Anda di halaman 1dari 29

Wrap Up

Skenario 2
Blok Medikolegal
“Mayat Perempuan di Kamar Kos”

Kelompok B.05
Ketua : Tamara Firdaus Anindhita (1102012292)
Sekretaris : Soraya Dwi Khairunnisa (1102012285)
Anggota : Nur Isnaeni Evry .K. (1102012203)
Nuryadi Hermita (1102012209)
Rania Merriane Devina (1102012224)
Rika Dwi Angriani (1102012247)
Rivanti Medyana Putri (1102012249)
Septha Amelia Dewi (1102012269)
Syifa Ananta Khairunnisa (1102012290)
Yunisa Trivarsary (1102012314)

Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI Jakarta
2015/2016
Skenario 2
Mayat Perempuan di Kamar Kos

Mayat seorang permepuan diduga berusia 23 tahun ditemukan meninggal di kamar


kos-kosannya di daerah Salemba. Korban ditemukan setengah telanjang dengan
tangan diikat dan mulut di sumpal. Mayat dalam keadaan mulai membusuk, berbau,
ditemukan belatung pda bagian lubang hidungnya, kulit mulai mengelupas dan tampak
pembuluh darah mulai melebar pada bagian dada dan leher. Diperkirakan kejadian
sekitar 3 hari yang lalu.
Polisi menduga korban diperkosa sebelum dibunuh. Tim identifikasi mengambil
sidik jari korban dan mengambil swab vagina untuk memastikan adanya sperma
pelaku.

1
Kata Sulit:-
Pertanyaan:
1. Mengapa mayat menjadi busuk dan bau?
2. Bagaimana cara menentukan waktu kematian?
3. Bagaimana cara menentukan korban diperkosa sebelum dibunuh?
4. Selain swab vagina, apa saja cara untuk mengidentifikasi kasus perkosaan?
5. Darimanakah sumberbelatung pada lubang hidung, mengapa terdapat
belatung pada mayat?
6. Sebutkan faktor- faktor yang mempengaruhi pembusukan mayat!
7. Mengapa terjadi pengelupasan kulit dan pelebaran pembuluh darah pada
dada dan leher?
8. Bagaimana menentukan penyebab kematian?
Jawaban:
1. Terdapat gas- gas diantara epidermis dan dermis pecah daerah
berminyaktekanan pembusukan dari dalam
2. Hitung usis dari belatung terbesar
3. Terlihat tanda- tanda perlawanan
4. Periksa TKP
5. Lalat bertelur di hidung mayat
6. Internal : umur, jenis kelamin, kondisi tubuh, adanya perlukaan
Eksternal : suhu, lingkungan,invasi serangga
7. Pengelupasan kulit: terdapat gas- gas diantara epidermis dan dermis
pecah daerah berminyaktekanan pembusukan dari dalam
Pelebaran pembuluh darah: terdapat bakteri yang melepaskan gas- gas yang
mengisi pembuluh darah
8. Obstruksi jalan nafas

2
Hipotesis

Ditemukan mayat berbau busuk di kamar kos, lalu dilakukan identifikasi.


Pada identifikasi ditemukan pengelupasan kulit, pelebaran pembuluh darah dan
ditemukan juga belatung pada lubang hidungnya, adapun dari belatung- belatung
tersebut dapat diketahui perkiraan waktu kematian. Untuk mengidentifikasi
penyebab kematian dilakukan pemeriksaan TKP dan pemeriksaan swab vagina,
diduga bahwa korban diperkosa sebelum dibunuh.

3
Sasaran Belajar

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Investigasi Kasus Pemerkosaan

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Thanatologi

LO 2.1. Memahami dan Menjelaskan Perubahan Pasca Kematian

LO 2.2. Memahami dan Menjelaskan Perkiraan Waktu Kematian

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Visum Et Repertum

LI 4. Memahami dan Menjelaskan Hukum dan Sanksi Perkosaan dan Pembunuhan


dalam Islam

4
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Investigasi Kasus Pemerkosaan

Investigasi Kasus Pemerkosaan


Tugas dokter dalam kasus delik kesusilaan ini adalah membuktikan:
- Adanya persetubuhan
- Adanya tanda kekerasan
- Adanya tanda kedewasaan

1. ADANYA PERSETUBUHAN
Tanda penetrasi Ejakulat
--------- dan/ atau ------

Fenomena: (usap vagina)

1.Deflorasihimen pada perawan: robekan baru


sampai kedasar, biasanya di posterior

2.Mungkin ada tanda kekerasan di vulva/ vagina -memang tidak ada


Ada Tidak ada -dibersihkan
3.Epitel vagina di penis pelaku
-diluar (coitus
interuptus)

Sperma Semen

Florosensi
Ada Tidak ada test, dll.

-azospermi
Memang False
ada positif -lisis

 Umur sperma ± 3 hari


 Masih tampak bergerak/ motil (tanpa pewarnaan) selama 5 jam.
 Lisis setelah 5 hari, namun pada suasana basa (ovulasi) dapat sampai 2
minggu, bahkan pada orang mati dapat sampai 20 hari.
 Dari semen seseorang yang tipe secretor dapat ditentukan golongan darah
ABO-nya.
 Bila hymen intak sedangkan semen/ sperma positif, kemungkinannya:
- Ejakulasi prekoks, hymen yang elastis atau penis yang terlalu kecil.

5
II. TANDA-TANDA KEKERASAN
Tergantung pada kasusnya:
- Luka tangkisan, cekikan, usaha perlawanan, dsb.
- Tanda bekas pingsan/ tidak berdaya/ pengaruh obat tertentu.
- Benda bukti biologis pelaku, seperti serpihan kulit dari ujung kuku korban,
rambut kepala maupun pubis, darah, dll yang sering dapat ditentukan jenis
kelaminnya, golongan darah ABO-nya yang berguna bagi identifikasi.

VISUM PERKOSAAN DAN PERSETUBUHAN KRIMINAL LAINNYA


Pemeriksaan dimulai bila telah ada :
- Permintaan tertulis dari polisi yang berwenang
- Korban diantar polisi sebagai pemastian identitas
- Ijin tertulis dari korban/ keluarganya
- Saksi (perawat) wanita seperti pendamping dokter
a. Catat semua data yang didapatkan
b. Catat nama polisi, nama pendamping (saksi), nama korban, dsb.
c. Catat pula tempat kejadian yang sebaiknya diperiksa juga untuk
mendapatkan benda bukti biologis di tempat tersebut.
d. Periksa keadaan umum, pakaian, kesadaran, tanda kekerasan, dsb.
e. Catat hasil pemeriksaan local.
f. Bila korban tidak berdaya, periksalah tokiskologis.

KESIMPULAN VISUM ET REPERTUM:


Pada wanita ini : nama; umur (bila umur tidak diketahui, sebutkan pantas
dikawin/ tidak), didapatkan:
- Tanda kekerasan…..
- Selaput dara (deskripsi bentuk luka dan lokasi/ jam)…
- Bila tidak ada kerusakan : tidak ada tanda kekerasan
- Bila rusak : mengalami robek yang (bisa) diakibatkan oleh alat kemaluan
pria dalam keadaan ereksi.
- Bila ragu : mengalami robek sehingga alat kemaluan pria dalam keadaan
tegang tidak dapat masuk tanpa mengakibatkan kerusakan seperti ini.
- Bila robek lama : terdapat robekan lama.
(Contoh deskripsinya : terdapat robekan yang tepinya masih/ tidak berdarah,
rata/ tidak, sampai kedasar/ tidak dan terdapat di tempat yang sesuai dengan
arah jarum jam pada jam…)
- Didapatkan sperma pada pemeriksaan usap vagina…

6
CATATAN
Robekan hymen akibat olahraga (bukan persetubuhan) biasanya tidak sampai
dasar dan lokasinya disembarang tempat, sedangkan akibat persetubuhan
biasanya sampai ke dasar dan pada arah jam 5 – 7.

PEMERIKSAAN BERCAK AIR MANI


A. Pemeriksaan spermatozoa:

1. Preparat tanpa pewarnaan (langsung):


- Usapkan cairan vagina yang dicurigai pada kaca objek
- Tambahkan 1-2 tetes NaCl 0,9%
- Tutup dengan kaca penutup dan lihat pada mikroskop (obyektif 40x)

Interpretasi:
- Biasanya akan terlihat spermatozoa (pada pelaku yang bukan azospermia).
- Gerakan-gerakan spermatozoa menunjukkan ejakulasi, 30-60 menit (psca
senggama).

2.Preparat dengan pewarnaan


1. Malachite – Green
- Usapkan cairan yang dicurigai pada kaca objek dan keringkan
- Warnai sengan larutan malachite – green 1% selama 1 menit, lalu cuci dengan air
- Warnai dengan larutan Eosin Yellowish 1% selama 1 menit, lalu cuci dengan air
- Lihat pada mikroskop dengan pembesaran sedang (obyektif 40x).

Interpretasi:
Bila terdapat spermatozoa, maka kepala spermatozoa berwarna merah ungu dan
lehernya berwarna merah muda.

2.Pewarnaan Baechi (pada bercak-bercak di pakaian/ kain)


- Buat reagen Baechi dengan mencampur Acid fuschin 1% (1 tetes) + Methylene
Blue (1/2 tetes) + Hcl 1% (40 tetes).
-Gunting kain yang dicurigai pada daerah yang bentuknya tebal seluas 5mm x 5mm.
-Dengan pinset, celupkan potongan kain terebut pada reagen selama 2-3 menit.
-Cuci dengan Hcl 1%
-Dehidrasi dengan mencelupkan berturut-turut pada; Alkohol 70%, Alkohol 80%
dan Alkohol absolut.
-Jernihkan dengan mencelupkan pada Xylol dan keringkan dengan kertas saring.
-Letakkan potongan kain tsb, pada kaca objek dan diambil sehelai benang dari
potongan kain tsb dengan jarum.
-Uraikan benang tsb pada kaca objek sampai menjadi serabut-serabut.
- Tetesi serabut-serabut tsb dengan balsam Kanada.

7
- Tutup dengan kaca penutup dan ditekan, lalu dilihat dibawah mikroskop dengan
pembesaran sedang.

Interpretasi:
Bila bercak tsb adalah semen maka akan terlihat spermatozoa diantara serabut-
serabut benang. Dengan kepala berwarna merah dan ekor berwarna biru muda.

B. Pemeriksaan cairan mani


Dasar: adanya Cholin dalam cairan mani.

1. Reaksi Florence : - Buat reagen dengan mencampur Iodium 1gr + larutan lugol
Kj 2 gr + aquadest 40ml.
-Bercak di ekstrasi pada kaca objek dan keringkan,
-Letakkan ekstrak pada kaca objek dan keringkan.
-Tutup bercak tsb dengan kaca penutup.
-Teteskan reagen dipinggir kaca penutup dan biarkan mengalir bercampur ekstrak
tsb.
-Lihat dibawah mikroskop.
Interpretasi : (+) Bila ditemukan Kristal-kristal Choline per Iodida – (berbentuk
daun bamboo dengan warna coklat).
DD : Sekret vagina dapat memberikan reaksi positif.

2. Reaksi Berberio
Dasar: adanya sperma dalam cairan mani.
Cara: mirip dengan reaksi Florence, hanya reagen nya diganti Larutan pikrat jenuh.

C. Pemeriksaan tersangka
1. Tempelkan gland penis pada kaca objek dengan erat dan keringkan
secukupnya.
2. Letakkan kaca objek tsb diatas cawan yang berisi larutan lugol Kj dan
terkena uap lugol.
3. Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran sedang.

Interpretasi:
 Bila memang telah terjadi persetubuhan, maka akan terlihat epitel vagina
(sel yang besar-besar berwarna coklat).
 Epitel penis akan berwarna kekuning-kuningan.

8
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Thanatologi

Pengertian Thanatologi
Definisi: Thanatologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
perubahan yang terjadi sesudah kematian dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Mati somatic/ klinis: Terhentinya kegiatan-kegiatan (aktifitas) ketiga system
tubuh, yaitu kardiovaskuler, pernafasan dan susunan saraf pusat yang menetap/
irreversible.
Mati suri: Terhentinya aktivitas ketiga system tersebut yang reversible.
Mati serebral: Terhentinya satu system yaitu susunan saraf pusat,
sedangkan kedua system lainnya dipertahankan dengan alat.
Mati seluler: Terhentinya aktivitas telah mencapai tingkat sel/ jaringan, bukan
hanya system saja.
Kecepatan kematian seluler setelah kematian somatic untuk tiap-tiap jaringan
tidaklah sama, yang paling cepat adalah otak (SSP).
Pengetahuan tentang kematian seluler berguna bagi usaha transplantasi.

Kematian dapat dideteksi dari tanda-tanda berhentinya ketiga system tersebut:


 Susunan saraf: arefleks, relaksasi, pendataran gambaran EEC.
 Kardiovaskular: denyut nadi berhenti, detak jantung berhenti, dan
pendataran gambaran ECG.
 Pernafasan: gerak pernafasan tak tapak dan bising nafas tidak terdengar
selama lebih dari 30 menit (ingat Cheyne Stokes)

LO 2.1. Memahami dan Menjelaskan Perubahan Pasca Kematian

Perubahan pada tubuh setelah kematian 

Perubahan pada tubuh mayat adalah dengan melihat tanda kematian pada tubuh
tersebut.Perubahan dapat terjadi dini pada saat meninggal atau beberapa menit
kemudian, misalnya:

1. Kerja jantung dan peredaran darah terhenti,


2. Pernafasan berhenti,
3. Refleks cahaya dan kornea mata hilang,
4. Kulit pucat,
5. Terjadi relaksasi otot.

Tanda tidak pasti kematian 


1. Pernafasan berhenti,dinilai selama lebih dari 10 menit (inspeksi, palpasi,
auskultasi)

9
2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba
3. Kulit pucat, tapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya,karena
mungkin terjadi spasme agonal sehingga wajah tampak kebuiruan
4. Tonus otot menghilang dan ralaksasi. Relaksasi otot-otot wajah
menyebabkan kulit menimbul, sehingga kadang-kadang membuat orang
menjadi tampak lebih muda. Kelemasan otot sesaat setalah kematian disebut
relaksasi primer.
5. Pembukuh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setalah
kematian
6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang
masih dapat dihilangkan dengan menetaskan air

TANDA PASTI KEMATIAN


Faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan saat terjadinya kematian adalah:
a. Livor mortis (lebam jenazah)
Livor mortis atau lebam mayat terjadi akibat pengendapan eritrosit
sesudah kematian akibat berentinya sirkulasi dan adanya gravitasi bumi .
Eritrosit akan menempati bagian terbawah badan dan terjadi pada bagian
yang bebas dari tekanan. Muncul pada menit ke-30 sampai dengan 2 jam.
Intensitas lebam jenazah meningkat dan menetap 8-12 jam. Lebam jenazah
normal berwarna merah keunguan. Tetapi pada keracunan sianaida (CN)
dan karbon monoksida (CO) akan berwarna merah cerah (cherry red).

b. Rigor mortis (kaku jenazah)


Rigor mortis atau kaku jenazah terjadi akibat hilangnya ATP. ATP
digunakan untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi
relaksasi otot. Namun karena pada saat kematian terjadi penurunan
cadangan ATP maka ikatan antara aktin dan myosin akan menetap
(menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah. Rigor mortis akan mulai
muncul 2 jam postmortem semakin bertambah hingga mencapai maksimal
pada 12 jam postmortem. Kemudian setelah itu akan berangsur-angsur
menghilang sesuai dengan kemunculannya. Pada 12 jam setelah kekakuan
maksimal (24 jam postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada lagi. Faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya kaku jenazah adalah suhu tubuh,
volume otot dan suhu lingkungan. Makin tinggi suhu tubuh makin cepat
terjadi kaku jenazah. Rigor mortis diperiksa dengan cara menggerakkan
sendi fleksi dan antefleksi pada seluruh persendian tubuh.
Hal-hal yang perlu dibedakan dengan rigor mortis atau kaku jenazah adalah:
1. Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian
dan menetap sesudah kematian akibat hilangnya ATP lokal saat mati
karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum mati.

10
2. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena
panas sehingga serabut otot memendek dan terjadi flexi sendi. Misalnya
pada mayat yang tersimpan dalam ruangan dengan pemanas ruangan
dalam waktu yang lama.
3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin
sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak
subkutan sampai otot.

c. Body temperature (suhu badan)


Pada saat sesudah mati, terjadi karena adanya proses pemindahan
panas dari badan ke benda benda di sekitar yang lebih dingin secara radiasi,
konduksi, evaporasi dan konveksi. Penurunan suhu badan dipengaruhi oleh
suhu lingkungan, konstitusi tubuh dan pakaian. Bila suhu lingkugan rendah,
badannya kurus dan pakaiannya tipis maka suhu badan akan menurun lebih
cepat. Lama kelamaan suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan.
Perkiraan saat kematian dapat dihitung dari pengukuran suhu jenazah
perrektal (Rectal Temperature/RT). Saat kematian (dalam jam) dapat
dihitung rumus PMI (Post Mortem Interval) berikut.
Formula untuk suhu dalam o Celcius PMI = 37 o C-RT o C +3
Formula untuk suhu dalam o Fahrenheit PMI = (98,6 o F-RT o F) : 1,5

d. Degree of decomposition (derajat pembusukan)


Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena
autolisis dan kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna
kehijauan dimulai dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan
berbau busuk karena terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lainlain. Gas yang
terjadi menyebabkan pembengkakan. Akibat proses pembusukan rambut
mudah dicabut, wajah membengkak, bola mata melotot, kelopak mata
membengkak dan lidah terjulur. Pembusukan lebih mudah terjadi pada
udara terbuka suhu lingkungan yang hangat/panas dan kelembaban tinggi.
Bila penyebab kematiannya adalah penyakit infeksi maka pembusukan
berlangsung lebih cepat.
Proses-Proses Spesifik pada Jenazah Karena Kondisi Khusus
a. Mummifikasi
Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan
terdehidrasi dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu.
Jaringan akan berubah menjadi keras, kering, warna coklat gelap,
berkeriput dan tidak membusuk.
b. Adipocere
Adipocere adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan,
lunak dan berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh
postmortem. Lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas
karena kerja lipase endogen dan enzim bakteri.
Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban
dan suhu panas. Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa

11
minggu sampai beberap bulan. Adipocere relatif resisten terhadap
pembusukan.

e. Stomach Content (isi lambung)


Pengosongan lambung dapat dijadikan salah satu petunjuk
mengenai saat kematian. Karena makanan tertentu akan membutuhkan
waktu spesifik untuk dicerna dan dikosongkan dari lambung. Misalnya
sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan makan besar
membtuhkan waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna.

f. Insect activity (aktivitas serangga)


Aktivitas serangga juga dapat digunakan untuk memperkirakan saat
kematian yaitu dengan menentukan umur serangga yang biasa ditemukan
pada jenazah. Necrophagus species akan memakan jaringan tubuh jenazah.
Sedangkan predator dan parasit akan memakan serangga Necrophagus.
Omnivorus species akan memakan keduanya baik jaringan tubuh maupun
serangga. Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah
1-2 hari postmortem. Larva ditemukan pada 6-10 hari postmortem.
Sedangkan larva dewasa yang akan berubah menjadi pupa ditemukan pada
12-18 hari.

g. Scene markers (tanda-tanda yang ditemukan pada sekitar tempat kejadian)

LO 2.2. Memahami dan Menjelaskan Perkiraan Waktu Kematian

Estimasi Waktu Kematian


Ahli entomologi forensik sering memeriksa bukti serangga pada mayat
manusia dan menetukan berapa lama serangga tersebut berada di mayat. Periode
waktu tersebut di interpretasikan dalam postmortem interval (PMI) atau waktu
sejak kematian. Analsis PMI terbagi menjadi dua, yakni precolonization interval
(pre-CI) dan postcolonization interval(post-CI).
 HUMOR VITREUS
Memperkirakan saat mati secara kimia dalam humor vitreus sudah pernah
dicoba selama 30 tahun belakangan ini, walaupun tidak pernah diterima sebagai
pemeriksaan rutin. Dasar pemikiran dari digunakannya humor vitreus dalam
penentuan saat mati ialah karena cairan ini bebas terkontaminasi dari darah, bakteri
dan produk-produk autolisa postmortem bila dibandingkan dengan LCS.
Sebenarnya banyak yang dapat dinilai untuk penentuan saat mati melalui humor
vitreus, seperti mengukur kadar asam askorbat, konsentrasi asam piruvat,
hypoxanthine,glukosa dan potassium, tetapi yang paling banyak dipakai sebagai
penentuan saat mati adalah kadar potassium dalam humor vitreus.Pengikut
pengikut Jaffe adalah yang pertama kali memperkenalkan peningkatan kadar

12
potassium dan menghubungkannya dengan saat kematian, dan John Coe adalah
forensik patologis yang berpengalaman dalam hal ini. Sesudah kematian, potassium
interseluler menembus masuk kedalam retina melalui membran sel yang setelah
kematian menjadi membran yang permeable, dan kemudian masuk kedalam corpus
vitreus. Disini terdapat peningkatan yang nyata dan progressif dari konsentrasi
potassium sesudah mati, tetapi masih menjadi perdebatan apakah peningkatan ini
secara linear atau bifasik. Cara pengambilan humor vitreus ini tidaklah sulit, hanya
dibutuhkan 2 ml dari tiap mata dengan jarum lunak syringe no 20. Sering didapati
perbedaan kadar potassium mata kiri dan mata kanan dalam satu individu. Selain
itu bila aspirasinya dilakukan secara paksa atau terlalu dekat dengan retina dapat
mengubah nilai dari hasil pemeriksaan oleh karena potassium mencapai vitreus
dengan jalan menembus retina. Pengaruh suhu juga masih menjadi perdebatan yang
penting.13
Elektrolit lain yang dapat diperiksa dari humor vitreus adalah konsentrasi
sodium dan chlorida, dimana konsentrasi elektolit - elektrolit ini megalami
penurunan sesudah kematian, dan ini dapat digunakan untuk memeriksa
reabilitasnya satu sama lain, misalnya kadar potassium adalah < 15 mmol/l maka
kadar sodium dan chlorida dapat diperkirakan, dimana penurunan chlorida kurang
dari 1 mmol/l/jam dan sodium adalah 0.9 mmol/l/jam, sehingga penurunan sodium
disini tidak signifikan pada beberapa jam pertama, berbeda dengan potassium yang
peningkatannya terjadi secara bermakna. Sturner menemukan cara pengukuran
yang paling populer dalam penentuan potassium vitreus untuk penentuan saat mati
dengan menggunakan rumus :13

7,4 x konsentrasi potassium (mEq/L)- 3,91

Teknik analisa yang digunakan untuk menentukan potassium sering


memberi hasil yang berbeda pula, sebagai contoh Coe pada tahun 1985 mengatakan
bahwa penggunaan metode flame fotometrik memberikan nilai 5 mmol/l kurang
untuk sodium , 7 mmol/l kurang untuk potassium dan 10 mmol/l kurang untuk
chloride bila dibandingkan dengan pemeriksaan dengan menggunakan methode
specifik electrode yang modern. Pada orang yang mengalami saat mati yang lama
seperti pada penyakit-penyakit kronis dengan retensi nitrogen memberi hasil yang
berbeda bila dibandingkan dengan sudden death, agaknya gangguan elekrolit
premotral pada pasien juga mempengaruhi hasil pemeriksaan. Hasil dari
pemeriksaan dengan mengunakan flame fotometri dalam mmol/l bila sodium >155
,chloride > 135, dan urea > 40 ini dipercaya sebagai indiksasi dari dehidrasi
antemortem. Bila sodium dan choride adalah normal tetapi kelebihan urea adalah
150, diagnosis uremia dapat diterima. Angka ini berbeda dengan dekomposisi
postmortem dimana konsentrasi sodium adalah < 130, chloride < 105 dan
potassium >20 mellitus. Problem umum yang sering ditemukan dalam autopsi
adalah mendiagnosa diabetes yang tidak terkontrol dan hypoglikemia, glukosa pada
cairan vitreus biasanya turun setelah kematian dan akan mencapai angka nol dalam
beberapa jam. Coe pada tahun 1973 melakukan 6000 analisa , dan dia

13
mendapatkan glukosa vitreus yang lebih dari 11.1 mmol/l adalah indikator yang
tidak variable dari diabetes gula darah rendah antemortem. Sturner pada tahun
1972 menghubungkan adanya kadar glukosa vitreus yang kurang dari 1.4 mmol/l
marupakan petunjuk adanya gula darah yang rendah antemortem, tetapi berapapun
konsentrasinya interprestasi ini tidak reliable untuk dapat digunakan sebagai
pegangan. Pada hipotermia terdapat juga peningkatan glukosa vitreus tetapi tidak
lebih besar dari 11.1 mmol/l.13

 PENGOSONGAN ISI LAMBUNG


Banyak para pathologis memperdebatkan penggunaan isi lambung sebagai
pengukuran saat mati dan menghubungkannya dengan saat makan terakhir sebelum
terjadi kematian. Dasar dari metode pengosongan lambung sebagai penentuan saat
mati adalah bahwa makanan hampir mempunyai waktu yang sama di lambung
sebelum dilepaskan dan masuk kedalam duodenum yang secara fisik sudah diubah
oleh asam lambung , yang diukur pada saat makanan itu ditelan. Adelson
mengatakan secara fisiologis biasanya makanan ringan meninggalkan lambung
dalam 1,5 jam sampai 2 jam sesudah makan, makanan yang jumlahnya sedang
membutuhkan waktu 3 sampai 4 jam untuk meninggalkan lambung, dan untuk
makanan berat memerlukan waktu 4 sampai 6 jam sebelum seluruhnya dikeluarkan
kedalam duodenum. Makanan biasanya mencapai distal ileum antara 6 sampai 8
jam sesudah makan. Modi memberi batasan 4 sampai 6 jam untuk makan daging
dan sayuran dan 6 sampai 7 jam untuk makanan biji-bijian dan kacang-kacangan.
Akan tetapi semua nilai-nilai ini adalah sangat bervariasi dari tiap individu. Metode
terbaru dengan menggunakan teknik radioisotop dalam penelitian mengenai
pengosongan lambung memperlihatkan hal-hal yang menarik. Bila makanan padat
dimakan bersama dengan air maka air akan meninggalkan lambung lebih cepat
terlepas dari sifat atau kandungan kalori dari bagian yang padat. Akan tetapi cairan
yang mengandung kalori ternyata tinggal lebih lama dalam lambung.
Pengalaman menunjukan bahwa waktu pengosongan lambung ini tidaklah
konstan, waktu pengosongan lambung yang lama tidak hanya disebabkan oleh
penyakit dalam saluran cerna saja tetapi juga oleh faktor-faktor psikologis atau
trauma fisik terutama yang mengenai kepala.
 PERTUMBUHAN RAMBUT
Pengetahuan mengenai rata-rata tumbuh rambut memberi petunjuk dalam
membuat perkiraan kapan saat cukur terakhir.Sejak rambut berhenti
pertumbuhannya pada saat kematian maka panjang dari jenggot mayat mungkin
dapat menjadi pemikiran tentang lamanya waktu antara kematian dan cukur
terakhir. Gonzales dkk, pada tahun 1954 mengatakan rata-rata pertumbuhan rambut
adalah 0,4 mm/hari, sedangkan Balthazard seperti yang dikutip oleh Derobert dan
Le Breton tahun 1951 mengatakan rata-rata pertumbuhan rambut adalah 0,5
mm/hari, dan menurut Glaister pada tahun 1973 adalah 1-3 mm/minggu, akan tetapi
pada tiap2 individu mempunyai perbedaan dalam rata pertumbuhan dalam area
yang sama, juga variasi rata-rata dari satu tempat ke tempat lain di muka dan juga

14
berbeda dari satu individu ke individu yang lain. Selain itu variasi musim atau iklim
mempengaruhi metabolisme dari tubuh itu sendiri. Pada pria rata-rata pertumbuhan
rambut pipi adalah 0,25 mm/hari dalam bulan agustus-oktober di antartica, akan
tetapi pada temperatur iklim di Lautan Pasifik dalm bulan April adalah 0,325 mm.13

Pertumbuhan panjang jenggot diukur dengan mencukur mayat, dan


diletakkannya di atntara slide dan gelas objek yang kemudian diukur dibawah
mikroskop 80% dari rambut-rambut ini aka menunjukkan panjang yang sama.13
Observasi terhadap bpertumbuhan rambut jenggot dalam menentukan saat mati
harus dilakukan dalam 24 jam pertama sesudah kematian karena sesuadah ini kulit
akan mengkerut dan ini akan menyebabkan rambut akan lebih menonjol di atas
permukaan dalam 48 jam setelah kematian, fenomena ini yang sering dikira bahwa
rambut masih terus tumbuh setelah kematian.
 TULANG
Gambaran Fisik
Tulang-tulang yang baru mempunyai sisa jaringan lunak yang melekat pada
tendon dan ligamen, khususnya di sekitar ujung sendi.Periosteum kelihatan
berserat, melekat erat pada permukaan batang tulang. Tulang rawan mungkin masih
ada dijumpai pada permukaan sendi. Melekatnya sisa jaringan lunak pada tulang
adalah berbeda-beda tergantung kondisi lingkungan, dimana tulang terletak.
Mikroba mungkin dengan cepat merubah seluruh jaringan lunak dan tulang rawan,
kadang dalam beberapa hari atau pun beberapa minggu. Jika mayat dikubur pada
tempat atau bangunan yang tertutup, jaringan yang kering dapat bertahan sampai
beberapa tahun. Pada iklim panas mayat yang terletak pada tempat yang terbuka
biasanya menjadi tinggal rangka pada tahun-tahun pertama, walaupun tendon dan
periosteumnya mungkin masih bertahan sampai lima tahun atau lebih.14

Secara kasar perkiraan lamanya kematian dapat dilihat dari keadaan tulang seperti
:
1. Dari Bau Tulang
Bila masih dijumpai bau busuk diperkirakan lamanya kematian kurang
dari 5 bulan.Bila tidak berbau busuk lagi kematian diperkirkan lebih
dari 5 bulan.
2. Warna Tulang
Bila warna tulang masih kekuning-kuningan dapat diperkirakan
kematian kurang dari 7 bulan.Bila warna tulang telah berwarna agak
keputihan diperkirakan kematian lebih dari 7 bulan.
3. Kekompakan Kepadatan Tulang
Setelah semua jaringan lunak lenyap, tulang-tulang yang baru
mungkin masih dapat dibedakan dari tulang yang lama dengan
menentukan kepadatan dan keadaan permukaan tulang.Bila tulang
telah tampak mulai berpori-pori, diperkirakan kematian kurang dari 1
tahun.Bila tulang telah mempunyai pori-pori yang merata dan rapuh
diperkirakan kematian lebih dari 3 tahun.

15
Keadaan diatas berlaku bagi tulang yang tertanam di dalam tanah. Kondisi
penyimpanan akan mempengaruhi keadaan tulang dalam jangka waktu tertentu
misalnya tulang pada jari-jari akan menipis dalam beberapa tahun bahkan sampai
puluhan tahun jika disimpan dalam ruangan.14
Tulang baru akan terasa lebih berat dibanding dengan tulang yang lebih tua.
Tulang-tulang yang baru akan lebih tebal dan keras, khususnya tulang- tulang
panjang seperti femur. Pada tulang yang tua, bintik kolagen yang hilang akan
memudahkan tulang tersebut untuk dipotong. Korteks sebelah luar seperti pada
daerah sekitar rongga sumsum tulang, pertama sekali akan kehilangan stroma, maka
gambaran efek sandwich akan kelihatan pada sentral lapisan kolagen pada daerah
yang lebih rapuh. Hal ini tidak akan terjadi dalam waktu lebih dari sepuluh tahun,
bahkan dalam abad, kecuali jika tulang terpapar cahaya matahari dan elemen lain.
Merapuhnya tulang-tulang yang tua, biasanya kelihatan pertama sekali pada ujung
tulang-tulang panjang, tulang yang berdekatan dengan sendi, seperti tibia atau
trochanter mayor dari tulang paha.Hal ini sering karena lapisan luar dari tulang
pipih lebih tipis pada bagian ujung tulang dibandingkan dengan di bagian batang,
sehingga lebih mudah mendapat paparan dari luar. Kejadian ini terjadi dalam
beberapa puluh tahun jika tulang tidak terlindung, tetapi jika tulang tersebut
terlindungi, kerapuhan tulang akan terjadi setelah satu abad. Korteks tulang yang
sudah berumur, akan terasa kasar dan keropos, yang benar-benar sudah tua mudah
diremukkan ataupun dapat dilobangi dengan kuku jari.14

a. Tes Fisika
Seperti pemeriksaan gambaran fisik dari tulang, fluoresensi cahaya ultra violet
dapat menjadi suatu metode pemeriksaan yang berguna. Jika batang tulang
dipotong melintang, kemudian diamati ditempat gelap, dibawah cahaya ultra violet,
tulang-tulang yang masih baru akan memancarkan warna perak kebiruan pada
tempat pemotongan. Sementara yang sudah tua, lingkaran bagian luar tidak
berfluorosensi sampai ke bagian tengah. Dengan pengamatan yang baik akan
terlihat bahwa daerah tersebut akan membentuk jalan keluar dari rongga sumsum
tulang. Jalan ini kemudian pecah dan bahkan lenyap, maka semua permukaan
pemotongan menjadi tidak berfluoresensi. Waktu untuk terjadinya proses ini
berubah-ubah, tetapi diperkirakan efek fluoresensi ultra violet akan hilang dengan
sempurna kira-kira 100 -150 tahun. Tes fisika yang lain adalah pengukuran
kepadatan dan berat tulang, pemanasan secara ultra sonik dan pengamatan terhadap
sifat-sifat yang timbul akibat pemanasan pada kondisi tertentu. Semua kriteria ini
bergantung pada berkurangnya stroma organik dan pembentukan dari kalsifikasi
tulang seperti pengeroposannya.14

16
Gambar I : a. Tulang berumur 3 -80 tahun. Kelihatan permukaan pemotongan
tulang meman carkan warna perak kebiruan pada seluruh
pemotongan.
b. Setelah satu abad atau lebih sisa fluoresensi mengerut ke pusat
sumsum tulang.
c. Sebelum fluoresensi menghilang dengan sempurna pada abad
berikutnya.

b. Tes Serologi
Tes yang positif pada pemeriksaan hemoglobin yang dijumpai pada
pemeriksaan permukaan tulang ataupun pada serbuk tulang, mungkin akan
memberikan pernyataan yang berbeda tentang lamanya kematian tergantung pada
kepekaan dari tehnik yang dilakukan. penggunaan metode cairan peroksida yang
hasilnya positif, diperkirakan lamanya kematian sekitar 100 tahun. Aktifitas
serologi pada tulang akan berakhir dengan cepat pada tulang yang terdapat di daerah
berhawa panas.
Pemeriksaan dengan memakai reaksi Benzidin dimana dipakai campuran
Benzidin peroksida. Jika reaksi negatif penilaian akan lebih berarti. Jika reaksi
positif menyingkirkan bahwa tulang masih baru.Reaksi positif, diperkirakan umur
tulang saat kematian sampai 150 tahun. Reaksi ini dapat dipakai pada tulang yang
masih utuh ataupun pada tulang yang telah menjadi serbuk.
Aktifitas Immunologik ditentukan dengan metode gel difusion technique
dengan anti human serum.
Serbuk tulang yang diolesi dengan amoniak yang konsentrasinnya rendah,
mungkin akan memberi reaksi yang positif dengan serum anti human seperti reagen

17
coombs, lama kematian kira-kira 5–10 tahun, dan ini dipengaruhi kondisi
lingkungan.

c. Tes Kimia
Tes Kimia dilakukan dengan metode mikro-Kjeld-hal dengan cara
mengukur pengurangan jumlah protein dan nitrogen tulang. Tulang-tulang yang
baru mengandung kira-kira 4,5 % nitrogen, yang akan berkurang dengan cepat. Jika
pada pemeriksaan tulang mengandung lebih dari 4 % nitrogen, diperkirakan bahwa
lama kematian tidak lebih dari 100 tahun, tetapi jika tulang mengandung kurang
dari 2,4 %, diperkirakan tidak lebih dari 350 tahun. Penulis lain menyatakan jika
nitrogen lebih besar dari 3,5 gram percentimeter berarti umur tulang saat kematian
kurang dari 50 tahun, jika Nitrogen lebih besar dari 2,5 per centimeter berarti umur
tulang atau saat kematian kurang dari 350 tahun.
Inti protein dapat dianalisa, dengan metode Autoanalisa ataupun dengan
Cromatografi dua dimensi. Tulang segar mengandung kira-kira 15 asam amino,
terutama jika yang diperiksa dari bagian kolagen tulang. Glisin dan Alanin adalah
yang terutama.Tetapi Fralin dan Hidroksiprolin merupakan tanda yang spesifik jika
yang diperiksa kolagen tulang.Jika pada pemeriksaan Fralin dan Hidroksiprolin
tidak dijumpai, diperkirakan lamanya kematian sekitar 50 tahun.Bila hanya
didapatkan Fralin dan Hidroksiprolin maka perkiraan umur saat kematian kurang
dari 500 tahun. Asam amino yang lain akan lenyap setelah beratus tahun, sehingga
jika diamati tulang-tulang dari jaman purbakala akan hanya mengandung 4 atau 5
asam amino saja. Sementara itu ditemukan bahwa Glisin akan tetap bertahan
sampai masa 1000 tahun. Bila umur saat kematian kurang dari 70 -100 tahun, akan
didapatkan 7 jenis asam amino atau lebih.
Jadi banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan membusuknya tulang,
disamping jenis tulang itu sendiri mempengaruhi. Tulang-tulang yang tebal dan
padat seperti tulang paha dan lengan dapat bertahan sampai berabad-abad,
sementara itu tulang-tulang yang kecil dan tipis akan hancur lebih cepat.
Lempengan tulang tengkorak, tulang-tulang kaki dan tulang-tulang tangan, jari-jari
dan tulang tipis dari wajah akan membusuk lebih cepat, seperti juga yang dialami
tulang-tulang kecil dari janin dan bayi.
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Visum Et Repertum

Pengertian Visum et Repertum


Secara harfiah kata visum et repertum berasal dari kata visual (= melihat)
dan repertum (= melaporkan), sehingga visum et repertum berarti laporan mengenai
apa yang dilihat atau diperiksa.
Definisi visum et repertum yang dikenal di Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik Indonesia adalah: “Laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atas
permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang dilihat /
diperiksanya berdasarkan keilmuan dan berdasarkan sumpah, untuk kepentingan
peradilan.

18
Dari definisi diatas dapatlah ditarik beberapa unsur penting, yaitu:
1. LAPORAN TERTULIS
Sebaiknya diketik dan pada akhir alinea ditutup dengan garis
2. DIBUAT OLEH DOKTER
Semua jenis ekahlian dokter dapat membuatnya.
3. PERMINTAAN TERTULIS DARI PIHAK YANG BERWAJIB
Permintaan dari pihak-pihak lain tidak dapat dilayani (misalnya permintaan
keluarga).
4. APA YANG DILIHAT/ DIPERIKSA BERDASARKAN KEILMUAN
Merupakan bagian yang obyektif.
5. BERDASARKAN SUMPAH
Dicantumkan di bagian penutup.
6. KEPENTINGAN PERADILAN
Berarti bukan untuk kepentingan-kepentingan lain misalnya asuransi.

Landasan hukum
Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah
sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat
tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap
jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik pembantu
sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP :
Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik sesuai dengan pasal 6(1) butir
a, yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara RI. Penyidik ini adalah penyidik
tunggal bagi pidana umum, termasuk pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan
jiwa manusia. Oleh karena visum et repertum adalah keterangan ahli mengenai
pidana yang berkaitan dengan kesehatan jiwa manusia, maka penyidik pegawai
negeri sipil tidak berwenang meminta visum et repertum, karena mereka hanya
mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar
hukumnya masing-masing (Pasal 7(2) KUHAP).
Pasal 179 KUHAP

(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan

19
(2) Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaiknya dan yang
sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya

Sanksi hukum bila siapa saja yang menolak permintaan penyidik, dapat
dikenakan sanksi pidana :
Pasal 216 KUHP :

Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang


dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu,
atau oleh pejabat berdasar- kan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk
mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan
sengaja mencegah, menghalang-halangi atau mengga-galkan tindakan guna
menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan
dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

Pasal 222 KUHP

Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan


pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah

Pasal 224 KUHP :

Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus
dipenuhinya, diancam : dalam perkara pidana, dengan penjara paling lama sembilan
bulan.

Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis
dalam pasal 184 KUHP:
Alat bukti yang sah adalah :
(a) Keterangan saksi,
(b) Keterangan ahli,
(c) Surat,
(d) Petunjuk,
(e) Keterangan terdakwa

20
Bagian-bagian visum et repertum:
1. PRO JUSTISIA.
Kata ini dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum et repertum
tidak perlu bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP.
2. PENDAHULUAN.
Bagian ini memuat antara lain :
o Identitas pemohon visum et repertum.
o Identitas dokter yang memeriksa /membuat visum et repertum.
o Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit X
Surabaya).
o Tanggal dan jam dilakukannya
o Identitas korban.
o Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana
korban dirawat, waktu korban meninggal.
o Keteranganmengenai orang yang menyerahkan / mengantar korban
pada dokter dan waktu saat korban diterima dirumah sakit.
3. PEMBERITAAN.
o Identitas korban menurut pemeriksaan dokter, (umur, jenis
kel,TB/BB), serta keadaan umum.
o Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada korban.
o Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan.
o Hasil pemeriksaan tambahan
o Syarat-syarat :
- Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti orang awam.
- Angka harus ditulis dengan huruf, (4cm ditulis empat sentimeter).
- Tidak dibenarkan menulis diagnosa luka, (luka bacok, luka tembak dll).
- Luka harus dilukiskan dengan kata-kata
- Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang dilihat dan
ditemukan).
4. KESIMPULAN.
o Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa,
mengenai hasil pemeriksaan sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
o Seseorang melakukan pengamatan dengan kelima panca indera
(pengelihatan, pendengaran, perasa, penciuman dan perabaan).
o Sifatnya subjektif.

5. PENUTUP.
o Memuat kata “Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan
mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan”.
o Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter.

21
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Hukum dan Sanksi Perkosaan dan
Pembunuhan dalam Islam

KLASIFIKASI JINAYAT PEMBUNUHAN


Jinayat (tindak pidana) terhadap badan terbagi dalam dua jenis:
1. Jinayat terhadap jiwa (jinayat an-nafsi) = jinayat yang mengakibatkan hilangnya
nyawa (pembunuhan). Pembunuhan jenis ini terbagi tiga:
a. Pembunuhan dengan sengaja (al-‘amd) =
 Perbuatan yang dapat menghilangkan jiwa”,
 Pembunuhan dengan sengaja oleh seorang mukallaf secara sengaja (dan
terencana) terhadap jiwa yang terlindungi darahnya, dengan cara dan alat
yang biasanya dapat membunuh.
b. Pembunuhan yang mirip dengan sengaja (syibhu al-’amdi) = Membunuh dengan
cara dan alat yang biasanya tidak membunuh.
Sangsi Hukuman:
Diyat = 100 unta, di antaranya 40 ekor yang sedang hamil
c.Pembunuhan karena keliru (al-khatha’) atau pembunuhan tidak sengaja,
kesalahan semata tanpa direncanakan, dan tidak ada maksud membunuh sama
sekali.
Misalnya = memanah binatang buruan atau sejenisnya, namun ternyata anak
panahnya nyasar mengenai orang hingga meninggal dunia.
Sangsi Hukuman:
Diyat berupa 100 ekor unta secara berangsur-angsur selama tiga tahun.

Dan tidaklah layak bagi seorang mukmin untuk membunuh seorang mukmin (yang
lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Dan barangsiapa membunuh
seorang mukmin karena tersalah, (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba

22
sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya
(si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si
terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal ia mukmin, maka (hendaklah si
pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh)
dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka
(hendaklah si pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si
terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barangsiapa yang
tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan
berturut-turut sebagai cara tobat kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi
Mahabijaksana.(Qs. An-Nisa`: 92)

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka


balasannnya ialah Jahannam.Ia kekal di dalamnya. Allah pun murka kepadanya,
mengutuknya, serta menyediakan azab yang besar baginya.” (Qs. An-Nisa`: 93)
2. Jinayat kepada badan selain jiwa = Penganiayaan yang tidak sampai
menghilangkan nyawa:
1. Luka-luka ‫ش َجا ُج َو ْال َج َرا ُح‬
ُ ‫ال‬
2. Lenyapnya fungsi anggota tubuh ِ‫ف ْال َمنَافِع‬ ُ َ‫إِتْال‬
3. Hilangnya anggota tubuh ‫اء‬ ِ ‫ض‬ َ ُ َ‫ِإتْال‬
َ ‫ف األ ْع‬
CARA MELAKSANAKAN QISAS
Kejahatan terhadap jiwa atau anggota badan yg diancam hukuman
serupa (qishash) atau diyat (ganti rugi dari si pelaku kepada si korban atau
walinya).Pembunuhan dengan sengaja, semi sengaja, menyebabkan kematian
karena kealpaan, penganiayaan dengan sengaja, atau menyebabkan kelukaan tanpa
sengaja.Memberikan hukuman kepada pelaku perbuatan persis seperti apa yg
dilakukan terhadap korban
 Dengan pedang atau senjata
 Dengan alat dan cara yg digunakan oleh pembunuh.
Hukuman-hukuman JARIMAH QISHASH dan DIYAT
1. Pembunuhan sengaja,
2. Pembunuhan menyerupai sengaja,
3. Pembunuhan karena kesalahan, (tidak sengaja).
4. Penganiayaan sengaja,
5. Penganiayaan karena kesalahan (tidak sengaja).
Larangan membunuh

23
Islam melarang umatnya membunuh seseorang manusia atau seekor
binatang sekalipun, kalau itu tidak berdasarkan kebenaran hukumnya. Dalam Islam
orang-orang yang halal darah atau boleh dibunuh karena perintah hukum dengan
prosedurnya adalah orang-orang murtad, yaitu orang-orang Islam yang berpindah
agama dari Islam ke agama lainnya, sesuai dengan hadis
Rasulullah saw: Man baddala diynuhu faqtuluwhu (barangsiapa yang
menukar agamanya maka bunuhlah dia). Ketentuan ini dilakukan setelah orang
murtad itu diajak kembali ke agama Islam selama batas waktu tiga hari, kalau
selama itu dia tidak juga sadar baru dihadapkan ke pengadilan.
Yang halal darah juga adalah pembunuh, bagi dia berlaku hukum qishash
yakni diberlakukan hukuman balik oleh yang berhak atau negara melalui
petugasnya. Penzina muhshan (yang sudah kawin) adalah satu pihak yang halal
darah juga dalam Islam melalui eksekusi rajam, mengingat jelek dan bahayanya
perbuatan dia yang sudah kawin tetapi masih berzina juga. Semua pihak yang halal
darah tersebut harus dieksekusi mengikut prosedur yang telah ada dan tidak boleh
dilakukan oleh seseorang yang tidak punya otaritas baginya.
Selain dari tiga pihak tersebut dengan ketentuan dan prosedurnya masing-
masing tidak boleh dibunuh, sebagaimana firman Allah swt: “...wala taqtulun nafsal
latiy harramallahu illa bilhaq...” (...jangan membunuh nyawa yang diharamkan
Allah kecuali dengan kebenaran...) (QS. al-An’am: 151). Larangan ini berlaku
umum untuk semua nyawa baik manusia maupun hewan, kecuali yang dihalalkan
Allah sebagaimana terhadap tiga model manusia di atas tadi atau hewan nakal yang
mengganggu manusia dan hewan yang disembelih dengan nama Allah.
Allah memberi perumpamaan terhadap seorang pembunuh adalah:
“...barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya...” (QS. Al-Maidah: 32).
Hukuman bagi pembunuh
Hukuman duniawi terhadap seorang pembunuh dalam Islam sangatlah berat
yaitu dibunuh balik sebagai hukuman qishash ke atasnya. “Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang
dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita
dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya,
hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah
(yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang
baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu
rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang
sangat pedih.” (QS. al-Baqarah: 178).
Sementara hukuman ukhrawi-nya adalah dilemparkan dalam neraka oleh
Allah SWT suatu masa nanti, sesuai dengan firman-Nya: “Dan barangsiapa yang

24
membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam,
kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta
menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. an-Nisa’: 93)
Bagi pembunuh yang sudah dimaafkan oleh keluarga terbunuh sehingga
bebas dari hukuman qishash, wajib baginya membayar diyat kepada keluarga
terbunuh sebanyak 100 ekor unta. Jumhur ulama sepakat dengan jumlahnya dan
bagi wilayah yang tidak mempunyai unta dapat diganti dengan lembu atau kerbau
atau yang sejenis dengannya. Dalam Islam, qishash diberlakukan karena di sana ada
kelangsungan hidup umat manusia, sebagaimana firman Allah: “Dan dalam qishash
itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal,
supaya kamu bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 179).
Qishash ini betul-betul sebuah keadilan dalam sistem hukum pidana Islam,
di mana seseorang yang membunuh orang lain tanpa salah harus dibunuh balik. Ini
sama sekali tidak melanggar hak azasi manusia (HAM) sebagaimana diklaim
orang-orang yang tidak paham hukum Islam. Bagaimana mungkin kalau seseorang
membunuh orang lain tanpa dibenarkan agama dapat diganti dengan hukuman
penjara 5-9 tahun, sementara orang yang dibunuhnya sudah meninggal. Malah yang
seperti itulah melanggar HAM, karena tidak berimbang antara perbuatan jahat yang
dilakukannya dengan hukuman terhadapnya.
Ada tiga macam jenis pembunuhan dalam Islam yang mempunyai hukum
qishash yang berbeda, yaitu pembunuhan sengaja, semi sengaja dan tidak sengaja.
Pembunuhan sengaja adalah seseorang sengaja membunuh orang lain yang darah
dan keselamatan jiwanya dilindungi. Yaitu dengan menggunakan alat untuk
membunuh seperti senjata api dan senjata tajam.
Tindak pidana pembunuhan secara sengaja jika memenuhi unsur-unsur: (1)
orang yang melakukan pembunuhan adalah orang dewasa, berakal, sehat, dan
bermaksud membunuh; (2) terbunuh adalah orang yang terpelihara darahnya (tidak
halal untuk dibunuh); dan (3) alat yang digunakan untuk membunuh dapat
mematikan atau menghilangkan nyawa orang. Jika pembunuh sengaja dimaafkan
oleh keluarga terbunuh maka sipembunuh wajib membayar diyat berat berupa 100
ekor unta, terdiri dari 30 ekor unta betina berumur 3-4 tahun, 30 ekor unta betina
berumur 4-5 tahun, dan 40 ekor unta betina yang sedang bunting.
Pembunuhan semi sengaja adalah menghilangkan nyawa orang lain dengan
alat yang tidak biasa digunakan untuk membunuh dan tidak dimaksudkan untuk
membunuh. Ia juga harus membayar diyat berat kalau sudah dimaafkan keluarga
terbunuh dengan cara mengangsurnya selama 3 tahun. Sementara pembunuhan
tidak sengaja adalah seperti orang melempar buah mangga di pohon lalu terkena
seseorang di bawah pohon mangga tersebut sehingga mati.
Diyat bagi kasus seperti ini adalah diyat ringan, yaitu 100 ekor unta terdiri
atas 20 ekor unta betina berumur 1-2 tahun, 20 ekor unta betina berumur 2-3 tahun,
20 ekor unta jantan berumur 2-3 tahun, 20 ekor unta betina berumur 3-4 tahun, dan
20 ekor unta betina berumur 4-5 tahun. Pihak pembunuh wajib membayarnya
dengan mengangsur selama 3 tahun, setiap tahun wajib membayar sepertiganya.

25
Kalau tidak dapat dibayar 100 ekor unta, maka harus dibayar 200 ekor lembu atau
2.000 ekor kambing.

HUKUM PERKOSAAN DALAM ISLAM

Perkosaan dalam bahasa Arab disebut al wath`u bi al ikraah (hubungan


seksual dengan paksaan). Jika seorang laki-laki memerkosa seorang perempuan,
seluruh fuqaha sepakat perempuan itu tak dijatuhi hukuman zina (had az zina), baik
hukuman cambuk 100 kali maupun hukuman rajam. (Abdul Qadir Audah, At
Tasyri’ Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 364; Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al
Kuwaitiyyah, Juz 24 hlm. 31; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz
7 hlm. 294; Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab, Juz 20 hlm.18).
Dalil untuk itu adalah Alquran dan sunnah. Dalil Alquran antara lain firman Allah
SWT (artinya), ”Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak
menginginkan dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al An’aam [6] : 145). Ibnu Qayyim
mengisahkan ayat ini dijadikan hujjah oleh Ali bin Abi Thalib ra di hadapan
Khalifah Umar bin Khaththab ra untuk membebaskan seorang perempuan yang
dipaksa berzina oleh seorang penggembala, demi mendapat air minum karena
perempuan itu sangat kehausan. (Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al Jina`i Al Islami,
Juz 2 hlm. 365; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294).
Adapun dalil sunnah adalah sabda Nabi SAW, ”Telah diangkat dari umatku
(dosa/sanksi) karena ketidaksengajaan, karena lupa, dan karena apa-apa yang
dipaksakan atas mereka.” (HR Thabrani dari Tsauban RA. Imam Nawawi berkata,
”Ini hadits hasan”). (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm.
294; Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 364).
Pembuktian perkosaan sama dengan pembuktian zina, yaitu dengan salah
satu dari tiga bukti (al bayyinah) terjadinya perzinaan berikut; Pertama, pengakuan
(iqrar) orang yang berbuat zina sebanyak empat kali secara jelas, dan dia tak
menarik pengakuannya itu hingga selesainya eksekusi hukuman zina. Kedua,
kesaksian (syahadah) empat laki-laki Muslim yang adil (bukan fasik) dan merdeka
(bukan budak), yang mempersaksikan satu perzinaan (bukan perzinaan yang
berbeda-beda) dalam satu majelis (pada waktu dan tempat yang sama), dengan
kesaksian yang menyifati perzinaan dengan jelas. Ketiga, kehamilan (al habl), yaitu
kehamilan pada perempuan yang tidak bersuami. (Abdurrahman Al
Maliki,Nizhamul Uqubat, hlm. 34-38).
Jika seorang perempuan mengklaim di hadapan hakim (qadhi) bahwa
dirinya telah diperkosa oleh seorang laki-laki, sebenarnya dia telah
melakukan qadzaf (tuduhan zina) kepada laki-laki itu. Kemungkinan hukum syara’

26
yang diberlakukan oleh hakim dapat berbeda-beda sesuai fakta (manath) yang ada,
antara lain adalah sbb:
Pertama, jika perempuan itu mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan,
yaitu kesaksian empat laki-laki Muslim, atau jika laki-laki pemerkosa
mengakuinya, maka laki-laki itu dijatuhi hukuman zina, yaitu dicambuk 100 kali
jika dia bukanmuhshan, dan dirajam hingga mati jika dia muhshan. (Wahbah
Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 358).
Kedua, jika perempuan itu tak mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, maka
hukumnya dilihat lebih dahulu; jika laki-laki yang dituduh memerkosa itu orang
baik-baik yang menjaga diri dari zina (al ‘iffah an zina), maka perempuan itu
dijatuhi hukuman menuduh zina (hadd al qadzaf), yakni 80 kali cambukan sesuai
QS An Nuur : 4. Adapun jika laki-laki yang dituduh memperkosa itu orang fasik,
yakni bukan orang baik-baik yang menjaga diri dari zina, maka perempuan itu tak
dapat dijatuhi hukuman menuduh zina. (Ibnu Hazm, Al Muhalla, Juz 6 hlm. 453;
Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab, Juz 20 hlm.53; Wahbah
Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 346).

27
Daftar Pustaka

Atmadja. DS., Thanatologi;Ilmu Kedokteran Forensik;Edisi Pertama; Bagian


Kedokteran Forensik FKUI;1997:5:37-55.
Coe, John I M.D and Curran William J.LL.M,SMHyg; Definition and Time of
Death;Modern Legal Medicine, Psychiatry, and Forensic Science;F.A. Davis
Company; ;1980:7:141-164.
Di Maio Dominick J. and Di Maio Vincent J.M; Time of Death; Forensic
Pathology;CRC Press,Inc;1993:2:21-41.
http://www.mediaumat.com/

Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia.1997. Thanatologi. Halaman 25-35.

28

Anda mungkin juga menyukai