Anda di halaman 1dari 2

ASAL USUL DANAU TOBA

Di sebuah desa di Tapanuli wilayah Sumatera Utara tinggallah seorang laki-laki bernama Toba
yang hidup seorang diri di gubuk kecil. Toba adalah seorang petani yang sangat rajin bekerja.
Setiap hari dia menanam sayuran

Hari demi hari, tahun demi tahun umur semakin bertambah, Toba mulai merasa bosan hidup
sendiri. Untuk melepaskan kepenatan hidup, dia sering pergi memancing ke sungai besar dekat
kebunnya.

Menjelang siang setelah selesai memanen sayuran, diapun pergi kesungai untuk memancing. Di
tengah perjalanan, dia bergumam dalam hati, “seandainya aku memiliki istri dan anak tentu aku
tidak sendirian lagi melakukan pekerjaan ini. Ketika pulang dari kebun, makanan pasti sudah
tersedia dan disambut anak istri, oh betapa bahagianya”

Sesampainya di tempat biasa dia memancing, mata kailpun dilempar. Sembari menunggu,
angannya tadi tetap mengganggu konsentrasinya. Tidak berapa lama tiba-tiba kailnya tersentak,
dia sontak menarik kailnya. Betapa terkejutnya Toba melihat ikan tangkapannya kali ini.

“Wow, besar sekali ikan mas ini. Baru kali ini aku mendapatkan ikan seperti ini” Teriaknya
sembari menyudahi kegiatan memancing dan diapun segera pulang.

Setibanya di gubuk kecilnya, pemuda itupun meletakkan hasil tangkapannya di sebuah ember
besar. Betapa senangnya dia, ikan yang dia dapat bisa menjadi lauk untuk beberapa hari. Diapun
bergegas menyalakan api di dapur, lalu kembali untuk mengambil ikan mas yang ditinggalnya di
ember besar. Betapa terkejutnya dia melihat Ember tempat ikan tadi dipenuhi uang koin emas,
diapun terkejut dan pergi ke dapur. Disanapun dia kaget setengah mati, ada sosok perempuan
cantik berambut panjang. “Kamu Siapa?”

“Aku adalah ikan yang engkau pancing di sungai tadi, uang koin emas yang diember tadi adalah
sisik-sisik yang terlepas dari tubuhku. Sebenarnya aku adalah seorang perempuan yang dikutuk
dan disihir oleh seorang dukun karena aku tidak mau dijodohkan. Karena engkau telah
menyelamatkan dan mengembalikan aku menjadi manusia, maka aku rela menjadi istrimu” tetapi
dengan satu syarat : jika suatu hari nanti engkau marah, engkau tidak boleh mengutarakan kepada
siapapun, bahwa asal-usulku dari seekor ikan. Jika engkau mengutarakan hal tersebut, maka akan
terjadi bencana besar di desa ini.Baiklah.” Kata Toba.” Aku akan menutup rapat-rapat rahasiamu
ini. Rahasia ini hanya kita berdua saja yang tahu. Dan akhirnya mereka menikah

Hari demi hari merekapun hidup bahagia, apa yang diharapkan petani selama ini terwujud dan
mereka hidup bahagia sekali. Akhirnya mereka dikaruniai seorang anak laki-laki dan mereka
menamainya Samosir.

Samosir tumbuh mejadi anak yang sehat. Tubuhnya kuat. Sayang dia agak nakal serta pemalas.
Keinginannya hanya tidur-tiduran saja. Ia seperti tidak peduli, tidak pernah membantu kerepotan
ayahnya yang sibuk bekerja di ladang. Bahkan, untuk sekedar mengantar makanan dan minuman
untuk ayahnyapun, Samosir kerap menolak jika diminta. Seandainyapun mau, dia akan
melakukannya dengan malas-malasan, dengan wajah bersungut-sungut. Bertambah-tambah
malas kelakuannya akibat ibunya terus memanjakannya. Apapun yang dimintanya akan
diusahakan ibunya untuk dipenuhi.

Samosir sangat kuat nafsu makannya. Jatah makanan sehari untuk sekeluarganya bisa
dihabiskannya dalam sekali makan. Toba merasa harus bekerja lebih keras lagi untuk dapat
memenuhi keinginan makan anak laki-lakinya yangb luar biasa itu.

Pada suatu hari Samosir diminta ibunya untuk mengantarkan makanan dan minuman untuk
ayahnya. Samosir yang tengah bermalas-malasan semula enggan untuk menjalankan perintah
ibunya itu. Namun, setelah ibunya terus memaksa akhirnya dia bersedia melakukannya meski
dengan wajah yang bersungut-sungut.

Samosir membawa makanan dan minuman itu menuju ke ladang. Ditengah perjalanan, Samosir
measa lapar. Dihentikannya langkah menuju kebun. Ia lantas memakan makanan yang
seharusnya diperuntukan bagi ayahnya itu. Tidak dihabiskannya semua makanan itu melainkan
disisakan sedikit. Dengan makanan dan minuman yang tersisa sedikit itu Samosir melanjutkan
perjalanan menuju ladang. Setibanya di ladang, samosir memberikan makanan dan minuman itu
untuk ayahnya.

Toba telah sangat merasa lapar karena bekerja keras sejak pagi langsung membuka bekal untuk
memakannya. Terperanjat dia saat melihat makanan untuk nya tinggal sedikit.” Mengapa jatah
makanan dan minumanku tinggal sedikit?” tanyanya dengat raut wajah kesal.

Dengan wajah polos seolah tidak melakukan kesalahan, Samosir menjawab.” Tadi di jalan aku
sangat lapar, Ayah. Oleh karenanya, jatah makanan dan minuman ayah itu telah kumakan
sebagian. Tapi, tidak semua kuhabiskan, bukan? Masih tersedia sedikit makanan dan minuman
untuk Ayah.”

“anak tidak tahu diuntung.” Maki toba kepada anaknya. Kemarahan seketika meninggi. Serasa
tidak bisa lagi dia menahan dan bersabar, umpatannyapun seketika itu meluncur.” Dasar anak
keturunan ikan engkau ini.”

Samosir sangat terkejut mendengat makian ayahnya. Dia langsung berlari ke rumah. Pada saat
bertemu ibunya, samosir langsung menceritakan cacian ayahnya yang menyebutkan dirinya
adalah keturunan ikan.

Mendengar pengaduan anaknya, ibu Samosir menjadi sangat bersedih. Tidak disangka jika
suaminya melanggar sumpah.

Ibunyapun menangis, dan menyuruh Samosir pergi ke bukit. Lalu hujanpun turun dengan sangat
deras, angin kencang, gemuruh dan petirpun menyambar-nyambar seketika itu.

Airpun meluap sampai menenggelamkan seluruh desa itu. Sumpah itu dilanggar, akhirnya
tengenanglah seluruh desa itu dan genangan itu menjadi danau, yang kini disebut Danau Toba.
Lalu pulau kecil yang berada ditengah-tengah danau toba itu disebut Pulau Samosir untuk
mengingatkan kepada pada anak lelaki Toba.

Anda mungkin juga menyukai