PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
danperairanmenggenang
(lentik).Perairanmengalirbergerakterusmeneruskearahtertentu,
sedangkanperairanmenggenangperairan yang
massaairnyamemilikiwaktusinggahsementara.
Mempelajarisuatusistemperairan, perludiawalidenganmengidentifikasikomponen-
komponenpenyusunperairantersebutdanhubunganekologisantarakomponen-
komponenpenyusunnya.
hampirselaluhadir di setiapbadan
air.Kelompokinibiasadibedakanantarafitoplanktondan
yang khas.
200μm.Fitoplanktonmemilikigerakan yang
2
sangatlemahdenganbergerakmengikutiaraharusdandapatmelakukanfotosintesiskar
samamakhlukhidup lain).
Kondisisuatuperairan,
baikfisikakimiamaupunbiotiksangatmempengaruhikeberadaan,
air.Beberapajenisfitoplanktonhanyadapathidupdanberkembangbiakdenganbaikdala
walaupunbeberapajenismasihdapathidupdanberkembangdenganbaikdalamperairan
Provinsi Aceh sangat didukung oleh beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS)
dengan potensi debit yang besar, curah hujan yang tinggi serta potensi areal
Kota Meulaboh, ibukota Kabupaten Aceh Barat, pada bagian hilirnya selain
memberikan suplay debit untuk aktivitas makhluk hidup, juga menyimpan potensi
sungai terluas yang ada di kabupaten Aceh Barat. Sungai ini mempunyai luas
Daerah Aliran Sungai (DAS) 1.885 km2 dan memiliki panjang sungai utama
3
148 km. Sungai Meureubo memiliki topografi pada bagian hulu Daerah Aliran
Sungai (DAS) yang curam dan pada bagian hilir sungai yang relatif datar
kegiatantersebutbilatidakdikeloladenganbaikakanberdampaknegatifterhadapekosis
keruhakanmempengaruhipenetrasisinarmatahari.
Keadaansepertiiniakanberpengaruhterhadapkeberadaanfitoplankton
bertujuanuntukmendapatkangambarantentangkondisiekosistemsungaitersebut,
1.2 RumusanMasalah
(MCK). Kegiatan-
kegiatantersebutbilatidakdikeloladenganbaikakanberdampaknegatif
keruhakanmempengaruhipenetrasisinarmatahari.
Keadaansepertiiniakanberpengaruhterhadapkeberadaanfitoplankton yang
diketahuisebagaiberikut :
sungai Meureubo.
dibangku pendidikan.
gerakan yang sangat lemah dengan bergerak mengikuti arah arus dan dapat
terdiri dari alga (ganggang) bersel tunggal yang berukuran renik, akan tetapi,
beberapa jenis diantaranya ada juga yang berbentuk koloni (Mudjiman, 2004).
Algae tidak saja hidup sebagai plankton, akan tetapi juga sebagai benthos (dasar
2004).
1992).Salah satu sifat khas fitoplankton adalah dapat berkembang secara berlipat
ganda dalam jangka waktu yang relatif singkat, tumbuh dengan kerapatan tinggi,
melimpah, dan terhampar luas (Fachrul, 2007). Fitoplankton disebut juga plankton
7
ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang.
pertama yang terganggu karena adanya beban masukan yang diterima oleh
memanfaatkan langsung beban masukan tersebut. Oleh karena itu perubahan yang
terjadi dalam perairan sebagai akibat dari adanya beban masukan yang ada akan
perairan, selain itu fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator perairan karena
sifat hidupnya yang relatif menetap, jangka hidup yang relatif panjang dan
karena adanya semacam klorofil (a sampai d). Fitoplankton atau bisa juga disebut
pigmen yang lengkap dan banyak nama-nama golongan alga yang diberi nama
berdasarkan ukuran :
sumber nutrisi utama bagi organisme air lainnya yang berperan sebagai
dapat ditangkap dengan planktonet standar (no. 25) adalah fitoplankton yang
balik antar organisme hidup dengan lingkungannya.Salah satu kajian dari ekologi
dalam ekologi) adalah suatu sistem yang didalamnya terkandung komunitas hayati
tawar, ekosistem perairan payau, dan ekosistem perairan laut (Odum, 1998).
hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan
dinamakan fotosintesis sehingga mereka harus berada pada bagian permukaan air
9
(disebut sebagai zona euphotic) lautan, danau atau kumpulan air yang lain.
menjadikan mereka sebagai dasar dari sebagian besar rantai makanan di ekosistem
lautan dan di ekosistem air tawar (Richtel, 2007). Proses fotosintesis ini
ekosistem. CO2 yang akan di gunakan untuk fotosintesis di hasilkan dari proses
respirasi yang di lakukan oleh populasi hewan dan tanaman di perairan tersebut,
fitoplankton. Salah satu ciri khas organisme fitoplankton yaitu merupakan dasar
dari mata rantai pakan di perairan (Effendi, 2003).Oleh karena itu, kehadirannya
oksigen terbesar di dalam perairan baik air tawar maupun laut.Dengan adanya
fitoplankton yang dapat hidup karena zat-zat tertentu yang dapat memberikan
berdasarkan warnanya alga dibedakan menjadi bebarapa divisi yaitu : Alga hijau
mencakup 2 jenis klorofil, yakni klorofil-a dan klorofil-b, dan berbagai karatinoid.
Kelas alga ini mempunyai bentuk yang sangat beragam, tetapi bentuk umum yang
sering dijumpai adalah bentuk filamen (seperti benang) dengan septa (sekat) atau
tanpa sekat, dan berbagai bentuk lembaran (Kasjian dan Sri, 2001).
Alga atau ganggang termasuk jenis tanaman yang sederhana atau tingkat
menengah karena tidak mempunyai akar, batang, daun dan bunga yang khususnya
dinamakan Thallus (Aslan, 1991). Ciri umum yang dimiliki oleh alga adalah :
biasanya hidup diair laut, air tawar dan ditempat-tempat yang lembab serta
melekat pada substrat yang kokoh seperti batu karang, tiang pancang dan kerikil
aseksual berflagella, atau secara seksual dengan isogami dan heterogami (Pandey,
1995).
Algae hijau yang hidup di perairan air tawar, contohnya Volvox dan
tabung (sophonaceus), bentuk chova, bentuk palmella dan ada yang berbentuk
11
bola. Contoh dari species ini adalah Ulvasp, Caulerpasp dan Halicystis
prokariotik. Bentuk sel Cyanophyceae umumnya berupa sel tunggal atau filamen.
Dalam bentuk koloni atau filamen alga ini mampu melakukan proses fiksasi
daerah intertidal dan estuari tetapi dapat dijumpai pula diperairan tropis dan
mengandung zat hara yang rendah adalah dari jenis Tricodesmium. Pada kelas
proses ini terjadi pemisahan sel keturunan yang kemudian tumbuh dan
berkembang membentuk koloni dan filament (Bold and Wyne, 1985). Bentuk
koloni dan filament Cyanophyceae dihasilkan oleh fragmentasi sel induk yang
kemudian memisah dan menjadi individu baru. Potongan fragment dari trichome
12
disebut hormogonia dan dihasilkan dari proses pemisahan pada dinding sel
trichome atau sel yang mati dan menjadi separition disc (Sharma, 1992).
Warna coklat kekuningan yang disebabkan oleh adanya pigmen karotenoid, yaitu
makanan berupa zat hidrat arang laminarin yang larut dalam getah sel. Reproduksi
banyak dan berupa benang-benangan atau memiliki bagian seperti thallus yang
rumit yaitu tangkainya dan pegangan dasar yang kerap kali seperti akar
tampaknya (Nybakken, 1982). Salah satu contoh dari kelas Phaeophyceae adalah
Sargassumsp. yang apabila terlepas dari substrat akan dapat hidup mengapung
1993).
4) Dhynophyceae
kecil, uniseluler, memiliki dua cambuk yang dapat digunakan untuk bergerak,
dinding tipis atau berkotak-kotak dan memiliki warna kuning-hijau dan kemerah-
yaitu bagian atas (apical) yang dinamakan epitheca (episome/epicone) dan bagian
terdapat satu bagian sabuk yang disebut girdle (cingulum). Selain girdle terdapat
suatu lekukan yang berawal pada girdle dan mengarah ke antapical, yaitu sulcus.
Bagian yang memperlihatkan sulcus disebut dorsal. Girdle dan sulcus masing-
masing memiki satu flagel, yaitu flagel transversum (dalam girdle) dan flagel
longitudinal digunakan untuk kemudi. Oleh karena itu gerak dari Dinoflagellata
Laju pembelahan ini akan sangat tinggi bila lingkungannya optimal, meskipun
terdapat variasi antar jenis dan antar waktu (Nontji, 2008). Lebih lanjut dijelaskan
ditemukan didaerah tropis. Alga merah berada di bagian yang paling tinggi dari
zone antar pasang hingga kedalaman yang lebih daripada alga-alga yang lain
14
dikebanyakan tempat. Rhodophyceae kurang lebih memiliki 400 genus dan 2500
spesies. Kelompok ini hampir semuanya hidup di laut dan hanya kira-kira 12
genus dan kurang dari 100 spesies yang hidup di air tawar (Connaughey dan
Zottoli, 1983).Sejumlah alga merah mempunyai arti ekonomi yang penting baik
phycocolloid Sebagian besar anggotanya hidup di laut, hanya tiga jenis yang ada
kecil yang uniselluler terdapat di tanah. Bentuk yang terdapat di laut mempunyai
habitat yang bervariasi mulai dari intertidal sampai laut yang dalam (Dawes,
1981).
mempunyai sel yang berhubungan satu sama lain yang dihubungkan oleh benang-
tubuh berbentuk filamen atau lembaran, sel yang banyak, terdiri dari satu bangsa
a) Suhu
adalah cahaya dari atas dan zat hara yang disuplai dari bawah. Perubahan suhu
pada suatu badan air berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi
Perubahan suhu jika sampai pada batas suhu yang mematikan atau
terlampaui, hewan air lainnya akan mati. Tumbuhan air lainnya (Alga) akan
tumbuh dengan baik pada suhu 30°C - 35°C serta fitoplankton pada suhu 20°C -
30°C. Suhu alami air danau adalah suhu normal dimana organisme dapat hidup
suhu berperan dalam ekologi dan distribusi fitoplankton, (Subarijanti, 1994). Suhu
langsung yaitu toleransi organisme terhadap keadaan suhu, sedangkan efek tidak
langsung yaitu melalui lingkungan misalnya dengan kenaikan suhu air sampai
batas tertentu akan menurunkan kelarutan oksigen dan kematian pada organisme,
adalah antara 29ºC – 30ºC tetapi fitoplankton berkembang dengan baik pada suhu
b) Kecerahan
16
adalah pada daya tembus atau intensitas penetrasi cahaya matahari.Semakin dalam
suatu perairan, maka akan semakin kecil daya tembus cahayanya. Penetrasi
cahaya ini berhubungan juga dengan fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan
dengan alat bantu yang di sebut “Secchi Disk”. Keadaan cuaca, kekeruhan air dan
lakukan pada saat cuaca cerah antara pukul 09.00-15.00 Wib dan matahari tidak
tertutup awan. Di danau hanya 0,056% dari total energi radiasi yang jatuh
perairan sangat produktif hanya dapat menggunakan energi ini sekitar 3%,
(Mahmudi, 2005).
c) Arus
air yang disebabkan oleh adanya perbedaaan densitas atau angin. Arus dapat
dibagai menjadi arus permukaan dan arus upwelling. Arus dapat disebabkan oleh
angin, juga dipengaruhi oleh faktor topografi dasar laut, pulau-pulau yang ada
gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, atau
karena perbedaan densitas air laut atau dapat pula disebabkan oleh gerakan
d) Kekeruhan
dalam perairan. Kekeruhan air dapat disebabkan oleh lumpur, partikel tanah,
pertumbuhan organisme yang menyesuaikan diri pada air yang jernih menjadi
a) Derajat Keasaman ( pH )
adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7
pengaruhnya terhadap biota perairan seperti yang dijelaskan pada tabel berikut :
berpengaruh terhadap proses kimia maupun biologis dari jasad hidup yang berada
Pada pH <4,5 sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi
terhadap pH rendah.
terlarut dalam air pada umumnya berasal dari difusi oksigen udara melalui
permukaan air pada siang hari. Oksigen merupakan faktor penting bagi kehidupan
Oksigen terlarut dalam suatu perairan merupakan faktor penting sebagai pengatur
metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh dan berkembang biak. Sumber utama
oksigen terlarut berasal dari atmosfir dan proses fotosintesis dan dari tumbuhan air
lainnya. Jumlah oksigen terlarut di suatu ekosistem danau dipengaruhi oleh faktor
temperatur. Kelarutan Oksigen dalam air akan meningkat apabila temperatur air
Sumber oksigen terlarut di perairan dapat berasal dari difusi oksigen yang
terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan
nilai DO maka pencemaran makin tinggi. Kadar oksigen terlarut di perairan alami
19
biasanya kurang dari 10 mg/liter (Effendi, 2003). Lebih lanjut menurut Odum
sebagai berikut :
c) Nitrat
nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Kadar nitrat di perairan yang
tidak tercemar biasanya lebih tinggi daripada kadar amonium. Kadar nitrat
nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar
perairan (Effendi, 2003). Menurut Raymont (1981), kadar nitrat dalam air
rendah. Untuk lebih lanjut, Menurut Wasfi (2002) dalam Malaha (2004)
d) Fosfat
20
organisme lainnya. Fosfat sangat diperlukan sebagai transfer energi dari luar ke
dalam sel organisme, karena itu fosfat dibutuhkan dalam jumlah yang kecil
tumbuhan (Dugan, 1972 dalam Effendi, 2003). Menurut Barnes dan Hughes
(1982), konsentrasi fosfat jauh lebih kecil daripada konsentrasi ammonia dan
nitrat. Fosfor dan nitrogen biasanya berada dengan perbandingan 1 : 15. Kenaikan
jumlah sel diatom diiringi dengan penurunan kadar fosfat (Raymont, 1981).
Umar.
Lokasi
Penelitian
KET :
Stasiun 1 :
Pasi pinang
Stasiun 2 :
Ranto
panyang
Stasiun 3 :
Mesjid tuha
Gambar1 : Peta Sungai Meureubo Kabupaten Aceh Barat (Bappeda Aceh Barat)
22
Sampling yaitu di ambil secara acak pada 3 stasiun pengamatan. Pada masing-
secara vertikal.
di sungai yang dilakukan penelitian. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah
sampel tersebut dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini adalah sebagai berikut :
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada table 6
di bawah ini :
dibawah ini :
Metode survey berupa pengukuran parameter fisika dan kimia perairan serta
laboratorium.
hari yang sama dan pengambilan sampel dilakukan masing- masing 1 kali pada
bulan yang berbeda yaitu pada bulan Desember 2014 dan Januari 2015.
25
Pengambilan sampel yang dilakukan stasiun 1mulai pukul 08.15 Wib sampai
dengan pukul 08.30 Wib, Stasiun 2 mulai pukul 08.45 Wib sampai dengan pukul
09.00 Wib dan stasiun 3 mulai pukul 09.15 Wib sampai dengan 09.30 Wib. Cara
menggunakan jenis plankton net no. 25 sebanyak 10 Liter. Kemudian sampel air
mldari volume air yang tersaring untuk masing-masing sampel artinya 19,2ml air
label pada botol sampel yang berisi tanggal, jam, dan stasiun.
Situ), dan sebagian dilakukan di laboratorium. Parameter kualitas air yang di ukur
meliputi sifat fisika dan sifat kimia. Adapun sifat fisika dan sifat kimia yang di
menggunakan buku identifikasi plankton yang sudah standar. Selain itu, analisis
2000)dalam Pirzan dan Masak (2008). Dalam hal ini juga dilakukan Analisis
a) Kelimpahan Fitoplankton
Oi Vr 1 n
N= + + +
Op Vo Vs p
pandang;
b) Keanekaragaman Jenis
dimana :
c) Keseragaman Jenis
𝐻′
𝐸=
H′maks
dimana :
S = Jumlah spesies.
d) Dominasi Spesies
𝐶= (𝑛𝑖/𝑁)²
𝑖=0
dimana :
lebih dari satu variabel bebas terhadap variabel terikat. Hubungan beberapa
Dalam Sunyoto (2010), rumus analisis regresi linear berganda dapat dilihat
dengan persamaan:
kabupaten Aceh Barat. Sungai ini mempunyai luas Daerah Aliran Sungai (DAS)
1.885 km2 dan memiliki panjang sungai utama 148 km. Sungai Meureubo
memiliki topografi pada bagian hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang curam
dan pada bagian hilir sungai yang relatif datar merupakan daerah rendah dan
Raya. Luas desa Meureubo 2,17 km2 dimana luas lahannya mencapai 217 Ha yang
terdiri dari 20 Ha sawah, 89 Ha bukan sawah serta 108 ton pertanian. Desa
Meureubo merupakan desa yang definitif dan memiliki 4 dusun yang dipimpin
oleh seorang geuchik. Jarak desa Meureubo menuju ibu kota kabupaten mencapai
3 km. Jumlah penduduk desa Meureubo pada tahun 2010 mencapai 2.045 jiwa
sedangkan pada tahun 2011 mencapai 2.092 jiwa sehingga terjadi pertambahan
produksi ikan yang berasal dari kolam/air tawar mencapai 28,08% sedangkan
bulan Desember 2014 di perairan sungai Meureubo Kabupaten Aceh Barat bahwa
Aulacoseira granulata - 2 -
var. Angustissima
Synedra ulna 3 - -
Diatom sp 10 11 7
Jumlah Kelas Bacillariophyceae 18 14 7
2. Cyanophyceae Gloeocapsa sp 1 1 -
Spirulina sp - 1 -
Phormidium - 1 2
inundatum
Gloetrichia - - 1
Jumlah kelas Cyanophyceae 1 17 3
3. Chlorophyceae Stigeoclonium 3 2 -
Tetmemorus 1 - -
brebissonii
Tribonema 1 - -
Jumlah kelas Chlorophyceae 6 2 -
4. Zygnematophyceae Zygnema 1 - -
Jumlah kelas Zygnematophyceae 1 - -
5. Conjugatophyceae Mougeotio sp 2 - 1
Jumlah kelas Conjugatophyceae 2 - 1
6. Fragilariophyceae Meridion 1 - -
Jumlah kelas Fragilariophyceae 1 - -
7. Trebouxiophyceae Microthamnion 1 - -
Jumlah kelas Trebouxiophyceae 1 - -
Total 28 20 11
Sumber : data primer
Pada pengamatan ke-2 yang dilakukan pada bulan Januari 2015 di sungai
Meureubo Kabupaten Aceh Barat jenis fitoplankton yang ditemukan terdiri dari 4
Tabel 10. Jenis fitoplankton di perairan sungai Meureubo pada pengamatan ke-2
bulan Januari 2015
Stasiun Stasiun Stasiun
No. Kelas Genus/Spesies
1 2 3
33
sebanyak 36.527 sel/l, stasiun 2 sebanyak 36.520 sel/l dan stasiun 3 sebanyak
34
36.511 sel/l. Sedangkan pada bulan Januari 2015, kelimpahan fitoplankton pada
stasiun 1 sebanyak 36.520 sel/l, stasiun 2 sebanyak 36.516 sel/l dan stasiun 3
20
18
16
14
(sel/tetes)
12
10
8
6
4
2 STASIUN 1
0
STASIUN 2
STASIUN 3
Kelas
16
14
12
10
(sel/tetes)
8
6
4 STASIUN 1
2
0 STASIUN 2
STASIUN 3
kelas
b. Keanekaragaman Jenis
2014 adalah stasiun 1 dengan nilai H’ (2,06), stasiun 2 dengan nilai H’ (1,54) dan
adalah stasiun 1 dengan nilai H’ (1,26), stasiun 2 dengan nilai H’ (1,39) dan
2.5
Indeks Keanekaragaman
2
1.5
Stasiun 1
1
Stasiun 2
0.5
Stasiun 3
0
Dec-14 Jan-15
Bulan
adalah stasiun 1 dengan nilai E’ (0,83), stasiun 2 dengan nilai E’ (0,74) dan
adalah stasiun 1 dengan nilai E’ (0,65), stasiun 2 dengan nilai E’ (0,78) dan
1.00
Indeks Keseragaman
0.80
0.60
Stasiun 1
0.40
Stasiun 2
0.20
Stasiun 3
0.00
Dec-14 Jan-15
Bulan
Gambar 4. Grafik nilai indeks keseragaman jenis fitoplankton (E) pada setiap
bulan penelitian di perairan sungai Meureubo.
d. Dominasi Spesies
adalah stasiun 1 dengan nilai indeks dominasi spesies (C) berkisar antara 0,0013-
0,1276, stasiun 2 dengan nilai indeks dominasi spesies (C) berkisar antara 0,0025-
0,3025 dan stasiun 3 dengan nilai indeks dominasi spesies (C) berkisar antara
0,0083-0,4050 (Seperti yang tertera pada lampiran 5). Berdasarkan nilai indeks
dominasi spesies (C) maka dapat diperoleh persentase nilai dominasi spesies
Nilai indeks dominasi spesies fitoplankton pada bulan Januari 2015 adalah
stasiun 1 dengan nilai indeks dominasi spesies (C) berkisar antara 0,0025-0,4225,
stasiun 2 dengan nilai indeks dominasi spesies (C) berkisar antara 0,0039-
0,2500dan stasiun 3 dengan nilai indeks dominasi spesies (C) berkisar antara
Hasil pengukuran parameter kualitas air dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Pada tabel 12 diatas terlihat bahwa pada bulan Desember 2014 sampai
bulan Januari 2015 pada stasiun 1, stasiun 2, dan stasiun 3 kadar nitrat yang
diperoleh relatif sama yaitu sebesar 0,027 mg/L, pada bulan Desember 2014
sampai Januari 2015 kadar fosfat pada stasiun 1 dan stasiun 2 juga relatif sama
yaitu sebesar 0,020 mg/L, sedangkan pada bulan Desember 2014 sampai Januari
Untuk kadar oksigen terlarut pada bulan Desember 2014 sampai Januari
2015 pada stasiun 1 sebesar 8,21 mg/L, stasiun 2 sebesar 9,24 mg/L dan stasiun 3
sebesar 7,91 mg/L. Pada bulan Desember 2014 sampai bulan Januari 2015 untuk
40
Berdasarkan nilai kecerahan pada bulan Desember 2014 yang tertera pada tabel 12
stasiun 1 menunjukkan nilai sebesar 77 cm, stasiun 2 sebesar 76 cm, dan stasiun 3
sebesar 80 cm. Sedangkan pada bulan Januari 2015 nilai kecerahan pada stasiun 1
untuk nilai kecepatan arus pada bulan Desember 2014 pada stasiun 1
menunjukkan nilai sebesar 0,232 m/s, stasiun 2 sebesar 0,231 m/s, dan stasiun 3
sebesar 0,204 m/s. Sedangkan pada bulan Januari 2015 nilai kecepatan arus pada
stasiun 1 sebesar 0,201 m/s, stasiun 2 sebesar 0,174 m/s dan stasiun 3 sebesar
0,202 m/s. Dari masing-masing stasiun dan bulan pengamatan tidak ada
Mutu Air Bersih dan PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
Meureubo, nilai pH masih berada dalam baku mutu. Berdasrkan hasil analisa air,
yang tertera pada tabel 12, air sungai Meureubo dapat diklasifikasikan ke dalam
Mutu Air Kelas III. Menurut PP No. 82 Tahun 2001, Mutu Air Kelas III yaitu air
peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan atau peruntukkan lainnya yang
4. 3 Pembahasan
4.3.1 Klasifikasi dan Morfologi Fitoplankton yang ditemukan
1. Kelas Bacillariophyceae
41
a) Skeletonema costatum
Filum : Bacillariophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Bacillariales
Subordo : Coscinodiscinae
Genus : Skeletonema
dapat berfotosintesis
dinding sel yang unik karena terdiri dari dua bagian yang bertindih (flustula)
yang terbuat dari silikat (Si), bagian katub atas disebut epiteka dan katup
bawah disebut hipoteka. Pada bagian epiteka terdiri dari komponen epivaf
dan episingulum dan pada bagian hipoteka terdiri dari komponen hipovaf dan
hiposingulum.
b) Synedra Ulna
Filum : Heterokontophyta
Kelas: : Diatomyphyceae
Ordo : Bacillariales
Famili : Bacillariaceae
Genus : Synedra
Jika berkoloni akan berkumpul pada satu titik digumpalan lendir yang
Spesies tertentu memiliki tanduk pendek atau duri menonjol tepat diatas katup
pori-pori,
Salah satu spesies ini ada yang dapat meluncur dengan lendir,
Memiliki klorofil,
Dapat berfotosintesis.
c) Asterionella sp
Filum : Ochrophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Famili : Asterionellaceae
Genus : Asterionella
Spesies : Asterionella sp
Gambar 9. Asterionella sp
dapat berfotosintesis
44
Filum : Khakista
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Aulacoseirales
Family : Asterionellaceae
Genus : Aulacoseira
memiliki kombinasi katup panjang dan sempit dengan diameter 2,5-4 m dan
rasio diameter mantel tinggi atau katup yang lebih besar dari 3,2.
e) Diatom
Salah satu genus dari Chrysophyta adalah Diatom. Diatom, termasuk
Dinding sel terdiri atas lapisan dalam berupa pektin yang lunak, dan lapisan luar
berupa panser berisi zat kersik. Sel diatom mempunyai inti dan kromatofora yang
45
Filum : Chrysophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Famili : Fragilariaceae
Genus : Diatomae
Spesies : Diatom sp
a) Stigeoclonium
Phylum : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Ordo : Chaetophorales
Family : Chaetophoraceae
46
Genus : Stigeoclonium
Spesies : Stigeoclonium
Dapat berfotosintesis,
b) Tetmemorus
Filum : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Zygnematales
Famili : Desmidiaceae
Genus : Tetmemorus
Apek sel mempunyai celah/rekahan atau lekuk dan insisi apikal sempit,
gelendong, 4-9 kali lebih panjang dari lebar, pencerutan di tengah sel jelas
pandangan vertikal elip atau bulat, dinding sel berpunkta atau skrobikulat;
paksi kloroplas sama ada tunggal, pirenoid di tengah atau jalur axial.
Dapat berfotosintesis
c) Tribonema
Filum : Clorophyta
Kelas : Clorophyceae
Ordo : Heterotrichales
Famili : Tribonemataceae
Genus : Tribonema
Spesies : Tribonemasp
48
Berbentuk silinder,
Memiliki khloroplas,
Dapat berfotosintesis.
3. Kelas Cyanophyceae
a) Gloeocapsa
Sejumlah spesies Gloeocapsa ada yang hidup pada butiran basah, sedangkan yang
lainnya aquatik.
Filum : Cyanophyta
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Chroococcales
Famili : Chroococcaceae
Genus : Gloeocapsa
49
Spesies : Gloeocapsa sp
Biasanya sel-sel yang muda tetap bersatu karena ada selubung yang
mengikatnya,
b) Spirulina sp
perairan tawar maupun asin. Mikroalga ini telah lama digunakan sebagai sumber
bahan makanan di Meksiko dan Afrika dan merupakan salah satu sumber
makanan alami paling potensial baik untuk hewan dan manusia. Kandungan
proteinnya yang tinggi mencapai 60-70% (basis kering) serta kandungan asam-
asam amino Spirulina sesuai dengan rekomendasi badan pangan dunia FAO (Choi
et al, 2003). Spirulina merupakan salah satu sumber pangan berpotensi, sebagai
contoh 1 are (0,4646 hektar) Spirulina dapat menghasilkan protein 20 kali lebih
baik dari 1 are kedelai atau jagung dan 200 kali lebih baik dari pada daging sapi
(Kozlenko dan Henson, 1998). Spirulina termasuk cyanobacteria atau yang lebih
dikenal dengan alga hijau biru, ada di bumi sejak 3500 juta tahun lalu.
50
Phylum : Cyanophyta
Class : Cyanophyceae
Order : Oscillatoriales
Family : Oscillatoriaceae
Genus : Spirulina
Spesies : Spirulina sp
c) Phormidium inundatum
Filum : Cyanophyta
Class : Cyanophyceae
Order : Oscillatoriales
Family : Phormidiaceae
51
Genus : Phormidium
bergelatin dan berair, kadang-kadang disaluti oleh kalsium karbonat (Tiffany &
Britton, 1971).
d) Gloetrichia
Filum : Cyanophyta
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Nostocales
Family : Rivulariaceae
Genus : Gloeotrichia
Spesies : Gloetrichia
Seluruhnya filamen,
4. Kelas Conjugatophyceae
a) Mougeotia
Filum : Charophyta
Kelas : Conjugatophyceae
Ordo : Zygnematales
Famili : Zygnemataceae
Genus : Mougeotia
Spesies : Mougeotia sp
Filamen ringkas atau jarang dengan cabang bersel 1 atau 2 dengan sel
5. Kelas Trebouxiophyceae
a) Microthamnion
Filum : Chlorophyta
Kelas : Trebouxiophyceae
Ordo : Microthamniales
Famili : Microthamniaceae
Genus : Microthamnion
Dapat berfotosintesis,
Memiliki klorofil.
6. Kelas Fragilariophyceae
a) Meridion
54
Filum : Ochrophyta
Kelas : Fragilariophyceae
Ordo : Fragilariales
Family : Fragilariaceae
Genus : Meridion
Spesies : Meridionsp
Membentuk koloni.
7. Kelas Zygnematophyceae
a) Zygnema
Filum : Charophyta
Kelas : Zygnematophyceae
Ordo : Zygnematales
Famili : Zygnemataceae
Genus : Zygnema
55
Filamen yang tidak bercabang, sel pendek atau silinder dengan ujung dinding
yang rata,
antara 30.516 sel/l – 36.527 sel/l, dengan kisaran nilai masing-masing periode
adalah periode I pada bulan Desember 2014 sebanyak 36.511 sel/l – 36.527 sel/l,
dan periode II pada bulan Januari 2015 sebanyak 36.511 sel/l – 36.520 sel/l
56
(seperti yang tertera pada tabel11). Masing – masing stasiun pada bulan Desember
sebanyak 36.520 sel/l dan stasiun 3 sebanyak 36.511 sel/l. Sedangkan pada bulan
dominasi oleh kelas Bacillariophyceae (Seperti yang tertera pada gambar grafik
2). Melimpahnya spesies dari anggota kelas Bacillariophyceae ini juga disebabkan
karena adanya pengaruh dari keadaan pH perairan yang bersifat netral bahkan
memiliki kisaran pH yang netral atau bahkan basa yang akan mendukung
dilakukan oleh kelompok plankton yang dibantu oleh sumber cahaya matahari,
perairan disebabkan karena genus tersebut dapat beradaptasi dengan baik dengan
diduga relatif tidak berpengaruh, karena setiap stasiun mempunyai nilai kecerahan
yang hampir sama. Demikian pula, suhu,Do, nitrat, fosfat, kecepatan arus dan pH
perairan mempunyai nilai yang tidak jauh berbeda sehingga diduga tidak
57
memberikan pengaruh yang nyata terhadap fitoplankton. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari Kimmel dan Groeger (1984) serta Thornton et al. (1990) bahwa
ketersediaan unsur hara dan cahaya yang cukup dapat digunakan oleh fitoplankton
untuk perkembangannya.
Kabupaten Aceh Barat yang mempunyai kelimpahan rata – rata yang berkisar
antara 275- 700 ind/ml merupakan perairan oligotrofik yaitu perairan yang dapat
pengamatan, nilai indeks keanekaragaman (H’) pada bulan Desember 2014 yaitu
antara 1,16 – 2,06 dan pada bulan Januari 2015 antara 1,39 – 0,86 (seperti yang
sungai Meureubo Kabupaten Aceh Barat secara umum untuk seluruh pengamatan
58
(tekanan) yang struktur komunitas fitoplankton yang ada sedang artinya perairan
sungai Meureubo belum terlalu banyak aktifitas yang berdampak buruk terhadap
ekosistem sungai Meureubo. Hal ini sesuai dengan pendapat Shanon Wiener
1,0 – 3,0 artinya keanekaragaman dan penyebaran jumlah individu setiap jenis
dan Doris (1996) menyatakan bahwa jika H = 1 s/d 3 maka perairannya tercemar
ringan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Desember 2014 diperoleh
nilai keseragaman jenis (E) yaitu antara 0,74 – 0,84 dan pada bulan Januari 2015
antara 0,65 – 0,78 (Seperti yang tertera pada lampiran dan gambar grafik 4).
jenis yang ada di sungai Meureubo tergolong besar. Oleh karena itu semakin besar
kelimpahan masing-masing jenis relatif merata antar stasiun. Hal ini terikat pula
dengan pemanfaatan unsur hara antar stasiun dan pengamatan relatif sama.
perairan ini berada dalam kondisi labil hingga stabil, namun lebih cenderung pada
kondisi labil. Hal ini dapat dilihat dari berubah-ubahnya jenis fitoplankton yang
59
Salwiyah (2013).
diperoleh nilai indeks dominasi spesies (C) adalah stasiun 1 dengan nilai indeks
dominasi spesies (C) berkisar antara 0,0013-0,1276, stasiun 2 dengan nilai indeks
dominasi spesies (C) berkisar antara 0,0025-0,3025 dan stasiun 3 dengan nilai
indeks dominasi spesies (C) berkisar antara 0,0083-0,4050. Sedangkan pada bulan
Januari 2015 diperoleh nilai indeks dominasi spesies (C) adalah stasiun 1 dengan
nilai indeks dominasi spesies (C) berkisar antara 0,0025-0,4225, stasiun 2 dengan
dengan nilai indeks dominasi spesies (C) berkisar antara 0,0083-0,4050. Dari nilai
Krebs (1978), nilai indeks yang mendekati 1 menunjukkan adanya dominasi yang
tinggi dan sebaliknya nilai indeks yang mendekati 0 menunjukkan dominasi yang
dominasi spesies fitoplankton pada bulan Desember 2014 bahwa pada setiap
sisanya diperoleh oleh spesies lainnya (seperti yang tertera pada grafik 5).
Sedangkan pada bulan Januari 2015 spesies yang mendominasi juga spesies
stasiun 3 (83,059%) sisanya diperoleh oleh spesies lainnya (seperti yang tertera
60
pada grafik 6). Hal ini disebabkan karena Diatom sp memiliki toleransi luas
terhadap faktor lingkungan seperti pH, suhu dan kadar O2 (Bold & Wyne 1985).
a.) Suhu
perbedaan suhu yang besar pada masing-masing stasiun dan pada setiap bulan
Meureubo yaitu 26 ºC. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi (2003), bahwa
pengukuran suhu dilakukan pada pukul 08.30 s/d 09.45 Wib, selain itu juga
disebabkan karena intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam perairan tidak
terlalu tinggi.
b.) Kecerahan
Meureubo tidak begitu jauh berbeda antar stasiun penelitian. Pada bulan
cm. Sedangkan pada bulan Januari 2015 Kecerahan tertinggi yaitu 80 cm dan
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Desember 2014 kecepatan
arus berkisar antara 0,204 – 0,232 m/s. Pada stasiun 1 kecepatan arus berkisar
0,232 m/s, stasiun 2 berkisar 0,231 m/s dan stasiun 3 berkisar 0,204 m/s.
Sedangkan pada bulan Januari 2015 kecepatan arus berkisar antara 0,174 m/s –
0,202 m/s. Pada stasiun 1 kecepatan arus berkisar 0,201 m/s, stasiun 2 berkisar
0,174 m/s dan stasiun 3 berkisar 0,202 m/s. Berdasarkan Mason (1981) dalam
lambatnya arus perairan sungai Meureubo dipengaruhi oleh beragam faktor seperti
frekuensi curah hujan yang terjadi. Menurut Barus (2002), arus air mempunyai
peranan yang sangat penting baik pada perairan lotik maupun lentik. Hal ini
terdapat di dalam air. Pada perairan lotik arus mempunyai peranan penting,
umumnya kecepatan arus diperairan ini relatif tinggi bisa mencapai 6 m/detik,
d.) pH
kisaran nilai pH yang cukup stabil yaitu 7. Menurut Effendi (2003), sebagian
besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar
batas pH yang tidak memungkinkan lagi bagi alga untuk tidak menggunakan
misalnya proses nitrifikasi akan berakhir bila pH rendah. Dengan demikian nilai
kesuburan perairan tinggi, dari parameter kimia yang lain menunjukkan bahwa
Hasil pengamatan nilai rata-rata kadar oksigen terlarut berkisar 7,91 – 9,24
mg/l. Kadar oksigen terlarut tertinggi terdapat pada Stasiun II, hal ini diduga
kadar oksigen terlarut yang merupakan hasil dari proses fotosintesis. Jika
diperkenankan adalah > 5. Dari data oksigen terlarut di perairan ini menunjukkan
bahwa oksigen terlarut pada masing- masing stasiun termasuk kategori tinggi.
f.) Nitrat
Meureubo adalah 0,027 mg/l. Pada setiap bulan pengamatan mulai dari stasiun 1,
stasiun 2 dan stasiun 3 bulan Desember 2014 – Januari 2015 tidak ada perubahan
pertumbuhan plankton adalah 0,9 – 3,5 mg/l dan kandungan yang ≤ 0,114 mg/l
dan ≥ 4,5 mg/l menjadi faktor pembatas. Dalam hal ini, kadar nitrat di perairan
terganggu.
g.) Fosfat
Meureubo pada bulan Desember 2014 berkisar 0,013-0,020 mg/l dan pada bulan
Januari berkisar 0,013-0,020 mg/l. Kadar fosfat rata-rata sama pada setiap stasiun,
hanya saja pada stasiun 3 memiliki kadar fosfat terendah yaitu 0,013 mg/l. Kadar
fosfat pada perairan alami berkisar antara 0,005-0,02 mg/l, sedangkan air tanah
Berdasarkan kadar fosfat optimal bagi pertumbuhan fitoplankton adalah 0,9 -1,8
mg/l dan faktor pembatas apabila nilainya di bawah 0,02 mg/l (Mackentum, 1975
dalam Haryani, 1989). Dalam hal ini, kadar fosfat di perairan sungai Meureubo
Menurut Riduwan (2013), seperti yang tertera pada tabel 13 dapat dilihat
constant artinya tidak ada kenaikan nilai dari variabel kadar nitrat (X1) sehingga
tidak ada statistik yang muncul, dalam hal ini dapat dilihat juga pada tingkat
signifikan koefesiensi kolerasi satu sisi (1-tailed) dari output menghasilkan angka
0,000. Karena probabilitas jauh dibawah 0,01 atau 0,05 maka pengaruh antara
64
jaringan sehingga aktifitas utama seperti fotosintesis dan respirasi tidak dapat
bentuk NO3-N (nitrat) (Basmi, 1988). Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di
dan di wilayah tropik pada umumnyarendah. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel
sebesar 0,027 mg/L yang dikategorikan hanya sebagai faktor pembatas sehingga
Dari tabel 13 juga dapat dilihat bahwa besarnya pengaruh antara variabel
koefesien kolerasi adalah -0,314. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh yang
tingkat signifikan koefesiensi kolerasi satu sisi (1-tailed) dari output menghasilkan
angka 0,272. Karena probabilitas jauh dibawah 0,01 atau 0,05 maka pengaruh
65
antara kadar fosfat dengan kelimpahan fitoplankton tidak signifikan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Nybakken (1992), bahwa fosfat merupakan faktor pembatas bagi
melebihi kebutuhan normal organisme nabati yang ada di perairan tersebut akan
rendah dan hanya di kategorikan sebagai faktor pembatas dengan rata-rata nilai
dengan koefesien kolerasi adalah -0,617. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh
tingkat signifikan koefesiensi kolerasi satu sisi (1-tailed) dari output menghasilkan
angka 0,096. Karena probabilitas jauh dibawah 0,01 atau 0,05 maka pengaruh
koefesien kolerasi menunjukkan nilai yang constant artinya tidak ada kenaikan
nilai dari variabel nilai pH(X4) sehingga tidak ada statistik yang muncul, dalam
hal ini dapat dilihat juga pada tingkat signifikan koefesiensi kolerasi satu sisi (1-
tailed) dari output menghasilkan angka 0,000. Karena probabilitas jauh dibawah
0,01 atau 0,05 maka pengaruh antara nilai pH dengan kelimpahan fitoplankton
signifikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Raymont (1963), bahwa pH dapat
beberapa jaringan maupun pada reaksi enzim. Selain itu, nilai pH juga sangat
koefesien kolerasi juga menunjukkan nilai yang constant artinya tidak ada
kenaikan nilai dari variabel suhu (X5) sehingga tidak ada statistik yang muncul,
dalam hal ini dapat dilihat juga pada tingkat signifikan koefesiensi kolerasi satu
sisi (1-tailed) dari output menghasilkan angka 0,000. Karena probabilitas jauh
dibawah 0,01 atau 0,05 maka pengaruh antara suhu dengan kelimpahan
dihitung dengan koefesien kolerasi adalah -0,562. Hal ini menunjukkan tidak ada
tailed) dari output menghasilkan angka 0,123. Karena probabilitas jauh dibawah
0,01 atau 0,05 maka pengaruh antara tingkat kecerahan dengan kelimpahan
Dari tabel 13 juga dapat dilihat bahwa besarnya pengaruh antara variabel
koefesien kolerasi adalah -0753. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh yang
tingkat signifikan koefesiensi kolerasi satu sisi (1-tailed) dari output menghasilkan
angka 0,042. Karena probabilitas jauh dibawah 0,01 atau 0,05 maka pengaruh
menentukan pergerakan dan distribusi plankton dalam suatu perairan. Dalam hal
fitoplankton.
bahwa pada tabel 15 terdapat R square adalah 0,896 (adalah pengkuadratan dari
determinasi yang dalam hal ini berarti 89,6% kontribusi variabel nitrat, fosfat,
oksigen terlarut, pH, suhu, kecerahan dan kecepatan arus terhadap kelimpahan
air yang memiliki hubungan searah (berbanding lurus) adalah nitrat, pH, suhu,
dan kecepatan arus. Sedangkan parameter kualitas air yang memiliki hubungan
68
berbanding terbalik yaitu; fosfat, oksigen terlarut dan kecerahan. Berdasarkan hal
tersebut maka dari tabel anova ternyata didapat F hitung adalah 2,146 dengan
tingkat signifikan 0,486 karena probabilitas (0,486) jauh lebih besar dari 0,05 atau
0,01 maka pengaruh antara parameter kualitas air (kecepatan arus, kadar DO,
5.1 Kesimpulan
Trebouxiophyceae).
Desember 2014 yaitu antara 1,16 – 2,06 dan terendah pada bulan Januari
2015 antara 1,39 – 0,86. Nilai indeks keseragaman (E) tertinggi diperoleh
pada bulan Desember 2014 yaitu antara 0,74 – 0,84 dan terendah pada bulan
Januari 2015 antara 0,65 – 0,78. Dan nilai indeks dominasi (C) tertinggi
diperoleh pada bulan Januari 2015 antara 0,0025 – 0,4225 dan terendah pada
pengaruh parameter kualitas air (fosfat, oksigen terlarut (DO), kecerahan dan
5.2 Saran
Meureubo.