Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Ynag Maha Esa karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul Penggunaan Media Dalam Proses Belajar Mengajar. Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Palangka Raya, 26 April 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

ii
iii
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Manusia dikenal sebagai makhluk berfikir. Dan hal inilah yang menjadikan manusia istimewa dibandingkan
makhluk lainnya. Kemampuan berpikir atau daya nalar manusialah yang menyebabkannya mampu
mengembangkan pengetahuan berfilsafatnya. Dia mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana
yang baik dan mana yang buruk, yang indah dan yang jelek. Secara terus menerus manusia diberikan berbagai
pilihan. Dalam melakukan pilihan ini manusia berpegang pada filsafat atau pengetahuan.

Dengan berfilsafat manusia akan mampu mencintai kebijaksanaan, sehingga dengan hal itu manusia mampu
menjadi insan yang sempurna, sebab dia bisa mengoptimalkan akal ini untuk berfikir. Secara historis filsafat
merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat
banyaknya masalah kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk
menjawabnya. Filsafat memberi penjelasan atau jawaban substansial dan radikal atas masalah tersebut.
Sementara ilmu terus mengembangakan dirinya dalam batas-batas wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara
radikal. Proses atau interaksi tersebut pada dasarnya merupakan bidang kajian Filsafat Ilmu, oleh karena itu
filsafat ilmu dapat dipandang sebagai upaya menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan ilmu, sehingga
ilmu tidak menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak memandang ilmu sebagai suatu pemahaman atas
alam secara dangkal.

1.2. Rumusan Masalah

Agar pembahasan kita berjalan secara sistematis, maka kami selaku tim penyusun membuatkan rumusan dan
batasan masalah dalam makalah Filsafat Ilmu ini, berikut adalah rumusannya :

1) Apa pengertian filsafat?

2) Apa saja objek dari Filsafat Ilmu itu ?

1.3.Tujuan masalah

Dengan adanya makalah ini dapat diketahui :

1) Apa pengertian filsafat?


2) Apa saja objek dari Filsafat Ilmu itu ?

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Pengertian filsafat Ilmu

Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim
diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut
pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan
pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja,
melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat
sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis (The Liang Gie,
1999).

Banyak pengertian-pengertian atau definisi-definisi tentang filsafat yang telah dikemukakan oleh para filsuf.
Menurut Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984), secara harafiah filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Maksud
sebenarnya adalah pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas
serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.

Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikap yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu
sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan
mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus menerus
mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran (Soeparmo, 1984).

Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalnya kekaguman atau
keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia
makin kompleks, maka tidak semuanya dapat dijawab oleh filsafat secara memuaskan. Jawaban yang diperoleh
menurut Koento Wibisono dkk. (1997), dengan melakukan refleksi yaitu berpikir tentang pikirannya sendiri.
Dengan demikian, tidak semua persoalan itu harus persoalan filsafat.

Berikut ini kami paparkan beberapa definisi dari Filsafat Ilmu Menurut para ahli :

1) Robert Ackerman

Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan
terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas
bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.

2) Lewis White Beck

2
Filsafat ilmu adalah ilmu yang membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba
menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.

3) A. Cornelius Benjamin

Filsafat Ilmu adalah sabang pengetahuan filsafat yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya
metode-metodenya, konsep-konsepnya dan peranggapan – peranggapannya, serta letaknya dalam kerangka
umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.

4) Michael V. Berry

Filsafat Ilmu adalah penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara
percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.

5) May Brodbeck

Filsafat Ilmu adalah analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan –
landasan ilmu.

6) Peter Caws

Filsafat Ilmu adalah suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya
melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini
membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi
keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai
suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada
penghapusan ketakajegan dan kesalahan

7) Stephen R. Toulmin

Filsafat Ilmu adalah suatu cabang ilmu filsafat yang mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang
terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbincangan, metode-
metode penggantian dan perhitungan, peranggapan - peranggapan metafisis, dan selanjutnya menilai landasan-
landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika.

8) Menurut Beerling [3] filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara
utnuk memperolehnya. Dengan kata lain filsafat ilmu sesungguhnya merupakan suatu penyelidikan lanjutan. Dia
merupakan suatu bentuk pemikiran secara mendalam yang bersifat lanjutan atau secondary reflexion.Refleksi
sekunder seperti itu merupakan syarat mutlak untuk menentang bahaya yang menjurus kepada keadaan cerai
berai serta pertumbuhan yang tidak seimbang dari ilmu-ilmu yang ada.Refelksi sekunder banyak memberi
sumbangan dalam usaha memberi tekanan perhatian pada metodikaserta sistem dan untuk berusaha
memperoleh pemahaman mengenai azas-azas, latar belakang serta hubungan-hubungan yang dipunyai kegiatan
ilmiah. Sumbangan tersebut bisa berbentuk

(1) mengarahkan metode-metode penyelidikan ilmiah kejuruan kepada penyelenggaaraan kegiatan ilmiah ;

3
(2) menerapkan penyelidikan kefilsafatan terhadap terhadap kegiatan-kegiatan ilmiah. Dalam hal ini
mempertanyakan kembali secara de-jure mengenai landasan-landasan serta azas-azas yang memungkinkan ilmu
itu memberi pembenaran pada dirinya serta apa yang dianggapnya benar.

Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan
yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun
aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi ( filsafat pengetahuan ) yang
secara spesifik mengkaji hakikat ilmu, seperti :

 Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut ? Bagaimana hubungan
antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ?( Landasan ontologism )

 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu ? Bagaimana
prosedurnya ? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar ? Apakah
kriterianya ? Apa yang disebut kebenaran itu ? Adakah kriterianya ? Cara / teknik / sarana apa yang membantu
kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu ?( Landasan epistemologis )

 Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan ? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan
tersebut dengan kaidah-kaidah moral ? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan
moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan
norma-norma moral / profesional ?( Landasan aksiologis ).

2.2. Objek Filsafat Ilmu

“ No problem, no science ”. Ungkapan Archi J Bahm ini seolah sederhana namun padat akan makna. Dari
ungkapan ini kita bisa mengetahui bahwasanya Filsafat Ilmu muncul dari adanya permasalahan tertentu. Filsafat
Ilmu, menurut Bahm, diperoleh dari pemecahan suatu masalah keilmuan. Tidak ada masalah, berarti tidak ada
solusi. Tidak ada solusi berarti tidak memperoleh metode yang tepat dalam memecahkan masalah. Ada metode
berarti ada sistematika ilmiah.

Objek dari Filsafat Ilmu terbagi kedalam dua bagian, yaitu objek material dan objek formal :

2.2.1. Objek Material filsafat

Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki,
di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang
abstrak.

Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada
dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :

4
a. Ada yang bersifat umum ( ontology ), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada
umumnya.

b. Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak ( theodicae ) dan tidak mutlak yang
terdiri dari manusia ( antropologi metafisik ) dan alam ( kosmologi ).

Sedangkan menurut Surajiyo dkk. obyek material dimaknai dengan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian
atau pembentukan pengetahuan. Obyek material juga berarti hal yang diselidiki, dipandang atau disorot oleh
suatu disiplin ilmu. Obyek material mencakup apa saja, baik yang konkret maupun yang abstrak, yang materil
maupun yang non-materil. Bisa pula berupa hal-hal, masalah-masalah, ide-ide, konsep-konsep dan sebagainya.
Misal: objek material dari sosiologi adalah manusia. Contoh lainnya, lapangan dalam logika adalah asas-asas yang
menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Maka, berpikir merupakan obyek material logika.

Istilah obyek material sering juga disebut pokok persoalan (subject matter). Pokok persoalan ini dibedakan atas
dua arti, yaitu :

 Pokok persoalan ini dapat dimaksudkan sebagai bidang khusus dari penyelidikan faktual. Misalnya:
penyelidikan tentang atom termasuk bidang fisika; penyelidikan tentang chlorophyl termasuk penelitian bidang
botani atau bio-kimia dan sebagainya.

 Dimaksudkan sebagai suatu kumpulan pertanyaan pokok yang saling berhubungan. Misalnya: anatomi dan
fisiologi keduanya berkaitan dengan struktur tubuh. Anatomi mempelajari strukturnya sedangkan fisiologi
mempelajari fungsinya. Kedua ilmu tersebut dapat dikatakan memiliki pokok persoalan yang sama, namun juga
dikatakan berbeda. Perbedaaan ini dapat diketahui apabila dikaitkan dengan corak-corak pertanyaan yang
diajukan dan aspek-aspek yang diselidiki dari tubuh tersebut. Anatomi mempelajari tubuh dalam aspeknya yang
statis, sedangkan fisiologi dalam aspeknya yang dinamis.

2.2.2. Objek Formal filsafat

Obyek formal adalah pendekatan-pendekatan secara cermat dan bertahap menurut segi-segi yang dimiliki obyek
materi dan menurut kemampuan seseorang. Obyek formal diartikan juga sebagai sudut pandang yang ditujukan
pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut pandang darimana obyek material
itu disorot. Obyek formal suatu ilmu tidak hanya memberikan keutuhan ilmu, tetapi pada saat yang sama
membedakannya dari bidang-bidang lain. Suatu obyek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang
sehingga menghasilkan ilmu yang berbeda-beda. Oleh karena itu, akan tergambar lingkup suatu pengetahuan
mengenai sesuatu hal menurut segi tertentu. Dengan kata lain, “tujuan pengetahuan sudah ditentukan.

Misalnya, obyek materialnya adalah “manusia”, kemudian, manusia ini ditinjau dari sudut pandang yang
berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia, diantaranya : psikologi, antropologi,
sosiologi dan sebagainya.

5
2.2.3. Implikasi Obyek Material dan Obyek Formal

Persoalan-persoalan umum ( implikasi dari obyek material dan obyek formal ) yang ditemukan dalam bidang ilmu
filsafat antara lain sebagai berikut :

§ Sejauh mana batas-batas atau ruang lingkup yang menjadi wewenang masing-masing ilmu filsafat itu, dari
mana ilmu filsafat itu dimulai dan sampai mana harus berhenti.

§ Dimanakah sesungguhnya tempat-tempat ilmu filsafat dalam realitas yang melingkupinya.

§ Metode-metode yang dipakai ilmu tersebut berlakunya sampai dimana.

§ Apakah persoalan kausalitas ( hubungan sebab-akibat yang berlaku dalam ilmu ke-alam-an juga berlaku juga
bagi ilmu-ilmu sosial maupun humaniora ).

6
BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

Definisi nominalis ialah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum dimengerti. Definisi Realis
ialah penjelasan tentang hal yang ditandai oleh sesuatu istilah.

Filsafat ilmu adalah telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau
dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari
epistemologi ( filsafat pengetahuan ) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu

Tujuan filsafat ilmu adalah :

1. Mendalami unsure-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat
dan tujuan ilmu.

2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita dapat
gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara histories.

3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama
untuk membedakan persoalan yang alamia dan non-alamia.

4. Mendorong pada calon ilmuan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkanya.

5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.

2. Saran – Saran

Sudah selayaknya kita mengoptimalkan akal ini untuk berfikir, jangan sampai kita terus memanjakan akal ini
dengan berfikir hal – hal yang mudah, sekali – kali marilah kita belajar Filsafat, agar akal ini mampu berkembang
dan berfikir secara dalam. ingatlah perkataan dari KH. Abdul Rahmat bahwa seorang pahlawan itu adalah orang
yang mampu berfikir secara dalam dan mempunyai pandangan yang luas.

7
8

Anda mungkin juga menyukai

  • 36
    36
    Dokumen12 halaman
    36
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 17
    17
    Dokumen14 halaman
    17
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 37
    37
    Dokumen18 halaman
    37
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Puji Sukur Kita Panjatkan Kepada Allah SWT Atas Segala Nikmat Yang Telah Diberikan
    Kata Pengantar Puji Sukur Kita Panjatkan Kepada Allah SWT Atas Segala Nikmat Yang Telah Diberikan
    Dokumen11 halaman
    Kata Pengantar Puji Sukur Kita Panjatkan Kepada Allah SWT Atas Segala Nikmat Yang Telah Diberikan
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 8
    8
    Dokumen12 halaman
    8
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Puji Syukur Kita Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
    Kata Pengantar Puji Syukur Kita Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
    Dokumen15 halaman
    Kata Pengantar Puji Syukur Kita Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 28
    28
    Dokumen15 halaman
    28
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 8
    8
    Dokumen12 halaman
    8
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 29
    29
    Dokumen11 halaman
    29
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 41
    41
    Dokumen14 halaman
    41
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 9
    9
    Dokumen11 halaman
    9
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Puji Sukur Kita Panjatkan Kepada Allah SWT Atas Segala Nikmat Yang Telah Diberikan
    Kata Pengantar Puji Sukur Kita Panjatkan Kepada Allah SWT Atas Segala Nikmat Yang Telah Diberikan
    Dokumen11 halaman
    Kata Pengantar Puji Sukur Kita Panjatkan Kepada Allah SWT Atas Segala Nikmat Yang Telah Diberikan
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 21
    21
    Dokumen13 halaman
    21
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 18
    18
    Dokumen11 halaman
    18
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 21
    21
    Dokumen13 halaman
    21
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Puji Syukur Kita Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
    Kata Pengantar Puji Syukur Kita Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
    Dokumen15 halaman
    Kata Pengantar Puji Syukur Kita Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 35
    35
    Dokumen10 halaman
    35
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 38
    38
    Dokumen16 halaman
    38
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 28
    28
    Dokumen15 halaman
    28
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 19
    19
    Dokumen8 halaman
    19
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 23
    23
    Dokumen17 halaman
    23
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 5
    5
    Dokumen10 halaman
    5
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 10
    10
    Dokumen16 halaman
    10
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 31
    31
    Dokumen9 halaman
    31
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen9 halaman
    2
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 9
    9
    Dokumen11 halaman
    9
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 3
    3
    Dokumen16 halaman
    3
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 26
    26
    Dokumen8 halaman
    26
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat
  • 26
    26
    Dokumen8 halaman
    26
    Mohamed Anang
    Belum ada peringkat