanak-kanak (infancy).
2. Umur 5-12 tahun : masa bandel (savage stage).
3. Umur 12-15 tahun : bangkitnya akal (rasio), nalar (reason) dan kesadaran (self consciousness).
4. Umur 15-20 tahun : masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan merupakan puncak
perkembangan emosi. (Arma, 2007)

2.2.2 TUMBUH KEMBANG REMAJA


Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling terkait, berkesinambungan,
dan berlangsung secara bertahap. Perkembangan merupakan suatu proses di mana perubahan-
perubahan dalam diri remaja akan diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga remaja tersebut dapat
berespons dalam menghadapi rangsangan-rangsangan dari luar dirinya. Yang paling menonjol

12
dalam tumbuh kembang remaja adalah adanya perubahan fisik, alat reproduksi, kognitif, dan
psikososial (Depkes Jakarta I, 2010).
Perubahan-perubahan yang terjadi pada saat seorang anak memasuki usia remaja antara lain
dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif dan dimensi sosial.
a. Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama
pada remaja putri atau pun mimpi basah pada remaja putra, secara biologis dia mengalami
perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak memiliki kemampuan untuk ber-
reproduksi.
Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai
pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti
payudara mulai berkembang, panggul mulai membesar, timbul jerawat dan tumbuh rambut pada
daerah kemaluan. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, tumbuhnya kumis,
jakun, alat kelamin menjadi lebih besar, otot-otot membesar, timbul jerawat dan perubahan fisik
lainnya. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa
mereka pada dunia remaja.
b. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif, remaja dalam pandangan Jean Piaget (2007) (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan
operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki
pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.
Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah
dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau
hasilnya.Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu
berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya,
tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka
sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
c. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka.
Para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang
berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan
sebagainya. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang

13
diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan
pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja
akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang
selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.

2.2.3 TAHAPAN TUMBUH KEMBANG REMAJA


Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua
remaja akan melewati tahapan berikut:
a. Masa remaja awal atau dini (early adolescence): umur 11-13 tahun. Dengan ciri khas: ingin
bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak dan lebih banyak
memperhatikan keadaan tubuhnya.
b. Masa remaja pertengahan (middle adolescence): umur 14-16 tahun. Dengan ciri khas:
mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang seksual,
mempunyai rasa cinta yang mendalam.
c. Masa remaja lanjut (late adolescence): umur 17-20 tahun. Dengan ciri khas: mampu berfikir
abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat
mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri. Tahapan ini mengikuti pola yang
konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri
tetapi tidak mempunya batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara
berkesinambungan.

2.2.4 PERUBAHAN FISIK PADA MASA REMAJA


Perubahan fisik pada masa remaja merupakan hal yang sangat penting dalam kesehatan
reproduksi, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat untuk mencapai
kematangan, termasuk organ-organ reproduksi sehingga mampu melaksanakan fungsi
reproduksinya. Perubahan yang terjadi yaitu:
a. Munculnya tanda-tanda seks primer; terjadi haid yang pertama (menarche) pada remaja
perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki.
b. Munculnya tanda-tanda seks sekunder, yaitu:
1). Pada remaja laki-laki; tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya
ereki dan ejakulasi, suara bertambah berat, dada lebih besar, badan berotot, tumbuh kumis
di atas bibir, jambang dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak.
2). Pada remaja perempuan; pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, tumbuh rambut
di sekitar kemaluan dan ketiak, payudara membesar.

14
2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA
Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: kebersihan alat-alat genital,
akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah, penyalahgunaan NAPZA,
pengaruh media massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan
hubungan yang harmonis antara remaja dengan keluarganya, penyakit menular seksual (PMS).

2.3.1 KEBERSIHAN ORGAN GENITAL


Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut dalam merawat
dan menjaga kebersihan alat genitalnya. Alat reproduksi yang lembab dan basah akan meningkat
keasaman dan memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja perempuan lebih mudah terkena infeksi
genital bila tidak menjaga kebersihan alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya dekat
dengan anus (Donggori, 2012).

2.3.2 AKSES TERHADAP PENDIDIKAN KESEHATAN


Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi sehingga
remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-hal yang seharusnya dihindari.
Remaja berhak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan
informasi tersebut harus berasal dari sumber yang terpercaya. Agar remaja mendapatkan informasi
yang tepat, kesehatan reproduksi remaja hendaknya diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan
keluarga (WHO, 2014).
Hal-hal yang diajarkan di dalam kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup
tentang tumbuh kembang remaja, organ-organ reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit Menular
Seksual (PMS), dan abstinesia sebagai upaya pencegahan kehamilan. Dengan mengetahui tentang
kesehatan reproduksi remaja secara benar, kita dapat menghindari dilakukannya hal-hal negatif
oleh remaja. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja tersebut berguna untuk kesehatan
remaja tersebut, khususnya untuk mencegah dilakukannya perilaku seks pranikah, penularan
penyakit menular seksual, aborsi, kanker mulut rahim, kehamilan di luar nikah, gradasi moral
bangsa, dan masa depan yang suram dari remaja tersebut (Blum, 2004; Kurniawan, 2008).

2.3.3 HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH


Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih besar pada
remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dari 20 tahun. Remaja putri yang hamil pada
usia kurang dari 16 tahun mempunyai risiko kematian dan mengalami komplikasi pada saat hamil
dan melahirkan yang lebih besar jika dibandingkan dengan wanita yang lebih dewasa. Komplikasi

15
tersebut antara lain obstruksi jalan lahir, partus preterm, dan abortus spontan, serta masih banyak
lagi komplikasi lain. (Mbizvo, 2010).
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan aborsi. Banyak survei
yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60% kehamilan pada
wanita berusia di bawah 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan atau salah waktu
(mistimed). Aborsi yang disengaja seringkali berisiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan
pada mereka yang lebih tua. 5 juta remaja di seluruh dunia yang berada pada usia 15 – 18 tahun
pernah melakukan aborsi yang tidak aman setiap tahunnya dan 70.000 di antaranya berakibat
kematian (UNFPA, 2009).
Komplikasi dari aborsi yang tidak aman, antara lain:

1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat.


2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya.
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
9. Kanker hati (Liver Cancer).
10. Kelainan pada placenta/ ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy).
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis) (Facts of Life dalam buku Peyempuan, 2013) Selain
itu aborsi juga dapat menyebabkan efek samping dalam perkembangan mental. Efek samping
yang berpotensial dalam hal ini, antara lain: penyesalan, kemarahan, rasa bersalah, rasa malu,
merasa terasingkan, kehilangan kepercayaan diri, insomnia, mimpi buruk, percobaan bunuh diri,
gangguan pola makan, depresi, dan ansietas (American Pregnancy Association, 2013).

2.3.4 PENYALAHGUNAAN NAPZA


NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid, alkohol, ekstasi, ganja, morfin, heroin, kodein,
dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi sistem saraf pusat.

16
Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri,
ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan
NAPZA ini berisiko terhadap kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh
terhadap meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum suntik juga meningkatkan
risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat menular melalui jarum suntik yang dipakai
secara bergantian (Joit, 2014).

2.3.5 PENGARUH MEDIA MASSA DAN INTERNET


Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup berarti untuk
memberikan informasi yang benar mengenai cara menjaga kesehatan khususnya kesehatan
reproduksi remaja. Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja akan
mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga kesehatan reproduksinya.
Akan tetapi penggunaan internet pengawasan orang tua karena banyak informasi yang tidak layak
bagi remaja (Azriani et al, 2011).

2.3.6 AKSES TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan preventif dan tindakan
kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu, dan
tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan akses yang mudah terhadap pelayanan kesehatan,
remaja dapat melakukan konsultasi tentang kesehatannya khususnya kesehatan reproduksinya dan
mengetahui informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi. Remaja juga dapat melakukan
tindakan pengobatan apabila remaja sudah terlanjur mendapatkan masalah- masalah yang
berhubungan dengan organ reproduksinya seperti penyakit menular seksual (Sentosa, 2010).

2.3.7 HUBUNGAN HARMONIS DENGAN KELUARGA


Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh dengan perilaku
remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtuanya tentang masalah keremajaan yang
dialaminya. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling dini bagi seorang anak sebelum
ia mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja juga dapat memperoleh informasi yang benar
dari kedua orangtua mereka tentang perilaku yang benar dan moral yang baik dalam menjalani
kehidupan. Di dalam keluarga juga, remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan
yang harus dihindari. Orang tua juga dapat memberikan informasi awal tentang menjaga kesehatan
reproduksi bagi seorang remaja (Blum, 2004).

17
2.3.8 PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan
seksual. Cara penularannya tidak hanya terbatas secara genital-genital saja, tetapi dapat juga secara
oro-genital, atau ano-genital. Sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak
hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi juga pada daerah-daerah ekstra genital. Penyakit
menular seksual juga dapat terjadi dengan cara lain yaitu penggunaan peralatan pribadi yang
bersamaan, seperti handuk, pakaian, termometer dan lain-lain. Selain itu penyakit menular seksual
juga dapat ditularkan dari ibu kepada bayinya ketika di dalam kandungan dan melalui jalan lahir
apabila kelahirannya pervaginam (Donggori, 2012). Penyakit menular seksual yang umum terjadi
di Indonesia antara lain: gonorrhea, chlamydia, vaginosis bakterial, herpes simpleks, trikomoniasis,
sifilis, limfogranuloma venerium, ulkus mole, granuloma inguinale, dan Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) (Kurniawan, 2008).

2.4 PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian (KBBI, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior). Pengalaman dan penelitian yang didasarkan oleh pengetahuan akan
bertahan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan
merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek
tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata
dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003), sebelum seseorang berperilaku baru
(mengadopsi perilaku), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, antara lain :
1. Kesadaran (Awareness), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)
terlebih dahulu
2. Interest, yakni orang tersebut mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation, yakni orang tersebut menimbang baik tidaknya stimulus bagi dirinya
4. Trial, orang tersebut mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption, yakni subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus.

18
2.5 KERANGKA TEORI

Gambar 2.5 Kerangka Teori

2.6 KERANGKA KONSEP


Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi Remaja :
Siswa-siswi SMP Negeri 4 - Perubahan-perubahan yang terjadi saat
Kotamobagu remaja
- Dampakmelakukan hubungan seksual
pranikah terhadap kesehatan reproduksi

Gambar 2.6 Kerangka Konsep

19
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN


Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif
dengan desain cross sectional, yang menggambarkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi
remaja pada siswa SMP Negeri 4 Kotamobagu. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan
secara objektif.

3.2. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


3.2.1 WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2019 di lingkungan sekolah SMP Negeri 4
Kotamobagu.

3.2.2 TEMPAT PENELITIAN


Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Kotamobagu, JL. Ahmad Yani no 52,
Kotamobagu, Sulawesi Utara. Hal ini dikarenakan SMP Negeri 4 Kotamobagu.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN


3.3.1 POPULASI PENELITIAN
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VIIIA dan
VIIIB di SMP Negeri 4 Kotamobagu. Populasi penelitian ini berjumlah sekitar orang 46 orang.

3.3.2 SAMPEL PENELITIAN


Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling. Sampel yang diambil adalah
populasi pada kelas VIII A dan VIII B, yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI


Kriteria inklusi:
Seluruh siswa – siswi SMP Negeri 4 Kotamobagu kelas VIII yang hadir.

Kriteria Eksklusi:
Seluruh siswa – siswi SMP Negeri 4 Kotamobagu kelas VIII yang tidak bersedia mengisi kuesioner
pada saat pengumpulan data.

3.5 METODE PENGUMPULAN DATA

20
3.5.1 PENGUMPULAN DATA
Pada awal penelitian diperoleh data sekunder berupa data umum populasi yang diperoleh
dari SMP Negeri 4 Kotamobagu. Selanjutnya data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui
pengisian kuesioner oleh responden. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan peneliti melalui lembar kuesioner agar dapat dilakukan penganalisaan data. Bagi calon
responden yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani informed consent.

3.5.2 INSTRUMEN PENELITIAN


Instrumen berupa kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan tertutup untuk mengumpulkan data mengenai pengetahuan responden.

3.5.3 TEKNIK SKORING DAN SKALA


Pengetahuan responden diukur melalui 20 pertanyaan. Jika pertanyaan dijawab benar oleh
responden maka diberi nilai 1, jika responden menjawab salah maka diberi nilai 0. Sehingga skor
total yang tertinggi adalah 20. Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan
definisi sebagai berikut:

• Baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi.


• Sedang, apabila nilai yang diperoleh 40-75% dari nilai tertinggi.
• Kurang, apabila nilai yang diperoleh <40% dari nilai tertinggi.

Berdasarkan skala pengukuran di atas, maka kategori dari kuesioner pengetahuan kesehatan
reproduksi adalah :

• Baik, apabila nilai yang diperoleh 16-20.


• Sedang, apabila nilai yang diperoleh 8-15
• Kurang, apabila nilai yang diperoleh 0-7.

3.6 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA


Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan teknik deskriptif dan statistik, yaitu data
dikumpulkan terlebih dahulu dan diolah secara deskriptif kemudian dilakukan pengolahan data
dengan menggunakan program SPSS.

21
3.7 DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.7 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner 1. Baik Ordinal


Kesehatan diketahui responden 2. Sedang
Reproduksi tentang 3. Kurang
Kesehatan reproduksi
remaja. Pengetahuan
mengenai kesehatan
reproduksi remaja adalah
pengetahuan yang
meliputi
perubahan yang terjadi
pada masa remaja dan
permasalahan seksual
pada
remaja termasuk dampak
dari melakukan seksual
pranikah.

22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN


4.1.1 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Kotamobagu,
yang berlokasi di JL. Ahmad Yani no 52, Kotamobagu, Sulawesi Utara.
Penelitiandanpengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2019.

4.1.2 DESKRIPSI KARAKTERISTIK RESPONDEN


Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII A dan VIII B SMP Negeri 4
Kotamobagu yang berjumlah 46 orang yang terdiri dari 36 siswi perempuan dan 10 siswa
laki-laki.Subjek penelitian yang diambil merupakan subjek penelitian yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi sebelumnya. Penelitian ini membahas karakteristik data dari
responden yang meliputi usia dan jenis kelamin yang berperan dalam penelitian gambaran
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMPN 4 Kotamobagu. Data lengkap
mengenai karakteristik responden dapat dilihat dari tabel 4.1

Tabel 4.1 distribusi Responden berdasarkan Usia

Usia N %
12 3 6.7
13 33 71.7
14 10 21.6
Total 46 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan distribusi usia responden paling banyak adalah
pada usia 13 tahun, dengan jumlah 33 orang (71.7 %) dan diikuti oleh usia 14 tahun dengan
jumlah 10 orang (21.6%), dan usia 12 tahun dengan 3 orang (6.7%)
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
menunjukan presentasi yang berbeda antara laki-laki 10 orang (21.7%) dan perempuan dengan
jumlah 36 orang (78.3%).

23
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin N %
Perempuan 36 78.3
Laki-laki 10 21.7
Total 46 100

4.1.3 HASIL ANALISA DATA


4.1.3.1 DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN
REPRODUKSI

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner terdapat 20 pertanyaan mengenai pengetahuan
terhadap kesehatan reproduksi. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut telah
di uji validitas dan rehabilitasnya. Sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat mewakili
pengetahuan responden terhadap kesehatan reproduksi. Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini
dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Tingkat pengetahuan responden akan
dikatakan baik bila menjawab 16-20 pertanyaan pengetahuan dengan benar, tingkat pengetahuan
responden akan dikatakan sedang bila menjawab 8-15 pertanyaan pengetahuan dengan benar, dan
tingkat pengetahuan responden akan dikatakan kurang bila menjawab 0-7 pertanyaan pengetahuan
dengan benar. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi
remaja dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi tingkat Pengetahuan Responden tentang kesehatan Reproduksi

Pengetahuan N Persentase (%)


Kurang 0 0
Sedang 29 63
Baik 17 37
Total 46 100

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan responden
yang terbanyak adalah pengetahuan yang sedang dengan jumlah 39 orang (63 %) kemudian diikuti
tingkat pengetahuan yang baik dengan jumlah 17 orang ( 37%). Pengetahuan (knowledge) adalah
hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan. Pada dasarnya pengetahuan

24
merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan dari manusia untuk
memahami suatu objek tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah
pendidikan, media massa atau informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman dan
usia (Notoatmodjo, 2010).

4.1.3.2 DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DEFINISI


KESEHATAN REPRODUKSI

Tabel 4.4 Distribusi tingkat Pengetahuan Responden tentang definisi kesehatan reproduksi
Pengetahuan N Persentase (%)
Kurang 9 19.6
Baik 37 80.4
Total 46 100

Dari tabel 4.4 hasil penelitian didapatkan, siswa berpengetahuan baik sebanyak 37 orang
(80.4%), dan 9 orang (19.6%) berpengetahuan kurang mengenai definisi dan pengertian kesehatan
reproduksi.

4.1.3.3 DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASPEK


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ORGAN REPRODUKSI

Tabel 4.5 Distribusi tingkat Pengetahuan Responden tentang aspek


pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi

Pengetahuan N Persentase (%)


Kurang 1 2.2
Sedang 1 2.2
Baik 44 95.7
Total 46 100

Dari tabel 4.5 didapatkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan terhadap aspek
pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi, sebanyak 44 responden (95,7%) memiliki
pengetahuan yang baik, dan 1 responden (2.2%) memiliki pengetahuan cukup, dan 1 responden
(2.2%) memiliki pengetahuan yang kurang.

25
4.1.3.4 DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANATOMI
DAN FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI

Tabel 4.6 Distribusi tingkat Pengetahuan Responden tentang anatomi dan fisiologi organ reproduksi

Pengetahuan N Persentase (%)


Kurang 23 50
Sedang 9 19.6
Baik 14 30.4
Total 46 100

Dari tabel 4.6 didapatkan hasil penelitian tentang anatomi dan fisiologi organ reproduksi,
sebanyak 23 responden (50%) memiliki pengetahuan yang kurang, dan 9 responden (19.6)
pengetahuannya sedang, dan sebanyak 14 orang (30.4%) memiliki pengetahuan yang baik.

4.1.3.5 DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASPEK


KEHAMILAN DAN USIA SUBUR

Tabel 4.7 Distribusi tingkat Pengetahuan Responden tentang aspek kehamilan dan usia subur

Pengetahuan N Persentase (%)


Kurang 2 4.3
Sedang 21 45.7
Baik 23 50
Total 46 100
Dari tabel 4.7 didapatkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan mengenai aspek
kehamilan dan usia subur, sebanyak 23 responden (50%) memiliki pengetahuan yang baik, 21
(45.7%) responden memiliki pengetahuan yang sedang, dan 2 responden (4.3%) memiliki
pengetahuan yang kurang.

26
4.1.3.6 DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT
MENULAR SEKSUAL, HIV/AIDS
Tabel 4.6 Distribusi tingkat Pengetahuan Responden tentang penyakit menular seksual, HIV/AIDS

Pengetahuan N Persentase (%)


Kurang 11 23.9
Sedang 28 60.9
Baik 7 15.2
Total 46 100

Dari tabel 4.6 didapatkan dari hasil penelitian tingkat pengetahuan pengetahuan tentang
penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, bahwa sebanyak 28 responden (60.9%) memiliki
pengetahuan yang sedang, dan 11 responden (23.9%) memiliki pengetahuan yang kurang, dan
hanya 7 responden (15.2%) memiliki pengetahuan yang baik.

4.2 PEMBAHASAN
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia
yaitu indera penglihatan, pendengaran, pencitraan, rasa, dan raba (Notoadmodjo, 2007). Dalam
penelitian ini telah dilakukan pembagian kuesioner yang telah valid untuk mengukur pengetahuan
responden pada tingkat pengetahuan yang pertama, yaitu tahu.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pengetahuan siswa kelas VIII A & B SMP
Negeri 4 Kotamobagu tentang kesehatan reproduksi remaja adalah sedang (63 %). Hal ini
disebabkan karena mereka selain memperoleh pengetahuan dari guru, mereka juga memperoleh
informasi kesehatan reproduksi melalui media elektronik atau media cetak, misalnya televisi,
internet atau majalah. Sedangkan sebagian kecil yang mempunyai pengetahuan rendah mungkin
disebabkan karena kurang menyerap informasi tentang materi kesehatan reproduksi dan kurangnya
keinginan serta motivasi untuk mencari informasi – informasi mengenai kesehatan reproduksi.
Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang sedang, hasil penelitian tingkat pengetahuan
reproduksi di SMP Negeri 4 Kotamobagu ” sesuai dengan hasil dari penelitian Lukmana, Yuniarti
(2017) terhadap siswa di salah satu SMP swasta di Yogyakarta, namun berbeda di persentase.
Dalam penelitian tersebut diperoleh tingkat pengetahuan siswa adalah cukup (78.9 %). Selain itu
menurut Notoadmojo (2007) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan
yaitu: 1) sosial ekonomi, lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang.
Bila ekonomi baik, tingkat pendidikan tinggi maka tingkat pengetahuan akan tinggi pula; 2) kultur

27
(budaya, agama), budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena
informasi yang baru akan disaring sesuai atau tidaknya dengan budaya yang ada atau agama yang
dianut; 3) pendidikan, semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal baru dan akan
mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut; 4) pengalaman berkaitan dengan umur dan
pendidikan individu. Pendidikan tinggi, maka pengalaman akan lebih luas, sedangkan semakin
tua umur seseorang maka pengalamannya akan semakin banyak.

28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh, adapun kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas VIII A & B SMP Negeri 4 Kotamobagu


tentang kesehatan reproduksi paling banyak berada pada kategori sedang, dengan
jumlah 29 orang (63%). Tingkat pengetahuan siswa-siswi pada kategori baik, dengan
jumlah 17 orang (27%), dan tidak terdapat tingkat pengetahuan siswa-siswi pada
kategori kurang (0,0%)
2. Tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas VIII A& VIIIB SMP Negeri 4 Kotamobagu,
tentang definisi kesehatan reproduksi adalah baik (80,4%), pengetahuan pertumbuhan
dan perkembangan baik (95,7%), pengetahuan tentang anatomi kesehatan reproduksi
kurang (50%), pengetahuan aspek kehamilan dan usia subur baik (50%), sedangkan
pengetahuan tentang penyakit menular seksual masih sedang (60,9%)

3. Secara keseluruhan, tingkat pengetahuan remaja di kelas VIII A & B SMPN Negeri 4
Kotamobagu berada pada kategori sedang. Untuk mempertahankan dan meningkatkan
lagi pengetahuan para remaja, sebagai bagian dari tujuan dan manfaat penelitian ini
peneliti melakukan penyuluhan setelah penelitian berupa membagikan leaflet yang
bertema ‘Kesehatan Reproduksi Remaja’ yang diharapkan dapat menjadi pedoman
bagi siswa-siswi di SMPN Negeri 4 Kotamobagu untuk lebih perduli terhadap
kesehatan reproduksi.

29
5.2 SARAN

1. Bagi Instansi Dinas Kesehatan


Dari hasil yang ditemukan di SMPN 4 Kotamobagu sebaiknya pihak Dinas Kesehatan
Kota Kotamobagu lebih meningkatkan penyuluhan atau promosi kesehatan terhadap
upaya kesehatan reproduksi di kalangan pelajar, sehingga dapat mempertahankan dan
meningkatkan lagi pengetahuan dan kesadaran terhadap kesehatan reproduksi.

2. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat untuk lebih memeperhatikan upaya pencegahan kesehatan
reproduksi dan lebih meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan sehingga
diharapkan dapat terjadi penurunan angka kejadian kesehatan reproduksi.

3. Bagi Pihak Sekolah


Sekolah Diharapkan sekolah dapat memberikan pengetahuan mengenai kesehatan
reproduksi kepada seluruh siswa-siswi untuk meningkatkan pengetahuan siswa-siswi
SMPN 4 Kotamobagu sehingga para siswa-siswi dapat mengaplikasikan pengetahuan
mereka untuk menjaga kesehatan reproduksi.

4. Bagi Siswa
Seluruh siswa perlu diikutsertakan dalam program pencegahan kesehatan reproduksi
dengan cara memanfaatkan organisasi sosial yang ada disekolah, sehingga mereka akan
merasa lebih bertanggung jawab atas kesehatan diri sendiri dan orang lain.

5. Bagi Peneliti
Selanjutnya Diharapkan peneliti berikutnya untuk membandingkan gambaran
pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa kelas VII, VIII, dan IX dan
membandingkan laki-laki dan perempuan

30
DAFTAR PUSTAKA

Aisyaroh, N., 2012, Kesehatan reproduksi remaja. Majalah Ilmiah Sultan Agung, vol. 50,
no.126, 71-84. Diakses tanggal 25 Mei 2017. Diperoleh dari: http://www.uninsula.ac. id.

American Pregnancy Association. 2015. Depression During Pregnancy: Signs,Symptoms


and Treatment. Diperoleh dari: http://americanpregnancy.org/pregnancy-
health/depression-during-pregnancy/

Arma, A.J., 2007. Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Perilaku Seks Remaja dan
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Sebagai Penangkalnya. Info Kesehatan Masyarakat

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2008. Gender Dalam Kesehatan


Reproduksi. Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2008. Pelatihan Pemberian Informasi


Kesehatan Reproduksi Remaja oleh Pendidik Sebaya. Diperoleh da r i:
http://ceria.bkkbn.go.id/referensi/kurikulum/download/Pendidik+Sebaya.pdf

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB). 2009. Panduan


pengelolaan pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja. Jakarta: BPPKB.

Depkes RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010. Diunduh dari:


http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskesdas2010/Lap
oran_riskesdas_2010.pdf.. Diakses 5 Mei 2019.

Donggori, R. I., 2012. Hubungan Akses Media Massa Dengan Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi Pada Remaja. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Hadi, et all., 2011. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja Jakarta tentang Seks Aman
dan Faktor yang berhubungan. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan.

Kementerian Kesehatan. 2015. Infodatin: Situasi Kesehatan ReproduksiRemaja. Diunduh


dari : www.depkes.go.id/resources/.../infodatin/infodatin%20reproduksi%20remaja-
ed.pdf. Diakses 5 Mei 2019.

Kurniawan, T. P. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Kesehatan Reproduksi


Remaja Di SMA Negeri 1 Purbalingga Kabupaten Purbalingga. Tesis. Program Pasca
Sarjana, Semarang: Universitas Diponegoro.

Lukmana, C. I. 2017. Gambaran tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi Remaja pada


Siswa SMP di Yogyakarta. Indonesian Journal of Nursing Practices.pdf. Diakses 14 Mei
2019

31
Marmi, S. 2015, Kesehatan Reproduksi : Peran dan tugas bidan dalam PHC untuk
kesehatan wanita yang menekankan aspek pencegahan penyakit dan promosi kesehatan,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Maryanti D, dkk. 2009. Kesehatan reproduksi teori dan praktikum. Yogyakarta: Nuha
Medica.

Msuya. S.E., Mbizvo. E., Hussain. A., Uriyo. J., Sam. N.E., & Stray-Pedersen. B. 2010.
HIV among pregnant woment in Moshi Tanzania: the role of sexual behavior, male partner
characteristics and sexually transmitted infections. AIDS Research and Therapy. Diunduh
dari:
https://aidsrestherapy.biomedcentral.com/articles/10.1186/1742-6405-3-27. Diakses
tanggal 5 Mei 2009.

Notoadmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:PT Rineka Cip ta.

Notoadmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:PT Rineka Cip ta.

Piaget, Jean, & Inhelder, B., 2010. Psikologi Anak, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Diperoleh
dari: jurnalki.uinsby.ac.id/index.php/jurnalki/article/view/38/32
.
Diakses tanggal 29 Mei.
Pusat Penelitian HIV/AIDS UNIKA ATMA JAYA Jakarta 2016, Kesehatan Reproduksi
Remaja dan HIV, diakses 29 Mei 2017, diperoleh dari: http://arc-atmajaya.org/kesehatan-
reproduksi-remaja-dan-h iv/.

Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia, 2007. Gambaran Kesehatan Reproduksi


Remaja Propinsi Bengkulu Tahun 2007. Diperoleh dari:
http://www.docstoc.com/docs/34020177/GAMBARAN-KESEHATANREPRODUKSI-
REMAJA/.Diakses tanggal 5 Mei 2019.

Tarihoran, R. R 2017. Gambaran Tingkat Pengetahuan Kesehatan reproduksi Remaja


pada siswa SMAN 1 Medan. Skripsi. Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.

Tim Poltekkes Depkes Jakarta I. 2010. Kesehatan remaja problem dan solusinya. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

United Nation Fund for Population Activities, 2009. Overview of Adolescent Life.
Diperoleh dari: http://www.unfpa.org/swp/2009/english/ch1/index.htm. Diakses pada: 5
Mei 2019.

32
Lampiran

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Informed Consent

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama:
Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :
No. Telp :

Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang


penelitian yang berjudul Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi di SMP
Negeri 4 Kotamobagu, dengan nama peneliti dr. Marintan Lestari Sihombing, dengan ini
menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini tanpa paksaan dari pihak mana
pun.
Saya akan menjawab dengan jujur seluruh pertanyaan yang diajukan peneliti
Kotamobagu, Mei 2019
Yang membuat pernyataan

(......................................)
Nama dan Tanda Tangan

33
Kuesioner Penelitian
Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi

Petunjuk Pengisian :

1.Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan berikan tanda (X) pada salah satu jawaban
tersebut. 2.Setelah selesai, kembalikan kuesioner ini kepada petugas yang memberikannya pada
anda.

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi

1. Yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi remaja meliputi :


a.Kesehatan reproduksi laki-laki
b.Kesehatan reproduksi perempuan
c.Kesehatan reproduksi laki-laki dan perempuan

2. Perbedaan fisik yang menonjol pada remaja laki-laki dan perempuan adalah :
a.tanda-tanda seks sekunder b.tanda-tanda masturbasi c.berat badan

3. Yang merupakan bagian dari masa pubertas remaja adalah :


a.tidak terjadi perubahan fisik
b.mulai berfungsi aktif hormone reproduksi
c.rangsangan seksual tidak mudah terjadi

4. Perubahan psikologis pada remaja dapat menyebabkan remaja :


a.mudah berkomunikasi dengan orang tuanya
b.sering dibenci dengan teman sebaya
c.sulit menyesuaikan diri dengan sekitarnya

5. Seorang laki-laki pada masa pubertas akan mengalami :


a.menstruasi b.menopause c.mimpi basah

6. Seorang perempuan pada masa pubertas akan mengalami :


a.kehamilan b.menstruasi c.mimpi basah

7. Perubahan jasmani pada remaja perempuan saat memasuki usia akil balig ditandai dengan :
a.perubahan suara
b.tidak tumbuhnya rambut disekitar alat kelamin dan ketiak
c.buah dada mulai membesar

8. Perubahan jasmani pada remaja laki-laki saat memasuki usia akil balig ditandai dengan :
a.perubahan suara, menjadi lebih besar
b.tidak tumbuhnya rambut di sekitar ketiak dan alat kelamin
c.tidak adanya mimpi basah

9. Yang dikatakan haid adalah :


a.keluarnya darah dari alat kelamin perempuan secara periodik yang berlangsung selama 3-7
hari
b. keluarnya darah dari anus perempuan
c. keluarnya darah dari alat kelamin perempuan karena penyakit

34
10. Yang dimaksud dengan mimpi basah adalah :

a. sebagai tanda masa akil baligh pada perempuan


b. mimpi birahi pada anak laki-laki disertai keluarnya cairan sperma
c. masa akil balig anak laki-laki antara 20-24 tahun

11. Sperma pada laki-laki dihasilkan oleh :


a .indung telur (ovarium) b.rahim (uterus) c.testis

12. Sel telur pada perempuan dihasilkan oleh :


a.indung telur (ovarium) b.rahim (uterus) c.testis

13. Kehamilan dapat terjadi karena :


a.berciuman antara laki-laki dan perempuan
b.adanya pernikahan
c.bertemunya sel telur perempuan dengan sperma laki-laki

14. Batas waktu usia subur (dapat menghamili) pada laki-laki :


a.usia 17-35 tahun
b. sejak mengalami mimpi basah sampai usia dewasa/tua
c. dari bayi sampai dewasa/tua

15. Batas waktu usia subur (dapat hamil) pada perempuan adalah :
a.mulai haid pertama sampai menopause b.tidak ada batas umur c.sesudah mempunyai
dua anak

16. Untuk menjaga kesehatan reproduksinya, sebaiknya perempuan hamil pada usia :
a.17-20 tahun b.20-35 tahun c.35-50 tahun

17. Yang dimaksud hubungan seksual pranikah adalah :


a.tindakan yang dilakukan seseorang untuk memuaskan nafsunya baik dengan lawan jenis
maupun sesama jenisnya.
b.tindakan yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara laki-laki dan
perempuan dan telah mencapai pada tahap hubungan intim tanpa ikatan pernikahan
c.hubungan yang dilakukan atas dasar suka sama suka

18. PMS adalah Penyakit Menular Seksual. Apa yang dimaksud dengan PMS?
a. Penyakit akibat melakukan hubungan seksual.
b. Penyakit yang hanya bisa ditularkan melalui hubungan seksual.
c. Penyakit yang bias menular dengan atau tanpa hubungan seksual

19. Salah satu contoh Penyakit Menular Seksual adalah?


a. TBC b. Sifilis c. Apendisitis

20. Penyakit HIV/AIDS dapat ditularkan melalui?


a. Berjabat tangan dengan penderita HIV/AIDS.
b. Menggunakan jarum suntik bergantian dengan penderita HIVAIDS.
c. Jawaban di atas (a dan b) benar.

35
TABEL MASTER SPSS

No Umur Jenis Kelamin Hasil Tingkat Pengetahuan

1 13 Tahun Perempuan 17 Baik


2 14 Tahun Perempuan 20 Baik
3 13 Tahun Perempuan 19 Baik
4 13 Tahun Perempuan 19 Baik
5 13 Tahun Perempuan 20 Baik
6 14 Tahun Perempuan 17 Baik
7 13 Tahun Perempuan 16 Baik
8 13 Tahun Perempuan 16 Baik
9 13 Tahun Laki-laki 16 Baik
10 13 Tahun Perempuan 16 Baik
11 13 Tahun Laki-laki 16 Baik
12 13 Tahun Laki-laki 17 Baik
13 13 Tahun Perempuan 12 cukup
14 12 Tahun Perempuan 11 cukup
15 13 Tahun Perempuan 15 cukup
16 13 Tahun Perempuan 13 cukup
17 13 Tahun Perempuan 14 cukup
18 13 Tahun Perempuan 15 cukup
19 13 Tahun Perempuan 15 cukup
20 13 Tahun Perempuan 15 cukup
21 13 Tahun Laki-laki 14 cukup
22 13 Tahun Laki-laki 13 cukup
23 13 Tahun Perempuan 15 cukup
24 14 Tahun Perempuan 13 cukup
25 13 Tahun Laki-laki 14 cukup
26 13 Tahun Perempuan 13 cukup
27 14 Tahun Perempuan 15 cukup
28 14 Tahun Perempuan 15 cukup
29 13 Tahun Perempuan 15 cukup
30 13 Tahun Perempuan 15 cukup
31 13 Tahun Perempuan 13 cukup
32 14 Tahun Perempuan 14 cukup
33 14 Tahun Perempuan 14 cukup

36
34 14 Tahun Perempuan 13 cukup
35 12 Tahun Perempuan 12 cukup
36 12 Tahun Perempuan 13 cukup
37 13 Tahun Perempuan 13 cukup
38 13 Tahun Laki-laki 13 cukup
39 13 Tahun Laki-laki 14 cukup
40 13 Tahun Laki-laki 12 cukup
41 13 Tahun Laki-laki 12 cukup
42 13 Tahun Perempuan 16 Baik
43 14 Tahun Perempuan 16 baik
44 13 Tahun Perempuan 17 Baik
45 14 Tahun Perempuan 18 Baik
46 13 Tahun Perempuan 16 Baik

No hasil hasil tumbuh Hasil


hasil hamil dan usia subur PMS
responden definisi dan perkembangan anatomi
1 kurang kurang baik baik baik
2 baik baik baik baik baik
3 baik baik baik baik cukup
4 baik baik baik baik cukup
5 baik baik baik baik baik
6 baik baik baik baik cukup
7 baik baik kurang baik cukup
8 baik baik kurang baik baik
9 baik baik baik cukup cukup
10 baik baik kurang baik cukup
11 baik baik baik cukup cukup
12 baik baik baik cukup cukup
13 kurang baik kurang cukup cukup
14 kurang baik kurang cukup kurang
15 baik baik cukup cukup cukup
16 baik baik kurang baik kurang

37
17 kurang baik cukup baik cukup
18 baik baik cukup cukup cukup
19 baik baik cukup cukup cukup
20 baik baik cukup cukup cukup
21 baik baik baik cukup cukup
22 baik baik kurang cukup kurang
23 baik baik baik cukup cukup
24 baik baik kurang cukup kurang
25 baik baik cukup cukup kurang
26 baik baik kurang cukup cukup
27 baik baik kurang cukup baik
28 baik baik cukup kurang cukup
29 baik baik baik baik cukup
30 baik baik kurang baik cukup
31 kurang baik kurang baik kurang
32 kurang baik kurang baik cukup
33 kurang baik kurang baik cukup
34 kurang baik kurang baik cukup
35 baik cukup kurang baik cukup
36 baik baik kurang cukup kurang
37 baik baik kurang cukup kurang
38 baik baik kurang cukup cukup
39 baik baik kurang baik kurang
40 kurang baik kurang kurang kurang
41 baik baik kurang cukup kurang
42 baik baik kurang baik baik
43 baik baik cukup cukup baik
44 baik baik baik baik cukup

38
45 baik baik baik baik cukup
46 baik baik cukup baik cukup

HASIL OUTPUT SPSS

Jenis Kelamin Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 10 21.7 21.7 21.7

Perempuan 36 78.3 78.3 100.0

Total 46 100.0 100.0

Umur Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 12 Tahun 3 6.5 6.5 6.5

13 Tahun 33 71.7 71.7 78.3

14 Tahun 10 21.7 21.7 100.0

Total 46 100.0 100.0

Tingkat Pengetahuan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 17 37.0 37.0 37.0

sedang 29 63.0 63.0 100.0

Total 46 100.0 100.0


definisi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 37 80.4 80.4 80.4

kurang 9 19.6 19.6 100.0


Total 46 100.0 100.0

39
Tumbuh dan kembang

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 44 95.7 95.7 95.7

cukup 1 2.2 2.2 97.8

kurang 1 2.2 2.2 100.0

Total 46 100.0 100.0

Anatomi fisiologi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 14 30.4 30.4 30.4

cukup 9 19.6 19.6 50.0

kurang 23 50.0 50.0 100.0

Total 46 100.0 100.0

Aspek usia subur dan hamil

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 23 50.0 50.0 50.0

cukup 21 45.7 45.7 95.7

kurang 2 4.3 4.3 100.0

Total 46 100.0 100.0

Penyakit menular seksual

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 7 15.2 15.2 15.2

40
cukup 28 60.9 60.9 76.1

kurang 11 23.9 23.9 100.0

Total 46 100.0 100.0

41
Dokumentasi

42

Anda mungkin juga menyukai