Bahan Diskusi JPD SPM Kesehatan Kab Kota
Bahan Diskusi JPD SPM Kesehatan Kab Kota
Adinkes@2018
#K_01
1. Definisi Operasional:
{Pasal 6, Ayat 4) a) Jumlah & Kualitas Jasa Pelayanan Dasar Kesehatan}
[Pelayanan Rujukan atas Ibu Hamil, seperti terhadap Bumil KEK, Kehamilan
dengan Penyulit, dll, tetap harus ditangani oleh Fasyankes, tetapi tidak
termasuk pelayanan SPM]
2. Standar Sumber Daya Manusia Kesehatan {Pasal 6, ayat 4)b) Jumlah dan
kualitas personel/ sumber daya manusia kesehatan}:
Setiap FKTP dan FKTL atau Pemberi Pelayanan Dasar (PPD) penyelenggara
pelayanan kesehatan ibu hamil yang bersifat peningkatan/promotif dan
pencegahan/ preventif [Pusk (termasuk SDM yang melayani di luar
Puskesmas), Bidan Praktek Mandiri/BPM, Klinik Utama, Klinik Pratama],
harus memiliki personel/ sumber daya manusia kesehatan :
a. Setiap ibu yang diduga hamil, yang ditemui di fasyankes, ataupun diluar
fasyankes, milik pemerintah maupun bukan; yang ditemukan oleh
petugas kesehatan secara aktif dengan mengunjungi ibu, maupun pasif
dimana ibu mengunjungi pemberi pelayanan; harus dipastikan bahwa
hamil.
b. Jika dipastikan/ didiagnosa hamil, maka dilakukan pelayanan 10 T, sesuai
keadaannya, apakah pertemuan pertama dengan petugas kesehatan ini
memenuhi syarat sebagai K-1 Murni, yaitu Kunjungan Pertama pada
Trimester Pertama
c. Jika pada saat ditemukan di awal tahun, ibu yang bersangkutan adalah ibu
hamil dengan kunjungan ulangan / lanjutan (K2, atau K3, atau K4),
dimana kunjungan sebelumnya (K1, atau K2, atau K3) telah dilakukan
tahun lalu sesuai jadual; maka diberikan pelayanan sesuai waktunya.
Ibu Hamil ini, pada tahun ini tidak dicatat sebagai Ibu Hamil Yang Harus
Dilayani (tidak termasuk sebagai angka pembagi, karena sudah masuk di
tahun lalu), tetapi ada peluang untuk masuk ke dalam Kategori Ibu Hamil
Yang Telah Dilayani (ada peluang pelayanan K-4)
d. Jika ibu yang diduga hamil, ternyata tidak hamil, maka tetap diberikan
nasihat / promosi kesehatan untuk tetap menjaga kesehatan agar jika
kelak benar-benar menjadi hamil, maka ibu telah siap sebagai ibu yang
sehat, sehingga bayi akan sehat. Juga nasihat kesehatan lain, termasuk
untuk mengikuti skrining kesehatan lain yang sesuai, dalam rangka
pelayanan SPM-Kesehatan
e. Dalam kondisi tertentu ibu hamil dirujuk untuk memperoleh pelayanan
lebih lanjut sesuai dengan kondisinya; tidak termasuk SPM Kesehatan
f. Pencatatan dan pelaporan
4. Kebutuhan Alat dan Pedoman Kerja Kesehatan {Pasal 12, ayat 3) b)}:
Setiap FKTP dan FKTL atau Pemberi Pelayanan Dasar (PPD) penyelenggara
pelayanan kesehatan ibu hamil yang bersifat peningkatan/promotif dan
pencegahan/ preventif [Pusk (termasuk SDM yang melayani di luar
Puskesmas), Bidan Praktek Mandiri/BPM, Klinik Utama, Klinik Pratama],
harus memiliki Alat kesehatan dan Pedoman Kerja sebagai berikut :
Oleh karena tidak seluruh Data Target/Sasaran Ibu Hamil Tahun Depan
telah ada pada Tahun Berjalan, maka Jumlah Target/ Sasaran tersebut
pada Rencana Pemenuhan Pelayanan Dasar (RPPD) SPM Kesehatan
Daerah Kabupaten/Kota, ditetapkan berdasarkan estimasi/ prediksi, tidak
dengan Identitas lengkap.
5. Definisi Operasional:
{Pasal 6, Ayat 4) a) Jumlah & Kualitas Jasa Pelayanan Dasar Kesehatan}
[Pelayanan Rujukan atas Ibu Bersalin, seperti terhadap Ibu Bersalin dengan
Penyulit, tetap harus ditangani oleh Fasyankes, tetapi tidak termasuk
pelayanan SPM]
6. Standar Sumber Daya Manusia Kesehatan {Pasal 6, ayat 4)b) Jumlah dan
kualitas personel/ sumber daya manusia kesehatan}:
Setiap FKTP dan FKTL atau Pemberi Pelayanan Dasar (PPD) penyelenggara
pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin yang bersifat peningkatan/promotif
dan pencegahan/ preventif [Pusk (termasuk SDM yang melayani di luar
Puskesmas), Bidan Praktek Mandiri/BPM, Klinik Utama, Klinik Pratama],
harus memiliki personel/ sumber daya manusia kesehatan :
8. Kebutuhan Alat dan Pedoman Kerja Kesehatan {Pasal 12, ayat 3) b)}:
Setiap FKTP dan FKTL atau Pemberi Pelayanan Dasar (PPD) penyelenggara
pelayanan kesehatan ibu bersalin yang bersifat peningkatan/promotif dan
pencegahan/ preventif [Pusk, Bidan Praktek Mandiri/BPM, Klinik Utama,
Klinik Pratama], harus memiliki Alat kesehatan dan Pedoman Kerja sebagai
berikut :
a. Instrument pencatatan (partograf, kartu ibu, kohort ibu dan buku
Kesehatan Ibu dan Anak) dan mengikuti acuan asuhan persalinan normal
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014
tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual.
a. Tulis, apa lagi.
b. Ambil dari sini, jangan hanya dirujuk ke mari (ingat, pendataan bahwa satu
fasyankes dinyatakan laik melayani ibu hamil bukan per-puskesmas,
tetapi per-jenis fasyankes) : Alat kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan
antenatal (?) sesuai dengan Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang
puskesmas
9. Definisi Operasional:
{Pasal 6, Ayat 4) a) Jumlah & Kualitas Jasa Pelayanan Dasar Kesehatan}
10. Standar Sumber Daya Manusia Kesehatan {Pasal 6, ayat 4)b) Jumlah dan
kualitas personel/ sumber daya manusia kesehatan}:
Setiap FKTP dan FKTL atau Pemberi Pelayanan Dasar (PPD) penyelenggara
Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir yang bersifat peningkatan/
promotif dan pencegahan/ preventif [Pusk (termasuk SDM yang melayani
di luar Puskesmas), Bidan Praktek Mandiri/BPM, Klinik Utama, Klinik
Pratama], harus memiliki personel/ sumber daya manusia kesehatan :
11. Petunjuk Teknis Pelayanan {Pasal 6, Ayat 4) c) : petunjuk teknis atau tata
cara pemenuhan standar }
a. Setiap ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan kehamilan,
mengetahui perkiraan persalinan, dan mengetahui tanda-tanda
awal persalinan, bahkan mengetahui perlengkapan yang
diperlukan menghadapi kelahiran bayinya; diharapkan ibu
hamil datang ke fasyankes pada saat yang tepat dengan
perlengkapan yang cukup. Sehingga bisa melahirkan dengan
lancer dan selamat, baik ibu maupun bayinya.
b. Pelayanan Kesehatan bayi baru lahir diberikan pada usia 0 – 28
hari dilakukan minimal 4 kali sesuai jadwal dan standar
pelayanan neonatal esensial, yaitu :
1) Perawatan neonatal esensial saat lahir (0-6 jam), yaitu
dengan ___________
2) perawatan neonatal esensial setelah lahir (6 jam - 28 hari)
dengan kunjungan sebanyak 3 kali sesuai dengan periode
kunjungan neonatal (KN), yaitu :
a) Kunjungan Neonatal - KN1 (6 - 48 jam), yaitu dengan
_____
b) Kunjungan Neonatal- KN2 (3 - 7 hari), yaitu dengan
________; dan
c) Kunjungan Neonatal-KN3 (8-28 hari), yaitu dengan
_______.
a. Dalam kondisi tertentu bayi baru lahir dirujuk untuk memperoleh
pelayanan lebih lanjut sesuai dengan kondisinya. Pelayanan rujukan
dilakukan oleh fasyankes, dan pelayanan ini tidak termasuk pelayanan
SPM Kesehatan
b. Pengisian Buku KIA
c. Pencatatan dan pelaporan
12. Kebutuhan Alat dan Pedoman Kerja Kesehatan {Pasal 12, ayat 3) b)}:
Setiap FKTP dan FKTL atau Pemberi Pelayanan Dasar (PPD) penyelenggara
Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir yang bersifat peningkatan/
promotif dan pencegahan/ preventif [Pusk (termasuk SDM yang melayani
di luar Puskesmas), Bidan Praktek Mandiri/BPM, Klinik Utama, Klinik
Pratama], harus memiliki Alat kesehatan dan Pedoman Kerja sebagai berikut :
Jumlah Sasaran / Bayi Baru Lahir, yang TELAH DILAYANI dibagi dengan
Jumlah Sasaran / Bayi Baru Lahir, yang HARUS DILAYANI, dikalikan
dengan
100 %,
dimana :
b) dari seorang ibu dapat tercatat dua kali sebagai bayi baru
lahir yang telah dilayani, jika mengalami dua kali
pelayanan persalinan.
c) dari seorang ibu bersalin dicatat sebagai dua kali sebagai
Bayi Baru Lahir yang telah dilayani, jika melahirkan bayi
kembar.
8. Penghitungan Pembiayaan
#K-11
14. Standar Sumber Daya Manusia Kesehatan {Pasal 6, ayat 4)b) Jumlah dan
kualitas personel/ sumber daya manusia kesehatan}:
Setiap Puskesmas, atau Klinik Pratama, atau Klinik Utama, dan atau
Rumah Sakit dapat melayani keseluruhan rincian pelayanan dari Jenis
Pelayanan Dasar ini, jika memiliki minimal satu orang :
b. Dinas Kesehatan:
16. Kebutuhan Alat dan Pedoman Kerja Kesehatan {Pasal 12, ayat 3) b)}:
Setiap Pemberi Pelayanan Dasar pada setiap Jenis Pelayanan Dasar SPM
Kesehatan harus memiliki Alat & Pedoman Kerja Kesehatan dalam jenis dan
jumlah tertentu. Agar Jenis Pelayanan Dasar itu dikatakan telah dilaksanakan
oleh Pemberi Pelayanan Dasar yang memenuhi Syarat Ketersediaan Alat &
Pedoman Kerja Kesehatan.
Alat & Pedoman Kerja Kesehatan, hanya untuk yang mendukung operasional
jenis pelayanan dasar – SPM Kesehatan, tidak termasuk investasi besar
(gedung, kendaraan bermotor, perahu, dan sejenisnya), yang standarisasinya
tidak dibuat per Jenis Pelayanan Dasar SPM Kesehatan, tetapi per- Jenis
Fasyankes; juga tidak termasuk Bahan Medis Habis Pakai/ Reagen yang
harus ada guna mendukung pelayanan dasar tersebut.
a. Puskesmas, atau Klinik Pratama, atau Klinik Utama, dan atau Rumah Sakit.
Setiap Puskesmas, atau Klinik Pratama, atau Klinik Utama, dan atau
Rumah Sakit dapat melayani keseluruhan rincian pelayanan dari Jenis
Pelayanan Dasar ini, jika memiliki minimal :
1) Lima Set Lembar Balik / Poster / Booklet Tuberkulosis dan
Penatalaksanaannya sebagai alat Promosi Kesehatan;
2) Satu Set Alat Pemeriksaan Penapisan Bakteriologis Tuberkulosis;
3) Satu Set Pedoman Kerja Pelayanan Kesehatan bagi Orang dengan
Risiko Tuberkulosis, dan Orang Dengan Tuberkulosis
4) Satu Set Pedoman Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kesehatan
bagi Orang dengan Risiko Tuberkulosis, dan Orang Dengan
Tuberkulosis;
5) Satu Set Buku/Alat Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kesehatan
bagi Orang dengan Risiko Tuberkulosis, dan Orang Dengan
Tuberkulosis, Tingkat Pemberi Pelayanan Dasar
b. Dinas Kesehatan:
Dinas Kesehatan harus memiliki minimal :
1) Satu Set Lembar Balik / Poster / Booklet Tuberkulosis dan
Penatalaksanaannya sebagai alat Promosi Kesehatan;
2) Satu Set Pedoman Kerja Pelayanan Kesehatan bagi dengan Risiko
Tuberkulosis, dan Orang Dengan Tuberkulosis
3) Satu Set Pedoman Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kesehatan
bagi Orang dengan Risiko Tuberkulosis, dan Orang Dengan
Tuberkulosis.
4) Satu Set Buku/Alat Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kesehatan
bagi Orang dengan Risiko Tuberkulosis, dan Orang Dengan
Tuberkulosis, Tingkat Dinas Kesehatan.
17. Penghitungan Target / Sasaran Pelayanan {Pasal 1, ayat 1), Pasal 6, ayat
5), Pasal 11, ayat 2), dan Pasal 11), ayat 3)}:
a. Penemuan Sasaran :
b. Pemeriksaan Penapisan :
c. Pelayanan Rujukan
d. Pencatatan Pelaporan
Catatan :
istilah-istilah mengikuti PP2/2018 :
a) barang dan jasa (kesehatan termasuk Jasa)
b) pelayanan dasar
c) pemberi pelayanan dasar (PPD)
d) jenis pelayanan dasar (JPD)
e) Rencana Pemenuhan Pelayanan Dasar (RPPD)
f) Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah(LPPD)
LIHAT DI BAWAH
Jika diperlukan, pindahkan kemari;
Jika dinilai tidak perlu, dihapus.
Bahwa tidak perlu dicantumkan, karena akan panjang, dan JPD lainnya juga
harus diuraikan demikian.
20. Standar Sumber Daya Manusia Kesehatan {Pasal 6, ayat 4)b) Jumlah dan
kualitas personel/ sumber daya manusia kesehatan}:
b Dinas Kesehatan:
21. Petunjuk Teknis Pelayanan {Pasal 6, Ayat 4) c) : petunjuk teknis atau tata
cara pemenuhan standar }
k) Pelayanan Rujukan.
Rujukan dilaksanakan bagi sasaran yang memiliki hasil pemeriksaan
laboratorium reaktif, untuk memperoleh pelayanan pengobatan ARV, dan
Pemantauan Pengobatan Lanjut.
Sebelum merujuk, kepada yang bersangkutan diberikan KIE mengenai
pentingnya pengobatan ARV sesuai nasihat petugas, termasuk menjaga
rujukan balik.
22. Kebutuhan Alat dan Pedoman Kerja Kesehatan {Pasal 12, ayat 3) b)}:
Setiap PPD penyelenggara pelayanan pada setiap JPD harus memiliki Alat &
Pedoman Kerja Kesehatan dalam jenis dan jumlah tertentu. Agar masing-
masing JPD dapat dinyatakan telah dilaksanakan oleh PPD yang memenuhi
Syarat Ketersediaan Alat & Pedoman Kerja Kesehatan.
Jenis Alat & Pedoman Kerja Kesehatan, hanya untuk yang mendukung
operasional pelayanan – SPM Kesehatan.
Tidak termasuk investasi besar (gedung, kendaraan bermotor, perahu, dan
sejenisnya), yang standarisasinya tidak dibuat per JPD SPM Kesehatan, tetapi
per-Jenis Fasyankes.
Juga tidak termasuk Bahan Medis Habis Pakai/ Reagen yang harus ada guna
mendukung pelayanan dasar tersebut.
Untuk JPD – 12, dilaksanakan oleh PPD FKTP (Puskesmas, Klinik Pratama,
Klinik Utama, Klinik Rutan, Klinik Lapas); dan FKTL (Rumah Sakit), serta
dalam koordinasi Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota; Standar
Ketersediaan Alat & Pedoman Kerja Kesehatan, ditetapkan sbb :
c. FKTP dan FKTL..
Setiap FKTP dan FKTL dapat melayani keseluruhan rincian pelayanan dari
JPD ini, jika memiliki minimal :
6) Lima Set Lembar Balik / Poster / Booklet HIV sebagai alat Edukasi
HIV;
7) Satu Set Alat Pemeriksaan Penapisan HIV;
8) Satu Set Pedoman Kerja Pelayanan Kesehatan bagi Orang dengan
Risiko Terinfeksi HIV, dan Orang Dengan Infeksi HIV
9) Satu Set Pedoman Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kesehatan
bagi Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV, dan Orang Dengan Infeksi
HIV
10)Satu Set Buku/Alat Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kesehatan
bagi Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV, dan Orang Dengan Infeksi
HIV, tingkat Pemberi Pelayanan Dasar
d. Dinas Kesehatan:
Dinas Kesehatan harus memiliki minimal :
5) Satu Set Lembar Balik / Poster / Booklet HIV sebagai alat Promosi
Kesehatan;
6) Satu Set Pedoman Kerja Pelayanan Kesehatan bagi dengan Risiko
Terinfeksi HIV, dan Orang Dengan Infeksi HIV
7) Satu Set Pedoman Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kesehatan
bagi Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV, dan Orang Dengan Infeksi
HIV.
8) Satu Set Buku/Alat Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kesehatan
bagi Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV, dan Orang Dengan Infeksi
HIV Tingkat Dinas Kesehatan.
23. Penghitungan Target / Sasaran Pelayanan {Pasal 1, ayat 1), Pasal 6, ayat
5), Pasal 11, ayat 2), dan Pasal 11), ayat 3)}:
Oleh karena tidak seluruh Data Target/Sasaran Tahun Depan telah ada
pada Tahun Berjalan, maka Jumlah Target/ Sasaran pada Rencana
Pemenuhan Pelayanan Dasar (RPPD) SPM Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota, ditetapkan berdasarkan estimasi/ prediksi, tidak
dengan Identitas lengkap. Kepala Dinas Provinsi setelah berkonsultasi
dengan Kemenkes menetapkan Jumlah Target / Sasaran Pelayanan Tahun
Depan, sebagai Dasar Penghitungan Kebutuhan Anggaran.
Jika pencatatan telah berjalan lancar pada beberapa tahun ke depan,
dimana pencatatan telah mencakup seluruh penduduk warga Daerah
Kabupaten/ Kota, meliputi Identitas Lengkap, maka estimasi/ prediksi
dapat mempergunakan data-data tahunan tahun-tahun yang telah berlalu
a. Penemuan Sasaran :
b. Pemeriksaan Laboratorium :
c. Pelayanan Rujukan
d. Pencatatan Pelaporan
e. Pelatihan SDM
1) menghitung jumlah PPD penyelenggara setiap JPD dan ketersediaan
jumlah SDM untuk setiap Jenis SDM yang harus ada
2) menghitung kebutuhan berapa jumlah SDM yang harus ada untuk tiap
jenisnya, dari hasil hitung jumlah PPD dan JPD
3) menghitung selisih antara yang harus ada dikurangi yang telah ada
4) menghitung berapa kelas pelatihan yang harus diselenggarakan
5) kebutuhan biaya adalah jumlah orang dikalikan perhitungan
kebutuhan biaya per-kelas.
6) menetapkan jumlah pelatihan yang harus diselenggarakan tiap tahun
untuk selalu memenuhi kebutuhan sesuai standar
1 Penemuan Orang
Berisiko Terinfeksi
HIV
Petugas Transportasi/ Berapa Jml KK yg
Penyediaan harus dikunjungi,
BBM dibagi Jml KK yg bisa
dikunjungi oleh
petugas dlm sekali
kunjungan rumah,
dikalikan orang-kali
kunjungan
Target/ Formulir Estimasi Target,
Sasaran dikalikan lembar
formulir
Peserta Transportasi/ Jumlah Peserta,
Pertemuan Penyediaan dikalikan empat kali (
Pembahasan BBM tiap tuga bulan),
Data & intergrasikan dengan
Rencana pertemuan program
sejenis
2 Komunikasi,
Informasi, Edukasi
HIV
Jumlah PPD Set Alat KIE Jml PPD, dikalikan
Set Alat KIE Per-PPD
3 Pemeriksaan Lab
Target/ Bahan Jml Target, dikali
Sasaran Medis Habis kan BMHP yg diper
Pakai lukan.
Reagen Jml Target, dikali
kan Reagen yg di-
butuhkan perorang
(sebagai data utk
perencanaan oleh
Pusat)
6 Rujukan
Formulir Perkiraan Target Reaktif,
Target yang dikalikan formulir
reaktif
7 Pencatatan &
Pelaporan
Jumlah PPD Buku Laporan Jumlah PPD, dika
likan Buku Laporan
8 Pelatihan Petugas Jumlah Rincian Jumlah Petugas, dika
Petugas Kegiatan likan PPD, dikalikan
Jenis Pelatihan rincian pengeluaran
Pelatihan sesuai rincian kegiat
an pelatihan
9 Penyediaan Alat Ke- Jumlah PPD Jumlah & Jenis Jumlah PPD,
sehatan & Pe-doman Alat Kesehat- dikalikan Jenis &
Kerja an & Pedoman Jumlah Alat &
Kerja Pedoman Kerja
Surveilans HIV;
Selanjutnya dapat terjadi penularan dari laki-laki kepada istrinya yang kemudian
dapat menularkan pada anaknya melalui penularan selama kehamilan,
persalinan, atau selama menyusui. Penularan melalui penggunaan jarum suntik
yang tidak steril, pada kalangan penasun, juga masih terjadi tetapi sudah tidak
setinggi sebelum ada program layanan alat suntik steril dan kegiatan
penguranagn dampak buruk HIV pada penasun (Harm reduction). Cara
penularan lainnya yaitu melalui transfusi darah relatif telah dapat diantisipasi
sehingga kasusnya relatif kecil yaitu dibawah 1%. Secara kumulatif sejak kasus
pertama 1987 sampai dengan Maret 2017 maka total kasus AIDS adalah 87.453
orang, sebaran berdasarkan faktor resiko adalah masing-masing sebagai berikut:
heterosex (67.8%), homosex (4.23%), bisex (0.58%), perinatal dari orang tua ke
anak (2.98%), transfusi darah (0.26%), IDUs / alat suntik (10.40%), tak
diketahui (13.37%) dan lain-lain (0.38%). Estimasi Kementerian Kesehatan
menggunakan AEM pada 2016 lalu memproyeksikan kasus-kasus infeksi HIV
baru sampai dengan 2030 akan lebih banyak terjadi pada 3 kelompok yaitu Laki-
Laki Pelanggan pekerja Seks, Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) dan perempuan
resiko rendah (yang terinfeksi dari pasangannya yang memiliki perilaku berisiko
tinggi).
Layanan bagi penasun antara lain terapi substitusi opioid dan atau
layanan IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor), dan lain-lain.
Catatan: bahwa penggunaan napza yang tidak disuntikkan (non-injecting
drugs) tidak memiliki risiko penularan HIV, akan tetapi tidak menutup
kemungkinan tindakan berisiko penularan HIV lainnya misal hubunga
seksual berisiko saat menggunakan napza yng tidak disuntikkan tersebut.
Upaya dan Layanan Perawatan dan Pengobatan terkait HIV AIDS meliputi antara
lain:
1. Terapi Antiretroviral (ARV) dan layanan pemeriksaan jumlah CD4 dan
Jumlah virus (Viral Load) dan Early Infant Diagnosis (EID)
a. Terapi ARV merupakan bagian dari pengobatan HIV AIDS untuk
mengurangi risiko penularan HIV, menurunkan angka kesakitan dan
angka kematian, dan meningkatkan kualitas hidup pasien HIV. Obat
ARV bekerja dengan cara menurunkan jumlah virus (viral load) dalam
darah sampai tingkat tidak terdeteksi;
b. Terapi ARV diberikan pada orang terinfeksi HIV pada keadaan yang
ditentukan oleh tenaga kesehatan;
c. Terapi ARV terdiri dari kombinasi minimal 3 obat yang diminum
sepanjang hidup;
d. Layanan terapi ARV dapat dilakukan di fasilitas layanan kesehatan tingkat
primer, sekunder dan tersier oleh tenaga kesehatan yang terampil,
terlatih, atau memiliki kompetensi;
e. Pemeriksaan jumlah CD4 dilakukan untuk menilai tingkat daya tahan
seseorang;
f. Pemeriksaan Jumlah Virus (Viral Load) merupakan pemeriksaan untuk
mengetahui jumlah virus HIV dalam tubuh seseorang;
g. Pemeriksaan Early Infant Diagnosis (EID) adalah pemeriksaan untuk
mengetahui secara dini dan langsung adanya virus HIV pada bayi yang
lahir dari perempuan yang terinfeksi HIV.
A.2. Dukungan
1. Dukungan gizi;
Dukungan gizi yang diperlukan disini adalah untuk keadaan gizi buruk
dan bayi yang terlahir dari perempuan terinfeksi HIV dan tidak
mendapatkan ASI.
2. Dukungan pendampingan kasus;
Pendamping dilakukan oleh tenaga kesehatan atau tenaga non-
kesehatan yang terampil, atau terlatih, atau memiliki kompetensi;
3. Dukungan Konseling.
Konseling terkait HIV merupakan bagian dari layanan dukungan HIV
yang disesuaikan dengan kebutuhannya, misal konseling adiksi,
konseling kesehatan mental, konseling kepatuhan, dan lain-lain, yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan atau tenaga konselor yang sesuai.