Anda di halaman 1dari 211

Penilaian Pendidikan

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR


20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN
A. Pengertian
1. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme,prosedur, dan instrument penilaian hasil
belajar peserta didik.
2. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
3. Ulangan adalah proses yang dilakukanuntuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses
pembelajaran,untuk memantau kemajuan,melakukan perbaikan
pembelajaran dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik.
4. Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodic untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan
satu KD atau lebih.
5. Ulangan Tengah Semester (UTS) adalah ujian yang dilakukan pada
pertengahan semester. Ujian ini hakikatnya sama dengan UH hanya saja
waktunya pada pertengahan semester. UTS merupakan ujian gabungan
dari beberapa kompetensi yang telah dipelajari.
6. Ulangan Akhir Semester (UAS) adalah ujian yang dilakukan setiap akhir
semester. Waktunya pada semester ganjil yaitu pada bulan Desember.
Khusus kelas tingkat akhir dilaksanakan sekitar bulan Februari.
7. Ujian Kenaikan Kelas (UKK) adalah ujian yang dilakukan untuk kenaikan
kelas. Ini dilaksanakan pada akhir semester genap.
8. Ujian Sekolah Berbasis Nasional (USBN) adalah ujian untuk mengetahui
daya serap selama tiga tahun. Maka materi USBN adalah gabungan dari
kelas 1 hingga kelas 3. Mata pelajaran USBN untuk tahun 2018 adalah
semua mata pelajaran tanpa terkecuali.
9. Ujian Nasional (UN) adalah ujian akhir di tingkat terakhir jenjang sekolah.
Ujian Nasional pada awalnya digunakan sebagai penentu kelulusan
siswa. Namun beberapa tahun belakangan UN hanya digunakan sebagai
pemetaan kemampuan siswa secara nasional.

B. Prinsip Penilaian
1. Sahih, berarti penilaian didasarakan pada data yang mencerminkan
kemempuan yang diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan criteria yang
jelas,tidak dipengaruhi subjektifitas penilaian.
3. Adil , penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama,suku,budaya,adat istiadat,status social,ekonomi dan gender.
4. Terpadu,berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu
komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, criteria penilaian,dan dasar
pengmbilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan,berarti penilaian oleh pendidik
mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai
teknik penilaian yang sesuai,untuk memantau perkembangan
kemampuan peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap, dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8. Beracuan criteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segi teknik,prosedur maupun lainnya.
C. Teknik dan Instrumen Penilaian
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik
penilain berupa tes,observasi, penugasan perseorangan atau
kelompok,dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi
dan tingkat perkembangan peserta didik.
2. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerjs.
3. Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran
berlangsung dan atau diluar kegiatan pembelajaran.
4. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat
berbentuk tugas rumah dan atau proyek.
5. Instrument penilaian belajar yang digunakan pendidik memenuhi
persyaratan :
a. Substansi,adalah merpresentasikan kompetensi ysng dinilai,
b. Konstruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan
bentuk instrument yang digunakan
c. Bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta
komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik
6. Instrument penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam
bentuk ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan
substansi,konstruksi,dan bahasa serta memiliki bukti validitas empiric.
7. Instrument penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk
UN memenuhi persyaratan substansi,konstruksi,bahasa,dan memiliki
bukti validitas empiric serta menghasilkan skor yang dapat
diperbandingkan antar sekolah,antar daerah dan antar tahun.

D. Mekanisme dan Prosedur Penilaian


1. Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
dilaksanakan oleh pendidik,satuan pendidik dan pemerintah
2. Perancang strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat
penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari
rencana pelaksanaan pembelajaran
3. Ulangan tengah semester, ulangan ahir semester dan ulangan
kenaikan kelas dilakukan oleh pendidik dibawah koordinasi satuan
pendidikan
4. Penilaian hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran dalam
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak
diujikan pada UN dan aspek kognitif dan atau aspek psikomotorik untk
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan oleh satuan
pendidikan melalui ujian sekolah,madrasah untuk memperoleh
pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu pesyaratan
kelulusan dari satuan pendidikan.
5. ‘Penilaian akhir hasil belajar oleh satuan pendidikan untuk mata
pelajaran kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata
pelajaran pendidikan jasmani,olahraga dan kesehatan ditentukan
melaluirapat dewan pendidikan berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik
6. Penilaian akhir hasil belajar peserta didik kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan
melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik
dengan mempertimbangkan hasil ujian sekolah/madrasah.
7. Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-langkah:
a. Menyusun kisi-kisi ujian,
b. Mengembangkan instrument
c. Melaksanakan ujian
d. Mengolah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian
sekolah,madrasah
e. Melaporkan dan memanfaatkan hasil penelitan.
8. Penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif dari kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia,sebagai perwujudan sikap dan
perilaku beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, dilakukan oleh guru
agama dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran
lain dan sumber lain yang relevan.
9. Penilaian kepribadian, yang merupakan perwujudan keesadaran dan
tanggung jawab sebagai warga masyarakat dan warganegara yang baik
sesua dengan norma dan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa, adalah bagian dari penilaian kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian oleh guru pendidikan
kewarganegaraan dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata
pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.
10. Penilaian mata pelajaran muatan lokalmengikuti penilaian kelompok
mata pelajaran yang relevan
11. Keikutsertaan dalam kegiatan pengembangan diri dibuktikan dengan
surat keterangan yang ditandatangani oleh Pembina kegiatan dan kepala
sekolah,madrasah
12. Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik
sebelum,diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum
mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remedy.
13. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidik disampaika dalam
bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran,disertai dengan
deskripsi kemajuan belajar
14. Kegiatan penilaian oleh pemerintah dilakukan melalui UN dengan
langkah-langkah yang diatur dalam Prosedur Operasi Standar (POS)
15. UN diselenggraakan oleh Badan Standar Naional Pendidikan (BSNP)
16. Hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan
salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dan
salah satu pertimbangan dlam seleksi masuk jenjang pendidikan
berikutnya.
17. Hasil analisis data UN disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan untuk pemetaan mutu program dan atau satuan
pendidikan serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan
pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
E. Penilaian oleh pendidik
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan,bertujuan untuk memantau prosesdan kemajuan belajar
peserta didik serta untuk meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran.
Penilaian tersebut meliputi kegiatan sbb
1. Menginformasikan silabus mata pelajaran yang didalamnya memuat
rancangan dan criteria penilaian pada awal semester.
2. Mengembangkan indicator pencapaian KD dan memilih teknik
penilaian yang sesuia pada saat menyusun silabus mata pelajaran.
3. Mengembangkan instrument dan pedoman penilaian sesuai dengan
bentuk dan teknik penilaian yang dipilih.
4. Melaksankan tes,pengamatan,penugasan dan atau bentuk lain yang
diperlukan
5. Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar
dan kesulitan belajar peserta didik
6. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai
balikan/komentar yang mendidik
7. Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran
8. Melaporkan hasil penelitian mata pelajaran pada setiap akhir
semester keada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai
prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai
cerminan kompetensi utuh.
9. Melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru Pendidikan Agama
dan hasil penilaian kepibadian kepada guru Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir
semester akhlak dan kepribadian peserta didik dengan kategori
sangat baik,baik atau kuarang baik.
F. Penilaian oleh Satuan Pendidikan
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan secara
berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar
peserta didikserta untuk meningkatkan efisiensi kegiatan pembelajaran.
Penilaian tersebut meliputi kegiatan sbb:
1. Menetukan KKM setiap mata pelajaran dengan memeperhatikan
karakteristik peserta didik,karakteristik mata pelajaran, dan kondisi
satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik.
2. Mengkooridinasi UTS,UAS,UKK
3. Menentukan criteria kenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang
menggunakan system paket melalui rapat dewan pendidik
4. Menetukan criteria program pembelajaran bagi satuan pendidikan
yang menggunakan system kredit semester melalui rapat dewan
pendidik
5. Menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran estetika dan
kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan melalui rapat dewan pendidik dengan
mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik
6. Menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian dilakukan melalui rapat dewan pendidik dengan
mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik dan nilai hasil ujian
sekolah/madrasah
7. Menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan
kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah sesuai dengan
POS Ujian sekolah/madrasah bagi satuan pendidikan
penyelengaraan UN .
8. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok
mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali
peserta didik dalam bentuk buku laporan pendidikan.
9. Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan
kepada dinas pendidikan kabupaten/kota.
10. Menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan
melalui rapat dewan pendidik sesuai dengan criteria.
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
b. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir
untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata
pelajaran estetika; dan kelompok mata pelajaran
jasmani,olahraga dan kesehatan .
c. Lulus ujian sekolah/madrasah
d. Lulus UN
11. Menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN)
setiap peserta didik yang mengikuti Ujian Nasional bagi satuan
pendidikan penyelenggaraan UN.
12. Menerbitan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan
pendidikan bagi satuan pendidikan penyelenggaraan UN.
G. Penilaian Oleh Pemerintah
1. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dalam bentuk
UN yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan
secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok
mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. UN didukung oleh suatu system yang menjamin mutu dan
kerahasiaan soal serta pelaksanaan yang aman jujur, dan adil.
3. Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan mutu
program dan atau satuan pendidikan,Pemerintah menganalisis
dan membuat peta daya serap berdasarkan hasil UN dan
menyampaikan ke pihak yang berkepentingan.
4. Hasil UN menjadi salah satu pertimbangan dalam pembinaan dan
pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan.
5. Hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam
menentukan kelulusan peserta didik pada seleksi masuk jenjang
pendidikan berikutnya.
6. Hasil UN digunakan sebagai salah satu penentu kelulusan peserta
didik dari satuan pendidikan yang kriterian kelulusannya
ditetapkan setiap tahun oleh Menteri berdasarkan rekomendasi
BSNP.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Penilaian Pendidikan


Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengelolaan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik (Permen Diknas
No.20 Tahun 2007)
B. Fungsi penilaian pendidikan
1. Acuan guna perbaikan kegiatan pendidikan:
Penilaian berfungsi sebagai alat guna memantau kemajuan belajar dan
mendiagnosa kesulitan belajar peserta didik oleh karena itu hasilnya
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan dan
meneyempurnakan kegiatan belajar yang lebih sepadan dengan
kebutuhan peserta didik.
2. Acuan guna penentuan kenaikan kelas dan kelulusan:
Hasil penilaian memberikan iinformasi menyeluruh tentang kemajuan
belajar peserta didik,selanjutnya informasi tersebut untuk dasar
penentuan kenaikan kelas dan kelulusan.
3. Sebgai alat seleksi:
Hasil penilaian dapat digunakan sebagai dasar penerimaan peserta didik
baru,beasiswa,lompat kelas/percepatan (akselerasi)
4. Sebagai alat penempatan:
Informasi yang diperoleh tentang hasil belajar peserta didik
mencerminkan perhatian,minat,sikap dan kemauan siswa. Hasil penilaian
tersebut dpaat digunakan sebagai dasar pengambilan program
penjurusan dan ekstrakurikuler.
5. Sebagai alat motivasi:
Penyajian hasil penelitian kepada peserta didik dan orang tua dapat
menjadi alat pendorong dan penguat kemajuan belajar peserta didik.
6. Acuan guna mengetahui tingkat kebebrahsilan program pengajaran:
Yaitu tujuan,metode,kegiatan pembelajaran,alat,sumber belajar dan alat
evaluasi.
7. Acuan guna keperluan diagnostic:
Hasil penilaian untuk mengetahui sebab-sebab kelemahan dan
kegagalan peserta didik dlam belajar.
8. Acuan guna keperluan bimbingan dan konseling:
Hasil penelitian untuk membantu peserta didik memecahakan masalah
kesulitan belajar dan masalah individu dan bimbingan karir
9. Acuan guna perbaikan kurikulum sekolah:
Hasil penilaian terhadap materi pelajaran dpaat menentukan materi mana
yang sesuai atau yang sudah tidak sesuai dengan keadaan siswa dan
perkembangan masyarakat.
C. Ruang Lingkup Penilaian Pendidikan
Penilaian proses dan hasil belajar disekolah berkaitan dengan aspk kognitif
(kecerdasan), afektif (kerajinan,keaktifan dikelas,kerja sama,kerapian
catatan,kedisiplinan) dan psikomotor (ketetrampilan gerak). Ketiga aspek ini
saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
D. Kegunaan data penilaian
1. Penggunaan data administrative
Untuk melengkapi data peserta didik dan melengkapi catatan tingkah
laku peserta didik.
2. Penggunaan instrusional
Membantu guru dalam cara mengajar yang baik dan mempengaruhi
keslahan –kesalahan dalam pengajaran.
3. Penggunaan bagi Bimbingan dan Konseling
Untuk membimbing peserta didik dalam pertumbuhan fisik dan
perkembangan mental,emosional dan sosialnya.
4. Penggunaan penyelidikan
Tentang metode,alat pelajaran,sumber,alat evaluasi yang tepat.
E. Jenis Penilaian Pendidikan
1. Penilaian Formatif
Penilaian yang dilakukan setiap akhir pokok bahasan.bertujuan untuk
memperbaiki proses pembelajaran,seperti: Ulangan Harian,UTS,Tugas-
tugas, Remedial. Penilaia formatif disebut juga penilaian proses
pembelajaran
2. Penilaian Sumatif
Penilaian yang dilakukan tiap semester atau tiap tahun, bertujuan untuk
menentukan kenaikan tingkat/kelas dan kelulusan seperti, UAS,US,UN.
Penilaian sumatif disebut juga penilaian hasil belajar (dalam pengertian
sempit)
3. Penilian Penempatan (Placement)
Penilaian yang dilakukan untuk menempatkan siswa dalam situasi
pembelajaran tepat.
4. Penilaian Diagnostik
Penilaian yang dilakukan untuk mencari penyebab keleman/kesulitan
belajar peserta didik.
F. Jenis standar penilaian pendidikan
1. Standar Mutllak (Criterion Referenced Test: CRT) (Penilaian Acuan
Patokan:PAP)
Dalam standar mutlak hasilyang dicapai oleh tiap peserta didik setelah
tes,dibandingkan dengan criteria yang telah ditetapkan untuk
mennetukan nilai prestasi belajar tiap peserta didik.
Contoh : Nilai tiap peserta didik dibandingkan dengan nilai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal), nilai tiap peserta didik setelah UN dibandingkan
dengan standar nilai UN yaitu 5,25.
2. Standar Relative (Norm Referenced Test: NRT) (Penilaian Acuan Norma:
PAN)
Dalam standar relative hasl yang dicapai oleh tiap peserta didik setalah
tes, dibandingkan dengan hasil peserta didik lain dikelompok kelas
disekolahnya,untuk menentukan nilai rata-rata kelas,rangking.
G. Cara Pemberian Nilai
1. Cara Kuantitatif
Penyajian hasil penilaian menggunakan angka,dengan rentangan angka
0 sampai 10 atau 0 smapai 100. Contoh nilai yang diperoleh: 5,6,7 atau
50,60,70.
2. Cara Kualitatif
Penyajian hasil penilaian menggunakan huruf: A,B,C,D, TL/E/F atau
pernyataan verbal/narasi: baik sekali,baik,cukup,kurang,kurang sekali.
H. Prosedur Pemberian Nilai
1. Fase Pengukuran (Penskoran)
Penskoran adalah proses pengubahan jawaban tes/menjadi angka.
2. Fase Penilaian
Penilaian adalah memproses angka-angka tersebut untuk mengambil
keputusan melalui penilaian acuan patokan dan penilaian acuan norma.
I. Standardized Test dan Teacher Made Test
Standardized Test ( test yang telah distandarkan) adalah tes yang
dibuat oleh team pendidikan yang sudah diuji mutu tesnya dan disimpan
dibank soal. Tes ini bertujuan untuk mengetahui mutu keberhasilan
pendidikan di Indonesia dan hasilnya sebagai acuan guna memperbaiki dan
meningkatkan mutu pendidikan nasional, untuk penerimaan calon pegawai
negeri sipil dan untuk penerimaan mahasiswa Universitas Negeri.
Contoh : Ulangan Umum Bersama, Ujian Nasional, tes masuk pegawai
negeri sipil, tes masuk perguruan tinggi negeri.
Teacher Made Test (test buatan guru) adalah tes yang dibuat oleh guru yang
bersangkutan untuk mengetahui keberhasilan guru menagajar dan
keberhasilan peserta didik yang belajar sehingga hasil penilaian tersebut
untuk perbaikan proses pembelajaran dan peningkatan prestasi belajar
peserta didiknya.
Contoh : Ulangan Harian,Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir
Semester,Ulangan Kenaikan Kelas dan Ujian Sekolah

BAB II
PENILAIAN KELAS
Penilaian Hasil Belajar (Achievement Evaluation) melalui Pendidikan Kelas
A. Pengertian
Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan
informasi oleh guru melalui sejumlah bukti untuk membuat keputusan
tenatang pencapaian hasil belajar/kompetensi siswa.
Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui tingkat
penguasaan kompetensi yang ditetapkan. Penilaian kelas bersifat internal
bagaian dari pemebelajaran dan sebagai bahan untuk peningkatan mutu
hasil belajar.
B. Ciri Penilaian Kelas:
1. Belajar Tuntas (Mastery Learning):
Peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya
sebelum mampu menyelesaikan perkerjaan dengan prosedurnya yang
benar dan hasil yang baik.
Jika peserta didik dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuannya
(lambat,sedang dan tinggi) untuk tiap mata pelajaran dan diajarkan
sesuai dengan karakteristik mereka,maka sebagian besar dari mereka
akan mnecapai ketuntasan.
Guru harus mempertimbangkan antara waktu yang diperlukan
berdasarkan karakteristik peserta didik dan waktu yang tersedia dibawah
pengawasan guru. Peserta didik yang lambat laun perlu waktu lebih lama
dalam materi yang sama untuk mencapai ketuntasan belajar.
2. Otentik:
Penilaian yang sebenarnya (otentik) adalah menggambarkan
perkembangan belajar peserta didik apa adanya.Memandang penilaian
dan pembelajarnya secara terpadu,dlaam arti penilaian berdasarkan
proses pembelajaran (soal sesuai dengan materi pelajaran yang
diajarkan).Mencerminkan dunia nyata bukan dunia sekolah.
Menggunakan berbagai cara dan criteria. Penilaian secara holistic yaitu
mencapai kompetensi pengetahuan,sikap,keterampilan yang utuh dan
menyeluruh.
3. Berkesinmabungan
Memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil yang terus menenrus
dalam bentuk Ulangan Harian,Ulangan Tengah Semester,Ulangan Akhir
Semester dan Ulangan Kenaikan Kelas.
 Ulangan harian ,selesai beberapa indicator atau satu Kompetensi
Dasar
 Ulangan Tengah Semester ,selesai beberapa Kompetensi Dasar
 Ulangan Akhir Semester ,selesai semua Kompetensi Dasar
Semester tersebut.
 Ulangan Kenaikan Kelas , selesai semua Kompetensi Dasar
semester ganjil dan genap dengan penekanan pada semester
genap.
4. Berdasarkan acuan criteria/patokan:
Prestasi/kemampuan peserta didik tidak dibandingkan dengan prestasi
kelompoknya tapi dengan membandingkan prestasi/kemampuan yang
dimilikinya dengan patokan yang ditetapkan.
5. Menggunakan alat penilaian yang bervariasi yaitu tes dan non tes:
Tes : Tes lisan dan tes tertulis untuk menilai pencapaian tujuan ranah
kogniti(pengetahuan/knowledge,pemahaman/comprehension,penererapa
n/application,
Menguraikan/analysis,menyimpulkan/synopsis dan penilaian/evaluation).
Tes perbuatan/prkatek/kinerja/unjuk kerja: penilaian produk,penilaian
proyrk,penilaian portofolio untuk menilai pencapaian tujuan ranah
psikomotor(keterampilan).
Non tes : Pengamatan (Observasi),Wawancara(Interview), Angket untuk
menilai pencapaian tujuan ranah afektif (nilai,sikap,perilaku,konsep diri).
C. Teknik/Cara Penilaian Kelas
1. Unjuk kerja (Performance):
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Atau
penilaian terhadap aktifitas yang ditampilkan oleh peserta didik. Cara
penilaian ini lebih mencerminkan kemampuan yang sebenarnya daripada
menggunakan tes tertulis.
Teknik penilaian ini cocok untuk: penyajian lisan (keterampilan
berbicara,berpidato,baca puisi,berdiskusi) menari,memainkan alat
music,olahraga,menggunakan peralatan laboratorium,mengoperasikan
suatu alat.
Teknik penilaia untuk kerja mengguankan:
a. Skala Rentang (Rating Scale)
Penilaian untuk kerja dengan skala rentang,mengguankan pilihan
kategori nilai
lebih dari dua. Seperti contoh dibawah ini:

Contoh :
Instrumen Penilaian Dengan Skala Rentang

Petunjuk :
Beri lingkaran pada angka yang sesuai untuk setiap kemampuan
yang teramati pada waktu anak berpodato
1. Bila tidak pernah
2. Bila jarang
3. Bila kadang-kadang
4. Bila siswa selalu melakukan

Nama : Rina
1. Ekspresi baik
A. Berdiri tegak melihat pada penonton
1 2 3 4
B. Mengubah ekpresi wajah sesuai dengan pernyataan
1 2 3 4
C. Mata melihat ke penonton
1 2 3 4
2. Ekspresi suara
A. Berbicara dengan kata-kata yang jelas
1 2 3 4
B. Nada suaranya berubah-ubah sesuai pernyataan
1 2 3 4
C. Berbicara cukup keras
1 2 3 4
Cara menilai :
Nilai maksima l= 24 : 24 x 100 = 100
Misalnya : Skor 1.A=3 B =2 C=4 2. A=1 B=4 C=3
Jadi nilai Rina= 17 : 24 x 100 = 70,83
b. Daftar Cek (Checklist) Ya-Tidak
Dalam teknik penilaian menggunakan daftar cek,peserta didik
mendapat nilai jika criteria penguasaan kemampauan tertentu
dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, tidak dapat
nilai. Seperti contoh berikut ini:

Contoh:
Instrument Penilaian Dengan Daftar Cek

Petunjuk : Beri tanda () dibelakang huruf dimana kemampuan


siswa teramati pada waktu berpidato.

Nama : Rina
1. Ekspresi baik
…. A. berdiri tegak melihat penonton
….B. merubah ekspresi wajah sesuai dengan pernyataan
….C. mata melihat kepada penonton
2. Ekspresi suara
….A. berbicara dengan kata-kata yang jelas
….B. nada suaranya berubah-ubah sesuai pernyataan
….C. berbicara cukup keras

Nilai maksimal = 6 : 6 x 100 =100


Misalnya : Skor 1. A =  B= C=0 2. A= B= C=0
Jadi nilai Rinjani = 4 : 6 x 100 = 66,66

2. Penguasan/Proyek (Project) :
Penilaian proyek adalah penilaian terhadap suatu tugas
penyelidikan/penelitian yang harus dislesaikan dalam waktu tertentu,berupa
laporan tertulis/makalah/karya ilmiah,dengan tahapan:
perencanaan,pengumpulan data,pengolahan data,penyajian data.
Contoh: tentang kegiatan proyek; penelitian sederhana tentang air dirumah
dan penelitian tentang perkembangan harga sembako.
Penilaian proyek untuk mengetahui pengetahuan,pemahaman dalam bidang
tertentu dan mengaplikasikannya dalam penyelidikan serta untuk mengetahui
kemampuan peserta didik dalam mengkomunikasikan hasil penelitianya
secara jelas.
Teknik penilaian proyek dapat menggunakan daftar cek atau skala rentang.
Seperti contoh berikut ini:
Contoh : Format Penilaian Tugas proyek
Kriteria dan Skor
Aspek
3 2 1

Persiapan Jika memuat Jika memuat Jika memuat tujuan


tujuan,topic,alasan,tem tujuan,topic,alasan,tem topic,alasan,tempat
pat pat penelitian,responden,daftar
penelitian,responden,d penelitian,responden,d pertanyaan, tidak lengkap
aftar aftar
pertanyaan,lengkap pertanyaan,kurang
lengkap
Pengumpula Jika daftar pertanyaan Jika daftar pertanyaan Jika daftar pertanyaan tdk
n Data dapat dilaksanakan kurang dilaksanakan dilaksankan semua,data tdk tercatat
semua, data tercatat semua,data kurang dengan rapid an lengkap
dengan rapid an tercatat dgn rapi dan
lengkap lengkap
Pengolahan Jika pengolahan data Jika pengolahan data Jika pengolahan data tidk sesuai
data sesuai dengan tujuan kurang sesuai dengan dengan tujuan penelitian
penenlitian tujuan penelitian
Pelaporan Jika sistematika Jika sistematika Jika sistematika penulisan tidak
tertulis penulisan penulisan kurang benar memuat saran, berbahasa
benar,memuat benar,memuat saran tidak komunikatif
saran,berbahasa berbahasa kurang
kominkatif komunikatif

Nilai maksimal = 12 : 12 x 100 = 100


Misalnya : skor persiapan = 3, Pengumpulan data = 1, pengolahan data 2
Pealporan tertulis = 2
Jadi nilainya = 8 : 12 x 100 = 66,66
3. Hasil Kerja ( Produk):
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan membuat
suatu produk dan penilaian kualitas produk tersebut,yang terdiri dari
penilaian proses dan hasil akhir terhadap kemampuan membuat produk
teknologi dan seni.
Contoh penilaian proses: menggunakan teknik menggambar,menggunakan
peralatan dengan aman, membakar kue dengan baik.
Contoh penilaian hasil akhir;makanan,pakaian,gambar,lukisan,pahatan
barang dari kayu,keramik,plastic dan logam
Contoh : Format Penilaian Produk

Skor Nilai
Tahap Uraian
1,2,3

Persiapan Gambar rancangan model,rincian biaya


dan biaya tertulis
Pembuatan Kemampuan menggunakan bahan
produk Kemampuan mengguankan teknik/cara
Kemampuan menggunakan alat
Penilaian Produk sesuai dengan
produk kegunaannya,keindahannya,kerapihannya
Keterangan :
1=kurang 2=cukup 3=baik
Nilai Maksimum = 9 : 9 x 100 = 100
Misalnya : skor persiapan= 2 pembuatan produk=3 penilaian produk=2
Jadi nilainya = 7 : 9 x 100 = 77,77

4. Tes tertulis (Paper and Pencil)


Penilian tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis adalah tes yang
soal dan jawabannya dalam bentuk tulisan.
Bentuk tes tertulis :
1. Memeilih jawaban : pilihan ganda,benar-salah/ya-tidak
2. Mensuplai jawaban : isian (fill in)/ melengkap,jawaban
singkat,uraian/essay;bebas,terbatas.
Untuk soal bentuk pilihan ganda,benar salah/ya-tidak,isian,jawaban
singkat,diskor dengan member angka1 bagi setiap butir jawaban benar
dan 0 bgi jawaban salah. Nilai diperoleh dari jumlah jawaban benar :
jumlah soal x 100.
Misalnya : jumlah seluruh jawaban Adi yang benar=30. Jumlah soal=40.
Nilai maksimal=40:40x100=100. Jadi nilai Adi=30:40x40=75.
Untuk bentuk soal uraian/essay diberi bobot. Misalnya : jumlah
soal=5, terdiri dari: 1soal mudah,3 soal sedang dan 1 soal sulit. Soal
mudah diberi bobot 10,soal yang mempunyai tingkat kesulitan sedang
diberi bobot 30. Nilai maksimal= 10+60+30=300
Contoh : Adi menjawab soal mudah dapat skor=8,menjawab soal
sedang=45,menjawab soal sulit=20. Jadi nilai Adi=8+45+20=73.
5. Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian hasil karya,hasil pekerjaan peserta
didik atau penilaian terhadap kumpulan/koleksi hasil karya peserta didik.
Karya-karya yang dapat dikumpulkan untuk penilaian portofolio: hasil
proyek,hasil produk,puisi,karangan,gambar,lukisan,desain,synopsis,naskah
pidato,rumus,resep makanan,teks lagu dll.

Contoh : Format penilaian Portofolio


Nama : Ani
Kelas : V SD
Sikap
(Usaha,K
Hasil Kerja
etekunan
Hasil Tangg (Keindahan,kerapihan,kedet Nilai
No semangat
karya al ailan)
)
1, 2, 3
1, 2,
3
1. Puisi 5-7-
2011
2. Lukisan 10-8-
2011
3. Peta 17-9-
2011
4. ……

Keterangan:
1=Kurang 2=Cukup 3=Baik
Nilai Maksimal= 6:6x100=100
Misalnya : Skor puisi sikap=2, hasil kerja=3. Jadi Nilai Ani= 5:6x100=83,33

6. Penilaian Sikap
Penilaian sikap adalah penilaian terhadap sikap dan perilaku peserta didik selama
berada disekolah didalam maupun diluar kelas.
Sikap adalah tindakan seseorang merespon suatu obyek,atau ekspresi dari nilai-
nilai/pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Sikap terdiri dari 3 komponen yaitu
afektif,kognitif dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh
seseorang atau penilaian seseorang terhadap suatu obyek. Komponen kognitif
adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai suatu obyek. Komponen
konatif adalah berprilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu dengan kehadiran
suatu obyek sikap.
Obyek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah:
a. Sikap terhadap mata pelajaran
Peserta didik yang mempunyai sikap positif terhadap materi pelajaran akan tumbuh
dan berkembang minat belajar,lebih mudah diberikan motivasi,lebih mudah
menyerap materi pelajaran.
b. Sikap terhadap guru
Peserta didik yang mempunyai sikap positif terhadap guru akan mudah menyerap
materi pelajaran karena tidak mengabaikan hal-hal yang diajarkan oleh guru.
c. Sikap terhadap proses pembelajaran
Peserta didik yang mempunyai sikap positif terhadap pembelajaran akan mudah
dimotivasi untuk belajar sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.
d. Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau norma tertentu berhubungan dengan
suatu materi pelajaran.
Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa
liar. Peserta didik memiliki sikap negative terhadap kegiatan ekspor kayu
gelondongan ke luar negeri.
Teknik penilaian sikap yaitu:
a. Observasi perilaku
adalah pengamatan yang dilakukan oleh guru untuk meniai sikap dan perilaku
peserta didik dengan menggunakan buku catatan harian yang mencatat kejadian-
kejadian yang berkaitan dengan peserta didik disekolah. Catatan tersebut
bermanfaat dalam pnilaian perkembangan peserta didik secara keseluruhan.
Contoh : Format Buku Catatan Harian
NO Hari/Tanggal Nama Peserta Didik Kejadian Positif/Negatif

b. Pertanyaan langsung
Guru bertanya langsung kepada peserta didik,misalnya tentang tanggapannya
terhadap tata tertib baru disekolah. Guru menilai jawaban peserta didik untuk
mengetahui sikapnya terhadap tata tertib sekolah tersebut. Dengan mengetahui
sikap peserta didik terhadap suatu hal disekolah,guru dapat membina mereka.
c. Laporan pribadi
Peserta didik membuat tulisan yang berisi tentang pandangan/tanggapan tentang
suatu hal. Misalnya: peserta didik diminta menulis pandangannya tentang tauran
antar pelajar. Guru menilai sikap peserta didik melalui hasil tulisan peserta didik
tersebut.
Contoh : Format Penilaian sikap dalam praktek IPA
Perilaku
Bekerja Bekerja
NO Nama Inisiatif Perhatian Nilai
sama Sistematis
1,2,3,4 1,2,3,4
1,2,3,4 1,2,3,4
1 Rizky
2 Fadhilah
3 Vina
4 ….
Keterangan:
1=tidak pernah 2=kadang-kadang 3=sering 4=selalu
Nilai maksimal=16:16x100=100
Misalnya : Skor bekerja sama Rizky =2,inisiatif=3,perhatian=4,bekerja sistematis=1
Jadi Nilai Rizky = 10:16x100=62,50
7. Penilaian diri
Penilaian diri adalah penilaian terhdap diri sendiri,tentang pencapaian hasil belajar
yang dilakukan secara jujur untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan tentang
penguasaan materi pelajaran sehingga menyadarkan dirinya untuk belajar lebih giat
lagi.
Contoh : Format Penilaian Diri
Nama : Adi
Partisipasi dalam diskusi Kelompok

Isilah pernyataan dibawah ini dengan 1=tidak pernah, 2=kadang-kadang, 3=sering,


4=selalu
1…..Selama diskusi saya mengusulkan ide kepada kelompok
2…..Saya mendengarkan orang lain
3…..Saya melamun
Nilai Maksimal = 12 : 12 x 100 =100
Misalnya : Skor 1=3 , 2=4, 3=1
Jadi Nilai Adi= 8 : 12 x 100 = 66,6
D. Taksonomi Tujuan Pendidikan
Taksonomi (klasifikasi, pembagian) tujuan pendidikan menurut Bloom adalah
tujuan ranah kognitif,psikomotor dan afektif. Untuk megetahuipencapaian tujuan
pendidikan setiap ranah tersebut dilakukan ,melalui penilaian setiap ranah
kognitif,psikomotor dan afektif.
1. Penilaian Ranah Kognitif
Penilaian ranah kognitif adalah penilaian kemampuan berpikir untuk
menerapkan konsep-konsep untuk memecahkan masalah yang ada dilapangan
disebut juga kemampuan menggunakan pengetahuan pada berbagai situasi sesuai
dengan konteknya. Penilaian ranah kognitif meliputi penilaian
menghapal,memahami,mengaplikasi,menganaslisis,mensintesis dan mengevaluasi.
Teknik penilaia ranah kognitif adalah teknik tes yaitu tes tertulis dan lisan.
Tes tertulis terdiri dari obyektif dan uraian/essay. Tes obyektif terdiri daripilihan
ganda benar/salah,menjodohkan,isian/melengkapi.
2. Penilaian Ranah Psikomotor
Penilaian ranah psikomotor adalah penilaian terhadap aktifitas fisik (gerak)
dan keterampilan tangan peserta didik, dengan menggunakan teknik penilaian,
kinerja/unjuk kerja/performance,penilaian produk dan portofolio. Jenis instrument
penilaian psikomotor adalah lembar observasi,lembar lembar penilaian dan
portofolio.
Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengobservasi
keberadaan suatu benda atau kemunculan aspek-aspek keterampilan yang diamati.
Lembar observasi dapat berbentuk check list karena berupa daftar pertanyaan atau
pernyataan yang jawabannya hanya memberi cek () pada jawaban yang sesuai
dengan keadaan.
Lembar penilaian adalah lembar yang digunakan untuk menilai kinerja
peserta didik atau menilai kualitas pelaksanaan aspek-aspek keterampilan yang
diamati.
Portofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa yang teratur dan
berkesinambungan sehingga peningkatan kemampuan siswa dapat diketahui untuk
menuju satu kompetensi tertentu.
3. Penilaian Ranah Afektif
Penilaian ranah afektif adalah penilaian terhadap sikap,minat,nilai dan
konsep diri peserta didik,dengan menggunakan teknik penilaian non tes yaitu
observasi (pengamatan), kuesioner (angket/daftar pertanyaan) dan dokumentasi.
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan terhadap aktifitas,tingkah
laku peserta didik didalam maupun diluar kelas.
Kuesioner adalah daftar pertanyaan untuk mengetahui sikap,minat,konsep
diri dan nilai yang dianut oleh peserta didik.
Dokumentasi dilakukan melalui catatan yang ada,seperti daftar
hadir,kerapian catatan,ketetlitian catatan. Catatan yang baik adalah lengkap,teliti
dan dipelajari. Oleh karean itu catatanyang penuh coretan menunjukkan minat
belajar yang tinggi disbanding catatan yang bersih tanpa coretan.

E. Kebaikan dan Kelemahan Suatu Tes


1. Tes Lisan
Kebaikan:
a. Dapat menilai kepribadian peserta didik langsung karena face to face
b. Pertanyaan dapat diubah,sampai dimengerti oleh peserta didik
c. Pengetahuan peserta didik dapat dikorek sampai detail
d. Tepat untuk mengetahui kecakapan berbahasa
e. Dapat langsung melihat hasilnya.
Kelemahan:
a. Jika ada hubungan saudara dengan penilai,akan mengurangi obyektifitas
b. Jika gugup akan menganggu kelancaran menjawab
c. Peserta didik merasa tidak bebas dalam menjawab
d. Makan waktu lebih lama daripada tes tertulis.
2. Tes Tertulis
Kebaikan :
a. Dapat menilai peserta didik berjumlah banyak dalam waktu yang singkat
b. Lebih bebas memilih cara dalam menjawab
c. Dapat memberikan jumlah soal yang banyak
d. Mencakup materi pelajaran yang luas
e. Soalnya dapat dipakai berulang kali kepada peserta didik
Kelemahan:
a. Tidak dapat menilai kepribadian peserta didik
b. Mudah menimbulkan kecurangan dalam menjawab
c. Mudah berspekulasi
3. Tes Essay/Uraian
Kebaikan :
a. Tes cepat dan mudah disusun dalam waktu yang singkat
b. Bebas mengemukakan jawaban
c. Baik untuk melatih mengeluarkan pendapat dalam bentuk kalimat panjang
d. Dalam membuat soal,ekonomis,hemat,tidak memerlukan banyak kertas.
Kelemahan :
a. Tidak dapat mengetes materi pelajaran yang scopenya luas
b. Sulit dalam mengoreksi karena mengandung macam-macam pandangan
c.Baik buruknya tulisan,panjang pendeknya jawaban akan menimbulkan penilaian
yang kurang obyektif.
d. Kalimat soal yang kurang tepat akan menimbulkan salah tafsir dan penafsiran
yang beragam.
4. Tes Obyektif
Kebaikan:
a. Dapat digunakan untuk menilai materi pelajaran yang banyak
b. Terpimpin dalam menjawab karena jawaban sudah tersedia
c. Penilaian dapat obyektif karena ada kunci jawaban
d. Cepat dalam mengoreksi
Kelemahan:
a. Tidak ada kesempatan untuk mengungkapkan pendapat da keterampilannya
b. Dapat spekulasi dalam menjawab
c. Sulit dalam pembuatan soal karena memerlukan ketelitian dan perlu waktu yang
lama
d. Tidak ekonomis karena memerlukan banyak kertas.

F. Kaidah Penulisan Soal


1. Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda
Kaidah penulisan soal merupakan petunjuk atau pedoman yang harus diikuti
oleh pembuatan soal agar yang dihasilkan memiliki mutu yang baik. Hindari
kata-kata yang menimbulkan kerawanan yang menyangkut suku,agama,ras
dan antar golongan (SARA). Tidak menggunakan kata/istilah bahasa yang
berlaku setempat atau tidak menggunakan kata/istilah bahasa tertentu yang
mempunyai pengertian yang berbeda disuatu wilayah.
a. Soal harus sesuai dengan indicator atau tujuan dan menanyakan materi
yang hendak diukur.
b. Pilihan jawaban harus homogeny yang berasl dari materi yang setara dan
logis/masuk akal yang diperkirakan akan dipilih
c. Hanya ada satu jawaban yang paling benar dan tepat dari beberapa
jawaban yang benar
d. Soal disusun dengan singkat, jelas dan tegas, tidak mengandung
penafsiran ganda dan hanya mengandung satu persoalan dalam tiap butir
soal serta mengandung bahasa yang komunikatif ,jelas dimengerti oleh
peserta didik.
e. Soal yang disusun merupakan pernyataan yang diperlukan,kalimat yang
tidak diperlukan harus dihilangkan
f.Tidak menggunakan kata negative (Bukan,tanpa,kecuali) untuk mencegah
kesalahan dalam penafsiran oleh peserta didik
g. Gambar,grafik,table,diagram dalam soal, jelas dan berfungsi maksudnya
mudah dimengerti oleh peserta didik.
h. Hendaknya panjang pendeknya pilihan jawaban relative sama karena
kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang dan
lengkap
i.Pilihan jawaban tidak menggunakan kata: Semua jawaban benar atau
semua jawaban salah
j. Pilihan jawaban berbentuk angka atau waktu disusun berdasarkan urutan
angka dari besar ke kecil atau sebaliknya agar memudahkan peserta didik
dalam memilih jawaban
k.Soal satu dengan lainnya jangan saling berkaitan karena jika peserta didik
tidak dapat menjawab pertam maka tidak dapat juga menjawab soal
berikutnya
l. Gunakanlah bahasa Indonesia yang benar. Tidak menggunakan bahasa
yang berlaku setempat (bias budaya). Penggunaan bahasa yang berlaku
setempat akan mengakibatkan perbadanpenafsiran
m.Pilihan jawaban tidak mengulang jawaban yang sama.
2. Kaidah Penulisan Soal Uraian
a. Rumusan butur soal mengacu pada materi pelajaran
b. Batasn jawaban atau ruang lingkup yang hendak diukur dengan jelas
c. Kalimat soal menggunakan kata Tanya/perintah yang menuntut jawaban
d. Gunakan bahasa Indonesia yang benar,sederhana,komunikatif agar
mudah dipahami
e. Hindari soal yang menyinggung buku ,suku,agama,ras dan golongan
f. Gunakanlah kata-kata yang tidak menimbulkan penafsiran ganda atau
salah pengertian
g. Buatlah petunjuk cara pengerjaan soal
h. Tabel,grafik disajikan dengan jelas dan benar
i. Lengkapi soal dengan kunci jawaban
j. Lakukan pengecekan ulang untuk melihat kesesuaian antara materi,soal
dan kunci jawaban.

G. Kriteria Pemilihan Materi Uji Memperhatikan:


1. Urgensi,Materi pelajaran yang dipilih untuk menjadi soal adalah materi
pelajaran yang penting,yang mutlak dikuasai oleh peserta didik.
2. Kontinuitas,berkesinambungan. Materi pelajaran yang dipilih untuk
menjadi soal adalah materi pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya.
3.Relevansi,materi pelajaran yang dipilih untuk menjadi soal adalah materi
pelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah diterapkan.
4.Keterpakaian,materi yang dipilih untuk menjadi soal adalah materi
pelajaran yang memiliki nilai terapan yang tinggi dalam kehidupan sehari-
hari.
H. Pemanfaatan Hasil Penilaian:
1. Remedial (Perbikan)
Remedial dilakukan kepada siswa yang belum mencapai criteria
ketuntasan belajar pada indicator tertentu. Remedial dapat dilaksanakan
setiap saat baik pada jenis efektif maupun diluar jam efektif,tergantung
bentuk penguasaanya maupun bentuk proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Penilaian kegiatan remedial dapat berupa tes dan
penugasan. Jika peserta didik mendapat nilai kecil (<) dari KKM,berarti
peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar. Dalam remedial
diberikan mataeri dan soal/tugas yang belum dikuasai (belum tuntas) oleh
peserta didik,diberikan pada atau diluar jam pelajaran.
Remedial bukan her. Didalam her, tidak diberikan materi pelajaran
tapi hanya diberikan soal yang telah diberikan. Didalam remedial,materi
yang diberikan hanya materi yang belum dikuasai siswa saja. Setelah itu
diberikan latihan-latihan sampai mahir,kemudian baru diberikan soal untuk
remedial. Jika cara seperti ini diberikan,peserta didik akan mencapai nilai
KKM dan hanya sekali saja mengikuti remedial,tidak berulang-ulang.
2. Enrichment (Pengayaan)
Pengayaan dilakukan terhadap peserta didik yang telah mencapai
ketuntasan belajar yang bertujuan untuk mengoptimalkan pencapaian
hasil belajar peserta didik. Pengayaan dapat dilaksanakan setiap saat baik
pada jam efektif atau diluar jam efektif,tergantung bentuk penugasannya
dan bentuk proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Jika peserta
didik mendapat nilai lebih besar atau sama dengan (≥) dari KKM,berarti
peserta didik sudah mencapai ketuntasan belajar. Dalam enrichment
diberikan materi pelajaran yang bersifat memperkaya kompetensi dengan
kegiatan member materi tambahan atau latihan/tugas individual.
3. Perbaikan program dan kegiatan
Jika program dan kegiatan pembelajaran tidak efektif setelah dievaluasi
maka lakukan revisi (meninjau kembali untuk diperbaiki) atau diganti.

I. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


Rambu-Rambu:
-KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran
-KKM ditetapkan oleh forum gabungan sekolah disetiap kecamatan/rayon
sekolah. Misalnya MGMP untuk SMP
-Nilai KKM dinyatakan dengan bilangan bulat dengan rentang 0-100
-Nilai ketuntasan belajar maksimal adalah 100. Sekolah dapat menetapkan nilai
KKM dibawah nilai ketuntasan belajar maksimal
-Nilai KKM harus dicantumkan dalam LHBPD (Laporan Hasil belajar peserta
didik)
Mekanisme /Langkah-langkah:
1. Menentukan KKM indicator berdasarkan kompleksitas,daya dukung dan
intake siswa.
2. Menentukan KKM KD (KKM Kompetensi Dasar) berdasarkan KKM indicator
3. Menentukan KKM SK (KKM Standar Kompetensi) berdasarkam kompetensi
KD
4.Menentukan KKM MP (KKM Mata Pelajaran) berdasarkan KKM SK
Kriteria Penetapan KKM berdasarkan:
1. Tingkat Kompleksitas
Tingkat kompleksitas adalah tingkat kesulitan dan kerumitan setiap
indicator,SK,KD yang harus dicapai oleh peserta didik.
Tingkat kesulitan terdiri dari tingkat kesulitan: tinggi,sedang,rendah. Tingkat
kompleksitas tinggi,jika dalam pelaksanaannya menuntut:
-SDM (Sumber Daya Manusia) yang memahami kompetensi yang harus dicapai
peserta didik
-SDM yang kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran
-Waktu yang cukup lama karena perlu pengulangan
-Penalaran dan kecermatan peserta didik yang tinggi
2. Daya Dukung
Daya dukung adalah kemampuan sumber daya pendukung yaitu
ketersediaan tenaga,sarana,dan prasarana, BOP/BOS manajemen
sekolah,kepedulian stakeholders (pemerhatian/partisipasian/orang yang
mendukung dan membantu) sekolah.
3. Intake
Intake adalah kemampuan peserta didik rata-rata dikelas.
Menafsirkan Krteria Menjadi Nilai
Untuk menafsirkan criteria menjadi nilai,menggunakan poin atau
rentangnilai pada setiap criteria:
1. Kompleksitas : Tinggi : 1 (50-64)
Sedang : 2 (65-80)
Rendah : 3 (81-100)

2. Daya Dukung: Tinggi : 3 (81-100)


Sedang : 2 (65-80)
Rendah : 1 (50-64)
3. Intake : Tinggi : 3 (81-100)
Sedang : 2 (65-80)
Rendah : 1 (50-64)
Tujuan Menganalisis KKM:
Untuk mengetahui tingkat ketercapaian KKM yang telah ditetapkan.
Manfaat Menganalisis KKM:
Sebagai dasar untuk menetapkan KKM tahun berikutnya.
Contoh KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)
Perhitungan: MATA PELAJARAN…………………………
SMP NEGERI ……… JAKARTA

KRITERIA PENETAPAN
KETUNTASAN KKM
INDIKATO KKM KKM
SK KD Daya INDIKATO
R Kompleksit Intak KD SK
Dukun R
as e
g
1… 1.1…
1.1.1…. 75 90 70 78,33
. .
1.1.2…. 55 80 70 68,33
1.1.3…. 78 85 70 77,66 74,77
1.2… 1.2.1….
70 5 70 71,66
.
1.2.2 60 65 65 63.33 67,49 71.13
2… 2.1… 2.1.1….
70 80 70 73,33
. .
2.2.1…. 80 70 75 75 74,16
2.2… 2.2.1….
70 65 70 68,33
.
2.2.2…. 80 75 75 76,66 72,49 73,32
KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MATA PELAJARAN : 72,22 = 72

Mengetahui,
Jakarta,…………..2011
Kepala SMPN…Jakarta

Guru Mata Pelajaran

NIP.
NIP.

J.TEKNIK PENYUSUNAN KISI-KISI TES PRESTASI BELAJAR


1. Pengertian Kisi-kisi
Kisi-kisi adalah format yang dapat berupa matriks yang memuat informasi
yang dijadikan pedoman untuk menulis soal atau merakit soal menjadi tes
2. Fungsi Kisi-kisi
Sebagai pedoman dalam penulisan soal dan prkatikan tes.
3. Kegunaan Kisi-kisi
Dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes dan merakit
soal sehingga dapat menyusun prangkat tes dengan mudah.
4. Syarat Kisi-kisi yang baik
a. Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan
b. Komponen-komponenya rinci,jelas dan mudah dipahami
c. Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indicator dan bentuk soal yang
diterapkan
5. Komponen-komponen Kisi-kisi
Komponen identitas:
a. Jenis sekolah/jenjang sekolah
b. Program/jurusan
c.Bidang studi/mata pelajaran
d. Tahun ajaran
e.Kurikulum yang diacu
f. Alokasi waktu
g. Jumlah soal
h. Bentuk soal
Komponen Matrik:
a. Nomor urut
b. Kompetensi dasar dan indicator pencapaian
c. Materi
d.Indikator soal
e.Bentuk soal

Indikator soal adalah


a. Ciri pencapaian kompetensi yang diambil/dijabarkan dari indicator
pencapaian kompetensi
b. Rumusan yang menggunakan kata kerja operasional,memuat perilaku
peserta didik dan materi yang akan diukur sesuai dengan uraian materi
terpilih.
Kriteria Indikator Yang Baik:
a. Memuat cirri-ciri tujuan pembelajaran yang hendak diukur
b. Membuat satu kata operasional yang dapat diukur. Khusus untuk soal
uraian dapat lebih Satu
c. Berkaitan erat dengan uraian materi beserta pokok bahasan dan sub
pokok bahasan
d. Dapat dibuatkan soalnya dengan bentuk yang telah ditetapkan dalam kisi-
kisi.

Langkah-langkah penyusunan kisi-kisi :


1. Memilih Kompetensi Dasar dan Indikator pencapaian yang hendak dujikan
2. Memilih dan merumuskan materi yang diambil dari materi pokok
3. Merumuskan indicator soal

Contoh : Format Kisi-kisi


Kisi-kisi Penulisan Soal Ujian Akhir
Jenis Sekolah :
Mata Pelajaran :
Program Studi/Jurusan :
Kurikulum Acuan :
Alokasi Waktu :
Jumlah Soal :
Bentuk Soal :

Kompetensi No.Urut
Indikator Bentuk
Dasar dan
No. Materi
Indikator Soal
Soal Soal
Pencapaian

1 2 3 4 5 6

K. PERHITUNGAN NILAI LAPORAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK


Nilai laporan hasil belajar peserta didik merupakan rata-rata nilai Ulangan
Harian, Ulangan Tengah Semester dan Ulangan akhir Semester/UKK.
Perhitungan nilai laporan hasil belajar peserta didik berdasarkan pembobotan
tiap ulangan-ulangan tersebut.
Contoh 1 :
Bobot nilai UH,UTS dan UAS adalah 2 : 1 : 1
Nilai UH 1,2,3 = 60,73,65
Rata-rata nilai UH = 65
UTS = 55
UAS = 65
Nilai laporann hasil belajar peserta didik = {(2 x 66) + (1 x 55) + (1 x 65)} : 4
= (132 + 55 + 65 : 4)
= 252 : 4
= 63
Contoh 2 :
Bobot nilai UH,UTS,UAS adalah 60% : 20% : 20%
Nilai UH 1,2,3 = 60,73,65
Rata-rata nilai UH = 66
UTS = 55
UAS = 65
Nilai laporan hasil belajar peserta didik = (60% x 66) + (20% x 55) + (20% x 65)
= 39,6 + 11 + 13
= 63,6
= 64
Contoh 3:
Bobot UH,UTS,UAS sama
Nilai UH 1,2,3 = 60,73,65
UTS = 55
UAS = 65
Nilai laporan hasil belajar peserta didik = ( 60 + 73 + 65 + 55 + 65 ) : 5
= 318 : 5
= 63,6
=6
BAB III
RUANG LINGKUP HASIL BELAJAR YANG DIEVALUASI

A. ASPEK AFEKTIF
1. Pengertian Ranah Afektif
Dalam proses belajar mengajar, terdapat empat unsur utama yaitu tujuan,
materi, metode dan alat serta evaluasi. Tujuan pada hakikatnya merupakan
rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai siswa setelah menempuh
pengalaman belajar. Materi merupakan seperangkat pengetahuan ilmiah yang
disampaikan dalam proses belajar mengajar agar sampai pada tujuan yang
ditetapkan, sedangkan metode dan alat merupakan cara yang digunakan dalam
mencapai tujuan. Adapun untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan itu
tercapai atau tidak maka diperlukan evaluasi. Dari evaluasi itu akan diketaui hasil
belajar atau kemampuan yang dimiliki siswa setelah proses belajar.

Tingkatan kemampuan Ranah Afektif

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam memahami ranah afektif tidak


terlepas dari keempat unsur utama proses belajar mengajar. Dalam sistem
pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin S. Bloom yang secara garis besar membagi tiga ranah yakni
ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
Istilah ranah afektif dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “ranah” yang
berarti “bagian (satuan) perilaku manusia” dan “Afektif” berarti “berkenaan dengan
perasaan”. Jadi, ranah afektif merupakan bagian dari tingkah laku manusia yang
berhubungan dengan perasaan. Sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah affective domain. Menurut Anita E. Woolfolk, “The affective domain is
emotional objectives”. Maksudnya ranah afektif merupakan tujuan-tujuan yang
berkenaan dengan kondisi emosi seseorang. Dalam hal ini ranah afektif
dimaksudkan untuk menggugah emosi siswa agar ikut berperan aktif dalam kegiatan
belajar mengajar.
Di dalam mendefinisikan ranah afektif, para ahli banyak yang
menyebutkan bahwa ranah afektif itu merupakan tujuan yang berkenaan dengan
sikap dan nilai. Dari definisi tersebut di atas, pengertian ranah afektif terlihat sangat
singkat dan masih membutuhkan pemahaman sehingga untuk lebih jelasnya,
penulis paparkan pendapat Krothwohl dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of
Educational Objectives (Affective Domain) yang mengatakan bahwa: ranah
afektif adalah:
“Objectives which emphasize a feeling tone, an emotion or a degree of
acceptance or rejection. Affective objective vary from simple attention to selected
phenomena to complex but internally consistent qualities of character and
conscience. It expressed as interest, attitudes, appreciations, values and emotional
sets or biases”.
Artinya : “Tujuan-tujuan yang lebih mengutamakan pada perasaan, emosi
atau tingkat penerimaan atau penolakan. Tujuan afektif mengubah perhatian dari
yang sederhana menuju yang rumit untuk memilih fenomena serta menanamkan
fenomena itu sesuai dengan karakter dan kata hatinya. Ranah afektif terlihat dalam
sikap, minat, apresiasi, nilai dan emosi atau prasangka”.

2. Aspek-aspek Ranah Afektif


Dengan mengikuti pendapat Krathwohl, aspek-aspek yang terkandung daam
ranah afektif terdiri dari minat (interest), sikap (attitude), nilai (value), apresiasi
(appreciation), penyesuaian (adjustment). Masing-masing aspek tersebut muncul
pada diri siswa tidak sejelas seperti dalam ranah kognitif artinya dalam ranah kognitif
aspek yang satu merupakan syarat mutlak bagi aspek yang lain sedangkan dalam
ranah afektif tidaklah demikian, tetapi masing-masing aspek saling tumpang tindih.
Lebih jelasnya penulis paparkan pendapat Krathwohl tentang proses munculnya
aspek-aspek afektif dalam diri seseorang melalui klasifikasi sebagai berikut
a. Receiving, terdiri dari:
1) Awareness (penyadaran)
2) Willing to receive (kemauan untuk menerima)
3) Controlled or selected attention (perhatian yang terkontrol atau terpilih) (aspek
afektif : minat dan apresiasi)
Pada taraf pertama ini berhubungan dengan kepekaan siswa terhadap
fenomena-fenomena dan rangsangan dari luar seperti masalah, gejala, situasi, dll.
Dalam proses belajar mengajar, taraf ini berhubungan dengan menimbulkan,
mempertahankan dan mengarahkan perhatian siswa. Yaitu kesadaran akan
fenomena, kesediaan menerima fenomena dan perhatian yang terkontrol atau
terseleksi terhadap fenomena.
b. Responding, terdiri dari:
1) Acquiescence in responding (persetujuan untuk menjawab)
2) Willingness to respond (kemauan untuk menjawab)
3) Satisfaction in respond (kepuasan dalam menjawab) (aspek afektif : minat, sikap,
apresiasi, nilai dan penyesuaian)
Pada taraf kedua ini siswa sudah memberikan respon terhadap sebuah
fenomena. Respon ini tidak hanya memperhatikan sebuah fenomena tetapi siswa
sudah memiliki motivasi yang cukup terhadap fenomena. Dalam kegiatan belajar
mengajar terlihat adanya kemauan siswa untuk menjawan pertanyaan guru, atau
kepuasan dalam menjawab (misalnya membaca buku untuk kegembiraan). Jadi
dalam taraf ini bertalian dengan partisipasi siswa dalam sebuah fenomena.
c. Valuing, terdiri dari:
1) Acceptance of a value (penerimaan suatu nilai)
2) Preference of a value (pemilihan suatu nilai)
3) Commitment (bertanggung jawab untuk mengingatkan diri) (aspek afektif : minat,
sikap, apresiasi, nilai, penyesuaian
Pada taraf ini, siswa sudah menghayati nilai-nilai tertentu. Hal ini terlihat
pada perilaku siswa mulai dari penerimaan sebuah nilai, latar belakang atau
pengalaman unutk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai. Jadi pada taraf
ini tingkah laku siswa sangat konsisten dan tetap sehingga dapat memiliki keyakinan
tertentu.
d. Organization, terdiri dari:
1) Conzeptualization of a value (konseptualisasi suatu nilai)
2) Organization of a value system (pengorganisasian suatu sistem nilai) (aspek
afektif : sikap, nilai dan penyesuaian)
Tingkatan ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda,
memecahkan konflik di antara nilai-nilai itu dan mulai membentuk suatu sistem nilai
yang konsisten secara internal.
e. Characterization by value complex, terdiri dari:
1) Generalized set (perangkat yang tergeneralisasi)
2) Characterization (karakterisasi) (aspek afektif : penyesuaian)
Pada taraf ini disebut sebagai tahap internalisasi artinya suatu sistem nilai sudah
terbentuk dalam diri individu dan mengontrol tingkah lakunya dalam waktu yang
lama sehingga membentuk karakteristik “pola/pandangan hidup”. Dengan melihat
klasifikasi ranah afektif di atas, maka tampak bahwa aspek-aspek afektif satu sama
lain dapat terjadi dalam proses yang sama sehingga untuk mengetahui aspek-
aspeknya, berlandaskan pada proses yang sama pula. Sebagai contoh konkret
aspek penyesuaian ternyata dapat muncul pada setiap proses kecuali pada proses
penerimaan (receiving). Lebih jelasnya dapat dilihat skema berikut ini:
Jadi berdasarkan pendapat Krathwohl tersebut, dapat dipahami bahwa ranah
afektif terdiri dari 5 aspek yaitu:
1) Minat (interest)
Menurut Doyles Friyer yang dikutip oleh Wayan Nurkancana dalam bukunya
Evaluasi Pendidikan, “Minat atau interest adalah gejala psikis yang berkaitan dengan
obyek atau Dari pengertian tersebut, apabila seseorang senang terhadap obyek atau
aktivitas tertentu maka ia akan mempunyai minat yang besar terhadap obyek itu.
Sebagai contoh apabila siswa senang dengan pelajaran sejarah Islam maka ia akan
menaruh minat yang besar terhadap pelajaran tersebut misalnya dengan
memperhatikan pelajaran tersebut dengan baik, banyak membaca buku-buku
sejarah Islam, senang bertanya kepada guru tentang pelajaran itu dan sebagainya.
Jadi minat merupakan faktor pendorong individu untuk melaksanakan usahanya.
aktivitas yang menstimulus perasaan senang pada individu”.
2) Sikap (attitude)
Sikap merupakan kecenderungan untuk merespon sesuatu baik individu, tata nilai,
peristiwa, dan sebagainya dengan caracara tertentu. Dalam proses belajar mengajar
terlihat adanya sikap siswa seperti kemauannya untuk menerima pelajaran dari guru,
perhatiannya terhadap apa yang dijelaskan oleh guru, penghargaannya terhadap
guru. Jadi sikap akan memberikan arah kepada individu untuk melakukan perbuatan
yang positif ataupun negatif.
3) Nilai (value)
Sebagaimana yang dikutip oleh Drs. H.M. Chabib Thoha dalam buku “Kapita
Selekta Pendidikan Islam”, Sidi Gazalba mengartikan nilai sebagai sesuatu yang
bersifat abstrak. Ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya
persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal
penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi

Dari kedua pengertian nilai tersebut, dalam hubungannya dengan proses belajar
mengajar, siswa mampu menghayati sebuah fenomena sehingga ia dapat
membedakan benar dan salah, baik dan buruk dan mana yang lebih penting dalam
hidup.
4) Apresiasi
Apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan terhadap suatu benda baik abstrak
maupun kongkret yang memiliki nilai luhur dan umumnya dikaitkan dengan karya
seni. Menurut Chaplin yang dikutip oleh Muhibbin Syah, apresiasi berarti “suatu
pertimbangan (judgment) mengenai arti penting atau nilai sesuatu”. Dalam proses
belajar mengajar, apresiasi dapat dilihat dari perilaku siswa menghargai guru dan
teman, menghargai waktu belajar dan tahu hal-hal yang lebih penting dalam hidup.
5) Penyesuaian (adjustment)
Penyesuaian merupakan aspek afektif yang mengontrol perilaku siswa sesuai
dengan prinsip-prinsip yang tertanam dalam dirinya. Jadi adjustment dapat diartikan
sebagai penguasaan; yaitu kemampuan membuat rencana dan mengatur respon-
respon sedemikian rupa sehingga dapat menguasai/menanggapi segala macam
konflik atau masalah. Sebagai contoh, siswa melakukan latihan diri dalam
memecahkan masalah berdasarkan konsep bahan yang telah diperolehnya atau
menggunakannya dalam praktek kehidupannya

B. ASPEK KOGNITIF
Taksonomi Bloom adalah penggolongan atau klasifikasi tujuan pendidikan,
ada yang menyebutnya sebagai perilaku intelektual (intellectual behavior), yang
secara garis besar dibagi menjadi 3 ranah atau kawasan, yaitu: (1) Ranah Kognitif
(berkaitan dengan kognisi atau penalaran atau cipta), (2) Ranah Afektif (berkaitan
dengan afeksi atau rasa), (3) Ranah Psikomotor (berkaitan dengan gerak jasmani
atau karya).
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk
dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir,
termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif ini
terdapat enam aspek atau jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah
sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang
dimaksud adalah:
1.Pengetahuan (Knowledge)
Merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur
atau istilah yang telah dipelajari (recall data or information). Tingkatan ini merupakan
tingkatan yang paling rendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya.
Kemampuan yang dimiliki hanya kemampuan menangkap informasi kemudian
menyatakan kembali informasi tersebut tanpa memahaminya. Contoh kata kerja
yang digunakan yaitu: mendefinisikan, menguraikan, menyebut satu per satu,
mengidentifikasi, memberikan nama, mendaftar, mencocokkan, membaca,
mencatat, mereproduksi, memilih, menetapkan, serta menggambarkan.
2.Pemahaman (Comprehension)
Merupakan kemampuan untuk memahami arti, interpolasi, interpretasi instruksi
(pengarahan) dan masalah. Munaf (2001: 69) mengemukakan bahwa “pemahaman
merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berpikir di mana siswa
dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui sesuatu hal dan melihatnya dari
berbagai segi”. Pada tingkatan ini, selain hafal, siswa juga harus memahami makna
yang terkandung, misalnya dapat menjelaskan suatu gejala, dapat
menginterpretasikan grafik, bagan atau diagram serta dapat menjelaskan konsep
atau prinsip dengan kata-kata sendiri. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu:
menyajikan, menggolongkan, mengutip, mengubah, menguraikan, mendiskusikan,
memperkirakan, menjelaskan, menyamaratakan, memberi contoh-contoh,
menginterpretasikan, menjelaskan, mengemukakan kembali (dengan kata-kata
sendiri), meringkas, meniru, serta memahami.
3.Penerapan (Application)
Merupakan kemampuan untuk menggunakan konsep dalam situasi baru atau
pada situasi konkret. Tingkatan ini merupakan jenjang yang lebih tinggi dari
pemahaman. Kemampuan yang diperoleh meliputi kemampuan untuk menerapkan
prinsip, konsep, teori, hukum maupun metode yang dipelajarinya dalam situasi baru.
Kata kerja yang digunakan yaitu: mempraktikkan, mengurus, mengartikulasikan,
menilai, memetakan, mengumpulkan, menghitung, membangun, menyokong,
mengontrol, menentukan, berkembang, menemukan, menetapkan, menyampaikan,
melaksanakan, memasukkan, menginformasikan, menginstruksikan, menerapkan,
mengambil bagian, meramalkan, mempersiapkan, memelihara, menghasilkan,
memproyeksikan, menyediakan, menghubungkan, melaporkan, mempertunjukkan,
memecahkan, mengajar, memindahkan, menggunakan, serta memanfaatkan.
4.Analisis (Analysis)
Merupakan kemampuan untuk memilah materi atau konsep ke dalam bagian-
bagian sehingga struktur susunannya dapat dipahami. Dengan analisis diharapkan
seorang siswa dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian yang lebih rinci atau
lebih terurai dan memahami hubungan-hubungan bagian-bagian tersebut satu sama
lain. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menganalisa, membandingkan, dan
mengklasifikasikan.
5.Sintesis (Synthesis)
Merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan baian-bagian yang terpisah
menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Munaf (2001: 73) menyatakan bahwa
kemampaun sintesis merupakan kemampuan menggabungkan bagian-bagian
(unsur-unsur) sehingga terjelma pola yang berkaitan secara logis atau mengambil
kesimpulan-kesimpulan dari peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya satu sama
lainnya. Kemampuan ini misalnya dalam merencanakan eksperimen, menyusun
karangan, menggabungkan objek-objek yang memiliki sifat sama ke dalam suatu
klasifikasi. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu, menghasilkan, merumuskan,
dan mengorganisasikan.
6.Evaluasi (Evaluation)
Merupakan kemampuan untuk membuat pertimbangan (penilaian) terhadap
suatu situasi, nilai-nilai atau ide-ide. Kemampuan ini merupakan kemampuan
tertinggi dari kemampuan lainya. Evalusi adalah kemampuan memberikan
keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara
kerja, materi dan kriteria tertentu. Untuk dapat membuat suatu penilaian, seseorang
harus memahami, dapat menerapkan, menganalisis dan mensintesis terlebih
dahulu. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu: menilai, membandingkan,
menyimpulkan, mengkritik, mempertahankan pendapat, membedakan, menafsirkan,
mendukung, memberikan alasan, serta memutuskan.

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup


kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada
kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan
dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari
untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah
subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal
dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
C. ASPEK PSIKOMOTOR
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil
belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak
dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor
adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari,
memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui:
(1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung,
(2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
peserta didik
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
(3)beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan
kerjanya.
BAB IV
ACUAN PENILAIAN

A.Penilaian Acuan Patokan (PAP), Criterion Reference Test (CRT)


Tujuan penggunaan tes acuan patokan berfokus pada kelompok perilaku
siswa yang khusus. Joesmani menyebutnya dengan didasarkan pada kriteria atau
standard khusus. Dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang
performan peserta tes dengan tanpa memperhatikan bagaimana performan tersebut
dibandingkan dengan performan yang lain. Dengan kata lain tes acuan kriteria
digunakan untuk menyeleksi (secara pasti) status individual berkenaan dengan
(mengenai) domain perilaku yang ditetapkan / dirumuskan dengan baik.
Pada pendekatan acuan patokan, standar performan yang digunakan adalah
standar absolut. Semiawan menyebutnya sebagai standar mutu yang
mutlak. Criterion-referenced interpretation is an absolut rather than relative
interpetation, referenced to a defined body of learner behaviors. Dalam standar ini
penentuan tingkatan (grade) didasarkan pada sekor-sekor yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam bentuk persentase. Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang
siswa harus mendapatkan sekor tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan
tanpa terpengaruh oleh performan (sekor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya.
Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah sekor siswa
bergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang
diterima siswa mudah akan sangat mungkin para siswa mendapatkan nilai A atau B,
dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan, maka
kemungkinan untuk mendapat nilai A atau B menjadi sangat kecil. Namun
kelemahan ini dapat diatasi dengan memperhatikan secara ketat tujuan yang akan
diukur tingkat pencapaiannya.
Dalam menginterpretasi skor mentah menjadi nilai dengan menggunakan
pendekatan PAP, maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas-
batas nilai kelulusan. Umumnya kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang
skor berikut:
Rentang Skor Nilai
80% s.d. 100% A
70% s.d. 79% B
60% s.d. 69% C
45% s.d. 59% D
< 44% E / Tidak lulus

B. Penilaian Acuan Norma (PAN), Norm Reference Test (NRT)


Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih umum dan
komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Tes acuan
norma dimaksudkan untuk mengetahui status peserta tes dalam hubungannya
dengan performans kelompok peserta yang lain yang telah mengikuti tes. Tes acuan
kriteria Perbedaan lain yang mendasar antara pendekatan acuan norma dan
pendekatan acuan patokan adalah pada standar performan yang digunakan.
Pada pendekatan acuan norma standar performan yang digunakan
bersifat relatif. Artinya tingkat performan seorang siswa ditetapkan berdasarkan
pada posisi relatif dalam kelompoknya; Tinggi rendahnya performan seorang siswa
sangat bergantung pada kondisi performan kelompoknya. Dengan kata lain standar
pengukuran yang digunakan ialah norma kelompok. Salah satu keuntungan dari
standar relatif ini adalah penempatan sekor (performan) siswa dilakukan tanpa
memandang kesulitan suatu tes secara teliti.
Kekurangan dari penggunaan standar relatif diantaranya adalah (1) dianggap
tidak adil, karena bagi mereka yang berada di kelas yang memiliki sekor yang tinggi,
harus berusaha mendapatkan sekor yang lebih tinggi untuk mendapatkan nilai A
atau B. Situasi seperti ini menjadi baik bagi motivasi beberapa siswa. (2) standar
relatif membuat terjadinya persaingan yang kurang sehat diantara para siswa,
karena pada saat seorang atau sekelompok siswa mendapat nilai A akan
mengurangi kesempatan pada yang lain untuk mendapatkannya.

BAB V
INSTRUMEN PENGUKURAN HASIL BELAJAR
a) Penilaian Sikap
a) . Observasi
Teks laporan hasil observasi adalah teks yang memuat penjabaran
umum atau melaporkan sesuatu berupa hasil dari pengamatan (observasi).
Teks laporan observasi disebut juga sebagai teks klasifikasi. Disebut teks
klasifikasi karena berisi klasifikasi tentang jenis-jenis sesuatu berdasarkan
kriteria tertentu. Teks laporan hasil observasi memiliki sifat faktual atau
berdasarkan fakta yang ada.
Teks laporan hasil observasi merupakan sebuah teks yang akan
memaparkan hasil observasi secara sistematik dan objektif berdasarkan
kenyataan atau fakta yang ada.Teks laporan hasil observasi
mendeskripsikan tentang bentuk, ciri, dan sifat umum suatu objek. Objek yng
dideskripsikan dapat berupa manusia, benda, hewan, tumbuhan, atau
berbagai peristiwa yang terjadi di dunia ini.
Teks laporan hasil obeservasi dan teks deskripsi hampir mempunyai
kesamaan. Persamaannya adalah sama-sama menyampaikan suatu
informasi berdasarkan fakta yang ada. Kedua teks tersebut memiliki
perbedaan pada sifatnya.
Perbedaan sifat tersebut adalah jika teks laporan hasil wawancara
sifatnya universal yang di dalamnya ada klasifikasi dan fakta deskripsi,
sedangkan teks deskripsi bersifat unik dan individual yang di dalamnya ada
deskripsi spesifik.
Adapun sifat-sifat teks laporan hasil observasi adalah sebagai berikut.
 Bersifat informatif.
 Bersifat komunikatif.
 Bersifat objektif
Tujuan Teks Laporan Hasil Observasi

Teks Laporan Hasil Observasi dibuat dengan tujuan untuk menyampaikan


informasi tentang klasifikasi mengenai jenis-jenis sesuatu berdasarkan fakta yang
ada dan sesuai dengan kriteria tertentu sebagai hasil pengamatan (secara
sistematis dan objektif) serta untuk memecahkan suatu persoalan berupa hipotesis
hasil pengamatan.

Dibawah ini merupakan beberapa tujuan dibuatnya teks laporan hasil observasi
adalah, sebagai berikut.

 Mengatasi suatu persoalan.


 Menemukan teknik atau cara terbaru.
 Mengambil keputusan yang lebih efektif.
 Melakukan pengawasan dan/atau perbaikan.
 Mengetahui perkembangan suatu permasalahan.

Fungsi Teks Laporan Hasil Observasi

Fungsi teks laporan hasil observasi adalah sebagai berikut:

 Melaporkan tanggung jawab atas sebuah tugas dan kegiatan


pengamatan.
 Menjelaskan dasar penyusunan kebijaksanaan, keputusan
dan/atau pemecahan masalah dalam pengamatan.
 Sarana untuk pendokumentasian.
 Sebagai sumber informasi terpercaya.

Ciri-Ciri Teks Laporan Hasil Observasi

Berikut ini merupakan beberapa ciri-ciri teks laporan hasil observasi.

 Memiliki sifat objektif, global, dan universal.

 Objek yang akan dibahas atau dibicarakan adalah objek tunggal.


 Ditulis secara lengkap dan sempurna.
 Ditulis berdasarkan fakta sesuai dengan pengamatan yang telah dilakukan.
 Informasi teks adalah hasil penelitian terkini yang sudah terbukti
kebenarannya.
 Tidak mengandung prasangka/dugaan/pemihakan yang menyimpang atau
tidak tepat.
 Saling berkaitan dengan hubungan berjenjang antara kelas dan subkelas
yang terdapat di dalamnya.

Struktur Teks Laporan Hasil Observasi

Struktur utama teks laporan hasil observasi dibedakan menjadi 2 struktur, yakni :

 Pernyataan umum atau klasifikasi adalah pembuka atau pengantar mengenai


hal yang dilaporkan. Pada tahapan ini akan disampaikan bahwa benda-
benda di dunia dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria persamaan dan
perbedaan.
 Anggota atau Aspek yang DilaporkanAnggota atau aspek yang dilaporkan
adalah bahasan atau rincian tentang objek yang diamati.
Pada bagian ini, akan diuraikan tentang klasifikasi atau penggolongan secara
runtut dari kelas yang paling besar hingga menjadi kelas yang paling kecil
(subkelas). Contohnya, penggolongan diikuti rincian dari aspek perilaku,
genetik, lingkungan, fungsi, peran, fisik, atau kepribadiannya.

Selain itu, ada juga struktur lain dari teks laporan observasi. Struktur lain dari teks
laporan observasi adalah sebagai berikut.

 Definisi umum adalah pembukaan yang berisi pengertian mengenai sesuatu


yang dibahas di dalam teks.
 Definisi bagian adalah bagian yang berisi ide pokok dari setiap paragraf
(penjelasan rinci).
 Definisi manfaat adalah bagian yang menjelaskan manfaat dari sesuatu yang
dilaporkan.
 Penutup adalah bagian rincian akhir dari teks.

Ciri-Ciri Bahasa yang Digunakan dalam Teks Laporan Hasil Observasi

Berikut ini merupakan ciri-ciri bahasa yang digunakan dalam teks laporan hasil
observasi.
 Menggunakan frasa nomina yang diikuti penjenis dan pendeskripsi.
 Menggunakan verba relasional. Contohnya : ialah, merupakan, adalah, yaitu,
digolongkan, termasuk, meliputi, terdiri atas, disebut, dan lain sebagainya.
 Menggunakan verba aktif alam guna menjelaskan perilaku.Contohnya :
bertelur, membuat, hidup, makan, tidur, dan lain-lain.
 Menggunakan kata penghubung yang menyatakan tambahan (dan, serta),
perbedaan (berbeda dengan), persamaan (sebagaimana, seperti halnya),
pertentangan (tetapi, sedangkan, namun), dan pilihan (atau).
 Menggunakan paragraf dengan kalimat utama guna menyusun informasi
utama, diikuti rincian aspek yang akan dilaporkan dalam beberapa paragraf.
 Menggunakan kata keilmuwan atau teknis. Contohnya : herbivora,
degeneratif, osteoporosis, mutualisme, parasitisme, pembuluh vena,
leukimia, syndrom, phobia, dan lain sebagainya.

Langkah-Langkah Menyusun Teks Laporan Hasil Observasi

Langkah-langkah yang digunakan untuk menyusun teks laporan hasil observasi


adalah sebagai berikut.

 Membuat judul laporan sesuai dengan pengamatan yang telah dilakukan.


 Membuat kerangka teks yang condong ke pembuatan gagasan utama sesuai
dengan hasil dari pengamatan yang telah dilakukan.
 Menyusun teks berdasarkan gagasan utama yang telah dibuat, diawali
dengan paragraf pernyataan umum lalu ke bagian isi. Setelah membuat
klasifikasi secara umum, langkah selanjutnya adalah menjabarkan klasifikasi
tersebut berdasarkan hasil pengamatan.
 Meneliti kembali hasil penulisan teks. Apabila ditemukan kalimat yang
janggal atau salah penulisan, maka segera perbaiki kembali dengan benar.

Syarat Teks Laporan Hasil Observasi

Syarat atau kriteria teks hasil observasi adalah, sebagai berikut.

 Memiliki susunan struktur teks yang urut dan lengkap.


 Dalam struktur teks tidak memiliki kesimpulan atau penutup.
 Di dalam teks tidak terdapat opini dari penulis.
 Teks menjelaskan sebuah informasi berdasarkan fakta yang ada

Contoh Teks Laporan Hasil Observasi

Dibawah ini merupakan contoh teks laporan hasil observasi


.
Komodo
Komodo adalah jenis hewan melata terbesar di Indonesia yang
dilindungi oleh pemerintah Indonesia. Komodo hidup di semak-semak
belukar dan di sejumlah hutan yang ada di Indonesia. Komodo juga dianggap
sebagai hewan melata terberat di Indonesia sebab komodo memiliki berat
tubuh sekitar 100 kg atau lebih.
Komodo terbesar di Indonesia dapat mencapai berat 166 kg dan panjang
mencapai 3 meter. Akan tetapi, biasanya panjang komodo mencapai sekitar
2,5 meter dengan berat sekitar 91 kilogram. Namun, untuk beberapa jenis
komodo memang ada yang mencapai panjang dan berat melebihi rata-rata.
Komodo mempunyai jenis kulit yang bersisik, warnanya abu-abu,
bentuk moncongnya lancip, bagian tungkai lengannya kuat, dan memiliki
ekor yang berotot. Untuk mendeteksi keberadaan mangsanya yakni bangkai
binatang, komodo menggunakan indra penciumannya yang cukup kuat.
Walaupun jaraknya beberapa meter di depan namun ia sudah bisa mencium
mangsanya.
Tidak hanya itu, komodo juga dapat memangsa binatang melata lainnya
misalnya jenis-jenis binatang mamalia yang berukuran besar. Hampir di
semua bagian gigi komodo tertutup oleh gusi sehingga bagian giginya tidak
terlihat.
Uniknya, saat ia sedang makan dan mengunyah, gusinya akan berdarah
karena hal itu menjadi media yang ideal untuk berkembangnya bakteri yang
berbahaya.
Bakteri yang hidup di dalam mulut komodo tersebut, akan menyebabkan
darah korban yang ia gigit keracunan. Komodo akan menggigit mangsanya
tersebut lalu membuntutinya agar mangsanya lemas dan tidak bisa pergi.
Namun sayangnya, binatang melata ini terancam punah. Hal ini disebabkan
oleh para pemburu binatang yang tidak bertanggung jawab sehingga
habitatnya menjadi rusak.
b) Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di
mana subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan
dengan, status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang
dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek
penilaian, yang berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
Dalam proses pembelajaran di kelas, berkaitan dengan kompetensi kognitif,
misalnya: peserta didik dapat diminta untuk menilai penguasaan
pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dalam mata
pelajaran tertentu, berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Berkaitan dengan kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta
untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu
objek sikap tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan
penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan
dengan kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai
kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya sebagai hasil belajar
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan


kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan teknik ini dalam penilaian di kelas
antara lain sebagai berikut.

 dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka


diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
 peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena
ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi
terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
 dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk
berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam
melakukan penilaian

Manfaat Penilaian Diri


Penilaian diri dapat memberikan beberapa manfaat baik bagi siswa maupun
bagi guru itu sendiri.

Keuntungan bagi siswa yaitu:

1. Siswa menjadi bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri


2. Siswa dapat menetapkan langkah – langkah berikutnya dalam belajar.
3. Siswa merasa aman tentang sesuatu yang tidak benar.
4. Meningkatkan harga diri siswa dan menjadi sesuatu yang positif
5. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
6. Siswa menjadi lebih bebas dan termotivasi.

Keuntungan bagi guru yaitu:

1. Ada suatu pergesaran tanggung jawab dari guru ke siswa


2. Pelajaran lebih efisisen jika para siswa termotivasi dan mandiri
3. Umpan balik membantu guru mengidentifikasi kemajuan siswa
4. Guru dapat mengidentifikasi langkah – langkah berikutnya untuk suatu grup/
individu.
5. Terjadi persepsi antara sisawa dan guru, siswa menjelaskan strategi maka
guru mengidentifikasi proses berfikir
6. Pelajaran lebih efisien memboplehkan tantangan lebih besar

Membangun Iklim Kelas untuk Penilaian Diri

Beberapa alat penilaian yang digunakan untuk membantu memulai dan


membangun kepercayaan guru dan siswa dalam penilaian diri dalam kaitan
dengan iklim sekolah, yaitu:

1. Interviu Siswa dapat diminta untuk melihat kemajuan mereka untuk


memahami sebuah topik dengan melakukan interviu kemudian
mendengarkan hasil rekaman interviu yang mereka lakukan untuk melihat
kesesuaian antara hal yang diindentifikasi dengan hal yang menjadi kriteria
pembelajaran.
2. Jurnal Siswa dapat diminta untuk mempelajari jurnal yang sesuai dengan
apa yang dipelajari. Agar aktifitas ini berkualitas maka dilakukan bukan
sebagai rutinitas. Siswa dapat termotivasi untuk menulis kemudian
memberikan respons apabila apa yang mereka tulis dengan apa yang
mereka pelajari.

3. Portfolio Metode ini merupakan informasi penting yang sangat terkenal,


hal ini akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat
keputusan mengenai penilaian relatif terhadap pekerjaan mereka dan untuk
mendorong mereka mengumpulkan hasil capaian mereka yang dianggap
terbaik.

4. Pencatatan/ Rekaman Hasil dari penilaian dicatat untuk berbagai tujuan.


Guru membutuhkannya sebagai laporan kemajuan siswa kepada orang tua
atau pihak lain, atau bisa digunakan untuk mengevaluasi efektifitas
pembelajaran. Pada intinya semua informasi dapat disatukan dan dicatat dari
evaluasi diri dan dari penilaian yang lain.

5. Penilaian Teman Sejawat Penilaian ini termasuk dalam bagian lain


karena beberapa aspek yang membedakan antara penilaian teman dan
penilain diri. Salah satu keuntungan dari penilaian teman adalah turut serta
membangun personaliti dan sifat sosial siswa. Siswa sebagai individu akan
belajar berkomunikasi dengan teman mereka dengan cara yang bebas.

6. Masalah Waktu Pendahuluan dan penggunaan penilaian diri adalah salah


satu cara yang harus diketahui siswa tentang apa yang harus diketahui siswa
tentang apa yang diharapkan dari mereka dan seperangkat aturan dalam
kelas yang harus mereka pahami. Poster yang dituliskan dengan kalimat-
kalimat tanya yang mengandung penilaian diri akan menjadi hal pertama
yang terbaik, dengan berbagai pertanyaan yang diajukan pada diri mereka,
misalnya:

 Apa yang sudah aku pelajari?


 Apa yang menyenangkan dari pekerjaanku?
 Kesulitan apa yang aku temui?
 Bagaimana aku bisa mengembangkan ini?

Pelaksanaan Masalah

Satu kesulitan yang sering dihadapi guru ketika membuat penilaian diri
adalah membantu siswa mengembangkan pemahaman mereka tentang proses
belajar dan peduli terhadap kemajuan pemahaman mereka. Tanggapan pertama
siswa dalam mengevaluasi pekerjaan mereka biasanya simpel dan umum: “saya
menyukai ini”, atau “saya rasa saya mengerjakan ini dengan baik”

Strategi Penilaian Diri

Sehubungan dengan penilaian diri siswa dalam kelas agar dapat memberi manfaat
bagi guru maupun siswa, dapat diidentifikasi 4 strategi yang dapat digunakan yaitu:

1. Modeling using exemplars

Strategi ini merupakan suatu teknik yang sangat bermanfaat untuk


membangun ketrampilan penilaian diri siswa. Teknik tersebut meliputi penggunaan
suatu contoh bagian pekerjaan untuk membantu siswa menilai diri mereka sendiri,
dan dapat dilakukan dengan beberapa tahap yang berbeda sepanjang proses
pembelajaran, yakni:

a. Menunjukan pada siswa contoh bagian pekerjaan dan membandingkan dengan


tujuan yang telah ditetapkan.

b. Menggunakan model sebagai petunjuk untuk mengembangkan, memperbaiki, dan


memodifikasi pekerjaan siswa.

c. Menggunakan model sebagai pembanding pekerjaan siswa.

2. Questioning skills
Strategi ini merupakan bagian dari proses untuk mendorong siswa terpikir
pada semua tingkatan berpikir, mulai dari pengetahuan dasar sampai evaluasi dan
penilaian secara analisis.

3. Grafhic organizers

Strategi ini merupakan salah satu teknik untuk membantu siswa menjadi
mahir dan cakap dalam merefleksikan pekerjaan mereka.

4. Reflection as a process for closing the learning gap

Strategi ini merupakan suatu proses untuk mengatasi kesenjangan


belajar. Sedangkan keterampilan untuk mengatasi kesenjangan belajar
memerlukan pemahaman yang jelas tentang tujuan pembelajaran dan kriteria
sukses.

Menurut Paul Black dan Dylan Wiliam (1998), ada hal-hal yang harus
dilakukan guru untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam melakukan
penilaian diri. mereka menganjurkan kepada guru untuk melakukan hal berikut:

a. Membagikan kriteria pada siswa

b. Tujuan belajar yang jelas (hasil belajar/intensi)

Contoh-contoh format penilaian diri sendiri

Contoh kartu laporan hasil penilaian diri siswa profil individu

Petunjuk:

Pilihlah warna yang sesuai dengan keadaan dan pengalaman anda, dengan
ketentuan warna sebagai berikut:

Semua materi belum dipahami

Sebagian materi belum dipahami


Semua materi sudah dipahami

Nama Siswa :....

Mata Pelajaran : Matematika

Pokok Bahasan : Aritmatika Sosial

Tanggal: 1/12/09 2/12/09 3/12/09

No. Indikator pencapaian


1. Menghitung persentase suatu bilangan
Merubah bentuk pecahan menjadi bentuk
2.
persen sederhana atau sebaliknya
Menghitung bagian sekian bagian dari
3.
suatu bilangan
Mengidentifikasi suatu proses jual beli
4.
terkait dengan keuntungan atau kerugian
Rata-rata

Komentar siswa……………………

Yogyakarta, 2 Desember 2009

Guru mata pelajaran

(……………)

NIP
Contoh kartu laporan hasil penilaian diri siswa profil kelas

Skor rata-rata pertemuan ke-


No. Nama siswa
1 2 3 4 5 6
1.
2.
3.
4.
5.

c) Penilaian antar peserta didik


1. Teknik Penilaian

Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyatakan bahwa Standar Isi (SI) Untuk
satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup lingkup materi minimal dan
tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Di dalam SI dijelaskan bahwa kegiatan
pembelajaran dalam KTSP meliputi tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur. Tatap muka adalah pertemuan formal antara pendidik dan
peserta didik dalam pembelajaran di kelas. Penugasan terstruktur dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi
pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai
standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh
pendidik, sedangkan waktu penyelesaian kegiatan mandiri tidak terstruktur diatur
sendiri oleh peserta didik. Sejalan dengan ketentuan tersebut, penilaian dalam KTSP
harus dirancang untuk dapat mengukur dan memberikan informasi mengenai
pencapaian kompetensi peserta didik yang diperoleh melalui kegiatan tatap muka,
penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Berbagai macam
teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai
dengan kompetensi yang dinilai.

Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes, observasi,


penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian antarteman yang
sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
a. Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar
atau salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes
kinerja. Tes tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban
secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian.Tes yang jawabannya berupa
pilihan meliputi pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan. Sedangkan tes
yang jawabannya berupa isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian.
Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap
muka) antara peserta didik dengan pendidik. Pertanyaan dan jawaban
diberikan secara lisan.Tes praktik (kinerja) adalah tes yang meminta peserta
didik melakukan perbuatan/mendemonstasikan/ menampilkan keterampilan.

Dalam rancangan penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan melalui


berbagai macam ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan
ujian terdiri atas ujian nasional dan ujian sekolah.

 Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian


kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran,
untuk melakukan perbaikan pembelajaran, memantau kemajuan dan
menentukan keberhasilan belajar peserta didik.
 Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu
kompetens dasar (KD) atau lebih.
 Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan
8 –9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangantengah semester
meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode
tersebut.
 Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester.
Cakupan ulangan akhir semester meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan semua KD pada semester tersebut. Ulangan kenaikan
kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik pada akhir semester
genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir
semester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket.
Cakupan ulangan kenaikan kelas meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan semua KD pada semester genap. Ujian adalah kegiatan
yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik
sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan
pendidikan.
 Ujian nasional adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta
didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar
Nasional Pendidikan.
 Ujian sekolah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta
didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan
atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari
satuan pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan pada ujian sekolah adalah
mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tidak diujikan pada ujian nasional, dan aspek kognitif dan/atau
psikomotorik untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, serta
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
b. Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap
peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan
pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai, dan dapat dilakukan baik
secara formal maupun informal. Penilaian observasi dilakukan antara lain
sebagai penilaian akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan
kesehatan.
c. Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara
perorangan maupun kelompok. Penilaian penugasan diberikan untuk
penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, dan dapat
berupa praktik di laboratorium, tugas rumah, portofolio, projek, dan/atau
produk.
d. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam
bidang tertentu yang diorganisasikan untuk men tahui minat,perkembangan
prestasi, dan kreativitas peserta didik (Popham, 1999). Bentuk ini cocok untuk
mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta didik dengan menilai bersama
karya-karya atau tugas-tugas yang dikerjakannya. Peserta didik dan pendidik
perlu melakukan diskusi untuk menentukan skor. Pada penilaian portofolio,
peserta didik dapat menentukan karya-karya yang akan dinilai, melakukan
penilaian sendiri kemudian hasilnya dibahas. Perkembangan kemampuan
peserta didik dapat dilihat pada hasil penilaian portofolio. Teknik ini dapat
dilakukan dengan baik apabila jumlah peserta didik yang dinilai sedikit.
e. Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu
tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan,
pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya. Penilaian
projek dilaksanakan terhadap persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
f. Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik
menghasilkan suatu hasil karya. Penilaian produk dilakukan terhadap
persiapan, pelaksanaan/proses pembuatan, dan hasil.
g. Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis yang dipakai
untuk mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap
objek psikologis.
h. Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi
informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik
yang berkait dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta didik yang
dipaparkan secara deskriptif.
i. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal. Dalam penilaian diri,
setiap peserta didik harus mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya
secara jujur.
j. Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam
berbagai hal secara jujur.

Kombinasi penggunaan berbagai teknik penilaian di atas akan memberikan


informasi yang lebih akurat tentang kemajuan belajar peserta didik. Karena
pembelajaran pada KTSP meliputi kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur, maka penilaianpun harus dilaksanakan seperti itu.
Tabel berikut menyajikan contoh penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran
melalui kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur

2. Aspek Penilaian
Penilaian dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup semua aspek
kompetensi yang meliputi kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir yang menurut taksonomi Bloom
secara hierarkis terdiri atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan
berdasarkan hapalan saja. Pada tingkat pemahaman, peserta didik dituntut untuk
menyatakan jawaban atas pertanyaan dengan kata-katanya sendiri. Misalnya,
menjelaskan suatu prinsip atau konsep. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut
untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam suatu situasi yang baru. Pada tingkat
analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa
bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat, dan menemukan
hubungan sebab akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut merangkum
suatu cerita, komposisi, hipotesis, atau teorinya sendiri, dan mensintesiskan
pengetahuan. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi, seperti
bukti sejarah, editorial, teori-teori, dan termasuk di dalamnya melakukan judgement
(pertimbangan) terhadap hasil analisis untuk membuat keputusan.Kemampuan
psikomotor melibatkan gerak adaptif (adaptive movement) atau gerak terlatih dan
keterampilan komunikasi berkesinambungan (nondiscursivecommunication) –
(Harrow, 1972). Gerak adaptif terdiri atas keterampilan adaptif sederhana (simple
adaptive skill), keterampilan adaptif gabungan (compound adaptive skill), dan
keterampilan adaptif komplek (complex adaptive skill). Keterampilan komunikasi
berkesinambungan mencakup gerak ekspresif (expressive movement) dan gerak
interpretatif (interpretative movement). Keterampilan adaptif sederhana dapat
dilatihkan dalam berbagai mata pelajaran, seperti bentuk keterampilan
menggunakan peralatan laboratorium IPA. Keterampilan adaptif gabungan,
keterampilan adaptif komplek, dan keterampilan komunikasi berkesinambungan baik
gerak ekspresif maupun gerak interpretatif dapat dilatihkan dalam mata pelajaran
Seni Budaya dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Kondisi afektif
peserta didik berhubungan dengan sikap, minat, dan/atau nilai-nilai. Kondisi ini tidak
dapat dideteksi dengan tes, tetapi dapat diperoleh melalui angket, inventori, atau
pengamatan yang sistematik dan berkelanjutan. Sistematik berarti pengamatan
mengikuti suatu prosedur tertentu, sedangkan berkelanjutan memiliki arti
pengukuran dan penilaian yang dilakukan secara terus menerus. Dalam laporan
hasil belajar peserta didik, terdapat komponen pengetahuan yang umumnya
merupakan representasi aspek kognitif, komponen praktik yang melibatkan aspek
psikomotorik, dan komponen sikap yang berkaitandengan kondisi afektif peserta
didik terhadap mata pelajaran tertentu.

3. Penilaian Kelompok Mata Pelajaran

Dalam KTSP terdapat 5 kelompok mata pelajaran yaitu kelompok mata


pelajaran: agama dan akhlak mulia; kewarganegaraan dan kepribadian; ilmu
pengetahuan dan teknologi; estetika; jasmani, olahraga, dan kesehatan.

1. Penilaian kelompok mata pelajaran agama dan akhlak muliaKompetensi


yang dikembangkan dalam kelompok mata pelajaran agamadan akhlak mulia
terfokus pada aspek kognitif atau pengetahuan danaspek afektif atau
perilaku. Penilaian hasil belajar untuk kelompok matapelajaran agama dan
akhlak mulia dilakukan melalui:

1) Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai


perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik;

2) Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif


peserta didik.

d) Jurnal

Adalah catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi informasi


hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkait
dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta didik yang dipaparkan secara
deskriptif. Pengamatan juga dilakukan terhadap perilaku yang ditampilkan peserta
didik yang terkait dengan ranah afektif. Kompetensi afektif meliputi perwujudan sikap
dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang diidentifikasi sebagai sikap sportif,
jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri, dan demokratis dalam
aktivitas jasmani. Semua hal tersebut dapat diukur melalui pengamatan perilaku
yang dipandu dengan pedoman pengamatan perilaku. Pengamatan terhadap
perilaku sportif merupakan pengamatan terhadap perilaku peserta didik dalam hal
kesadaran akan sikap kejujuran dalam upaya memenangkan pertandingan,
perlombaan, permainan, atau aktivitas jasmani dan olahraga. Upaya memenangkan
permainan tidak mengandung unsure kecurangan atau tidak sportif.

Motivasi adalah perilaku peserta didik yang menunjukkan semangat dan


dorongan peserta didik dalam beraktivitas jasmani dan olahraga, termasuk
banyaknya melakukan ulangan dalam setiap tugas gerak dan kesungguhan dalam
melakukan. Tanggung jawab merupakan bentuk perilaku sadar akan apa yang
dilakukan atau diperebuat dengan segala konsekuensinya. Kerja sama merupakan
salah satu bentuk perilaku social peserta didik dalam bekerja sama dengan peserta
didik dalam bekerja sama dengan peserta didik lain dalam upaya memenangkan
pertandingan, perlombaan atau permainan. Percaya diri merupakan bentuk perilaku
keberanian mengungkapkan atau mengekspresikan kemampuan diri dalam aktivitas
pendidikan jasmani dan olahraga. Demokratis merupakan bentuk perilaku memberi
penghargaan terhadap upaya yang dilkukan pasangannya dalam satu kelompok
atau tim untuk menentukan taktik dan aplikasi teknik dalam aktivitas jasmani dan
olahraga. Disiplin adalah bentuk perilaku mematuhi peraturan dan tata tertib dalam
aktivitas pendidikan jasmani dan olahraga.

Tabel 1. Klasifikasi Teknik Penilaian Serta Bentuk Instrumen

Tes Penilaian Bentuk Instrumen

1. Tes praktik (tes kinerja) a. tes identifikasi

b. tes simulasi

c. tes contoh kerja

2. Observasi Lembar observasi ( Lembar Pengamaan)

3. Tes tertulis Tes pilihan : pilihan ganda, benar-


salah,menjodohkan dll
4. Penugasan individual atau kelompok Pekerjaan rumah

5. Tes lisan Daftar pertanyaan

6. Penilaian Portofolio Lembar penilaian portofolio


7. Jurnal Buku catatan jurnal

Dalam memilih teknik penilaian untuk kelompok mata pelajaran jasmani pendidik
perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Karakteristik kelompok mata pelajaran jasmani

2. Rumusan kompetensi mata pelajaran pendidikan jasmani dalam SI dan SKL

3. Rumusan indicator pencapaian setiap KD.

B. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

a) Tes tertulis

Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk
memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang
seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat (Indrakusuma,
1993:21). Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, didalamnya terdapat
pengertian-pengertian:

a) Tes itu adalah hanya merupakan alat dan bukan merupakan tujuan.
Sedangkan tujuannya adalah terletak pada apakah maksud kita
memberikan tes itu.
b) Alat itu telah disusun secara sistematis dan objektif, menurut syarat-
syarat tertentu. Meskipun dalam kenyataannya tidak ada tes yang
seratus persen sistematis dan objektif. Sebab tes itu juga buatan
manusia.
c) Dengan adanya tes yang telah disusun secara sistematis dan objektif
itu, maka hasil yang diperoleh dari tes atau alat itu boleh dikatakan
akan tepat. Artinya benar-benar akan memberikan gambaran yang
sesuai dengan keadaannya
d) Bahwa dengan dipergunakannya tes sebagai alat untuk memperoleh
data-data itu, dapat dilaksanakan secara tepat tidak memakan waktu
yang lama. Untuk memperoleh suatu data tidak perlu berhari-hari,
bahkan cukup beberapa jam saja.
e) Sedang keterangan-keterangan apa yang diinginkan, ini bergantung
pada maksud serta alat yang kita berikan. Misalnya, jika kita
menginginkan keterangan tentang kecakapan anak dalam hal berhiting
maka kita pergunakan tes berhitung, bukan tes bahasa, dan
sebagainya.

Jadi, tes tulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik
dengan memberikan jawaban tertulis.

 Bentuk-bentuk tes tulis


Telah dibicarakan sebelumnya bahwa di sekolah seringkali digunakan tes
buatan guru (bukan tes standardized test) ini disebut tes buatan guru
(teacher made test). Tes yang di buat guru ini terutama menilai kemajuan
siswa dalam hal pencapaian hal yang dipelajari.

Dalam hal ini kita bedakan atas dua bentuk tes tulis yaitu sebagai berikut:

1. Tes Subjektif
Yang pada umumnya berbentuk tes esai (uraian) tes bentuk esai adalah
sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat
pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaanya didahului dengan
kata-kata seperti, uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan,
simpulkan, dan sebagainya (Arikunto, 2005:162).
Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekedar 5-10
buah soal dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Soal-soal bentuk esai ini
menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterprestasi,
menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat
dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut untuk dapat mengingat-ingat dan
mengenal kembali dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang
tinggi.

Kelebihan-kelebihan tes subjektif yaitu:


1) Lebih respektif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat di hindari
campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi
guru yang memeriksa.
2) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan
kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi
3) Pemeriksaanya dapat diserahkan orang lain.
4) Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.

Kelemahan-kelemahan tes subjektif yaitu:

a) Persiapan untuk menyusun jauh lebih sulit dari pada tes esai karena soalnya
banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelamahan yang lain.
b) Soal-soal cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan
kembali saja dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
c) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
d) Kerjasama antarsiswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.

Cara mengatasi kelemahan :

1) Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih
terus menerus hingga betul-betul mahir.
2) Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan
dua.
3) Menggunakan norma/standar penilaian yang memperhitungkan faktor
tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif itu.

2. Tes obyektif
1) Tes benar-salah (true-false)
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement tersebut
ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk
menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika
pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika
pernyataannya salah.
2) Tes pilihan ganda (multiple choice test)
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang
suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus
memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Atau Multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian
kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan jawaban (option)
terdiri atas satu jawaban benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh.
3) Menjodohkan (matching test)
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan,
mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas
satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan
mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid ialah
mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok
dengan pertanyaannya
4) Tes isian (completion test)
Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes
menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-
kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang
dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian
yang kita minta dari murid.
 Pelaksanaan tes tertulis
Nurkanca, dkk (1986:58) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan suatu tes
tertulis ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian. Adapun hal-hal
tersebut antara lain:
1) Ruangan tempat tes di laksanakan hendaknya diusahakan setenang
mungkin.
2) Murid-murid harus diperingatkan bahwa mereka tidak boleh bekerja sebelum
ada tenda untuk mulai. Hal ini untuk mengatur agar semua murid mulai
bekerja pada saat yang sama.
3) Selama murid-murid bekerja para pengawas tes dapat berjalan-jalan, dengan
catatan tidak mengganggu suasana, untuk mengawasi apakah murid-murid
bekerja secara wajar atau tidak. Murid-murid yang melanggar tata tertib tes
dapat dikeluarkan dari ruang tes.
4) Apabila waktu yang ditentukan telah habis maka semua pengikut tes
diperintahkan untuk berhenti bekerja dan segera meninggalkan ruangan tes
secara tertib. Para pengawas tes segera mengumpulkan lembaran-lembaran
tes dan lembaran-lembaran jawaban peserta tes.
5) Setelah lat-alat terkumpulkan maka pengawas tes supaya mengisi catatan-
catatan tentang kejadian penting yang terjadi selama tes berlangsung.

b) Tes Lisan

Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya
jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik.

 Macam-macam tes lisan


Thoha (2003:61) menjelaskan bahwa tes ini termasuk kelompok tes verbal,
yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Dari segi
persiapan dan cara bertanya, tes lisan dapat dibedakan menjadi dua yakni:
a) Tes lisan bebas
Yaitu pendidik dalam memberikan soal kepada peserta didik tanpa
menggunakan pedoman yang dipersiapkan secara tertulis
b) Tes lisan berpedoman
Pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang apa yang akan
ditanyakan kepada peserta didik.

Tes ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah

a) Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki


peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara
berhadapan langsung.
b) Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat
sehingga sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan
soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat
menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
c) Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.
Kelemahannya adalah :

a) Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes,


b) Waktu pelaksanaan yang diperlukan.

 Pelaksanaan tes lisan


Nurkanca, dkk (1986:60) menjelaskan bahwa hal-hal yang perlu mendapat
perhatian dalam pelaksanaan tes lisan antara lain adalah sebagai berikut:
a. Pertahankanlah situasi evaluasi dalam pelaksanaan tes lisan. Guru
harus tetap menyadari bahwa tujuan evaluasi adalah untuk
mendapatkan gambaran tentang prestasi belajar yang dicapai oleh
murid-murid.
b. Janganlah guru membentak-bentak seorang murid karena murid
tersebut memberikan jawaban yang menurut penilaian guru
merupakan jawaban yang sangat “tolol”.
c. Jangan pula ada kecenderungan untuk membantu seoarang murid
yang sedang di tes dengan memberikan kunci-kunci tertentu karena
kita merasa kasihan atau simpati pada murid tersebut. Hal ini
bertentangan dengan prinsip-prinsip evaluasi karena kita bertindak
tidak adil terhadap murid yang lain.
d. Siapkanlah terlebih dahulu suatu rencana pertanyaan
serta score jawaban yang diminta untuk setiap pertanyaan. Hal ini
untuk menjaga agar guru jangan samapai terkecoh oleh jawaban
yang ngelantur dari murid-murid.
e. Laksanakanlah skoring secara teliti terhadap setiap jawaban yang
diberikan oleh murid.

c) Penugasan

Pengertian Metode Penugasan atau metode pemberian tugas adalah cara dalam
proses belajar mengajar dengan jalan memberi tugas kepada siswa. Tugas-
tugas itu dapat berupa mengikhtisarkan karangan, (dari surat kabar, majalah
atau buku bacaan) membuat kliping, mengumpulkan gambar, perangko, dan dapat
pula menyusun karangan. Metode pemberian tugas, dianjurkan antara lain
untuk mendukung metode ceramah, inkuiri, VCT. Penggunaan metode ini
memerlukan pemberian tugas dengan baik, baik ruang lingkup maupun
bahannya. Pelaksanaannya dapat diberikan secara individual maupun kelompok.
Dalam proses pembelajaran, siswa hendaknya didorong untuk melakukan
kegiatan yang dapat menumbuhkan proses kegiatan kreatif. Oleh karena itu
metode pemberian tugas dapat dipergunakan untuk mendukung metode
pembelajaran yang lain

Penggunaan metode pemberian tugas bertujuan:

1. menumbuhkan proses pembelajaran yang eksploratif


2. mendorong perilaku kreatif
3. membiasakan berpikir komprehensif
4. memupuk kemandirian dalam proses pembelajaran

Metode pemberian tugas yang digunakan secara tepat dan terencana dapat
bermanfaat untuk:

1. menumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri dalam lingkungan


bersama (kolektif) maupun sendiri
2. melatih cara mencari informasi secara langsung dari sumber belajar
yang terdapat di lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat
3. menumbuhkan suasana pembelajaran yang menggairahkan (rekreatif)

Kelebihan metode penugasan adalah:

1. Hasil pelajaran lebih tahan lama dan membekas dalam ingatan siswa.
2. Siswa belajar dan mengembangkan inisiatif dan sikap mandiri.
3. Memberikan kebiasaan untuk disiplin dan giat belajar.
4. Dapat mempraktekkan hasil-hasil teori dalam kehidupan yang nyata.
5. Dapat memperdalam pengetahuan siswa dalam spesialisasi tertentu.

Kekurangan metode penugasan adalah:


1. Siswa dapat melalukan penipuan terhadap tugas yang diberikan
(Dikerjakan oleh orang lain atau menjiplak karya orang lain).
2. Bila tugas diberikan terlalu banyak, maka siswa dapat mengalami
kejenuhan sehingga mengganggu ketenangan batin siswa.
3. Sulit memberikan tugas yang dapat memenuhi sifat perbedaan individunya
dan minat dari masing-masing siswa.
4. Pemberian tugas cenderung memakan waktu da tenaga serta biaya yang
cukup berarti.

Oleh karena itu, metode penugasan tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan.
Maka guru perlu memperhatikan saran-saran pelaksanaan, sebagai berikut:

1. Merencanakan pemberian tugas secara matang.


2. Tugas yang diberikan hendaknya didasarkan pada minat dan kemampuan
siswa.
3. Tugas yang diberikan berkaitan dengan materi pelajaran yang telah
diberikan.
4. Jenis tugas yang diberikan hendaknya telah dimengerti betul oleh siswa
agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik.
5. Jika tugas yang diberikan bersifat tugas kelompok, maka pembagian tugas
(materi tugas) harus diarahkan, termasuk batas waktu penyelesaiannya.
6. Guru dapat membantu menyediakan alat dan sarana yang diperlukan dalam
pemberian tugas.
7. Tugas yang diberikan dapat merangsang perhatian siswa dan realistis.Hasil
tugas siswa dinilai oleh guru.

C. Penilaian Kompetensi Kererampilan

a) Tes Praktik

Penilaian praktek adalah penilaian yang menuntut respon berupa


keterampilan melakukan suatu aktivitas sesuai dengan tuntutan kompetensi. Dengan
demikian, aspek yang dinilai dalam penilaian praktek adalah kualitas proses menger-
jakan/melakukan suatu tugas.
Penilaian praktek bertujuan untuk menilai kemampuan peserta didik mende-
monstrasikan keterampilannya dalam melakukan suatu kegiatan. Dengan demikian,
aspek yang dinilai dalam penilaian praktek adalah kualitas proses menger-
jakan/melakukan suatu tugas.
Penilaian praktek bertujuan untuk menilai kemampuan peserta didik mende-
monstrasikan keterampilannya dalam melakukan suatu kegiatan. Penilaian praktek
lebih otentik dari pada penilaian paper and pencil karena bentuk-bentuk tugasnya
lebih mencerminkan kemampuan yang diperlukan dalam praktek kehidupan sehari-
hari.
Contoh penilaian praktek adalah membaca karya sastra, membacakan pidato
(reading aloud dalam mata pelajaran bahasa Inggris), menggunakan peralatan
laboratorium sesuai keperluan, memainkan alat musik, bermain bola, bermain tenis,
berenang, menyanyi, menari, dan sebagainya.Tes praktik/perbuatan adalah
teknik penilaian hasil belajar yang menuntut peserta didik mendemontrasikan
kemahirannya atau menampilkan hasil belajarnya dalam bentuk unjuk kerja.
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan (skill) sebagai hasil dari tercapainya kompetensi pengetahuan. Hasil
belajar psikomotorik sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan
hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk
berperilaku atau berbuat).
Kompetensi peserta didik dalam ranah psikomotorik menyangkut kemampuan
melakukan gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan persepsi, gerakan
berkemampuan fisik, gerakan terampil, gerakan indah dan kreatif. Jadi, penilaian
kompetensi keterampilan adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur
tingkat pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik yang meliputi aspek
imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.
Dalam struktur kurikulum 2013, kompetensi inti dirancang seiring dengan
meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti,
integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap social
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan, dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan

Sedangkan penilaian pencapaian kompetensi keterampilan merupakan penilaian


yang dilakukan terhadap peserta didik untuk menilai sejauh mana pencapaian SKL,
KI, dan KD khusus dalam dimensi keterampilan
Ruang Lingkup Penilaian Kompetensi Keterampilan
Dalam ranah keterampilan itu terdapat lima jenjang proses berpikir, yakni:
a) Imitasi
Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana
dan sama persis dengan yang dilihar atau diperhatikan sebelumnya.
Contohnya, seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat
karena pernah melihat atau memperhatikan hal yang sama
sebelumnya.
b) Manipulasi
Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang
belum pernah dilihat, tetapi berdasarkan pada pedoman atau
petunjuk saja. Sebagai contoh, seorang peserta didik dapat memukul
bola dengan tepat hanya berdasarkan pada petunjuk guru atau teori
yang dibacanya.
c) Presisi
Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-
kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja
yang tepat. Contoh, peserta didik dapat mengarahkan bola yang
dipukulnya sesuai dengan target yang diinginkan.
d) Artikulasi
Kemampuan tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan
kegiatan yang kompleks dan tepat sehingga hasil kerjanya
merupakan sesuatu yang utuh. Sebagai contoh, peserta didik dapat
mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah
bola sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini, peserta
didik suda dapat melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari
dengan arah dan kecepatan tepat serta memukul bola dengan arah
yang tepat pula.
e) Naturalisasi
Kemampuan tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan
kegiatan reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga
efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh tanpa berpikir panjang
peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan
cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan

 Kelebihan dan Kelemahan Penilaian Kompetensi Keterampilan

Kelebihan dari penilaian kompetensi keterampilan adalah:


1. Dapat memberikan informasi tentang keterampilan peserta didik secara
langsung yang bisa diamati oleh guru
2. Memotivasi peserta didik untuk menunjukkan kompetensinya secara
maksimal
3. Sebagai pembuktian secara aplikatif terhadap apa yang telah dipelajari oleh
peserta didik

Sedangkan kelemahan dari penilaian kompetensi keterampilan adalah:


1. Sulit dilakukan pada jumlah peserta didik yang terlalu banyak
2. Membutuhkan kecermatan dalam melakukan pengamatan terhadap unjuk
kerja peserta didik dalam kompetensi keterampilan
3. Menuntut profesionalisme guru karena mengamati unjuk kerja peserta didik
dalam kompetensi keterampilan yang bervariasi

 Teknik dan Contoh Instrumen Penilaian Kompetensi Keterampilan

Untuk mengamati penilaian kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau
instrumen lembar pengamatan atau observasi dengan:
1. Daftar Cek (Check List)
Penilaian kompetensi keterampilan dapat dilakukan dengan menggunakan
daftar cek (baik atau tidak baik, bisa atau tidak bisa). Dengan menggunakan
daftar cek, peserta didik mendapat nilai baik atau mampu apabila ditampilkan
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh guru. Begitu sebaliknya.
Kelemahan cara ini adalah penilaian hanya mempunyai dua pilihan mutlak,
misalnya benar-salah, mampu-tidak mampu, terampil-tidak terampil. Dengan
demikian, skor yang diperoleh peserta didik bersifat rigit atau kaku dan tidak
terdapat nilai tengah. Namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati
subjek dalam jumlah besar dan hasilnya kontras.
2. Skala Penilaian (Rating Scale)
Penilaian kompetensi keterampilan yang menggunakan skala penilaian
memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan
kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinu di mana pilihan
kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna
sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = kurang kompeten, 2 = cukup
kompeten, 3 = kompeten, dan 4 = sangat kompeten.[6]

Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan


melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.
Tes praktik dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan
sesuatu. Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut
peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktik di laboratorium, praktik salat,
praktik olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca
puisi/deklamasi, dan sebagainya. Untuk dapat memenuhi kualitas perencanaan dan
pelaksanaan tes praktik, berikut ini adalah petunjuk teknis dan acuan dalam
merencanakan dan melaksanakan penilaian melalui tes praktik.
1) Perencanaan Tes Praktik

Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dilakukan dalam merencanakan
tes praktik.
1. Menentukan kompetensi yang penting untuk dinilai melalui tes praktik.
2. Menyusun indikator hasil belajar berdasarkan kompetensi yang akan dinilai.
3. Menguraikan kriteria yang menunjukkan capaian indikator hasil pencapaian
kompetensi
4. Menyusun kriteria ke dalam rubrik penilaian.
5. Menyusun tugas sesuai dengan rubrik penilaian.
6. Mengujicobakan tugas jika terkait dengan kegiatan praktikum atau
penggunaan alat.
7. Memperbaiki berdasarkan hasil uji coba, jika dilakukan uji coba.
8. Menyusun kriteria/batas kelulusan/batas standar minimal capaian
kompetensi peserta didik.

2) Pelaksanaan Tes Praktik

Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan
tes praktik.
1. Menyampaikan rubrik sebelum pelaksanaan penilaian kepada peserta didik.
2. Memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik tentang kriteria
penilaian.
3. Menyampaikan tugas kepada peserta didik.
4. Memeriksa kesediaan alat dan bahan yang digunakan untuk tes praktik.
5. Melaksanakan penilaian selama rentang waktu yang direncanakan.
6. Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penilaian.
7. Melakukan penilaian dilakukan secara individual.
8. Mencatat hasil penilaian.
9. Mendokumentasikan hasil penilaian.

3) Pelaporan Hasil Tes Praktik

Pelaporan hasil penilaian sebagai umpan balik terhadap penilaian melalui tes
praktik harus memperhatikan beberapa hal berikut ini.
1. Keputusan diambil berdasarkan tingkat capaian kompetensi peserta didik.
2. Pelaporan diberikan dalam bentuk angka dan atau kategori kemampuan
dengan dilengkapi oleh deskripsi yang bermakna.
3. Pelaporan bersifat tertulis.
4. Pelaporan disampaikan kepada peserta didik dan orangtua peserta didik.
5. Pelaporan bersifat komunikatif, dapat dipahami oleh peserta didik dan
orangtua peserta didik.
6. Pelaporan mencantumkan pertimbangan atau keputusan terhadap capaian
kinerja peserta didik.

4) Acuan Kualitas Instrumen Tes Praktik

Tugas dan rubrik merupakan instrumen dalam tes praktik. Berikut ini akan
diuraikan standar tugas dan rubrik.
a. Acuan Kualitas Tugas
1. Tugas-tugas untuk tes praktik harus memenuhi beberapa acuan kualitas
berikut.
2. Tugas mengarahkan peserta didik untuk menunjukkan capaian hasil belajar.
3. Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
4. Mencantumkan waktu/kurun waktu pengerjaan tugas.
5. Sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik,
6. Sesuai dengan konten/cakupan kurikulum
7. Tugas bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial ekonomi)

b. Acuan Kualitas Rubrik


1. Rubrik tes praktik harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini.
2. Rubrik memuat seperangkat indikator untuk menilai kompetensi tertentu.
3. Indikator dalam rubric diurutkan berdasarkan urutan langkah kerja pada
tugas atau sistematika pada hasil kerja peserta didik.
4. Rubrik dapat mengukur kemampuan yang akan diukur (valid).
5. Rubrik dapat digunakan (feasible) dalam menilai kemampuan peserta didik.
6. Rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik.
7. Rubrik disertai dengan penskoran yang jelas untuk pengambilan keputusan.

b) Proyek
A. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning)
Proyek adalah tugas yang kompleks, berdasarkan tema yang menan tang,
yang melibatkan siswa dalam mendesain, memecahkan masalah, mengambil
keputusan, atau kegiatan investigasi; memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerja dalam periode waktu yang telah dijadwalkan dalam menghasilkan produk
(Thomas, Mergendoller, and Michaelson, 1999).
Proyek terurai menjadi beberapa jenis. Stoller (2006) mengemukakan tiga
jenis proyek berdasarkan sifat dan urutan kegiatannya, yaitu: (1) proyek terstruktur,
ditentukan dan diatur oleh guru dalam hal topik, bahan, metodologi, dan presentasi;
(2) proyek tidak terstruktur didefinisikan terutama oleh siswa sendiri; (3) proyek
semi-terstruktur yang didefinisikan dan diatur sebagian oleh guru dan sebagian oleh
siswa.
Memperluas pengertian di atas Stoller (2006), mendefinisikan Pembelajaran
Berbasis Proyek sebagai pembelajaran yang menggunakan Proyek sebagai media
dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Penekanan pembela -jaran terletak pada aktivitas-aktivitas siswa
untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti,
menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran
berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil Proyek berupa
barang atau jasa dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya
teknologi/prakarya, dan lain-lain. Melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek,
siswa akan berlatih merencanakan, melaksanakan kegiatan sesuai rencana dan
menampilkan atau melaporkan hasil kegiatan. Bentuk aktivitas proyek terdiri dari (1)
Proyek produksi yang meli batkan penciptaan seperti buletin, video, program radio,
poster, laporan tertulis, esai, foto, surat-surat, buku panduan, brosur, menu
banquet, jadwal perjalanan, dan sebagainya; (2) Proyek kinerja seperti pementasan,
presentasi lisan, pertunjukan teater, pameran makanan atau fashion show ; (3)
Proyek organisasi seperti pembentukan klub, kelompok disku-si, atau program-mitra
percakapan. Lebih lanjut, menurut Fried-Booth (2002) ada dua jenis proyek yaitu (1)
Proyek skala kecil atau sederhana yang hanya menghabiskan dua atau tiga
pertemuan. Proyek ini hanya dilakukan di dalam kelas; (2) Proyek skala penuh yang
membutuhkan kegiatan yang rumit di luar kelas untuk menyelesaikannya dengan
rentang waktu lebih panjang.
 Pengertian metode atau Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning = PBL) adalah metode pembelajaran yang menggunakan
proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi,
penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai
bentuk hasil belajar.
 Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning=PBL) yang adalah model atau metode belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara
nyata. Pembelajaran Berbasis Proyekdirancang untuk digunakan pada
permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan
insvestigasi dan memahaminya.

Melalui Model PembelajaranBerbasisProyek (Project Based Learning=PBL),


proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding
question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan
terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama
sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya.
PjBLmerupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini
akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang
berbeda, maka Pembelajaran berbasis proyekmemberikan kesempatan kepada para
peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara
yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Pembelajaran Berbasis Proyekmerupakan investigasi mendalam tentang sebuah
topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Pembelajaran berbasis proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep
“Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk
bekerja di dunia usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan
“kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang masing-masing.
Dengan pembelajaran “berbasis produksi” peserta didik di SMK diperkenalkan
dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan
demikian model pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis
proyek.
Pembelajaran Berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja
b. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik
c. peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan
atau tantangan yang diajukan
d. peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan
e. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu
f. peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan
g. produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, dan
h. situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

Peran instruktur atau guru dalam Pembelajaran berbasis proyeksebaiknya


sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang
optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa. Adapun
beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis
Proyek antara lain berikut ini.
a. Pembelajaran berbasis proyek memerlukan banyak waktu yang harus
disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
b. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah
biaya untuk memasuki system baru.
c. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana instruktur
memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit,
terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik
bertambah.
Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran,
dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa
contoh perubahan lay-out ruang kelas, seperti: traditional class (teori), discussion
group (pembuatan konsep dan pembagian tugas kelompok), lab tables (saat
mengerjakan tugas mandiri), circle (presentasi). Atau buatlah suasana belajar
menyenangkan, bahkan saat diskusi dapat dilakukan di taman, artinya belajar tidak
harus dilakukan di dalam ruang kelas.
Berdasarkan urian diatas dapat disimpulan bahwa Pembelajaran Berbasis
Proyek (PBP) adalah kegiatan pembelajaran yang menggunakan projek/kegiatan
sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan
ketrampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivias peserta didik
untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti,
menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran
berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil projek dalam
bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain.
Pendekatan ini memperkenankan pesera didik untuk bekerja secara mandiri maupun
berkelompok dalam menghasilkan produk nyata.

B. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek


(Project Based Learning)
Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis
Proyekdapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Kelebihan / Keuntungan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based


Learning)
 Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka
perlu untuk dihargai
 Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
 Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang kompleks.
 Meningkatkan kolaborasi.
 Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
 Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.
 Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
 Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
 Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata.
 Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta
didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Meteri Membuat Laporan Pengamatan di SMP dapat diterapkan dengan Model


Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning / PBL)
2) Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
 Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
 Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
 Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di
mana instruktur memegang peran utama di kelas.
 Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
 Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
 Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
 Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok
berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik
secara keseluruhan

Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas


seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik
dalam menghadapi masalah, membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan
proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di
lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak
membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses
pembelajaran.
Meteri Membuat Naskah Peraturan dapat diterapkan dengan Model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning / PBL)

Pembelajaran berbasis proyek ini juga menuntut siswa untuk


mengembangkan keterampilan seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi
penelitian, Pembelajaran berbasis proyek membantu siswa untuk meningkatkan
keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan absensi berkurang dan lebih
sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percaya diri berbicara
dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa.
Pelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika
anak-anak bersemangat dan antusias tentang apa yang mereka pelajari, mereka
sering mendapatkan lebih banyak terlibat dalam subjek dan kemudian memperluas
minat mereka untuk mata pelajaran lainnya. Antusias peserta didik cenderung untuk
mempertahankan apa yang mereka pelajari, bukan melupakannya secepat mereka
telah lulus tes.

C. Prinsip-prinsip Pembelajaran pada Pembelajaran Berbasis Proyek


Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut.
a. Pembelajaran berpusat pada siswa yang menggunakan tugas-tugas proyek
pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.
b. Tugas Proyek menekankan pada kegiatan penyelesaian proyek berasarkan
suatu tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.
c. Tema atau topik yang dibelajarkan dapat dikembangkan dari suatu
kompetensi dasar tertentu atau gabungan beberapa kompetensi dasar dalam
suatu mata pelajaran, atau gabungan beberapa kompetensi dasar antar mata
pelajaran. Oleh karena itu, tugas proyek dalam satu semester dibolehkan
hanya satu penugasan dalam suatu mata pelajaran.
d. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan
produk nyata. Produk tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat
tanggapan dan umpan balik untuk perbaikan produk.
e. Pembelajaran dirancang dalam pertemuan tatap muka dan tugas mandiri
dalam fasilitasi dan monitoring oleh guru. Pertemuan tatap muka dapat
dilakukan di awal pada langkah penentuan proyek dan di akhir pembelajaran
pada penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek, serta evaluasi
proses dan hasil proyek

D. Langkah langkah pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek


(Project Based Learning)

Langkah langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dijelaskan


dengan diagram sebagai berikut.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning) sebagai berikut.
1. Penentuan pertanyaan mendasar (Start With the Essential Question).
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat
memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil
topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah
investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan
untuk para peserta didik.
2. Mendesain perencanaan proyek (Design a Plan for the Project.
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik.
Dengan emikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara
mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan
bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
3. Menyusun jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline
untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3)
membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing
peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan
proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan)
tentang pemilihan suatu cara.
4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the
Progress of the Project)
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta
didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
menfasilitasi peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar
berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah
proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan
aktivitas yang penting.
5. Menguji hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta
didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek.
Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki
kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu
temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap
pertama pembelajaran.

Tabel . Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek


Langkah-langkah Deskripsi
Langkah -1 Guru bersama dengan peserta didik
Penentuan projek menentukan tema/topik projek
Langkah-langkah Deskripsi
Langkah -2 Guru memfasilitasi Peserta didik untuk
Perancangan langkah-langkah penyelesaian merancang langkah-langkah kegiatan
projek penyelesaian projek beserta pengelolaannya
Guru memberikan pendampingan kepada
peserta didik melakukan penjadwalan semua
Langkah -3 kegiatan yang telah dirancangnya
Penyusunan jadwal pelaksanaan projek

Langkah -4 Guru memfasilitasi dan memonitor peserta


Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan didik dalam melaksanakan rancangan
monitoring guru projek yang telah dibuat
Langkah -5 Guru memfasilitasi Peserta didik untuk
Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi mempre-sentasikan dan mempublikasikan
hasil projek hasil karya
Langkah -6 Guru dan peserta didik pada akhir proses
Evaluasi proses dan hasil projek pembe-lajaran melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil tugas projek

E. Tujuan Pembelajaran Berbasis Proyek


Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode pembelajaran yang berfokus
pada siswa dalam kegiatan pemecahan masalah terkait dengan Proyek dan tugas-
tugas bermakna lainnya. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat
memberi peluang pada siswa untuk bekerja, mengkonstruk tugas yang diberikan
guru yang pada puncaknya dapat menghasilkan produk karya siswa.

Tujuan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut.


a. Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaran;
b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah proyek;
c. Membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang
kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa;
d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan ssiwa dalam mengelola
sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas/proyek; dan
e. Meningkatkan kolaborasi siswa khususnya pada Pembelajaran Ber basis
Proyek yang bersifat kelompok.
Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki kelebihan dalam hal:

1. meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, mendorong kemampuan mereka


melakukan pekerjaan penting,
2. meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah,
3. menjadikan siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah-masalah yang
kompleks,
4. meningkatkan kolaborasi,
5. mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktikan keterampilan
komunikasi,
6. memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengorganisasi suatu Proyek,
menentukan alokasi waktu dan memanfaatkan sumber-sumber yang ada untuk
menyelesaikan tugas, dan
7. menyediakan pengalaman belajar siswa mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian mengimplementasikannya di dunia nyata.

F. Peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan Model Pembelajaran


Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek
sebagai berikut.
1) Peran Guru
 Merencanakan dan mendesain pembelajaran.
 Membuat strategi pembelajaran.
 Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa.
 Mencari keunikan siswa.
 Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian.
 Membuat portofolio pekerjaan siswa.
Meteri perakitan PC di SMK dapat diterapkan dengan Model Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project Based Learning / PBL)

2) Peran Peserta Didik


 Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir.
 Melakukan riset sederhana.
 Mempelajari ide dan konsep baru.
 Belajar mengatur waktu dengan baik.
 Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok.
 Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan.
 Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll).

G. Sistem Penilaian dalam pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis


Proyek (Project Based Learning)

Penilaian pembelajaran dengan metoda Pembelajaran berbasis proyek harus


diakukan secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian
pembelajaran berbasis proyek dapat menggunakan teknik penilaian yang
dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk. Penilaian tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1) Penilaian Proyek
a) Pengertian Penilaian proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi
sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan
penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan
menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 4 (empat) hal yang perlu dipertimbangkan,
yaitu:
1. Pengelolaan
Kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi, dan mengelola
waktu pengumpulan data, serta penulisan laporan.
2. Relevansi
Topik, data, dan produk sesuai dengan KD.
3. Keaslian
Produk (misalnya laporan) yang dihasilkan siswa merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap proyek siswa.
4. Inovasi dan kreativitas
Hasil proyek siswa terdapat unsur-unsur kebaruan dan menemukan sesuatu
yang berbeda dari biasanya.

b) Teknik Penilaian Proyek


Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai
hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu
dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan
laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam
bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian
berupa daftar cek ataupun skala penilaian.
Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan , proses pengerjaan sampai
dengan akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu
dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan checklist.

2) Penilaian Produk
a) Pengertian Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas
suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik
membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil
karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik,
plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap
tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
1. Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
2. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta
didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
3. Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

b) Teknik Penilaian Produk


Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
1. Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya
dilakukan pada tahap appraisal.
2. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap
semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.

c) Portopolio
 Pengertian Penilaian Portofolio
Penilaian Portofolio merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan dengan
menggunakan bukti-bukti hasil belajar (evidence) yang relevan dengan kompetensi
keahlian yang dipelajari. Evidence tersebut dapat berupa karya peserta didik (hasil
pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, atau bentuk informasi
lain yang terkait dengan kompetensi keahlian tertentu.
Portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang peserta didik, sebagai hasil
pelaksanaan tugas kinerja yang ditentukan oleh guru atau oleh peserta didik
bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai
kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum. Jadi, tidak setiap kumpulan karya
seorang peserta didik disebut portofolio. Portofolio digunakan sebagai instrumen
penilaian atau salah satu komponen dari instrumen penilaian, untuk menilai
kompetensi peserta didik, atau menilai hasil belajar peserta didik.
Sebagai instrumen penilaian, portofotio; difokuskan pada (dokumen tentang kerja
siswa yang produktif, yaitu ‘bukti’ tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa,
bukan apa yang tidak dapat dikerjakan (dijawab atau dipecahkan) oleh siswa. Bagi
guru, portofolio menyajikan wawasan tentang banyak segi perkembangan siswa
dalam belajarnya: cara berpikirnya, pemahamannya atas pelajaran yang
bersangkutan, kemampuannya mengungkapkan gagasan-gagasannya, sikapnya
terhadap mata pelajaran yang bersangkutan, dan sebagainya.
Penilaian Portofolio bukan sekedar kumpulan hasil kerja siswa, melainkan
kumpulan hasil siswa dari kerja yang sengaja diperbuat siswa untuk menunjukkan
bukti tentang kompetensi, pemahaman, dan capaian siswa dalam mata pelajaran
tertentu. Portofolio juga merupakan kumpulan informasi yang perlu diketahui oleh
guru sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah perbaikan
pembelajaran, atau peningkatan,belajar siswa.
 Jenis dokumen portofolio
a. Portofolio peserta didik untuk penilaian merupakan kumpulan produksi siswa,
yang berisi berbagai jenis karya seorang siswa, misalnya:
b. Hasil proyek, penyelidikan, atau praktik siswa, yang disajikan secara tertulis
atau dengan penjelasan tertulis. T
c. Gambar atau laporan hasil pengamatan siswa, dalam rangka melaksanakan
tugas untuk mata pelajaran yang bersangkutan
d. Analisis situasi yang berkaitan atau relevan dengan mata pelajaran yang
bersangkutan
e. Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah, pada mata pelajaran
yang bersangkutan
f. Laporan hasil penyelidikan tentang. hubungan antara konsep-konsep dalam
mata pelajaran atau antar mata pelajaran
g. Penyelesaian soal-soal terbuka
h. Hasil tugas pekerjaan rumah yang khas, misalnya dengan cara yang berbeda
dengan cara yang diajarkan di sekolah atau dengan cara yang berbeda dari
cara pilihan ternan-teman sekelasnya.
i. Laporan kerja kelompok
j. Hasil kerja siswa yang diperoleh dengan menggunakan alat rekam video, alat
rekam audio, dan computer
k. .Fotokopi surat piagam atau tanda penghargaan yang pernah diterima oleh
siswa yang bersangkutan. .
l. Hasil karya dalam mata pelajaran yang bersangkutan, yang tidak ditugaskan
oleh guru (atas pilihan siswa sendiri tetapi relevan dengan mata pelajaran
yang bersangkutan)
m. Cerita tentang kesenangan atau ketidaksenangan siswa terhadap mata
pelajaran yang bersangkutan
n. Cerita tentang usaha siswa sendiri dalam mengatasi hambatan psikologis,
atau usaha peningkatan diri, dalam mempelajari mata pelajaran yang
bersangkutan

 Teknik penilaian portopolio


Penilaian portofolio dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Jelaskan kepada peserta didik maksud penggunaan portofolio.
b. Jelaskan sampel-sampel portofolio yang dapat digunakan.
c. Peserta didik diharuskan mengumpulkan dan mengarsipkan portofolio.
d. Cantumkan tanggal pembuatan pada setiap evidence.
e. Tentukan kriteria penilaian sampel-sampel portofolio.
f. Lakukan penilaian diri peserta didik.
g. Lakukan perbaikan terhadap portofolio yang belum sesuai dengan kriteria.
h. Lembar Penilaian Portofolio

Penilaian Portofolio dapat dirangkum pada lembar penilaian portofolio seperti contoh
berikut :
BAB VI
PERENCANAAN TES HASIL BELAJAR

1. PENGAMBILAN SAMPEL DAN PEMILIHAN BUTIR SOAL

Secara akademik Tes hasil belajar harus dapat dipertanggungjawabkan sebagai


hal yang representatif dari ilmu atau bidang studi yang diuji dengan menggunakan
perangkat tes.
Pemilihan atau sampling butir soal dilakukan dengan mempertimbangkan konsep,
generalisasi, dalil, atau teori yang akan diuji peranannya terhadap bidang studi
secara keseluruhan untuk memperoleh butir-butir yang mewakili keseluruhan konsep
yang penting dalam suatu bidang studi. Biasanya bidang studi itu dipilah-pilah
menjadi beberapa pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Jumlah soal dalam
setiap pokok bahasan atau sub pokok bahasan hendaknya sebanding dengan luas
dan pentingnya pokok bahasan atau sub pokok bahasan tersebut.
Tingkat kepentingan dari suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dapat dilihat
dari kontribusinya terhadap keseluruhan bidang studi. Tidak ada batasan jumlah
butir soal untuk satu pokok bahasan atau suatu sub pokok bahasan.

2. Tipe Tes Yang Digunakan

Ada 3 macam tes yang biasa digunakan, yaitu: (1) esei, (2) objektif, dan (3)
problem matematik. Anggapan yang muncul terkait bahwa suatu tipe tes lebih baik
daripada tipe tes lainnya dalam mengukur ranah kognitif tertentu adalah sutau
kesalahpahaman. Soal esei yang baik akan dapat mengukur ranah kognitif yang
manapun seperti yang dapat diukur oleh soal obyektif yang baik, demikian juga
sebaliknya. Pemilihan tipe tes yang akan digunakan lebih banyak ditentukan oleh
kemampuan dan waktu yang tersedia pada penyusun tes daripada kemampuan
peserta tes atau aspek yang ingin diukur.

3. Aspek Kemampuan Yang Diuji

Setiap bidang studi mempunyai penekanan kemampuan yang berbeda begitu


juga dengan aspek yang diuji. Aspek ranah kognitif yang akan diuji harus sinkron
dengan kemampuan atau tujuan pendidikan yang telah dirumuskan terlebih dahulu.
Ada enam tingkatan kemampuan yang akan diuji, yaitu pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, atau yang lazim diberi simbol C1, C2, C3,
C4, C5, dan C6. Mengingat bahwa hasil tes saat ini lebih berorientasi pada
pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, maka jumlah soal yang mewakili tiga level
pertama diharapkan lebih banyak dibandingkan jumlah soal untuk tiga level
berikutnya yang bersifat pengembangan lebih lanjut. Namun kemampuan dari ranah
yang lain juga harus diperhatikan, seperti afektif dan psikomotor.

4. Format Butir Soal

Dalam membuat perencanaan tes, pendidik harus mengetahui dan terampil


dalam membuat suatu penilaian. Dengan soal yang baik dan tepat akan diperoleh
gambaran prestasi dari seorang siswa, demikian pula sebaliknya, dengan soal yang
tidak terencana dan tersusun dengan baik dan tepat, tidak akan diperoleh gambaran
prestasi siswa yang sesungguhnya. Dengan demikian, Penilaian yang akan
dilakukan oleh seorang pendidik dapat dilakukan dengan membuat perencanaan
format butir soal terlebih dahulu. Ada berbagai format untuk membantu pendidik
dalam melakukan penilaian yaitu dengan tes objektif maupun esei.
 Tes esei

Siswa diminta menjawab pertanyaan dengan uraian / penjelasan dengan


menggunakan kata / kalimat sendiri. Oleh karena itu sifatnya sangat subjektif.
Namun demikian bentuk tes ini dapat menilai proses mental yang tinggi, terutama
dalam hal kesanggupan menyusun jawaban, berekspresi, kesanggupan
menggunakan bahasa dll.
Ada dua macam bentuk tes esei, yaitu:
1) Uraian bebas ( free essay )
Dalam bentuk uraian bebas ini siswa akan menjawab secara bebas tentang
sesuatu masalah yang ditanyakan.
Contohnya: Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang evaluasi pembelajaran ??
Siswa akan menjawab dengan bebas sesuai dengan apa yang diketahuinya.
Kelemahan bentuk ini ialah sukar menentukan standar jawabannya, sebab
jawaban siswa sifatnya beraneka ragam.
2) Uraian yang terbatas ( limited essay )
Pada tes bentuk jawaban siswa dibatasi dan diarahkan kepada hal yang akan
diminta dari pertanyaan tersebut :
Contoh : Jelaskan 3 faktor penyebab terjadinya perdarahan postpartum ?
Pertanyaan ini terbatas kepada 3 faktor penyebab, jadinya hanya diminta
mengemukakan 3 faktor saja. Pemeriksaan jenis uraian yang terbatas ini lebih
mudah memeriksanya sebab sudah ditetapkan standarnya.
 Tes objektif

Tes objektif adalah butir soal yang telah mengandung kemungkinan jawaban
yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Peserta hanya tinggal memilih
jawaban dari kemungkinan jawaban yang telah disediakan sehingga pemeriksaan
dan penskoran jawaban dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan, baik oleh secara langsung oleh manusia maupun
dengan memanfaatkan teknologi terbaru, yaitu mesin scanner. Secara umum, soal
tes objektif dibedakan menjadi:
Pada tes objektif terdapat tiga bentuk tes yaitu :
1. Benar Salah (True False),

Bentuk tes benar salah ( true false ) merupakan butir soal yang terdiri dari
pernyataan yang disertai alternatif jawaban, yaitu menyatakan apakah jawaban itu
benar/salah, setuju/tidak setujuu, baik/tidak baik, atau alternatif jawaban lain yang
bersifat mutual eksklusif/ meniadakan.
2. Menjodohkan (Matching),

Tipe pertanyaan ini biasanya terdiri dari dua kolom. Setiap pertanyaan pada kolom
pertama harus dijodohkan dengan urutan pada kolom kedua. Oleh karena itu, cara
mengerjakannya didahului dengan petunjuk sebagai berikut : “ pasangkanlah
pernyataan yang ada pada lajur kiri dengan yang ada pada lajur kanan, dengan cara
menempatkan ( mengisikan ) huruf yang terdapat dimuka pernyataan lajur kiri pada
titik-titik yang disediakan dilajur kanan.”
3. Pilihan Ganda (Multiple Choice)

Pada pilihan ganda ini menyediakan kemungkinan jawaban ( option ) yang harus
dipilih lebih dari dua alternative, biasanya empat alternative. Tugas siswa adalah
harus memilih satu alternative yang menurutnya merupakan satu jawaban yang
benar.

5. Jumlah Butir Soal

Jumlah butir soal berhubungan dengan reliabilitas (konsistensi dari serangkaian


pengukuran atau serangkaian alat ukur ) tes dan representasi isi bidang studi yang
diteskan, semakin besar jumlah butir soal yang digunakan maka kemungkinan
semakin tinggi reliabilitasnya. Dari segi jumlah, tes objektif memiliki kekuatan lebih
dibanding tes esei karena waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes objektif
lebih singkat sehingga memungkinkan jumlah butir soal yang lebih banyak.
Jumlah butir soal harus direncanakan:
1. Jumlah keseluruhan
2. jumlah untuk setiap pokok bahasan/topic
3. jumlah untuk setiap format
4. jumlah untuk setiap kategori tingkat kesulitan
5. jumlah untuk setiap aspek pada ranah kognitif.

Pertimbangan lain dalam penetuan jumlah soal adalah waktu yang tersedia, biaya
yang ada, kompleksitas yang dituntut dalam tes, serta waktu ujian diadakan.

6. Distribusi Tingkat Kesukaran

Tes yang terbaik adalah tes yang mampu membedakan antara kelompok yang
baik dan kelompok yang kurang belajar. Salah satunya diindikasikan dengan tingkat
kesukaran di titik sekitar 0,50. Selain itu, tingkat kesukaran soal ditentukan oleh
tujuan tes (untuk seleksi, diagnostik,formatif, sumatif). Perlu diperhatikan bahwa soal
yang memiliki tingkat kesukaran rendah hendaknya diletakkan di awal tes,
sedangkan soal dengan tingkat kesukaran tinggi pada akhir tes. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan notivasi agar peserta tes lebih terdorong untuk mengerjakan
seluruh butir soal. Perlu diingat bahwa tes yang terlalu sukar atau terlalu mudah
tidak akan memberi informasi yang berarti .

7. Beberapa Pertimbangan Perencanaan Tes


Selain dari poin-poin yang disebutkan di atas, dalam perencanaan tes, kita juga
memerlukan beberapa pertimbangan lain:
(1) apakah akan menggunakan open book atau closed book,
(2) apakah frekuensi pelaksanaan tes sering atau jarang,
(3) apakah pelaksanaan tes diumumkan sebelumnya atau mendadak, dan
(4) bagaimana mode penyajian tes.

Komponen penilaian hasil belajar yang perlu diperhatikan :


a. Sahih
Penilaian didasarkan pada data yang memang mencerminkan kemampuan
yang ingin diukur
b. Objektif
Penilaian Yang Didasarkan Pada Prosedur Dan Kriteria Yang Jelas Dan
Tidak Boleh Dipengaruhi Oleh Subjektivitas Penilai (Dosen)
c. Adil
Penilaian Yang Tidak Menguntungkan Atau Merugikan Mahasiswa Lainnya
d. Terpadu
Dosen Merupakan Salah Satu Komponen Tidak Terpisahkan Dari Kegiatan
Pembelajaran
e. Terbuka
Penilaian Harus Memenuhi Prinsip Keterbukaan Di Mana Kriteria Penilaian,
Dan Dasar Pengambilan Keputusan Yang Digunakan Dapat Diketahui Oleh
Semua Pihak Yang Berkepentingan
f. Menyeluruh Dan Berkesinambunga
Mesti Mencakup Segala Aspek Kompetensi Dengan Menggunakan Berbagai
Teknik Penilaian Yang Sesuai
g. Sistematis
Mengikuti Langkah-Langkah Yang Baku
h. Beracuan Kriteria
Didasarkan Pada Ukuran Pencapaian Kompetensi Yang Ditetapkan
i. Akuntabel
Penilaian Yang Proses Dan Hasilnya Dapat Dipertanggung jawabkan
j. Edukatif
Untuk Kepentingan Dan Kemajuan Pendidikan Mahasiswa

 Hal-hal yang harus diperhatikan secara umum dalam pengembangan tes :


1. Kinerja yang akan diukur merupakan aktivitas yang berharga
2. Penilaian kinerja bermanfaat sebagai pengalaman berharga
3. Pernyataan tujuan dan sasaran harus jelas dan berhubungan dengan
keluaran yang terukur dari kinerja
4. Penilaian tidak mengukur variable eksogen dan yang tidak
diinginkan
5. Gunakan bahasa yang tepat, tidak sensitif dan dapat diterima oleh
segala pihak.
6. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang memiliki dualisme respon.
7. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang multirespon
8. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengharuskan peserta tes
merecall kembali pengetahuannya yang sudah lama.
9. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengarahkan jawaban
10. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengarahkan lepada
munculnya perpecahan atau konflik
11. Usahakan panjang kalimat tidak lebih dari 20 kata atau satu baris
(Horst, 1968, Oppenheim, 1986 via Uma Sekaran, 1992)
12. Berikanlah pengantar tes atau petunjuk pengerjaan tes
13. Setiap item hanya memiliki satu skill yang akan diukur
14. Konsultasikan dengan pakar bahasa dan ilmu terkait untuk
meyakinkan bahwa bahasa yang digunakan, soal, dan jawaban
benar-benar meyakinkan.
8. Kisi – Kisi Tes

Kisi – kisi tes sangat diperlukan dalam membuat perencanaan tes, karena Kisi-
kisi tes merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan
penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk
dalam menulis soal. Kisi-kisi menggambarkan proporsi banyaknya butir soal untuk
setiap pokok/sub pokok bahasan dan setiap tingkat kemampuan pada ranah kognitif
Langkah-langkah pengisian format kisi-kisi tes objektif yaitu :
1. Tentukan lamanya waktu pelaksanaan ujian yang direncanakan, misalnya 90
menit
2. Hitung banyaknya butir soal pilihan ganda yang dapat diselesaikan dalam
waktu 90 menit
3. Tentukan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang harus diliput dalam
tes tersebut
4. Tentukan proporsi banyaknya butir soal setiap pokok bahasan. Proporsi ini
tergantung pada tingkat kepentingan pokok bahasan satu terhadap yang lain
5. Proporsi dinyatakan dalam persen (%) dan dicantumkan.
6. Tentukan prosentase/proporsi jenjang kemampuan berpikir dalam perangkat
tes tersebut .
7. Dengan menggunakan data pada butir dua, empat, dan lima, penyebaran
butir soal pada setiap kolom dapat dilaksanaka
BAB VIII
ANALISA KUALITAS INSTRUMEN

A. Pembahasan Kualitas Instrumen Tes

Salah satu cara untuk memperbaiki proses pembelajaran yang paling efektif
ialah dengan jalan mengevaluasi tes hasil belajar yang di peroleh dari proses
pembelajaranitu sendiri. Dengan kata lain, hasil tes itu kita olah sedemikian rupa
sehingga dari hasil pengolahan itu dapat di ketahui komponenkomponen manakah
dari proses pembelajaranitu yang masih lemah.
1) Pengolahan tes hasil belajar dalam rangka memperbaiki proses
pembelajarandapat di lakukan dengan membuat analisis soal (item analysis).
Pengertian Analisis Item Tes Analisis soal adalah suatu kegiatan yang berkaitan
dengan proses mengumpulkan, meringkas, dan menggunakan informasi tentang
jawaban siswa terhadap butir soal tes tersebut Nana Sudjana menyebutkan
bahwa analisis item tes adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar
diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai. Menurut
Saifuddin Azwar, analisis item tes adalah pengujian seluruh item tes yang
didasarkan pada item empirik (data yang diperoleh dari hasil pengenaan tes
yang sesungguhnya), agar diperoleh bukti mengenai kualitas item-item tes.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa analisis
item tes adalah proses pengkajian butir-butir tes hasil belajar yang didasarkan
pada jawaban siswa terhadap tes tersebut, sehingga dapat diketahui kualitas
dari suatu tes sebagai alat pengukur hasil belajar siswa.
2) Unsur-unsur Analisis Item Tes
Suatu instrumen hendaknya dianalisis sebelum digunakan. Ada dua model
analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Analisis kualitatif adalah analisis yang dilakukan oleh sejawat dalam rumpun
keahlian yang sama. Tujuannya adalah untuk menilai materi, kontruksi dan
apakah bahasa yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan sudah bisa
dipahami oleh siswa Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan
instrument yang telah dianalisis secara kualitatif kepada sejumlah siswa yang
memiliki karakteristik sama dengan siswa yang akan diuji dengan instrument
tersebut.
Analisis soal secara kuantitatif menekankan pada analisis karakteristik internal
tes melalui data yang diperoleh secara empiris. Karakteristik internal secara
kuantitatif dimaksudkan meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat
kesukaran serta efektifitas fungsi pengecoh (distraktor).
a) Validitas Tes
Validitas tes perlu ditentukan untuk mengetahui kualitas tes dalam kaitannya
dengan mengukur hal yang seharusnya diukur. Kata “valid” diartikan dengan
“tepat”,benar,shahih,abash”. Jadi kata validitas dapat diartikan dengan
ketepatan, kebenaran, keshahihan atau keabsahan. Apabila kata valid itu
dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur, maka sebuah tes dikatakan
valid apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara shahih,
atau secara absah dapat mengukur.
Menurut Mudjijo, suatu tes disebut valid apabila tes tersebut dapat mengukur
apa yang hendak dan seharusnya diukur. Selanjutnya menurut Nana Sudjana,
validitas adalah ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga
betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu tes dapat
dikatakan valid yaitu apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak dan
seharusnya diukur. Sedangkan yang dimaksud dengan validitas item tes adalah
ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa
yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut.
Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Untuk
menentukan apakah suatu tes hasil belajar telah memiliki validitas atau daya
ketepatan mengukur, dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari segi tes itu sendiri
sebagai totalitas (validitas tes dan dari segi itemnya, sebagai bagian tak
terpisahkan dari tes tersebut (validitas item tes).

A. Validitas tes
Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari
hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis
(logicalvalidity) dan hal yang kedua diperoleh validitas empiris
(empiricalvalidity).
Dua hal inilah yang dijadikan dasar pengelompokan validitas tes adalah
sebagai berikut:
1) Validitas logis.
Validitas logis mengandung arti logis/ penalaran, maka validitas logis
untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah
instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil
penalaran dan sudah dirancang secara baik, sesuai dengan teori dan
ketentuan yang berlaku.Ada dua macam validitas logis yang dapat
dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu validitas isi dan validitas
konstruksi,
2) Validitas Empiris.
Dimaksud dengan validitas empiris adalah memiliki pengertian
pengalaman, sehingga sebuah instrument dikatakan memiliki validitas
empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Dengan demikian validitas
empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan jalan menyusun instrument
berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus
dibuktikan dengan hasil analisis yang dilakukan terhadap data hasil
pengamatan dilapangan, terbukti bahwa tes hasil belajar itu dengan
secara tepat telah dapat mengukur hasil belajar yang seharusnya
diukur
Ada dua cara untuk mengetahui apakah tes hasil belajar itu sudah
memiliki validitas empiris ataukah belum, yakni dari segi daya
ketepatan meramalanya (predictive validity) dan daya ketepatan
bandinganya atau “ada sekarang” (councurrent validity).

B. Validitas item
Validitas item dari suatu tes adalah ketapatan mengukur yang dimiliki
oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai
suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir
item tersebut. Sebenarnya setiap butir item yang ada dalam tes hasil
belajar itu adalah merupakan bagian tak terpisahkan dari tes hasil belajar
tersebut sebagai suatu validitas dalam mengukur atau mengungkap hasil
belajar yang telah dicapai oleh masing-masing individu peserta didik
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu.
a) Teknik Pengujian Validitas Item
Sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang
tinggi atau dapat dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir soal
yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah
dengan skor totalnya,atau dengan bahan ststistik: “Ada korelasi
positif yang signifikan antara skor item dengan skor totalanya”.
Skor total di sini berkedudukan sebagai variabel terikat
(dependent variable), sedangkanskor item berkedudukan sebagai
variabel bebasnya (independent variable).
Dengan demikian, maka untuk sampai pada kesimpulan
bahwa butir-butir yang ingin diketahui validitasnya yaitu valid atau
tidak kita dapat menggunakan teknik korelasi sebagai teknik
analisisnya. Sebutir soal dapat dinyatakan valid, apabila skor butir
yang bersangkutan terbukti mempunyai korelasi yang positif yang
signifikan dengan skor totalnya. Seperti diketahui, pada tes objektif
maka hanya ada dua kemungkinan jawaban, yaitu betul dan salah
yang dimiliki oleh masing-masing butir soal merupakan data kontinu.
Sebuah item memiliki validitas yang tinggi, jika skor pada item
mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat
diartikan dengan korelasi sehingga untuk mengetahui validitas item
digunakan rumus korelasi.
Menurut teori yang ada, apabila variabel I berupa data diskret
murni atau data dikotomik (skor butir item), sedangkan variabel II
berupa data kontinu (skor total butir item), maka teknik korelasi
yang tepat untuk digunakan dalam mencari korelasi antara variabel I
dengan variabel II adalah Teknik Korelasi Point Biserial, dimana
indeks korelasinya diberi lambing.
GAMBAR 2 BAGAN TENTANG VALIDITAS TES DAN VALIDITAS ITEM

Content Validity =
Validitas isi =
Logical Validity =
Validitas Kurikuler
Validitas Logika =
Validitas Rasional =
Validitas Ideal =
Validitas Das Sollen Construct Validity =
Validitas kontruksi =

Validitas Validitas Susunan

Tes

Predictive Validity =
Validitas Ramalan
Validitas Empirical Validity =
Validitas Empirik =
Validitas Lapangan =
Validitas Das Sein
Concurrent Validity =
Validitas Bandingan =
Validitas
Validitas Pengalaman =
Item
Validitas Sama Saat =
Valid itas Ada Sekarang

(a) Reliabilitas Tes


Suatu tes yang reliabel memberikan suatu ukuran yang konsisten tentang
kemampuan siswa untuk mempertanyakan prestasi mengenai suatu tujuan.
Reliabilitas menunjukkan nilainilai yang konsisten. Suatu instrumen yang
mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi dapat dipercaya untuk dijadikan dasar
pengambilan kesimpulan dan keputusan.
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai
asal kata rely dan ability. Reliabilitas sering diartikan dengan keterandalan.
Artinya suatu tes memiliki keterandalan bilamana tes tersebut dipakai mengukur
berulangulang hasilnya sama. Reliabilitas adalah ketatapan atau ketelitian
suatu alat evaluasi. Suatu tes atau alat evaluasi dikatakan andal jika ia dapat
dipercaya, konsisten, atau stabil dan produktif. Jadi, yang dipentingkan di sini
adalah ketelitiannya, sejauh mana tes atau alat tersebut dapat dipercaya
kebenarannya. Tes Hasil belajar dikatakan baik apabila telah memiliki reliabitas
atau bersifat reliabel. Apabila
langkah yang dapat ditempuh pada uji reliabilitas ini adalah sebagai
berikut:
Menyusun sebuah istilah tersebut dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat
ukur mengenai keberhasilan belajar peserta didik, maka sebuah tes tersebut
dapat dinyatakan reliable apabila hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan tes tersebut secara berulang kali terhadap subyek yang sama,
senantiasa menunujukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil.
Ajeg atau tetap di sini tidak selalu harus sama, tetapi mengikuti perubahan
secara ajeg.
Dari beberapa definisi di atas, maka hasil pengukuran dapat dipercaya
hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap
kelompok subyek yang sama diperoleh hasil relatif sama, selama aspek yang
diukur dalam diri subyek yang diukur memang belum berubah.

 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas


Beberapa faktor yang mempengaruhi reliabilitas adalah sebagai berikut:
a) Luas tidaknya sampling yang handal,
b) Perbedaan bakat dan kemampuan murid yang dites, dan
c) Suasana dan kondisi testing.

1. Teknik Pengujian Reliabilitas


Dalam rangka menentukan apakah tes hasil belajar bentuk obyektif yang disusun
oleh tester telah memiliki keajegan mengukur ataukah belum, dapat dilakukan

dengan menggunakan tiga teknik yang dapat digunakan untuk menguji


tingkat reliabilitas butir tes, yaitu:
a) Metode Test-retest (metode bentuk ulang)
Metode ini digunakan untuk menguji dengan menggunakan alat
penilaian terhadap subyek yang sama, dilakukan dua kali dalam waktu
yang berlainan, kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang
diperoleh menunjukkan tingkat konsistensi instrumen yang sekaligus
juga merupakan nilai koefisien korelasi. Hasil uji teknik ini dapat
dipercaya bila instrumen tersebut mengukur variabel yang relatif
konstan.
Adapun tes yang akan diukur reliabilitasnya,
 Mengujikan tes yang tersusun tersebut (tahap I),
 Menghitung skor hasil tes tahap I,
 Mengujikan ulang tes yang tersusun tersebut (tahap II),
 Menghitung skor hasil tes ulang (tahap II), dan
 Menghitung reliabilitas tes tersebut dengan jalan
mengkorelasikan skor tes I dengan skor tes II dengan rumus
Korelasi Product Moment Person
b) Pendekatan equivalent-form reliability (bentuk paralel)
Pendekatan ini dipakai dengan dua bentuk tes yang sama yang
dilaksanakan oleh satu kelompok pada waktu yang sama. Bentuk-
bentuk tes itu sama dalam arti, bahwa tes itu disusun untuk mengukur
kemampuan yang sama. Cara ini dapat digunakan untuk mengetahui
koefisien stabilitas tes dengan asumsi bahwa sistem yang diukur
dengan tes tersebut tidak akan berubah dengan hanya digunakan
dengan dua bentuk tes. Adapun langkah yang ditempuh adalah
sebagai berikut:
 Menyusun dua buah tes yang ekuivalen,
 Menyusun kedua tes tersebut (dalam waktu yang bersamaan atau
beriringan),
 Memberikan skor hasil tes yang telah diujikan, disusun dengan
memisahkan antara tes A dengan tes B, dan
 Mencari koefisien stabilitas kedua tes (A dan B) dengan jalan
mencari korelasinya melalui rumus Korelasi Product Moment.
c) Pendekatan split-half
Metode ini dipakai untuk digunakan dalam rangka menentukan
reliabilitas dengan jalan melakukan pengukuran terhadap satu
kelompok subyek, dimana pengukuran itu dilakukan dengan hanya
menggunakan satu jenis alat pengukur, sedang pelaksanaan
pengukuran itu hanya dilakukan sebanyak satu kali saja. Dengan kata
lain metode ini dilakukan dengan satu kelompok subyek, satu jenis alat
pengukur dan satu kali pengukuran; atau satu kelompok testee, satu
jenis tes, dan satu kali testing. Adapun langkah secara umum yang
ditempuh untuk mencari reliabilitas tes adalah:
 Menyusun sebuah tes setidaknya jumlah nomornya genap, sehingga
bila dibelah jumlahnya sama,
 Mengujikan tes tersebut pada satu sampel,
 Menghitung skor masing-masing peserta didik dalam dua kelompok
skor, dapat dikelompokkan skor ganjil dan genap, dapat pula
dikelompokkan skor belahan atas dan skor belahan bawah,
 Mencari reliabilitas setengah tes dengan jalan mengkorelasikan
kedua skor tersebut dengan rumus Product Moment atau mencari
deviasi pada belahan ganjil genap, dan
 Mencari reliabilitas satu tes penuh dengan menggunakan rumus
Spearman Brown, rumus Flanagan dan rumus Rulon.
d) Internal konsistensi (internal consistency)
Untuk mengukur koefisien konsistensi dapat digunakan
pendekatan yang tidak membelah tes menjadi dua. Hal ini disebabkan
oleh dua kemungkinan; 1) jumlah item ganjil, sehingga tidak dapat
dibelah menjadi dua, 2) komposisi antara item-item ganjil dan genap
tidak homogen, sehingga bila dibelah cenderung tidak memiliki
korelasi yang positif.
Internal konsisten yang didasarkan pada homogenitas atau
korelasi antar skor jawaban pada setiap butir tes. Jika korelasi rerata
antar butir soal tinggi maka reliabilitasnya juga tinggi. Jika korelasi
rerata mendekati nol. Maka internal konsistensi nol pula dan
reliabilitasnya konsistensi ini yaitu;
1) koefisien alpha,
2) Kuder-Richardson,
3) Kuder-Richardson dan
4) teknik Hoyt. rendah.
Terdapat beberapa teknik dan persamaan yang digunakan
untuk mencari reliabilitas dengan internal

TABEL 1
METODE UNTUK MENENTUKAN RELIABILITAS

Bentuk Reliabel Prosedur untuk Memperoleh

Sajikan tes yang sama


Test retest methods (stabilitas): sebanyak dua kali kepada
Product Moment dan Korelasi peserta tes yang sama dalam
Intra Kelas waktu berbeda dan tentukan
korelasi
Sajikan dua tes yang sama
kepada peserta tes yang sama
Paralel Ekuivalen: dalam waktu yang relatif tidak
Produk momen dan korelasi intra lama (misalnya dua minggu),
kelas korelasikan kedua skor
tersebut untuk mencari
Reliabilitas
Sajikan satu kali tes lalu di
Split-Half methods (belah dua) belah dua, gunakan
Persamaan Split- persamaan untuk
Half dan Spearman Brown mengkorelasikan kedua
belahan

Internal Consistency Berikan sekali tes, gunakan


Koefisien alpha persamaan
Kuder-Richardson Berikan sekali tes, gunakan
(KR-20) persamaan
Kuder-Richardson
(KR-21) Berikan sekali tes, gunakan
persamaan
Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, kiranya menjadi
cukup jelas. Kemudian langkah pengujian reliabilitas yang akan
dilakukan dalam penelitian ini adalah penulis akan menggunakan
rumus koefisien alpa.
2. Tingkat Kesukaran Item
 Pengertian Tingkat Kesukaran Item
Tingkat kesukaran Item adalah pernyataan tentang seberapa
mudah dan seberapa sulit sebuah butir soal bagi siswa yang dikenai
pengukuran. Suke Silverius menyebutkan bahwa tingkat kesukaran item
adalah persentase siswa yang dapat menjawab benar butir soal tersebut.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan tingkat
kesukaran adalah seberapa besar tingkat kesulitan kesukaran suatu butir
soal yang ditunjukkan dengan persentase siswa yang menjawab benar
terhadap butir soal tersebut.
 Teknik Analisis Tingkat Kesukaran
Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik
disamping memenuhi validitas dan reliabilitas adalah adanya
keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang
dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang,
dan sukar secara proporsional. Tingkat kesukaran soal dipandang dari
kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat
dari sudut guru sebagai pembuat soal.
Secara tentatif dapat dikatakan bahwa salah satu ciri butir soal
yang baik adalah bahwa ia tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah
untuk kelompok tertentu yang akan dites. Cara yang dapat ditempuh
untuk mengetahui apakah item tes hasil belajar itu sudah memiliki tingkat
kesukaran yang memadai ataukah belum, maka dapat diketahui dari
besar kecilnya indeks kesukaran item (difficulty index).
Indeks kesukaran item adalah bilangan atau angka yang
menunjukkan sukar dan mudahnya suatu item soal. Besarnya indeks
kesukaran adalah antara 0,00 sampai dengan 1,00. Artinya suatu soal
yang indeks kesukarannya 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu
sukar, sebaliknya suatu soal yang indeks kesukarannya 1,00
menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Dalam istilah evaluasi,
indeks kesukaran diberi simbol "p" singkatan dari proporsi. Untuk
mencari bilangan indeks kesukaran (p), digunakan a) Soal yang memiliki
p < 0.30 adalah soal yang sukar, b) Soal yang memiliki 0,30 p 0,70
adalah soal yang sedang, dan c) Soal yang memiliki p > 0,70 adalah soal
yang mudah.

 Kegunaan Analisis Item Tes


Analisis item tes (item analysis) merupakan suatu prosedur yang
sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus
terhadap butir tes yang kita susun.Suharsimi Arikunto dalam bukunya yang
berjudul Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, menjelaskan bahwa faedah atau
kegunaan dari analisis item tes adalah:
a. Membantu kita dalam mengidentifikasikan butir-butir soal yang jelek,
b. Memperoleh informasi yang akan dapat digunakan untuk
menyempurnakan soal-soal untuk kepentingan lebih lanjut, dan
c. Memperoleh gambaran secara selintas tentang keadaan tes yang kita
susun.

Adapun manfaat atau kegunaan analisis soal buatan guru menurut


Suke Silverius dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Hasil Belajar dan
Umpan Balik, adalah sebagai berikut:
a. Menentukan apakah butir soal berfungsi tepat seperti yang
dimaksudkan oleh guru.
Untuk menentukan apakah butir soal telah berfungsi sebagaimana
mestinya, guru perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Apakah tes itu ditujukan untuk mengukur pencapaian tujuan
instruksional yang dimaksudkan?
2. Apakah tes itu mempunyai tingkat kesukaran yang memadai,
dipandang dari materi yang dipakai untuk menulis butir soal itu dan
tingkat kemampuan yang diukur?
3. Apakah kunci jawaban telah betul?, dan
4. Apakah distraktor berfungsi dengan baik?
b. Umpan balik bagi siswa mengenai penampilannya dan merupakan
dasar untuk diskusi kelas.
Siswa berhak mengetahui bagaimana tesnya dinilai dan jawaban
yang benar dari setiap butir soal. Dengan demikian dia dapat
membetulkan kesalahan jawabannya, sementara guru dapat
menjelaskan sejauhmana jawaban yang diinginkan dari setiap soal. Hal
ini menyebabkan siswa lebih memahami pokok bahasan atau subpokok
bahasan melalui jawaban yang baik dan benar dari setiap soal.

c. Umpan balik bagi guru tentang kesulitan belajar siswa.


Suatu prosedur sederhana seperti mentabulasi presentase siswa
yang menjawab benar suatu butir soal dapat memberikan informasi
kepada guru mengenai pokok-pokok bahasan yang membutuhkan
penjelasan tambahan dan perbaikan. Tentu saja sekelompok butir soal
yang menanyakan bahan yang sama akan memberikan informasi yang
lebih reliabel (ajeg) daripada satu soal saja.
Mengidentifikasi kesalahan apa yang ada dalam jawaban
terhadap soal-soal dapat sangat membantu guru untuk perbaikan tingkat
pemahaman siswa terhadap pokok bahasan atau subpokok bahasan
yang diteskan itu.
d. Bidang-bidang kurikulum yang memerlukan perbaikan.
Jika ada butir soal tertentu yang selalu sukar bagi siswa, atau
selalu ada jenis kesalahan tertentu yang sering terjadi, maka mungkin
masalahnya di luar jangkauan guru-guru. Mungkin kurikulumnya yang
perlu direvisi. Analisis soal dapat membantu menemukan hal ini.
e. Perbaikan butir soal.
Hasil analisis butir soal dapat menunjukkan kualitas butir soal itu.
Maka hasil analisis dapat dipakai untuk mengupayakan perbaikan butir
soal tersebut. Butir-butir soal yang diperbaiki itu dapat disimpan untuk
dipakai lagi pada tahun yang akan datang.
f. Meningkatkan ketrampilan penulisan soal.
Cara yang paling efektif untuk meningkatkan keterampilan
menulis soal tes adalah menganalisis butir-butir soal dan cara siswa
menjawab soal-soal itu. Kemudian, memanfaatkan informasi ini untuk
perbaikan butir soal dan mencobanya lagi kepada para siswa. Hanya
membaca buku teori tidaklah cukup.

B. Objektivitas
Objektivitas suatu tes dapat ditentukan oleh tingkat atau kualitas
kesamaan skor – skor yang diperoleh dengan tes tersebut meskipun hasil tes itu
dinilai oleh beberapa orang penilai.
Objektivitas adalah kualitas yang menunjukkan identitas atau kesamaan
dari skor – skor atau diagnosis – diagnosis yang diperoleh dari data yang sama
dan dari penskor –penskor kompeten yang sama. Kualitas suatu objektivitas
dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu :

a. Objektivitas tinggi, yaitu jika hasil tes itu menunjukkan tingkat kesamaan
yang tinggi.
b. Objektivitas sedang, yaitu sama seperti tes yang sudah di standarisasi,
tetapi pandangan subjektif skor masih mungkin muncul dalam penilaian dan
interpretasinya.
c. Objektivitas fleksibel, yaitu seperti beberapa tes yang digunakan oleh
Lembaga Bimbingan dan Penyuluhan untuk keperluan counseling

D. Kepraktisan
Kepraktisan adalah suatu kualitas yang menunjukkan kemungkinan
dapat dijalankannya suatu kegunaan umum dari suatu teknik penilaian, dengan
mendasarkannya pada biaya, waktu yang diperlukan untuk menyusun,
kemudahan penyusunan, mudahnya penskoran, dan mudahnya
penginterprestasian hasil – hasilnya.
Kepraktisan suatu tes penting juga diperhatikan. Suatu tes dikatakan
mempunyai kepraktisan yang baik jika kemungkinan untuk menggunakan tes itu
besar. Adapun kriteria untuk mengukur praktis tidaknya suatu tes dapat dilihat
dari :

a. Biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan tes itu,


b. Waktu yang diperlukan untuk menyusun tes itu,
c. Sukar mudahnya menyusun tes itu,
d. Sukar mudahnya menilai hasil tes itu,
e. Sulit tidaknya menginterpretasikan hasil tes itu,
f. Lamanya waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tes itu.
Kepraktisan merupakan syarat suatu tes standar. Kepraktisan bukan
hanya dipertimbangkan ketika memilih tes yang sudah dipublikasikan, tetapi
siapapun yang mengembangkan tes harus memenuhi syarat ini. Kepraktisan
mengandung arti kemudahan suatu tes, baik dalam mempersiapkan,
menggunakan, mengolah dan menafsirkan, maupun meng-administrasikan-nya.
Dimyati dan Mudjiono mengemukakan faktor – faktor yang
mempengaruhi kepraktisan instrument evaluasi, antara lain:
1. Kemudahan mengadministrasi
Jika instrument evaluasi diadministrasikan oleh guru atau orang lain
yang memiliki kemampuan yang terbatas, kemudahan pengadministrasian
adalah suatu kualitas penting yang diminta dalam instrument evaluasi.
Untuk memberikan kemudahan pengadministrasian instrument evaluasi
dapat dilakukan dengan jalan memberikan petunjuk yang sederhana dan
jelas, subtes sebaiknya relatif sedikit, dan pengaturan tempo tes sebaiknya
tidak menimbulkan kesulitan. Kesalahan – kesalahan dalam
mengadministrasikan instrument evaluasi akan menurunkan
kepraktisannya, sehingga dapat menyebabkan berkurangnya validitas dan
reliabilitas suatu alat ukur.
2. Waktu yang disediakan untuk melancarkan evaluasi
Kepraktisan juga dipengaruhi pula oleh faktor waktu yang
disediakanuntuk melancarkan evaluasi, dan waktu yang cukup untuk
melancarkan evaluasi dalam memberikan kepraktisan berkisar antara 20 –
60 menit.
3. Kemudahan menskor
Untuk mencapai kemudahan dalam penskoran diperlukan upaya
berupa perbaikan petunjuk penskoran dan lebih memudahkan kunci
penskoran, pemisahan lembar jawaban dari lembar soal, dan penskoran
menggunakan mesin.
4. Kemudahan interpretasi dan aplikasi
Dalam analisis terakhir, keberhasilan atau kegagalan evaluasi
ditentukan oleh penggunaan hasil evaluasi. Untuk memudahkan interpretasi
dan aplikasi hasil evaluasi diperlukan petunjuk yang jelas, karena semakin
mudah interpretasi dan aplikasi hasil evaluasi, semakin meningkatkan
kepraktisan evaluasi.
5. Tersedianya bentuk instrument evaluasi yang ekuivalen atau sebanding
Untuk berbagai kegunaan pendidikan, bentuk – bentuk ekuivalen
untuk tes yang sama seringkali diperlukan. Bentuk – bentuk ekuivalen dari
sebuah tes mengukur aspek – aspek perilaku melalui butir – butir tes yang
memiliki kesamaan dalam isi, tingkat kesulitan, dan karateristik lainnya.
Dengan demikian, satu bentuk tes dapatmenggantikan yang lain, sedangkan
instrument evaluasi yang sebanding adalah instrument evaluasi yang
memiliki kemungkinan dibandingkan makna dari skor umum yang dimiliki,
sehingga untuk tes berseri cukup menggunakan satu skala skor. Adanya
bentuk – bentuk yang ekuivalen atau sebanding dari instrument evaluasi
akan mempraktiskan kegiatan evaluasi.

Untuk mencapai kemudahan dalam penskoran diperlukan upaya


berupa perbaikan petunjuk penskoran dan lebih memudahkan kunci
penskoran, pemisahan lembar jawaban dari lembar soal, dan penskoran
menggunakan mesin.

E. TINGKAT KESUKARAN SOAL


Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu
soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk
indeks. Indeks tingkat kesukaran ini biasanya dinyatakan dalam bentuk proporsi
yang besarnya berkisar 0,00 – 1,00. Semakin besar indeks tingkat
kesukaranyang diperoleh dari hasil perhitungan, maka semakin mudah soal itu.
Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor butir
soal. Pada prinsipnya skor rata – rata yang diperoleh testee pada butir soal
yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal.
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi
usaha pemecahannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan
siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi
karena diluar jangkauannya.

Seorang akan menjadi hafal akan kebiasaan gurunya dalam


pembuatan soal. Dengan kebiasaaan ini maka siswa akan belajar giat untuk
menghadapi ulangan dengan guru yang terbiasa memberikan soal sukar,
sedangkan siswa akan malas belajar bila akan ujian dengan guru yang terbiasa
dengan soal ulangan yang mudah-mudah.
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal
disebut dengan indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00
sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal.
Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan kalau soal itu terlalu sukar,
sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Indeks
kesukaran butir yang baik berkisar antara 0,3-0,7 paling baik pada 0,5.
Dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P singkatan
ari proporsi. Dengan demikian maka soal dengan P = 0,70 lebih mudah jika
dibandingkan dengan P = 0,20. sebaliknya soal dengan P = 0,30 lebih sukar
daripada soal dengan P = 0,80.
Cara melakukan analisis untuk meningkatkan tingkat kesukaran soal
adlah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝐵
I=
𝑁
I = Indeks kesulitan untuk setiap butir
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N = Banyaknya siswa memberikan jawaban pada soal yang
dimaksudkan
Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh
makin sulit soal tersebut. Sebaliknya makin besar indeks yang diperoleh makin
mudah soal tersebut. Kriteria indeks Kesulitan soal itu adalah sebagai berikut :
Kriteria Indeks
0 – 0,30 soal kategori sukar
0,31 - 0,70 soal kategori sedang
0,71 - 1,00 soal kategori mudah

Rumusan mencari indeks kesukaran menurut Daryanto (2005,180) adalah :


Dimana :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.

F. Daya Pembeda
Daya pembeda soal yaitu kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda
disebut indek diskriminasi (D), dan nilainya berkisar antara 0,00 sampai 1,00.
Pada daya pembeda ini berlaku tanda negatif yang digunakan jika sesuatu soal
“terbalik” menunjukkan kualitas testee yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak
bodoh disebut pandai.

Dengan demikian ada tiga titik pada daya pembeda yaitu:


Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa kemampuan tinggi dan
siswa kemampuan rendah, maka soal itu tidak baik karena tidak punya daya
pembeda. Demikian juga jika semua kelompok bawah menjawab salah dan siswa
berkemampuan tinggi juga sama-sama menjawab salah, maka soal itu tidak
mempunyai daya beda sama sekali. Cara menentukan daya pembeda ( nilai D)
Cara yang biasa dilakukan dalam analisis daya pembeda dengan
menggunakan table atau kriteria dari Rose & Stanley :
Rumusnya adalah :

SR – ST
SR = Jumlah siswa yang menjawab salah kelompok rendah
ST = Jumlah siswa yang menjawab salah kelompok tinggi

Cara menentukan daya pembeda ( nilai D )yaitu perlu dibedakan antara


kelompok kecil ( kurang dari 100 ) dan kelompok besar ( 100 orang ke atas ).
a. Untuk kelompok besar
Mengingat biaya dan waktu menganalisis, maka untuk kelompok besar
biasanya hanya diambil dua kutub saja yaitu 27% skor teratas sebagai
kelompok atas (JA) dan 27 % skor terbawahsebagai kelompok bawah (JB)
b. Untuk kelompok kecil
Untuk jumlah kecil yakni jumlah testee kurang dari 100, caranya adalah
seluruh testee dibagi menjadi dua bagian sama besar, 50% untuk kelompok
atas dan 50% untuk kelompok bawah. Untuk menentukan siapa saja yang
masuk kelompok atas dan yang mauk kelompok bawah terlebih dahulu para
testee tersebut diurutkan dari yang memperoleh skor tertinggi hingga skor
terendah. Bila jumlah testee ganjil, maka teste yang menduduki urutan
tengah dapat diikutkan kelompok atas sekaligus kelompok bawah.
Apabila jumlah testee lebih dari 100 (jumlah besar), maka kelompok atas
cukup diambil 27%nya mulai dari testee yang memperoleh skor tertinggi dan
di ambil pula kelompok bawah 27% nya juga dan diambil dari testee yang
memperoleh skor terendah.
Seluruh kelompok tes di bagi dua sama besar, 50% kelompok atas
dan 50% kelompok bawah. Seluruh pengikut tes dideretkan mulai dari skor
teratas sampai kepada skor terendah, lalu di bagi dua.
Rumus Mencari Daya Pembeda menurut Daryanto ( 2005, 186) yaitu :
Dimana:

Rumus Keterangan
D Daya pembeda
J jumlah peserta tes
JA banyak peserta kelompok atas
JB banyak peserta kelompok bawah
BA banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar
BB banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar
PA proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar ( ingat P
sebagai indeks kesukaran )
PB Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Soal yang tidak baik adalah soal yang ketika digunakan muncul tiga
kemungkinan berikut:
Siswa yang pandai dan yang tidak pandai sama – sama menguasai
dan sama – sama bisa menjawab dwngan benar;
Siswa yang pandai dan yang tidak pandai sama – sama tidak dapat
menjawab dengan benar;
Siswa yang pandai tidak dapat menjawab dengan benar, sebaliknya
siswa yang tidak pandai justru dapat menjawab denan benar.
 Langkah – langkah analisis :
Menjumlah skor total yang dicapai oleh masing – masing siswa
(testee) dan skor total setiap butir soal dengan sekaligus membagi testee
menjadi dua kelompok adas dan kelompok bawah.
Membagi para testee menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas
(kelompok testee yang memperoleh skor tinggi) dan kelompok bawah
(kelompok testee yang memperoleh skor rendah) dan selanjutnya
membubuhkan kode pada testee, yang masuk kelompok atas dengan kode A
dan testeekolompok bawah dengan kode B. care pembagian kelompok ini
ada dua cara:
Menghitung indek daya beda butir soal dengan rumus diatas.
Memberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan. Cara member
interpretasi adalah dengan cara mengkonsultasikan hasil perhitungan indeks
tingkat daya pembeda tersebut dengan suatu patokan atau criterianya

 Teknik Analisis Daya Pembeda


Indeks daya pembeda dihitung atas dasar pembagian kelompok
menjadi dua bagian, yaitu kelompok atas yang merupakan peserta tes yang
berkemampuan tinggi dengan kelompok bawah, yaitu kelompok peserta tes yang
berkemampuan rendah. Indeks daya pembeda didefinisikan sebagai selisih
antara proporsi jawaban benar pada kelompok atas denganproporsi jawaban
benar pada kelompok bawah. Pembagian kelompok inidapat dilakukan dengan
metode yang paling banyak dipakai adalah denganmenentukan 27% kelompok
atas dan 27% kelompok bawah.
Daya pembeda item dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya
angka indeks diskriminasi. Indeks diskriminasi item pada umumnya diberi
lambang "D" (discriminatory power). Sebagaimana indeks kesukaran, indeks
diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Dalam indeks
diskriminasi tanda negatif digunakan jika suatu soal terbalik menunjukkan kualitas
testee, yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai.
Dengan demikian, interpretasi indeks daya beda yang digunakan
adalah sebagai berikut

INDEKS KETERANGAN

D 0,00 0,20 kurang baik

D 0.20 0,40 Baik

D 0,40 0,70 Cukup

D 0,70 1,00 baik sekali

D negatif (-) tidak baik


BAB VIII
PELAKSANAAN TES HASIL BELAJAR

A. PELAKSANAAN PENILAIAN SIKAP

Penilaian sikap adalah kegiatan untuk mengetahui perilaku peserta didik pada
saat pembelajaran dan di luar pembelajaran, yang dilakukan untuk pembinaan
perilaku sesuai budipekerti dalam rangka pembentukan karakter peserta didik.
Upaya untuk meningkatkan dan menumbuhkan sikap yang diharapkan sesuai
dengan KI-1 dan KI-2 guru harus memberikan pembiasaan dan pembinaan secara
terus menerus baik dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Untuk
mengetahui perkembangannya guru harus melakukan penilaian.
Pada penilaian sikap diasumsikan bahwa setiap peserta didik memiliki perilaku yang
baik. Jika tidak dijumpai perilaku yang sangat baik atau kurang baik, maka nilai sikap
peserta didik tersebut adalah baik dan sesuai dengan indikator yang diharapkan.
Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dijumpai selama proses pembelajaran
dimasukkan ke dalam jurnal atau catatan guru.
Penilaian sikap bertujuan untuk mengetahui perilaku spiritual dan sosial
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari di dalam dan di luar kelas sebagai hasil
pendidikan. Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dengan penilaian
pengetahuan dan keterampilan, sehingga teknik penilaian yang digunakan juga
berbeda. Penilaian sikap dapat dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran
misalnya, saat berdiskusi dalam kelompok dapat dinilai sikap santun, saat bekerja
kelompok dapat dinilai sikap tanggungjawab, saat presentasi dapat dinilai sikap
percaya diri. Selain itu, penilaian sikap dapat juga dilakukan di luar kegiatan
pembelajaran, misalnya sikap disiplin dapat dinilai dengan mengamati kehadiran
peserta didik, sikap jujur, santun dan peduli, dapat diamati pada saat peserta didik
bermain bersama teman.
Penilaian sikap dilakukan oleh guru kelas (termasuk guru muatan pelajaran)
menggunakan teknik observasi yang ditulis dalam bentuk jurnal. Penilaian diri dan
penilaian antarteman dilakukan oleh peserta didik sesuai kebutuhan guru sebagai
alat konfirmasi.
1. Perencanaan Penilaian Sikap
Perencanaan penilaian sikap dilakukan berdasarkan KI-1 dan KI-2. Guru
merencanakan dan menetapkan sikap yang akan dinilai dalam pembelajaran
sesuai dengan kegiatan pembelajaran. Pada penilaian sikap di luar
pembelajaran guru dapat mengamati sikap lain yang muncul secara natural.
 Langkah-langkah perencanaan penilaian sikap adalah sebagai berikut:
1. Menentukan sikap yang akan dikembangkan di sekolah mengacu pada KI-1
dan KI-2.
2. Menentukan indikator sesuai dengan kompetensi sikap yang akan
dikembangkan.
Sebagai contoh, sikap pada KI-1 beserta indikator-indikatornya yang
dapat dikembangkan oleh sekolah sebagai berikut.
a. Ketaatan beribadah.
 perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya,
 mau mengajak teman seagamanya untuk melakukan ibadah
bersama,
 mengikuti kegiatan keagamaan yang diselenggarakan
sekolah,
 melaksanakan ibadah sesuai ajaran agama, misalnya: sholat,
puasa.
 merayakan hari besar agama,
 melaksanakan ibadah tepat waktu.
b. Berperilaku syukur.
 perilaku menerima perbedaan karakteristik sebagai anugerah
Tuhan,
 selalu menerima penugasan dengan sikap terbuka,
 bersyukur atas pemberian orang lain,
 mengakui kebesaran Tuhan dalam menciptakan alam
semesta,
 menjaga kelestarian alam, tidak merusak tanaman,
 tidak mengeluh,
 selalu merasa gembira dalam segala hal,
 tidak berkecil hati dengan keadaannya,
 suka memberi atau menolong sesama,
 selalu berterima kasih bila menerima pertolongan,
c. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan.
 perilaku yang menunjukkan selalu berdoa sebelum atau
sesudah melakukan tugas atau pekerjaan,
 berdoa sebelum makan,
 berdoa ketika pelajaran selesai,
 mengajak teman berdoa saat memulai kegiatan,
 mengingatkan teman untuk selalu berdoa,
d. Toleransi dalam beribadah.
 tindakan yang menghargai perbedaan dalam beribadah,
 menghormati teman yang berbeda agama,
 berteman tanpa membedakan agama,
 tidak mengganggu teman yang sedang beribadah,
 menghormati hari besar keagamaan lain,
 tidak menjelekkan ajaran agama lain.
Sebagai contoh, sikap pada KI-2 beserta indikator-indikatornya yang dapat
dikembangkan oleh sekolah sebagai berikut.
a. Jujur.
 tidak mau berbohong atau tidak mencontek,
 mengerjakan sendiri tugas yang diberikan guru, tanpa
menjiplak tugas orang lain,
 mengerjakan soal penilaian tanpa mencontek,
 mengatakan dengan sesungguhnya apa yang terjadi atau
yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari,
 mau mengakui kesalahan atau kekeliruan,
 mengembalikan barang yang dipinjam atau ditemukan,
 mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang
diyakininya, walaupun berbeda dengan pendapat teman,
 mengemukakan ketidaknyamanan belajar yang dirasakannya
di sekolah,
 membuat laporan kegiatan kelas secara terbuka (transparan),
b. Disiplin.
 mengikuti peraturan yang ada di sekolah,
 tertib dalam melakspeserta didikan tugas,
 hadir di sekolah tepat waktu,
 masuk kelas tepat waktu,
 memakai pakaian seragam lengkap dan rapi,
 tertib mentaati peraturan sekolah,
 melaksanakan piket kebersihan kelas,
 mengumpulkan tugas/pekerjaan rumah tepat waktu,
 mengerjakan tugas/pekerjaan rumah dengan baik,
 membagi waktu belajar dan bermain dengan baik,
 mengambil dan mengembalikan peralatan belajar pada
tempatnya,
 tidak pernah terlambat masuk kelas.
c. Tanggung jawab.
 menyelesaikan tugas yang diberikan ,
 mengakui kesalahan,
 melaksanakan tugas yang menjadi kewajibannya di kelas
seperti piket kebersihan,
 melaksanakan peraturan sekolah dengan baik,
 mengerjakan tugas/pekerjaan rumah sekolah dengan baik,
 mengumpulkan tugas/pekerjaan rumah tepat waktu,
 mengakui kesalahan, tidak melemparkan kesalahan kepada
teman,
 berpartisipasi dalam kegiatan sosial di sekolah,
 menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam
kelompok di kelas/sekolah,
 membuat laporan setelah selesai melakukan kegiatan.
d. Santun.
 menghormati orang lain dan menghormati cara bicara yang
tepat,
 menghormati guru, pegawai sekolah, penjaga kebun, dan
orang yang lebih tua,
 berbicara atau bertutur kata halus tidak kasar,
 berpakaian rapi dan pantas,
 dapat mengendalikan emosi dalam menghadapi masalah,
tidak marah-marah
 mengucapkan salam ketika bertemu guru, teman, dan orang-
orang di sekolah,
 menunjukkan wajah ramah, bersahabat, dan tidak cemberut,
 mengucapkan terima kasih apabila menerima bantuan dalam
bentuk jasa atau barang dari orang lain.
e. Peduli.
 ingin tahu dan ingin membantu teman yang kesulitan dalam
pembelajaran, perhatian kepada orang lain,
 berpartisipasi dalam kegiatan sosial di sekolah, misal:
mengumpulkan sumbangan untuk membantu yang sakit atau
kemalangan,
 meminjamkan alat kepada teman yang tidak
membawa/memiliki,
 menolong teman yang mengalami kesulitan,
 menjaga keasrian, keindahan, dan kebersihan lingkungan
sekolah,
 melerai teman yang berselisih (bertengkar),
 menjenguk teman atau guru yang sakit,
 menunjukkan perhatian terhadap kebersihan kelas dan
lingkungan sekolah.
f. Percaya diri.
 berani tampil di depan kelas,
 berani mengemukakan pendapat,
 berani mencoba hal baru,
 mengemukakan pendapat terhadap suatu topik atau masalah,
 mengajukan diri menjadi ketua kelas atau pengurus kelas
lainnya,
 mengajukan diri untuk mengerjakan tugas atau soal di papan
tulis,
 mencoba hal-hal baru yang bermanfaat,
 mengungkapkan kritikan membangun terhadap karya orang
lain,
 memberikan argumen yang kuat untuk mempertahankan
pendapat.
3. Merancang kegiatan pembelajaran yang dapat memunculkan sikap yang
telah ditentukan.
Karena KI-1 dan KI-2 bukan merupakan hasil pembelajaran langsung, maka
perlu merancang pembelajaran sesuai dengan tema dan sub tema serta KD
dari KI-3 dan KI-4. Dalam pembelajaran, memungkinkan munculnya sikap
yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran. Hal ini dimaksudkan bahwa
penilaian sikap merupakan pembinaan perilaku sesuai budipekerti dalam
rangka pembentukan karakter siswa.
Setelah menentukan langkah-langkah perencanaan, guru menyiapkan
format pengamatan yang akan digunakan berupa lembar observasi atau
jurnal. Indikator yang telah dirumuskan digunakan sebagai acuan guru
dalam membuat lembar observasi atau jurnal.
a. Observasi
Instrumen yang digunakan adalah format observasi yang berupa
matriks yang harus diisi oleh guru berdasarkan hasil pengamatan dari
perilaku peserta didik dalam satu semester.
Contoh Lembar Observasi :

CATATAN :
Pelaksanaan pengamatan diisi kegiatan saat pembelajaran dan di
luar pembelajaran. Hasil observasi dirangkum dalam format jurnal
perkembangan sikap.
Contoh Format Jurnal Perkembangan Sikap :

Selain observasi, penilaian sikap dapat dikonfirmasi melalui penilaian


diri dan penilaian antarteman.

b. Penilaian diri
Penilaian diri merupakan bentuk penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya
dalam konteks pencapaian kompetensi. Penilaian persepsi diri
digunakan untuk mencocokkan persepsi diri peserta didik dengan
kenyataan yang ada.
Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri. Penilaian diri
akan diperlukan hanya sebatas konfirmasi jika diperlukan guru.

Contoh Lembar Penilaian Diri Peserta didik


Nama : ………………………………….
Kelas : ………………………………….
Semester : ………………………………….

Petunjuk: Berilah tanda centang (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai
dengankeadaan yang sebenarnya
c. Penilaian Antarteman

Penilaian antarteman merupakan bentuk penilaian dengan cara meminta peserta


didik untuk saling menilai terhadap sikap dan perilaku keseharian antarteman.
Penilaian antarteman digunakan untuk mencocokkan persepsi diri peserta didik
dengan persepsi temannya serta kenyataan yang ada dan berfungsi sebagai alat
konfirmasi terhadap penilaian yang dilakukan oleh guru.
Hasil penilaian antarteman digunakan sebagai dasar guru untuk melakukan
bimbingan dan motivasi lebih lanjut. Instrumen yang digunakan berupa lembar
penilaian antarteman. Penilaian antarteman paling baik dilakukan pada saat peserta
didik melakukan kegiatan berkelompok. Penilaian antarteman akan diperlukan hanya
sebatas konfirmasi jika diperlukan guru.
Instrumen penilaian diri dapat berupa lembar penilaian diri yang berisi “butir-butir
pernyataan sikap positif” yang diharapkan dengan kolom YA dan TIDAK atau
dengan skala likert. Satu lembar penilaian diri dapat digunakan untuk penilaian sikap
spiritual dan sikap sosial sekaligus.

Contoh Format Penilaian Antarteman :


Nama teman yang dinilai : ………………………………….
Nama penilai : ………………………………….
Kelas : ………………………………
Semester : ………………………………….

Petunjuk: Berilah tanda centang (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan
keadaan kalian yang sebenarnya.
Contoh Format Penilaian Antarteman dengan Skala Likert
Nama teman yang dinilai : ………………………………….
Nama penilai : ………………………………….
Kelas : ………………………………….
Semester : ………………………………….

Petunjuk: Berilah tanda centang (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan
keadaan kalian yang sebenarnya.

Keterangan :
1. Sangat Setuju (SS) 3. Kurang setuju (KS)
2. Setuju (S) 4.Tidak setuju (TS)

2. Pelaksanaan Penilaian Sikap


Penilaian sikap disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang
dilakukan pada
saat pembelajaran dan diluar pembelajaran Adapun Prosedur Pelaksanaan
penilaian
sikap meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Mengamati perilaku peserta didik pada saat pembelajaran dan di luar
pembelajaran
Pada saat pembelajaran berlangsung siswa melaksanakan diskusi, kerja
kelompok, tanya jawab, guru dapat melakukan penilaian aspek sikap sesuai
dengan sikap yang muncul dari pembelajaran tersebut. Instrumen yang
digunakan lembar pengamatan disesuaikan dengan pendekatan
pembelajaran dan sikap yang dinilai. Di luar pembelajaran, penilaian sikap
dilakukan melalui observasi siswa saat istirahat, di perpustakaan, kantin, dan
sebagainya selama masih dalam jam belajar di sekolah.
2) Mencatat perilaku-perilaku peserta didik dengan menggunakan lembar
observasi.
Peserta didik yang menunjukkan sikap menonjol baik positif maupun negatif
dirangkum di dalam jurnal oleh guru dalam satu semester. Guru kelas
menggunakan satu lembar observasi untuk satu kelas yang menjadi
tanggung-jawabnya, sedangkan guru muatan pelajaran menggunakan satu
lembar observasi untuk setiap kelas yang diajarnya. Pembina kegiatan
ekstrakurikuler menyerahkan hasil penilaiannya. Minimal pada pertengahan
dan akhir semester guru muatan pelajaran dan pembina ekstrakurikuler
menyerahkan perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial setiap peserta
didik kepada gurukelas untuk diolah lebih lanjut. Hasil penilaian dirapatkan
melalui dewan guru untuk menentukan nilai pada rapor peserta didik.
Contoh-contoh pengisian jurnal seperti pada gambar di bawah ini

Contoh Pengisian Lembar Observasi


Nama : Arora
Kelas/sem : Kelas I/Sem 1.
Pelaksanaan pengamatan : di luar pembelajaran
Contoh Pengisian Jurnal Sikap Spiritual (KI-1)

Nama Sekolah : MI Al Falah


Kelas/Semester : I/Semester I
Tahun pelajaran : 2015/2016

Contoh Pengisian Jurnal Sikap Sosial (KI-2)

Nama Sekolah : MI Al Falah


Kelas/Semester : I/Semester I
Tahun pelajaran : 2015/2016

Contoh Pengisian Instrumen Penilaian Diri Peserta Didik

Nama : Arora
Kelas/sem : Kelas I/Sem 1.
Waktu Penilaian : 23 Agustus 2015

Petunjuk: Berilah tanda centang (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai
dengan keadaan kalian yang sebenarnya.
Contoh Pengisian InstrumenPenilaian Antarteman.

Nama teman yang dinilai : ………………………………….


Nama penilai : ………………………………….
Kelas : ………………………………….
Semester : ………………………………….
Waktu Penilaian : 23 Agustus 2015

Petunjuk: Berilah tanda centang (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai
dengan keadaan kalian yang sebenarnya.

3) Menindaklanjuti hasil pengamatan

Hasil pengamatan dan catatan guru tentang aspek sikap peserta didik dibahas oleh
seluruh guru minimal dua kali dalam satu semester. Pembahasan tersebut untuk
menindaklanjuti hasil penilaian sikap peserta didik. Pada dasarnya setiap peserta
didik diasumsikan berperilaku baik, namun hasil penilaian lebih ditekankan pada
peningkatan dan ada pula yang mengalami penurunan terhadap sikap peserta didik.
Sebagai tindak lanjut bagi peserta didik yang mengalami peningkatan, perlu
diberikan suatu penghargaan baik secara verbal maupun non-verbal, sedangkan
untuk peserta didik yang mengalami penurunan sikap maka perlu diberikan program
pembinaan atau motivasi.

3. Pengolahan Penilaian Sikap


Hasil penilaian sikap direkap setiap selesai satu tema oleh guru. Data hasil
penilaian tersebut dibahas minimal dua kali dalam satu semester.
Pembahasan hasil penilaian akan menghasilkan deskripsi nilai sikap peserta
didik.

Langkah-langkah untuk membuat deskripsi nilai sikap selama satu


semester:
 Guru kelas dan guru muatan pelajaran mengelompokkan atau
menandai catatan-catatan sikap peserta didik yang dituliskan dalam
jurnal baik sikap spiritual maupun sikap sosial.
 Guru kelas membuat rekapitulasi sikap dalam jangka waktu satu
semester (jangka waktu bisa disesuaikan sesuai pertimbangan
satuan pendidikan).
 Guru kelas mengumpulkan deskripsi singkat sikap dari guru muatan
pelajaran (PJOK dan Agama) dan warga sekolah (guru
ekstrakurikuler, petugas kebersihan dan penjaga sekolah). Dengan
memperhatikan deskripsi singkat sikap spiritual dan sosial dari guru
muatan pelajaran, guru kelas menyimpulkan atau merumuskan
deskripsi capaian sikap spiritual dan sosial setiap peserta didik.

Berikut adalah rambu-rambu rumusan deskripsi nilai sikap selama satu


semester:
 Deskripsi sikap menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi dengan
pilihan kata/frasa yang bernada positif. Hindari frasa yang bermakna kontras,
misalnya: ... tetapi masih perlu peningkatan dalam ... atau ... namun masih
perlu bimbingan dalam hal ...
 Deskripsi sikap menyebutkan perkembangan sikap peserta didikyang sangat
baik dan atau baik dan yang mulai atau sedang berkembang.
 Apabila peserta didik tidak ada catatan apapun dalam jurnal, sikap peserta
didik tersebut diasumsikan BAIK.
 Dengan ketentuan bahwa sikap dikembangkan selama satu semester,
deskripsi nilai sikap peserta didik berdasarkan sikap peserta didik pada masa
akhir semester. Oleh karena itu, sebelum deskripsi sikap akhir semester
dirumuskan, guru muatan pelajaran dan guru kelas harus memeriksa jurnal
secara keseluruhan hingga akhir semester untuk melihat apakah telah ada
catatan yang menunjukkan bahwa sikap peserta didik tersebut telah menjadi
sangat baik, baik, atau mulai berkembang.
 Apabila peserta didik memiliki catatan sikap KURANG baik dalam jurnal dan
peserta didik tersebut belum menunjukkan adanya perkembangan positif,
deskripsi sikap peserta didik tersebut dirapatkan dalam forum dewan guru
pada akhir semester.

Contoh Rekap Sikap Spiritual Semester-1 (KI 1)


Contoh Rekap Sikap Sosial Semester-1 (KI 2)

Berdasarkan rekap sikap pada tabel di atas, maka diskripsi Rapor penilaian sikap
sebagai berikut :
B. PELAKSANAAN PENILAIAN KOMPETENSI PENGETAHUAN

Penilaian pengetahuan dapat diartikan sebagai penilain potensi intelektual


yang terdiri dari tahapan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi. Seorang pendidik perlu melakukan penilaian untuk
mengetahui pencapaian kompetensi pengetahuan peserta didik. Penilaian terhadap
pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan. Kegiatan penilaian terhadap pengetahuan tersebut dapat juga
digunakan sebagai pemetaan kesulitan belajar peserta didik dan perbaikan proses
pembelajaran. Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan,
dan penugasan.Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban
singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi
pedoman penskoran.
Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
 Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen
Instrumen tes tulis uraian yang dikembangkan haruslah disertai kunci
jawaban dan pedoman penskoran. Pelaksanaan penilaian melalui
penugasan setidaknya memenuhi beberapa syarat, yaitu
mengkomunikasikan tugas yang dikerjakan oleh peserta didik,
menyampaikan indikator dan rubrik penilaian untuk tampilan tugas yang
baik. Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan secara
jelas dan penugasan mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
Berikut ini akan disajikan contoh bentuk instrumen terkait dengan teknik
penilaian tes tulis, tes lisan, maupun penugasan.

Contoh Instrumen Penilaian Tes Tertulis


Indikator
Mata Teknik Bentuk
No. Pencapaian Contoh Instrumen
Pelajaran Penilaian Instrumen
Kompetensi

1. PPKn 3.1.1 Tes Jawaban Mengapa Jepang


Menjelaskan Terluis singkat mengijinkan pembentukan
pembentukan BPUPKI?
BPUPKI sebagai Kunci:
badan yang Jepang mengalami
mempersiapkan kekalahan perang di
dasar negara wilayah Asia Pasifik.
Indonesia Pembentukan BPUPKI
merdeka. diperbolehkan dengan
tujuan rakyat Indonesia
membantu Jepang dalam
perang dunia ke-2.
Desakan kaum pergerakan
Indonesia untuk
mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia.

Contoh Instrumen Penilaian Tes Lisan


Indikator
Mata Teknik Bentuk
No. Pencapaian Contoh Instrumen
Pelajaran Penilaian Instrumen
Kompetensi

1. Bahasa 3.1.1 Merespons Tes Lisan Daftar Listen to the


Inggris ungkapan Pertanyaan expression and give
sapaan, pamitan, your respon.
ucapan 1. A: Hi, Andi
terima kasih, dan B: Hi, Shinta, ....?
permintaan maaf A: Very well thank
you, and you
B: I am fine thank
you.
2. A: It’s time to go
home, Good bye
B: .............?
3. A: Hello, Please
come in
B: ..............
4. A: ........., I’m late
B: It’s OK, Please
sit down

Contoh Instrumen Penilaian Tes Penugasan


No. Mata Indikator Teknik Bentuk Contoh Instrumen
Pelajaran Pencapaian Penilaian Instrumen
Kompetensi

1. Bahasa 3.1.1 Menyusun Penugasan Pekerjaan Tugas:


Indonesia teks hasil Rumah Buatlah tulisan atau naskah
observasi tentang tata urutan peristiwa
secara tertulis. pada cerita pendek yang
disajikan pada bacaan buku
siswa bab 1!
Kunci:
Untuk mengerjakan tugas ini
peserta didik harus terlebih
dahulu membaca beberapa
potongan cerita dan
beberapa pertanyaan yang
disajikan pada bacaan buku
bahasa Indonesia untuk
siswa bab 1 tentang Cinta
Lingkungan Hidup lalu
peserta didik membuat
naskah singkat yang
menggambarkan persitiwa
secara berurutan.

 Contoh Instrumen dan Rubrik Penilaian


Berikut ini disajikan contoh soal penilaian kompetensi pengetahuan pada IPA
beserta rubrik penilaiannya yang ditampilkan dalam format tabel seperti contoh
berikut. Penilaian yang disajikan ini merupakan ulangan harian.
Ranah Teknik Kunci
KD Indikator Butir Soal Skor *)
Kognitif Penilaian Jawaban

3.8 Menentuk C1 Tes tulis Petunjuk: Pasangkanla habitat 1


Mendeskrip an menjodoh h pernyataan yang ada (b) 1
si-kan pengertia kan pada kolom I dengan komunit
interaksi n dari istilah yang sesuai pada as (a) 1
antar beberapa kolom II! ekosisite
makhluk konsep No Kolom I Kolom m (e) 1
hidup dan penting . II relung 1
lingkungann terkait (c)
1. Katak hidup a.
ya komponen populasi
di sawah komuni
ekosistem (d)
tas

2. Bintang laut b,
dan timun laut habitat
hidup di air
laut

3. Pohon dan c.
serangga, relung
akteri dan
organisme
lain
berinteraksi
dengan
organisme
lain dan
lingkunganny
a

4. Jerapah d.
makan pucuk popula
tanaman si
pada pohon
yang tinggi

5. Sekelompok e.
kambing ekosist
hidup di em
padang
rumput

f.
bioma

Skor yang Diperoleh Peserta Didik


Nilai Peserta Didik = x 100
Skor Total (5)
Catatan
Tanda bintang *): besarnya skor ditentukan oleh tiap guru mata pelajaran
berdasarkan jenjang pengetahuan yang diukur (C1-C6) dan tingkat kesulitan soal.

Contoh Tugas Kelompok Matematika


Indikator
Peserta didik dapat menentukan syarat pasangan tiga (tripel) bilangan yang
merupakan ukuran sisi-sisi suatu segitiga, dengan mengerjakan tugas secara jujur,
bertanggung jawab, dan percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam.
No. Uraian Tugas Uraian Jawaban Kriteria/Skor *)

1. Pengetahuan Faktual Tripel bilangan yang dapat Bila tiap tripel


Dengan menggunakan membentuk segitiga bilangan dapat
potongan lidi, bentuklah adalah: ditetapkan sebagai
segitiga-segitiga dengan a. 7 cm, 5 cm, dan 10 cm suatu segitiga atau
sisi-sisi sebagai berikut: b. 6 cm, 12 cm, dan 9 cm bukan dengan
a. 7 cm, 5 cm, dan 10 c. 10 cm, 13 cm, dan 8 cm benar, diberi skor 5
cm Sedangkan tripel bilangan
b. 6 cm, 12 cm, dan 9 berikut tidak dapat
cm membentuk segitiga
c. 15 cm, 6 cm, dan 7 d. 15 cm, 6 cm, dan 7 cm
cm e. 17 cm, 8 cm, dan 9 cm
d. 10 cm, 13 cm, dan 8
cm
e. 17 cm, 8 cm, dan 9
cm
Manakah tripel bilangan
yang dapat membentuk
segitiga?

2. Pengetahuan a. 7 cm, 5 cm, dan 10 cm, 5


Konsepsional merupakan ukuran sisi 5
Coba tuliskan syarat segitiga sebab 10 < 7 + 5 5
tripel bilangan, agar b. 6 cm, 12 cm, dan 9 cm, 5
merupakan ukuran sisi- merupakan ukuran sisi 5
sisi segitiga! segitiga sebab 12 < 6 + 9 Bila siswa dapat
c. 10 cm, 13 cm, dan 8 cm, membuat rumusan
merupakan ukuran sisi syarat triple bilangan
segitiga sebab 13 < 10 + 8 segitiga dengan
d. 15 cm, 6 cm, dan 7 cm, benar diberi skor 25
bukan merupakan sisi-sisi
segitiga sebab 15 > 6 + 7
e. 17 cm, 8 cm, dan 9 cm,
bukan merupakan sisi-sisi
segitiga sebab 17 = 8 + 9
Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan, suatu tripel
bilangan akan merupakan
ukuran sisi-sisi segitiga
apabila, ukuran bilangan
terbesar kurang dari
jumlah dua bilangan
lainnya.

3. Gunakan syarat yang Tripel bilangan yang Bila tiap tripel


kalian simpulkan, untuk merupakan ukuran sisi-sisi bilangan dapat
menentukan tripel suatu segitiga adalah ditetapkan sebagai
bilangan berikut yang a. 3 cm, 4 cm, dan 5 cm suatu segitiga atau
merupakan ukuran sisi- b. 6 cm, 10 cm, dan 10 cm bukan dengan
sisi suatu segitiga 16 cm, 25 cm, dan 20 cm benar, diberi skor 5
a. 3 cm, 4 cm, dan 5 cm
b. 6 cm, 10 cm, dan 10
cm
c. 11 cm, 11 cm, dan 23
cm
d. 27 cm, 12 cm, dan 15
cm
e. 16 cm, 25 cm, dan 20
cm

Skor Total 100

Nilai Skor yang Diperoleh


Peserta Peserta Didik x 100
Didik = Skor Total (100)
Catatan
Tanda bintang *): besarnya skor ditentukan oleh tiap guru mata pelajaran
berdasarkan jenjang pengetahuan yang diukur (C1-C6) dan tingkat kesulitan soal.

 Pelaksanaan Penilaian
Penilaian kompetenti pengetahuan dapat dilaksanakan sebagai penilaian
proses, penilaian tengah semester dan penilaian akhir semester. Penilaian
proses dilakukan melalui ulangan harian dengan teknik tes tulis, tes lisan dan
penugasan yang diberikan selama proses pembelajaran berlangsung.
Cakupan ulangan harian diberikan oleh pendidik untuk seluruh indikator dari
satu kompetensi dasar. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan
ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan
seluruh KD pada periode tersebut.

Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik


untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.
Cakupan ulangan akhir semester meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan semua KD pada semester tersebut. Rincian pelaksanaan
penilaian ditampilkan pada tabel berikut:
Rincian Pelaksanaan Penilaian

Teknik Penilaian
Waktu
Cakupan Penilaian yang Bentuk Instrumen
Pelaksanaan
Memungkinkan

Penilaian Seluruh indikator dari satu Tes tulis, Pilihan ganda, isian,
Proses kompetensi dasar (KD) Tes lisan, jawaban singkat,
Penugasan benar-salah,
menjodohkan, dan
uraian.
Daftar pertanyaan.
Pekerjaan rumah
dan/atau tugas yang
dikerjakan secara
individu atau kelompok
sesuai dengan
karakteristik tugas

Ulangan Seluruh indikator yang Tes tulis Pilihan ganda, isian,


Tengah merepresentasikan jawaban singkat,
Semester seluruh KD selama 8-9 benar-salah,
minggu kegiatan belajar menjodohkan, dan
mengajar uraian.

Ulangan Akhir Seluruh indikator yang Tes tulis Pilihan ganda, isian,
Semester merepresentasikan semua jawaban singkat,
KD pada semester benar-salah,
tersebut menjodohkan, dan
uraian.

C. PELAKSANAAN KOMPOTENSI KETERAMPILAN

Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengukur


kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas
tertentu di berbagai macam konteks sesuai dengan indikator pencapaian
kompetensi.
Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai teknik, antara lain penilaian
praktik, penilaian produk, penilaian proyek, dan penilaian portofolio. Teknik penilaian
keterampilan yang digunakan dipilih sesuai dengan karakteristik KD pada KI-4.

 Teknik Penilaian Keterampilan


Teknik penilaian keterampilan dapat digambarkan pada skema berikut.

Berikut ini adalah uraian singkat mengenai teknik-teknik penilaian


keterampilan tersebut.
a. Penilaian Praktik
Penilaian praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu aktivitas sesuai dengan tuntutan
kompetensi. Dengan demikian, aspek yang dinilai dalam penilaian
praktik adalah kualitas proses mengerjakan/melakukan suatu tugas.
Penilaian praktik bertujuan untuk dapat menilai kemampuan siswa
dalam mendemonstrasikan keterampilannya dalam melakukan suatu
kegiatan. Penilaian praktik lebih otentik daripada penilaian paper and
pencil karena bentuk-bentuk tugasnya lebih mencerminkan
kemampuan yang diperlukan dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Contoh penilaian praktik adalah membaca karya sastra, membacakan
pidato (reading aloud dalam mata pelajaran bahasa Inggris),
menggunakan peralatan laboratorium sesuai keperluan, memainkan
alat musik, bermain bola, bermain tenis, berenang, menyanyi, menari,
dan sebagainya.
b. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan peserta
didik dalam mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki ke dalam
wujud produk dalam waktu tertentu sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan baik dari segi proses maupun hasil akhir. Penilaian produk
dilakukan terhadap kualitas suatu produk yang dihasilkan.
Penilaian produk bertujuan untuk (1) menilai keterampilan siswa
dalam membuat produk tertentu sehubungan dengan pencapaian
tujuan pembelajaran di kelas; (2) menilai penguasaan keterampilan
sebagai syarat untuk mempelajari keterampilan berikutnya; dan (3)
menilai kemampuan siswa dalam bereksplorasi dan mengembangkan
gagasan dalam mendesain dan menunjukkan inovasi dan kreasi.
Contoh penilaian produk adalah membuat kerajinan, membuat karya
sastra, membuat laporan percobaan, menciptakan tarian, membuat
lukisan, mengaransemen musik, membuat naskah drama, dan
sebagainya.
c. Penilaian Projek
Penilaian projek adalah suatu kegiatan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuannya melalui
penyelesaian suatu instrumen projek dalam periode/waktu tertentu.
Penilaian projek dapat dilakukan untuk mengukur satu atau beberapa
KD dalam satu atau beberapa mata pelajaran. Instrumen tersebut
berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan
data, pengorganisasian data, pengolahan dan penyajian data, serta
pelaporan.
Penilaian projek bertujuan untuk mengembangkan dan memonitor
keterampilan siswa dalam merencanakan, menyelidiki dan
menganalisis projek. Dalam konteks ini siswa dapat menunjukkan
pengalaman dan pengetahuan mereka tentang suatu topik,
memformulasikan pertanyaan dan menyelidiki topik tersebut melalui
bacaan, wisata dan wawancara. Kegiatan mereka kemudian dapat
digunakan untuk menilai kemampuannya dalam bekerja independen
atau kelompok. Produk suatu projek dapat digunakan untuk menilai
kemampuan siswa dalam mengomunikasikan temuan-temuan
mereka dengan bentuk yang tepat, misalnya presentasi hasil melalui
visua displayl atau laporan tertulis.
Contoh penilaian projek adalah melakukan investigasi terhadap jenis
keanekaragaman hayati Indonesia, membuat makanan dan minuman
dari buah segar, membuat gerak tari berdasarkan level dan pola latih
sesuai iringan, mencipta rangkaian gerak senam berirama, dan
sebagainya.
d. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan teknik untuk melakukan penilaian
terhadap aspek keterampilan. Dalam panduan ini portofolio
merupakan kumpulan sampel karya terbaik dari KD – KD pada KI-4.
Sampel tersebut pada dasarnya dikumpulkan dari produk yang
dihasilkan dari penilaian dengan teknik projek maupun produk.
Portofolio digunakan sebagai salah satu data penulisan deskripsi
pencapaian keterampilan.

 Tahap - Tahap Penilaian Keterampilan


Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan (1) perencanaan
penilaian; (2) penyusunan instrumen penilaian; (3) pelaksanaan penilaian; (4)
pemanfaatan hasil penilaian; dan (5) pelaporan hasil penilaian dalam bentuk
angka dengan skala 0-100 dan didukung dari deskripsi yang diperoleh dari
hasil portofolio.
a. Perencanaan Penilaian
1) Perencanaan Penilaian Praktik
Langkah-langkah perencanaan penilaian praktik
Perencanaan penilaian praktik meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
 Menentukan kompetensi yang penting untuk dinilai melalui
penilaian praktik, dalam hal ini adalah KD dari KI 4
 Menyusun indikator hasil belajar berdasarkan kompetensi
yang akan dinilai
 Menyusun kriteria ke dalam rubrik penilaian
 Menyusun tugas sesuai rubrik penilaian
 Mengujicobakan tugas
 Menyusun kriteria/batas kelulusan/batas standar minimal
capaian kompetensi siswa
Langkah-langkah tersebut di atas dapat digunakan untuk merencanakan
penilaian keterampilan dengan mengggunakan produk dan projek.
b. Penyusunan kisi-kisi
Berikut adalah contoh kisi-kisi penilaian praktik (Tabel 2.14), soal/instrumen,
pedoman penskoran (Tabel 2.15), dan rubrik penilaian praktik (Tabel 2.16).
c. Penyusunan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penilaian praktik harus memenuhi kriteria-
kriteria tertentu.

 Kriteria tugas
 mengarahkan siswa untuk menunjukkan capaian hasil belajar;
 dapat dikerjakan oleh siswa;
 mencantumkan waktu/kurun waktu pengerjaan tugas;
 sesuai dengan taraf perkembangan siswa;
 sesuai dengan konten/cakupan kurikulum; dan
 bersifat adil (tidak bias gender dan sosial ekonomi).

 Kriteria Lembar Pengamatan
 Langkah-langkah praktik yang diharapkan dilakukan siswa untuk
menunjukkan praktik suatu kompetensi harus jelas.
 Aspek yang dinilai dalam praktik tersebut lengkap dan tepat.
 Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan dalam
menyelesaikan praktik harus nampak.
 Kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak sehingga semua
dapat diamati.
 Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan
pengamatan.
 Kriteria Rubrik
 Memuat seperangkat indikator untuk menilai kompetensi tertentu;
 Memiliki indikator yang diurutkan berdasarkan urutan langkah kerja
pada instrumen atau sistematika pada hasil kerja siswa;
 Dapat mengukur kemampuan yang diukur (valid);
 Dapat digunakan untuk menilai kemampuan siswa;
 Dapat memetakan kemampuan siswa; dan
 Disertai dengan penskoran yang jelas.
Berikut ini contoh instrument penilaian praktik :
2) Perencanaan Penilaian Produk
a. Langkah-langkah merencanakan penilaian produk :
 Menentukan kompetensi yang sesuai untuk dinilai dengan penilaian
produk dalam hal ini adalah KD dari KI 4
 Menyusun indikator proses dan hasil belajar sesuai kompetensi
 Merencanakan apakah tugas produk yang dihasilkan bersifat individu
atau kelompok
 Merencanakan teknik-teknik dalam penilaian individual untuk tugas
yang dikerjakan secara kelompok
 Menyusun instrumen dan rubrik penilaian
 Menyusun kriteria/batas kelulusan/batas standar minimal capaian
kompetensi siswa
b. Penyusunan Kisi-kisi
c. Penyusunan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penilaian produk harus memenuhi
kriteria-kriteria tertentu.

 Kriteria Tugas
 Mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar
 Dapat dikerjakan oleh siswa;
 Dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau
merupakan; bagian dari pembelajaran mandiri
 Sesuai dengan taraf perkembangan siswa
 Memuat materi yang sesuai dengan cakupan kurikulum
 Bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial
ekonomi); dan
 Mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas
 Kriteria Lembar Penilaian Produk
 Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan siswa dalam
memilih tema, mencari informasi dan menyelesaikan produk
 Relevansi, yaitu kesesuaian dengan mata pelajaran dan tema,
dengan mempertimbangkan aspek pengetahuan dan
keterampilan dalam pembelajaran
 Keaslian, yaitu produk yang dihasilkan siswa harus merupakan
hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru
berupa petunjuk dan dukungan terhadap penyelesaian produk
yang dihasilkan siswa
 Kelengkapan dan ketepatan aspek yang dinilai dalam produk,
yaitu kesesuaian tema, kreasi dan inovasi, kualitas produk, dan
tampilan
 Kriteria Rubrik
 Dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid);
 Sesuai dengan indikator;
 Memiliki indikator yang menunjukkan kemampuan yang dapat
diamati
 Memiliki indikator yang menunjukkan kemampuan yang dapat
diukur;
 Dapat memetakan kemampuan siswa; dan
 Rubrik menilai aspek-aspek penting pada produk yang
dihasilkan.
Penilaian produk dilakukan terhadap produk yang dihasilkan peserta didik
berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Berikut adalah contoh instrumen penilaian
produk (Mata Pelajaran Prakarya dengan Aspek Pengolahan)

3) Perencanaan Penilaian Projek


a) .Langkah-langkah merencanakan penilaian Projek
 Menentukan kompetensi yang sesuai untuk dinilai melalui
projek
 Penilaian projek mencakup perencanaan, pelaksanaan dan
pelaporan projek
 Menyusun indikator proses dan hasil belajar sesuai
kompetensi
 Menentukan kriteria yang menunjukkan capaian indikator
pada setiap tahapan pengerjakan projek
 Merencanakan apakah tugas bersifat individu atau kelompok
 Merencanakan teknik-teknik dalam penilaian individual untuk
tugas yang dikerjakan secara kelompok
 Menyusun tugas sesuai dengan rubrik penilaian

b) Penyusunan Kisi-kisi Penilaian Projek

c) Penyusunan instrumen (termasuk pedoman penskoran/rubrik)


Instrumen yang digunakan dalam penilaian projek harus memenuhi kriteria-kriteria
tertentu.
 Kriteria Tugas
 Mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar;
 Dapat dikerjakan oleh siswa;
 Dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau
merupakan bagian dari pembelajaran mandiri;
 Sesuai dengan taraf perkembangan siswa;
 Memuat materi yang sesuai dengan cakupan kurikulum;
 Bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial
ekonomi); dan
 Mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
 Kriteria Lembar Penilaian Projek
 Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan siswa dalam
memilih indikator/topik, mencari informasi dan mengelola
waktu pengumpulan data serta penulisan laporan
 Relevansi, yaitu kesesuaian dengan mata pelajaran dan
indikator/topik, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam
pembelajaran
 Keaslian, yaitu projek yang dilakukan siswa harus merupakan
hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru
berupa petunjuk dan dukungan terhadap projek siswa
 Inovasi dan kreativitas, yaitu projek yang dilakukan siswa
terdapat unsure-unsur baru kekinian dan sesuatu yang unik,
berbeda dari biasanya
 Kriteria Rubrik
 Dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid);
 Sesuai dengan indikator;
 Memiliki indikator yang menunjukkan kemampuan yang dapat
diamati
 Memiliki indikator yang menunjukkan kemampuan yang dapat
diukur;
 Dapat memetakan kemampuan siswa; dan
 Menilai aspek-aspek penting pada projek siswa.
Berikut adalah contoh instrumen penilaian praktik :
 Pengolahan Hasil Penilaian Keterampilan
Nilai keterampilan diperoleh dari hasil penilaian praktik, produk, proyek, dan
portofolio. Hasil penilaian dengan teknik praktik dan proyek dirata-rata untuk
memperoleh nilai akhir keterampilan pada setiap mata pelajaran. Seperti
pada pengetahuan, penulisan capaian keterampilan pada rapor
menggunakan angka pada skala 0 – 100 dan deskripsi. Nilai akhir semester
diberi predikat dengan ketentuan: Sangat Baik (A) 86-100; Baik(B) 71-85;
Cukup (C): 56-70; Kurang (D) ≤ 55.
Penilaian keterampilan dalam satu semester dapat digambarkan dengan
skema berikut:

Penilaian dalam satu semester yang dilakukan sebagaimana disajikan pada Gambar
3.2 di atas dapat menghasilkan skor seperti dituangkan dalam Tabel 3.6.
Catatan:
1. Penilaian KD 4.2 dilakukan 2 (dua) kali dengan teknik yang sama, yaitu
praktik. Oleh karena itu skor akhir KD 4.2 adalah skor optimum.
2. KD 4.3 dan KD 4.4 dinilai bersama-sama melalui penilaian proyek. Nilai yang
diperoleh untuk kedua KD yang secara bersama-sama dinilai dengan proyek
tersebut adalah sama (dalam contoh di atas 87).

1. Selain dinilai dengan proyek, KD 4.4 dinilai dengan produk. Dengan demikian
KD 4.4 dinilai 2 (dua) kali, yaitu dengan produk dan proyek. Oleh karenanya
skor akhir KD 4.4 adalah rata-rata dari skor yang diperoleh melalui kedua
teknik yang berbeda tersebut.
2. Nilai akhir semester adalah rata-rata skor akhir keseluruhan KD keterampilan
yang dibulatkan ke bilangan bulat terdekat.
3. Portofolio (yang dalam contoh ini dikumpulkan dari penilaian dengan teknik
produk dan proyek digunakan sebagai sebagian data perumusan deskripsi
pencapaian keterampilan

Selain nilai dalam bentuk angka dan predikat, dalam rapor dituliskan deskripsi
capaian keterampilan untuk setiap mata pelajaran. Berikut adalah rambu-rambu
rumusan deskripsi capaian keterampilan.

1. Deskripsi keterampilan menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi


dengan pilihan kata/frasa yang bernada positif. HINDARI frasa yang
bermakna kontras, misalnya: ... tetapi masih perlu peningkatan dalam ... atau
... namun masih perlu peningkatan dalam hal ....
2. Deskripsi berisi beberapa keterampilan yang sangat baik dan/atau baik
dikuasai oleh siswa dan yang penguasaannya mulai meningkat.
3. Deskripsi capaian keterampilan didasarkan pada bukti-bukti karya siswa
yang didokumentasikan dalam portofolio keterampilan. Apabila KD tertentu
tidak memiliki karya yang dimasukkan ke dalam portofolio, deskripsi KD
tersebut didasarkan pada skor angka yang dicapai. Portofolio tidak dinilai
(lagi) dalam bentuk angka
 Pemanfaatan dan tindak lanjut hasil penilaian
1) Remedial
Pembelajaran remedial dan pengayaan dilaksanakan untuk kompetensi
pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran remedial diberikan kepada
siswa yang belum mencapai KKM, sementara pengayaan diberikan
kepada siswa yang telah mencapai atau melampaui KKM. Pembelajaran
remedial dapat dilakukan dengan cara:
a. pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang
berbeda, menyesuaikan dengan gaya belajar siswa;
b. pemberian bimbingan secara perorangan;
c. pemberian instrumen-instrumen atau latihan secara khusus,
dimulai dengan instrumen-instrumen atau latihan sesuai dengan
kemampuannya;
d. pemanfaatan tutor sebaya, yaitu siswa dibantu oleh teman
sekelas yang telah mencapai KKM.
Pembelajaran remedial diberikan segera setelah siswa diketahui
belum mencapai KKM berdasarkan hasil PH, PTS, atau PAS.
Pembelajaran remedial pada dasarnya difokuskan pada KD yang
belum tuntas dan dapat diberikan berulang-ulang sampai
mencapai KKM dengan waktu hingga batas akhir semester.
Apabila hingga akhir semester pembelajaran remedial belum bisa
membantu siswa mencapai KKM, pembelajaran remedial bagi
siswa tersebut dapat dihentikan. Nilai KD yang dimasukkan ke
dalam pengolahan penilaian akhir semester adalah penilaian
setinggi-tingginya sama dengan KKM yang ditetapkan oleh
sekolah untuk mata pelajaran tersebut. Apabila belum/tidak
mencapai KKM, nilai yang dimasukkan adalah nilai tertinggi yang
dicapai setelah mengikuti pembelajaran remedial. Guru tidak
dianjurkan untuk memaksakan untuk memberi nilai tuntas kepada
siswa yang belum mencapai KKM.
2) Pengayaan
Pembelajaran pengayaan dapat dilakukan melalui:

a. Belajar kelompok, yaitu sekelompok siswa diberi instrumen


pengayaan untuk dikerjakan bersama pada dan/atau di luar jam
pelajaran;
b. Belajar mandiri, yaitu siswa diberi instrumen pengayaan untuk
dikerjakan sendiri/individual;
c. Pembelajaran berbasis tema, yaitu memadukan beberapa konten
pada tema tertentu sehingga siswa dapat mempelajari hubungan
antara berbagai disiplin ilmu. Pengayaan biasanya diberikan
segera setelah siswa diketahui telah mencapai KKM berdasarkan
hasil PH. Mereka yang telah mencapai KKM berdasarkan hasil
PTS dan PAS umumnya tidak diberi pengayaan.
Pembelajaran pengayaan biasanya hanya diberikan sekali, tidak
berulang-kali sebagaimana pembelajaran remedial. Pembelajaran
pengayaan umumnya tidak diakhiri dengan penilaian.
BAB IX
PENGOLAHAN HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN

Pengukuran dapat diartikan dengan kegiatan untuk mengukur sesuatu. Pada


hakekatnya, kegiatan ini adalah membandingkan sesuatu dengan atau sesuatu yang
lain (Anas Sudijono, 1996: 3) Jika kita mengukur suhu badan seseorang dengan
termometer, atau mengukur jarak kota A dengan kota B, maka sesungguhnya yang
sedang dilakukan adalah mengkuantifikasi keadaan seseorang atau tempat ke
dalam angka. karenanya, dapat dipahami bahwa pengukuran itu bersifat kuantitatif
Maksud dilaksanakan pengukuran sebagaimana dikemukakan Anas Sudijono (1996:
4) ada tiga macam yaitu : (1) pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji
sesuatu seperti orang mengukur jarak dua buah kota, (2) pengukuran untuk menguji
sesuatu seperti menguji daya tahan lampu pijar serta (3) pengukuran yang dilakukan
untuk menilai. Pengukuran ini dilakukan dengan jalan menguji hal yang ingin dinilai
seperti kemajuan belajar dan lain sebagainya.
Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan
Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.
Proses pengumpulan ini dilakukan untuk menaksir apa yang telah diperoleh siswa
setelah mengikuti pelajaran selama waktu tertentu. Proses ini dapat dilakukan
dengan mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka katakan serta
mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan melalui apa yang telah
dilakukan siswa.
Menurut Mardapi (2004: 14) pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan
penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis. Karakteristik yang
terdapat dalam obyek yang diukur ditransfer menjadi bentuk angka sehingga lebih
mudah untuk dinilai. aspek-aspek yang terdapat dalam diri manusia seperti kognitif,
afektif dan psikomotor dirubah menjadi angka. Karenanya, kesalahan dalam
mengangkakan aspek-aspek ini harus sekecil mungkin. Kesalahan yang mungkin
muncul dalam melakukan pengukuran khususnya dibidang ilmu-ilmu sosial dapat
berasal dari alat ukur, cara mengukur dan obyek yang diukur.
Pengukuran dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes. Hal ini
dikarenakan salah satu cara yang sering dipakai untuk mengukur hasil yang telah
dicapai siswa adalah dengan tes. Selain dengan tes, terkadang juga dipergunakan
nontes. Jika tes dapat memberikan informasi tentang karakteristik kognitif dan
psikomotor, maka nontes dapat memberikan informasi tentang karakteristik afektif
obyek.
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numeric dari suatu tingkatan dimana seseorang peserta didik
telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran berkaitan erat dengan proses
pencarian atau penentuan nilai kuantitatif. Pengukuran diartikan sebagai pemberian
angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal,
atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Berikut ini akan dikutip
beberapa definisi pengukuran yang dirumuskan oleh beberapa ahli pengukuran
pendidikan dan psikologi yang acap kali dijadikan acuan beberapa penulis.

 Penilaian dalam Pembelajaran

Pengertian Penilaian
Penilaian merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam sistem pendidikan
saat ini. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh
siswa. Tentu saja untuk itu diperlukan sistem penilaian yang baik dan tidak biasa.
Sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas
pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu membantu guru
merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa sendiri, sistem penilaian yang baik
akan mampu memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya.
Dalam sistem evaluasi hasil belajar, penilaian merupakan langkah lanjutan setelah
dilakukan pengukuran. informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya
dideskripsikan dan ditafsirkan. Karenanya, menurut Djemari Mardapi (1999: 8)
penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran.
Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai. Oleh karena
itu, langkah selanjutnya setelah melaksanakan pengukuran adalah penilaian.
Penilaian dilakukan setelah siswa menjawab soal-soal yang terdapat pada tes. Hasil
jawaban siswa tersebut ditafsirkan dalam bentuk nilai.
Menurut Djemari Mardapi (2004: 18) ada dua acuan yang dapat dipergunakan dalam
melakukan penilaian yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Dalam melakukan
penilaian dibidang pendidikan, kedua acuan ini dapat dipergunakan. Acuan norma
berasumsi bahwa kemampuan seseorang berbeda serta dapat digambarkan
menurut kurva distribusi normal. Sedangkan acuan kriteria berasumsi bahwa apapun
bisa dipelajari semua orang namun waktunya bisa berbeda.
Penggunaan acuan norma dilakukan untuk menyeleksi dan mengetahui dimana
posisi seseorang terhadap kelompoknya. Misalnya jika seseorang mengikuti tes
tertentu, maka hasil tes akan memberikan gambaran dimana posisinya jika
dibandingkan dengan orang lain yang mengikuti tes tersebut. Adapun acuan kriteria
dipergunakan untuk menentukan kelulusan seseorang dengan membandingkan
hasil yang dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Acuan ini
biasanya digunakan untuk menentukan kelulusan seseorang. Seseorang yang
dikatakan telah lulus berarti bisa melakukan apa yang terdapat dalam kriteria yang
telah ditetapkan dan sebaliknya. Acuan kriteria, ini biasanya dipergunakan untuk
ujian-ujian praktek.
Dengan adanya acuan norma atau kriteria, hasil yang sama yang didapat dari
pengukuran ataupun penilaian akan dapat diinterpretasikan berbeda sesuai dengan
acuan yang digunakan. Misalnya, kecepatan kendaraan 40 km/jam akan memiliki
interpretasi yang berbeda apabila kendaraan tersebut adalah sepeda dan mobil.

 Ruang Lingkup Aspek Penilaian

Hasil belajar siswa, bila diklasifikasikan berdasarkan taxonomy Bloom meliputi;


aspek kognitif, sikap dan keterampilan. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar juga
harus bersifat komprehensif (menyeluruh) meliputi ketiga aspek di atas. Disamping
itu, proses belajar mengajar (pembelajaran) yang ditempuh oleh guru dan siswa juga
harus mendapat perhatian dalam penilaian ini. Sebagai bahan masukan untuk
perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
Secara umum bentuk-bentuk soal yang digunakan untuk menilai aspek kognitif
dapat diklasifikasikan ke dalam lima bentuk soal, yaitu
(a) soal bentuk pilihan ganda,
(b) soal bentuk benar salah
, (c) soal menjodohkan,
(d) uraian /jawaban singkat, dan
(e) soal bentuk uraian bebas ( free essay).
Dilihat dari segi cara atau pola jawaban yang diberikan, soal dapat dibedakan ada
soal yang telah disediakan jawabannya, peserta tes tinggal memilih jawaban
tersebut (pilihan ganda, benar salah, menjodohkan) dan ada soal yang tidak
disediakan jawabannya (uraian). Kemudian dilihat dari segi cara pemberian
skornya, dibedakan ke dalam soal yang bersifat objektif dan soal yang bersifat
subjektif.
Sikap merupakan bagian dari hasil belajar, dengan demikian sikap dapat dibentuk,
diarahkan, dipengaruhi dan dikembangkan. Sikap seorang siswa menentukan
bagaimana ia bereaksi terhadap situasi yang dihadapi dan menentukan apa yang
dicari dan diperjuangkan dalam kehidupannya. Sikap selalu berkenaan dengan
suatu objek, dan sikap terhadap objek tersebut muncul setelah ia mempelajari,
mengamati dan mengenali objek itu. Ada dua kemungkinnan sikap individu terhadap
suatu objek yang dipelajarinya, sikap positif atau sikap negatif. Sikap positif muncul
apabila individu itu memandang objek tersebut bernilai dan akan muncul sikap
negatif apabila individu memandang objek tersebut bukan saja tidak bernilai, juga
mmerugikan. Sikap siswa dapat dibentuk melalui pengalaman yang berulang-ulang,
imitasi (peniruan), identifikasi (mengenali secara mendalam) dan sugesti.
Untuk mengukur hasil belajar aspek sikap, paling tepat menggunakan instrumen
sekala sikap. Yaitu sejenis angket tertutup dimana pertanyaan/pernyataan
mengandung sifat nilai-nilai sikap yang menjadi tujuan pengajaran. Salah satu jenis
sekala sikap yang banyak digunakan adalah sekala Likert.
Penilaian penampilan (keterampilan) berkenaan dengan hasil pengajaran yang
berkaitan dengan aspek keterampilan. Seperti halnya dengan jenis penilaian yang
lain, hakekat penilaian penampilan terutama ditentukan oleh karakteristik hasil
belajar yang akan diukur. Penilaian penampilan mengacu kepada prosedur
melakukan suatu kegiatan dan atau mengacu kepada hasil yang dicapai dari suatu
kegiatan. Dengan kata lain, mengukur tingkat kemahiran tingkat keterampilan
seseorang tentang suatu kegiatan bisa dilihat pada saat seseorang sedang
melakukan kegiatan atau dilihat dari hasil/produk dari kegiatan tersebut.
Walaupun pengukuran pengetahuan dapat menggambarkan kemampuan peserta
didik melakukan sesuatu kegiatan dalam situasi tertentu, namun penilaian
penampilan diperlukan untuk menilai kemampuan yang sebenarnya. Meskipun
penilaian penampilan amat diperlukan, namun seringkali diabaikan dalam penilaian
hasil belajar. Hal ini disebabkan:
Pertama, banyak guru/penilai yang beranggapan bahwa untuk mengukur
penampilan peserta didik cukup dilakukan melalui tes pengetahuan saja. Padahal
yang sesungguhnya, tes pengetahuan hanya tepat jika penilai ingin mengukur apa
yang diketahui peserta didik tentang sesuatu, sedangkan jika ingin mengetahui
sejauhmana kemahiran peserta didik didalam menampilkan suatu kegiatan, yang
harus digunakan adalah tes penampilan. Dengan demikian skor tes pengetahuan
jelas tidak dapat dipakai untuk menggambarkan keterampilan penampilan peserta
didik. Kedua, pelaksanaan penilaian relatif lebih sukar dibandingkan penilaian
terhadap aspek pengetahuan. Tes penampilan memerlukan waktu lebih banyak
untuk mempersiapkan dan melaksanakannya serta pemberian skornya sering
subjektif dan membebani.
Mutu hasil penilaian penampilan akan sangat tinggi apabila menempuh prosedur
yang benar dan sistematis. Adapun prosedur penilaian penampilan secara umum
meliputi :
(l) memilih topik / pokok bahasan,
(2) merumuskan tujuan pembelajaran/pelatihan,
(3) mengidentifikasi penampilan yang hendak diukur
(4) memilih jenis tes yang digunakan,
(5) merumuskan instruksi (suruhan) kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta
didik, dan
(6) membuat format penilaian.

Penilaian terhadap proses seringkali diabaikan, setidaknya tidak mendapat porsi


yang seimbang dengan penilaian terhadap hasil. Padahal pendidikan tidak
berorientasi kepada hasil semata, tetapi juga kepada proses. Terlebih-lebih saat ini
sedang digalakan sistem pembelajaran yang menekankan kepada keterampilan
proses, dimana kegiatan siswa di dalam mencari dan mengolah informasi materi
pelajaran mendapat porsi yang sangat tinggi (student centre). Penilaian terhadp
hasil belajar semata tanpa menilai proses, cenderung siswa menjadi kambing hitam
kegagalan pendidikan. Padahal tidak menutup kemungkinan penyebab kegagalan
itu adalah lemahnya proses pengajaran, dimana guru sebagai penanggung
jawabnya.
Tujuan penilaian proses belajar mengajar lebih ditekankan kepada perbaikan dan
pengoptimalan kegiatan belajar mengajar, terutama berkaitan dengan efisiensi,
efektiivitas dan produktivitas kegiatan tersebut dalam mencapai tujuan pengajaran.
Teknik dan instrumen yang sering diigunakan untuk menilai proses ini adalah teknik
observasi.

 Langkah-Langkah Pengembangan Penilaian Pembelajaran

Agar dapat memperoleh hasil yang efektif penilaian hasil belajar perlu direncanakan
secara sistematis sehingga jelas abilitas yang hendak diukur, materi, alat dan
interpretasi penilainnya. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan evaluasi hasil belajar yaitu,
1. pengambilan sampel dan pemilihan butir soal,
2. tipe tes yang akan digunakan,
3. aspek yang akan diuji,
4. format butir soal,
5. jumlah butir soal,
6. distribusi tingkat kesukaran butir soal.

 Empat langkah pokok dalam pengembangan penilaian pembelajaran yaitu:


1. menentukan tujuan tes,
2. mengidentifikasi hasil belajar yang akan diukur,
3. membuat tabel spesifikasi (kisi-kisi tes), dan
4. menulis soal yang relevan dengan kisi-kisi tes.

Kemudian dalam menentukan bentuk soal mana yang akan digunakan, perlu
mempertimbngkan hal-hal berikut
1. karakteristik mata pelajaran yang akan diujikan,
2. tujuan khusus pembelajaran yang harus dicapai siswa,
3. tipe informasi yang dibutuhkan dari tujuan evaluasi,
4. usia dan tingkat perkembangan mental siswa yang akan mengikuti tes, dan
5. besarnya kelompok siswa yang akan mengikuti tes .
Kualitas tes khususnya yang berkaitan dengan validtas dan reliabilitas tes, banyak
ditentukan oleh prosedur yang ditempuh dalam pengembangannya. Mulai dari
penentuan tujuan penilaian, pengambilan sampel bahan tes, penentuan abilitas yang
hendak diukur, penentuan bentuk dan format tes, penggunaan bahasa dan kalimat
yang digunakan dalam penulisan butir soal, teknik pengolahan dan analisis hasil
penilaian. Karakteristik tujuan dan materi pelajaran juga menentukan bentuk dan
format tes yang harus dikembangkan. Mengukur kemampuan aspek pengetahuan
berbeda caranya dengan mengukur kemampuan aspek keterampilan dan sikap,
demikian pula mengukur kemampuan siswa dalam pelajaran bahasa berbeda
dengan mengukur kemampuan siswa dalam pelajaran ilmu pasti. Adapun langkah-
langkah umum pengembangan alat penilaian adalah sebagai berikut :
a) Mengidentifikasi kompetensi, pokok bahasan dan sub pokok bahasan serta
tujuan pengajaran
Pada tahap ini guru menginventarisir kompetensi apa yang diharapkan
dimiliki oleh siswa, pokok-pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang telah
diberikan kepada siswa serta tujuan khusus maupun tujuan umum dalam
setiap bidang studi/mata pelajaran dalam satuan waktu tertentu sesuai
dengan peruntukan test. Misalnya, satu catur wulan, satu tahun atau satu
satuan jenjang pendidikan seperti EBTA.
b) Menentukan sample aspek kemampuan yang akan diukur
Dari sekian banyak pokok bahasan/sub pokok dan tujuan pengjaran, diambil
sebagian unuk dikembnagkan ke dalam alat penelitian (test) sesuaui dengan
jumlah soal yang dibutuhkan dan waktu yang tersedia untuk test tersebut.
Penentuan sample tersebut harus dilakukan dengan cermat sehingga dapat
mewakili atau mencerminkan ruang lingkup kemampuan siswa yang
sebenarnya.
c) Membuat tabel spesifikasi atau kisi-kisi test
Pada intinya kisi-kisi test ini merupakan gambaran mengenai ruang lingkup
dan isi dari apa yang akan ditestkan, serta memberikan perincian mengenai
penyebaran soal-soal dalam setiap jenjang/aspek kemampuan ke dalam
bentuk soal yang akan dikembangkan (pilihan ganda, menjodohkan, benar
salah atau uraian).
Kisi-kisi ini disusun berdasarkan hasil penyampelan ruang lingkup materi test yang
telah ditetapkan pada langkah kedua ( poin b ). Format kisi-kisi beragam bentuknya,
namun pada intinya menyangkut unsur-unsur; identitas sekolah dan bidang studi,
tujuan umum, pokok/sub pokok bahasan yang akan ditestkan, bentuk soal yang
akan dikembangkan, dan jumlah soal atau panjang test.
Format kisi-kisi ini biasanya berbentuk matrik.
a. Penulisan soal
Mengacu pada kisi-kisi yang telah dibuat, langkah selanjutnya adalah
menulis soal pada setiap pokok bahasan dan setiap unsur
kemampuan sesuai dengan yang telah dientukan dalam kisi-kisi.
Setiap pertanyaan yang harus dijawab dan setiap suruhan yang
harus dilakukan oleh setiap peserta test dirumuskan sedemikian rupa
sehingga jelas apa yang ditanyakan dan jawaban apa yang dituntut
dari peserta test.
Untuk memperoleh rumusan soal yang baik, setelah soal itu ditulis
hendaknya diadakan review dan revisi sampai merasa yakin bahwa
rumusan soal tersebut sudah tepat menurut kaidah-kaidah penulisan
soal. Bila semua soal telah dirumuskan maka kegiatan selanjutnya
menyusun atau mengorganisir soal-soal tersebut menjadi sebuah
test. Penetuan nomor soal sebaiknya diacak agar skor yang diperoleh
dari test tersebut dapat dipercaya. Langkah-langkah dalam penulisan
soal ini meliputi; merumuskan definisi konsep materi yang akan
diteskan, merumuskan definisi oprasional dari konsep yang telah
ditetapkan, menentukan indikator-indikator dan menulis butir soal.
b. Pelaksanaan/penyajian test
Setelah penulisan soal selesai dan telah disusun penomorannya serta
telah diperbanyak sesuai dengan jumlah peserta test, kemudian test
tersebut disajikan kepada peserta test. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan test antara lain : waktu yang harus
disediakan untuk mengerjakan test, petunjuk cara mengerjakan soal,
pengaturan posisi tempat duduk siswa, dan menjaga ketertiban dan
ketenagaan suasana kelas, sehimga peserta test dapat mengerjakan
soal-soal tersbut dengan penuh konsentrasi.
c. Pemeriksaan hasil test
Hasil jawaban peserta test hendaknya diperiksa dengan cermat dan
diberi skor sesuai dengan petunjuk/pedoman penskoran yang telah
ditetapkan. Teknik penskoran dalam setiap bentuk soal biasanya
berbeda-beda. Oleh karena itu pedoman penskoran harus ditentukan
terlebih dahulu. Buatlah kunci jawaban atau rambu-rambu jawaban
yang diinginkan beserta pembobotan skornya, sediakan waktu dan
tenaga yang cukup leluasa sehingga tidak terburu-buru terutama
dalam pemeriksaan hasil test soal bentuk uraian.
d. Pengolahan dan penafsiran hasil test
Skor yang diperoleh dari test dapat diolah dalam berbagai tekhnik
pengolahan tergantung informasi yang dibutuhkan. Seperti rata-rata
skor, standar deviasi, variansi, kecenderungan sentral, menentukan
batas lulus, mentransper skor ke dalam nilai baku (skala 10, skala 4,
dan lain-lain). Ada dua pendekatan penafsiran hasil test yaitu
berdasarkan acuan patokan (PAP) dan pendekatan berdasarkan
acuan norma (PAN). Acuan patokan untuk mendeskripsikan tingkat
penguasaan siswa terhadap materi yang ditestkan., sedangkan acuan
norma untuk melihat kedudukan diantara siswa/peserta test.
Pendekatan yang mana yang akan dipilih tergantung kepada tujuan
dari pelaksanaan test.
e. Penggunaan hasil test
Penggunaan hasil test ini sangat erat kaitannya dengan tujuan test
tersebut, apakah untuk tujuan formatif, sumatif, diagnostik, atau
penempatan. Hasil penilaian in sangat berguna terutama sebagai
bahan perbaikan program pengajaran, melihat tingkat ketercapaian
kurikulum, memotivasi belajar siswa, bahan laporan kepada orang tua
siswa dan sebagai bahan laporan kepada atasan untuk kepentingan
supervisi dan monotoring program serta sebagai bahan penyusunan
progran berikutnya sebagai tindak lanjut.
f. Teknik dan Alat Penilaian
Secara umum alat penilaian dapat dikelompokan kedalam dua
kelompok , alat penilaian bentuk tes dan alat penilaian bukan tes.
1) Bentuk Tes
Dari segi pelaksanaannya, tes dibagi kedalam tiga kategori; tes tulisan,
tes lisan dan tes tindakan. Dari segi bentuk soal dapat diklasifikasikan ke
dalam lima bentuk soal, yaitu (a) soal pilihan ganda, (b) soal benar
salah, (c) soal menjodohkan, (d) uraian /jawaban singkat, dan (e) soal
bentuk uraian bebas ( free essay). Dilihat dari segi cara atau pola
jawaban yang diberikan, soal dapat dibedakan ada soal yang telah
disediakan jawabannya, peserta tes tinggal memilih jawaban tersebut
(pilihan ganda, benar salah, menjodohkan) dan ada soal yang tidak
disediakan jawabannya (uraian). Kemudian dilihat dari segi cara
pemberian skornya, dibedakan ke dalam soal yang bersifat objektif dan
soal yang bersifat subjektif. Agar informasi tentang karakteristik tingkah
laku individu yang dinilai akurat atau mencerminkan mendekati keadaan
yang sebenarnya, sehingga informasi itu dapat digunakan sebagai dasar
untuk membuat keputusan penting dalam pendidikan dan pengajaran,
maka tes yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis sebagai
alat ukur yang baik. Karakteristik tes yang baik menurut Hopkins dan
Antes adalah tes tersebut memiliki keseimbangan, spesifik dan objektif.
Keseimbangan dan kehususan (spesifikasi) berkaitan langsung dengan
validitas, objektivitas berkaitan langsung dengan reliabilitas dan
berkaitan tidak langsung dengan validitas, yaitu melalui keterkaitan
antara validitas dan reliabilitas. Untuk memperoleh prangkat tes yang
seimbang (proporsional) , dapat dilakukan dengan cara membuat tabel
spesifikasi (kisi-kisi) mengenai topik-topik yang akan dimasukan ke dalam
perangkat tes. Untuk memperoleh butir-butir soal yang spesifik dapat
dilakukan melalui identifikasi kompetensi dan tujuan-tujuan khusus
pembelajaran, selanjutnya dijadikan dasar perumusan butir soal. Dengan
cara-cara di atas, dapat diharapkan butir-butir soal yang dirumuskan
dapat menjadi sampel yang representatif dalam perangkat tes itu.
Ebel mengemukakan lebih terinci lagi, ada 10 kriteria perangkat tes yang
baik; (1) relevansi, yaitu kesesuaian antara tes yang dikembangkan
dengan kurikulum yang telah ditentukan, (2) keseimbangan antara tujuan
pembelajaran khusus dengan jumlah butir soal yang mewakilinya, (3)
efisien baik dalam pelaksanaan tes, pemberian skor dan
pengadministrasiannya, (4) objektif dalam pemberian skor dan penafsiran
hasilnya, (5) spesifikasi, yaitu tes hanya mengukur hal-hal khusus yang
telah diajarkan, (6) tingkat kesukaran butir soal berada disekitar indeks
0,50 (7) memiliki kemampuan untuk membedakan antara kelompok siswa
yang pandai dengan kelompok siswa yang assor, (8) memiliki tingkat
reliabilitas yang cukup tinggi, (9) kejujuran dan keadilan dalam
pelaksanaan evaluasinya, (10) memiliki kecepatan (speed) yang wajar
dalam penyelesaian tesnya.
2) Bentuk Non Tes
a. Wawancara dan Quistioner
Sebagai alat penilaian, wawancara dan quistioner sangat efektif untuk
menilai hasil belajar siswa yang berkaitan dengan pendapat,
keyakikan, aspirasi, 17harapan, prestasi, keinginan dan lain-lain.
Sebagai alat penilaian, wawancara memiliki kelebihan yaitu dapat
berkomunikasi langsung dengan siswa, sehingga siswa dapat
mengungkapkan jawaban dengan lebih bebas dan mendalam.
Disamping itu, melalui wawancara dapat dibina hubungan yang lebih
baik. Ada dua macam wawancara, pertama wawancara yang
berstruktur dan yang kedua wawancara tidak berstruktur/bebas.
Seperti halnya wawancara, quistioner juga memiliki kelebihan yaitu
bersifat praktis, hemat waktu dan tenaga. Namun demikian,
questioner memiliki kelemahan yang mendasar, yaitu seringkali
jawaban yang diberikan tidak objektif, siswa memberi jawaban yang
pura-pura. Wawancara juga ada dua macam, yang berstruktur dan
tidak berstruktur. Yang berstruktu setiap pertanyaan sudah
disediakan jawabannya, siswa tinggal memilih/mencocokannya.
Sedangkan yang tidak berstruktur siswa diberi kesempatan untuk
mengungkapkan jawabannya sendiri.
b. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat atau perhatian,
yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden
yang hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria
yang digunakan. Ada dua jenis sekala yang sering digunakan untuk
menilai proses dan hasil belajar siswa, yaitu sekala sikap dan sekala
penilaian.
 Skala sikap
Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan seseorang berprilaku. Sikap
juga dapat diartikan reaksi seseorang terhadap stimulus yang datang pada
dirinya. Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap
objek tertentu. Hasilnya berupa katagori sikap, yakni mendukung, menolak
atau netral.
Ada tiga komponen sikap yakni kognisi (berkenaan dengan pengetahuan
tentang objek), afeksi (berkaitan dengan perasaan terhadap objek), dan
konasi (berkaitan dengan kecenderungan berprilaku terhadap objek itu).
Ada beberapa bentuk skala yang biasa digunakan untuk menilai derajat sifat
nilai sikap seseorang terhadap suatu objek , antara lain :
1) Menggunakan bilangan , untuk menunjukan tingkat-tingkat dari sifat
(objek ) yang dinilai. Misalnya, 1, 2, 3, 4 dan seterusnya.
2) Menggunakan frekuensi terjadinya/timbulnya sikap itu. Misalnya; selalu,
seringkali, kadang-kadang, pernah, dan tidak pernah.
3) Menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif. Misalnya; bagus
sekali, baik, sedang, dan kurang. Atau istilah-istilah; sangat setuju, stuju,
tidak punya pendapat, tidak stuju, dan sangat tidak setuju.
4) Menggunakan istilah-istilah yang menunjukan status/ kedudukan.
Misalnya; paling rendah, di bawah rata-rata, di atas rata-rata, dan paling
tinggi.
5) Menggunakan kode bilangan atau huruf. Misalnya; selalu diberi kode 5,
kadang-kadang 4, jarang, 3, jarang sekali 2, dan tidak pernah diberi kode
bilangan 1.
 Skala penilaian,
Skala penilaian mengukur penampilan atau prilaku siswa melalui pernyataan
prilaku pada sutu titik kontinum atau suatu katagori yang bermakna nilai. Titik
atau kategori itu diberi rentangan nilai dari yang tertinggi sampai yang
terendah. Rentangan ini bisa berupa hurup abjad (A, B, C, D) atau angka
(1,2,3 4). Hal yang harus diperhatikan adalah kriteria sekala nilai, yakni
penjelasan oprasional untuk setiap alternatif jawaban. Skala penilaian lebih
tepat digunakan untuk mengukur suatu proses, misalnya proses belajar pada
siswa, atau hasil belajar yang berbentuk prilaku (performance), seperti
hubungan sosial diantara siswa atau cara-cara memecahkan masalah
c. Observasi
Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu atau terjadinya suatu proses kegiatan yang
dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situsi buatan. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan
proses belajar seperti:tingkah laku siswa pada waktu belajar,
berdiskusi, mengerjakan tugas dan lain-lain.
Ada tiga jenis observasi yaitu observasi langsung, observasi dengan
menggunakan alat (tidak langsung) dan observasi partisipasi. Ketiga
jenis observasi itu digunakan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan
dari kegiatan observasi tersebut. Adapun langkah-langkah yang
ditempuh dalam mengembangkan penilaian dengan menggunakan
teknik observasi adalah sebagai berikut:
1) Tentukan aspek kegiatan yang akan diobservasi. Aspek kegiatan ini
mungkin berkaitan dengan kegiatan siswa secara individu, kegiatan siswa
secara kelompok, interaksi guru dengan siswa, interaksi antara siswa
dengan siswa dan lain sebagainya.
2) Menentukan pedoman observasi yang akan digunakan. Tentukan bentuk
pedoman observasi yang akan digunakan, apakah bentuk bebas (tidak
perlu ada jawaban, tetapi mencatat apa yang nampak) atau pedoman
yang berstruktur (memakai alternatif jawaban). Bila dipakai bentuk yang
berstruktur, tetapkan pilihan jawaban serta indikator-indikator setiap
jawaban sebagai pedoman dalam pelaksanaanya nanti.
3) Melaksanakan observasi, yaitu mencatat tingkah laku yang terjadi pada
saat kegiatan berlangsung. Cara dan teknik pencatatannya sesuai
dengan format atau bentuk pedoman observasi yang digunakan.
4) Mengolah hasil observasi.

d. Studi kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari individu secara intensif yang
dipandang memiliki kasus tertentu. Misalnya mempelajari anak yang
sangat bandel/nakal, sangat rajin, sangat piter, atau sangat lamban
dalam belajar. Kasus-kasus tersebut dipelajari secara mendalam,
yaitu mengungkap segala variabel yang diduga menjadi penyebab
timbulnya prilaku atau keadaan khusus tadi dalam kurun waktu
tertentu. Tekanan utama dalam studi kasus adalah mencari tahu
mengapa individu melakukan sesuatu dan apa pengaruhnya terhadap
lingkungan. Kelebihan studi kasus sebagai alat penilaian adalah
subjek dpelajari secara mendalam dan menyeluruh, sehingga
karakter individu tersebut dapat diketahui dengan selengkap-
lengkapnya. Namun demikian, studi kasus sifatnya sangat subjektif,
artinya informasi yang diperoleh hanya berlaku untuk individu itu saja,
tidak dapat digeneralisir untuk individu lain sekalipun memiliki kasus
yang hampir sama.
e. Sosiometri
Banyak ditemukan di lingkungan sekolah siswa yang kurang mampu
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya. Ia nampak murung,
mengasingkan diri, mudah tersinggung, atau bahkan oper acting. Hal
ini bisa dilihat ketika siswa sedang bermain atau sedang mengerjakan
tugas-tugas kelompok. Gejala-gejala tersebut menunjukan adanya
kekurang mampuan siswa dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Kondisi ini perlu diketahui oleh guru dan dicarikan
upaya untuk memperbaikinya, karena kondisi seperti itu dapat
mengganggu proses belajarnya. Salah satu cara untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya
adalah dengan teknik sosiometri. Dengan teknik ini dapat diketahui
posisi siswa dalam hubungan sosialnya dengan siwa lainnya.
Misalnya ada siswa yang terisolasi dari kelompoknya, siswa yang
paling disukai oleh teman-temannya, siswa yang memiliki hubungan
mata rantai, dan sebagainya. Sosio metri dapat dilakukan dengan
cara menyuruh siswa di kelas untuk memmilih satu atau dua teman
yang paling disukainya. Usahakan tidak terjadi kompromi untuk saling
memilih diantara siswa. Atau dapat pula siswa disuruh memilih siswa
yang kuarang disukainya. Dengan cara di atas, dapat diketahui siswa-
siswa mana yang menghadapi kesulitan dalam penyesuaian diri
dengan lingkungannya, kemudian diberi bantuan.
f. Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan
Pendekatan penilaian yang membandingkan hasil pengukuran
seseorang dengan hasil pengukuran yang diperoleh orang – orang
lain dalam kelompoknya, dinamakan Penilaian Acuan Norma (Norm–
Refeereced Evaluation). Dan pendekatan penilaian yang menbanding
hasil pengukuran seseorang dengan patokan “batas lulus” yang telah
ditetapkan, dinamakan Penilaian Acuan Patokan (Criterian–refenced
Evaluation).
a) Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah nilai sekelompok peserta didik
(siswa) dalam suatu proses pembelajaran didasarkan pada tingkat
penguasaan di kelompok itu. Artinya pemberian nilai mengacu pada
perolehan nilai di kelompok itu. Penilaian Acuan Norma (PAN)
dilakukan dengan cara membandingkan nilai seorang siswa dengan
nilai kelompoknya. Jadi dalam hal ini prestasi seluruh siswa dalam
kelas/kelompok dipakai sebagai dasar penilaian. Dalam penggunaan
penilaian acuan norma, prestasi belajar seorang sisiwa dibandingkan
dengan siswa lain dalam kelompoknya. (Suharsini
Arikunto,2010,237).
Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa Penilaian Acuan Norma
adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma
kelmpok; nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan
nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk di dalam kelompok itu.
Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat
“relative”. Artinya, selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi
dan atau kebutuhan pada waktu tersebut. Nilai hasil dari Penilaian
Acuan Norma tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan
penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi
hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam
komunitasnya (kelompoknya).
b) Penilaian Acuan Patokan (PAP)
PAP pada dasarnya berarti penilain yang membandingkan hasil
belajar mahasiswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pengertian ini menunjukkan bahwa sebelum usaha
penilaian dilakukan terlebih dahulu harus ditetapkan patokan yang
akan dipakai untuk membandingkan angka-angka hasil pengukuran
agar hasil itu mempunyai arti tertentu. Dengan demikian patokan ini
tidak dicari-cari di tempat lain dan pula tidak dicari di dalam
sekelompok hasil pengukuran sebagaimana dilakukan pada PAN.
Patokan yang telah disepakati terlebih dahulu itu biasanya disebut
“Tingkat Penguasaan Minimum”. Mahasiswa yang dapat mencapai
atau bahkan melampaui batas ini dinilai “lulus” dan belum
mencapainya nilai “tidak lulus” mereka yang lulus ini diperkenankan
menempuh pelajar yang lebih tinggi, sedangkan yang belum lulus
diminta memantapkan lagi kegiatan belajarnya sehingga mencapai
“batas lulus” itu. Patokan yang dipakai untuk kelompok mahasiswa
yang mana sama ini pengertian yang sama. Dengan patokan yang
sama ini pengertian yang sama untuk hasil pengukuran yang
diperoleh dari waktu ke waktu oleh kelompok yang sama ataupun
berbeda-beda dapat dipertahankan. Yang menjadi hambatan dalam
penggunaan PAP adalah sukarnya menetapkan patokan yang benar-
benar tuntas.
BAB X
LAPORAN HASIL BELAJAR

Laporan kemajuan belajar peserta didik merupakan sarana komunikasi antara


sekolah peserta didik dan orang tua. Oleh karena itu, laporan peserta didik dan
orang tua adalah bagian penting dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan
hubungan kerja sama antara sekolah peserta didik dan orang tua atau wali.
Proses pelaporan penilaian hasil belajar merupakan satu tahapan dari serangkaian
proses pendidikan di sekolah yang harus dilalui. Peda pelaksanaannya, pelporan
harus memerhatikan beberapa hal sebagai berikut :
a) Konsisten dengan pelksanaan penilaian di sekolah.
b) Memuat perincian hasil belajar dengan penilaian yang bermanfaat
bagi pengembangan peserta didik
c) Menjamin adanya informasi permasalahan anak dalam belajar bagi
orang tua.
d) Mengandung berbaqgai cara dan strategi berkomunikasi
e) Memberikan informasi yang benar, jelas, komperehensif dan akurat
(Soleh,2005:250)

Agar peran serta masyarakat dalam dunia pendidikan semakin meningkat bentuk
laporan, kemajuan peserta didik jharus disajikan secara sederhana mudah dibaca
dan mudah dipahami, komunikatif serta menampilkan profil atau tingkat kemajuan
peserta didik dengan demikian, orang tua atau pihak yang berkepentingan dapat
denag udah mengiodentifikasi kempetensi-kompetensi yang jauh belum dimiliki
peserta didik, serta kompetensi yang harus ditingkatkan. Dengan begitu orang tua
dapat lebuh mengetahui masalah dan jenis bantuan yang diperlukan untuk
membantu anaknya. Peserta didik sendiri dapat mengetahui keunggulan dan
kelemahan dirinya sehingga ia dapat mengetahui pada aspek mana dia harus
belajar lebih banyak.
Pada umumnya orang tua siswa menginginkan isi laporan dengan hal-hal berikut :
a) Belajar peserta didik di sekolah, secara akademik, fisik, sosial dan
emosional.
b) Partisipasi peserta didik dalam kegiatan di sekolahnya dalam ukuran waktu
belajar tertentu.
c) Kemampuan yanag telah diperoleh peserta didik dalam ukuran waktu
tertentu.
d) Hasil belajar peserta didik.
e) Peningkatan kemampuan peserta didik dalam ukuran waktu tertentu.
f) Peran atau tindakan orang tua dalam membantu dan mengembangkan
peserta didik lebih lanjut (Soleh,2005:251)
Isi laporan harus memuat informasi-informasi yang berkaitan dengan hal tersebut.
Menurut Abdurrohman Sholeh dalam bukunya yang berejudul Pendidikan Agama
dan pembangunaan watak bangsa berpendapat, bahwa laporan hasil belajar akan
bermanfaat sebagai berikut :
1. Diagnosi Hasil belajar
Penilaian hasil belajr dilaksanakan terus menerus dan berkesinambungan.
Oleh karena itu, harus ada rekaman tingklat kemajuan tingkat peserta didik
untuk mengikuti perkembangan belajarnya. Mengingat bahwa ciri kurikulum
adalah berbasis kompetensi, maka tiap kompetensi dasar sebagai
kemampuan minimal harus dijaga oleh semua peserta didik sebagian besar
peserta didik akan dengan mudah mencapai kemampuan dasar tersebut
dengan waktu yang telah ditetapkan. Kemungkinan sebagian kecil peserta
didik akan ada yang mampu mencapai kemampuan dasar tersebut lebih
cepat diabndingkan denagn peserta didik normal, dan ada pula yang
membutuhkan waktu lebih lama dari pada peserta didik yang lain untuk itu,
pengamatan secara intensif terhadap hasil belajar sangat diperlukan.
2. Prediksi masa Depan Peserta didik
Hasil penilaian hasil belajar peserta didik perlu dianalisis oleh setiap guru
mata pelajaran untuk mengetahui pada aspek-aspek yang mana peserta
didik menonjol dengan melihat indikator keunggulannya. Kemajuan hasil
belajar peserta didik dari guru mata pelajaran dikirim ke guru bimbingan dan
penyuluhan untuk dianalisis lebih lanjut dan nantinya dapat dijadikan dasar
untuk pengembangan peserta didik dalam memilih lanjutan atau jenjang
profesi atau karir di masa depan.
3. Seleksi dan Sertifikasi
Pada akhir tahun pelajaran, semua catatan hasil kemajuan belajar peserta
didik dapat dirangkum dan dikuantifikasikan untuk dijadikan dasar penentuan
promosi atau kenaikan kelas dan sertifikasi bagi peserta didik menamatkan
pendidikannya.
Penentuan promosi atau kenaikan kelas didasarkan pada kriteria kenaikan
kelas. Komponen kriteria kenaikan kelas berdasarkan aspek ketercapaian
kompetensi mata pelajaran ayng ditetapkan dalam kurikulum. Peserta didik
yang dinyatakan naik kelas adalah peserta didik yang kompeten pada
tingkatan kelas berikutnya.
Sesuai dengan prinsip mutu pendidikan, kriteria peserta didik yang
dinyatakan naik kelas perlu menguasai 70% kompetensi-kompetensi mata
pelajaran tersebut. Perincian kriteria kenaikan kelas atau kelulusan, sesuai
dengan prinsip manajemen berbasis sekolah, dapat disusun bersama antara
dinas pendidikan, sekolah dan diwan pendidikan kabupaten atau kota.
Dengan ini diharapkan hasilnya dapat ditanggung jawabkan secara ilmiah
kepada semua pihakyangberkepentingan.

 PELAPORAN HASIL PENILAIAN PEMBELAJARAN

Contoh Pengisian buku Rapor


Sesuai dengan Juknis yang telah dibuat oleh Direktorat Dikdasmen maka contoh
Rapor atau Laporan Hasil Capaian Kompetensi Peserta Didik Sekolah Dasar serta
cara pengisiannya dapat dibaca berikut ini:

PETUNJUK

1. Buku Laporan Hasil Pencapaian Kompetensi Peserta Didik, merupakan


ringkasan hasil penilaian terhadap seluruh aktivitas pembelajaran yang
dilakukan peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Laporan perkembangan dan
hasil Pencapaian Kompetensi peserta didik secara rinci, disajikan dalam
portofolio yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Buku Laporan Hasil
Pencapaian Kompetensi Peserta Didik ini.
2. Buku Laporan Hasil Pencapaian Kompetensi Peserta Didik dipergunakan
selama peserta didik yang bersangkutan mengikuti pelajaran di Sekolah Dasar;
3. Apabila pindah sekolah, buku Laporan Hasil Pencapaian Kompetensi Peserta
Didik ini dibawa oleh yang bersangkutan untuk dipergunakan di sekolah baru
dengan meninggalkan arsip/copy di sekolah lama;
4. Apabila buku Laporan Hasil Pencapaian Kompetensi Peserta Didik ini hilang,
dapat diganti dengan Buku Laporan Hasil Pencapaian Kompetensi Peserta Didik
pengganti yang disahkan oleh Kepala Sekolah asal;
5. Buku Laporan Hasil Pencapaian Kompetensi Peserta Didik ini harus dilengkapi
dengan pas foto(3 cm x 4 cm) dan pengisiannya dilakukan oleh Guru Kelas;
6. Laporan penilaian memuat hasil Pencapaian Kompetensi yang disajikan secara
deskriptif untuk masing-masing kompetensi inti.
7. Laporan perkembangan fisik diisi dengan data kondisi peserta didik
berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan guru bekerjasama dengan pihak
lain yang relevan.
8. Laporan kondisi kesehatan diisi dengan deskripsi hasil pemeriksaan yang
dilakukan guru, bekerjasama dengan tenaga kesehatan atau puskesmas
terdekat.
9. Kolom ketidakhadiran diisi dengan data akumulasi ketidakhadiran siswa, baik
karena sakit, izin, maupun tanpa keterangan dalam satu semester.
IDENTITAS PESERTA DIDIK
1. Nama Peserta : ………………………………………………………………………..
Didik
2. Nomor Induk : ………………………………………………………………………..

3. TTL : ………………………………………………………………………..

4. Jenis : ………………………………………………………………………..
Kelamin
5. Agama : ………………………………………………………………………..
6. Pendidikan : ………………………………………………………………………..
sebelumnya
7. Alamat : ………………………………………………………………………..
Peserta Didik
8. Nama Orang :
Tua
a. Ayah : ………………………………………………………………………..
b. Ibu : ………………………………………………………………………..
9. Pekerjaan :
Orang Tua
a. Ayah : ………………………………………………………………………..
b. Ibu : ………………………………………………………………………..
10. Alamat Orang :
Tua
Jalan : ………………………………………………………………………..
Kelurahan/Desa : ………………………………………………………………………..
Kecamatan : ………………………………………………………………………..
Kabupaten/Kota : ………………………………………………………………………..
Provinsi : ………………………………………………………………………..
11. Wali Peserta :
Didik
a. Nama : .......................................................................................
b. Pekerjaan : .......................................................................................
c. Alamat : .......................................................................................

Pas Foto
ukuran
3 X 4 CM
Kepala Sekolah,

................................................
NIP. ........................................

A. Petunjuk Pengisian Buku Rapor

Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


no 66 tahun 2013tentang Standar Penilaian Pendidikan menyebutkan bahwa Hasil
penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan dilaporkan dalam bentuk nilai dan
deskripsi pencapaian kompetensi kepada orangtua dan Pemerintah.
Pada Standar Penilaian Pendidikan disebutkan bahwa Laporan hasil penilaian oleh
pendidik berbentuk: (1) nilai dan/atau deskripsi pencapaian kompetensi, untuk hasil
penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan termasuk penilaian hasil
pembelajaran tematik-terpadu (2) deskripsi sikap, untuk hasil penilaian kompetensi
sikap spiritual dan sikap sosial (3) Penilaian oleh masing-masing pendidik tersebut
secara keseluruhan selanjutnya dilaporkan kepada orang tua/wali peserta didik
dalam bentuk Laporan Hasil Belajar Peserta Didik.
Pengembangan Laporan Hasil Belajar Peserta Didik pada dasarnya merupakan
wewenang sekolah. Untuk membantu sekolah mengembangkan Laporan Hasil
Belajar Peserta Didik, Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar menyusun Buku Raport
untuk SD beserta Panduan Pengisian Laporan Hasil Belajar Peserta Didik.
Buku Petunjuk Teknis Pengisian Laporan Hasil Belajar Peserta Didik pada jenjang
Sekolah Dasar diharapkan dapat membantu sekolah dalam mengisi format Laporan
Hasil Belajar Peserta Didik sesuai dengan Kurikulum 2013.
Penilaian oleh pendidik pada dasarnya digunakan untuk menilai pencapaian hasil
belajar peserta didik sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran, dan
bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar peserta didik.
Proses pembelajaran dan penilaian difokuskan pada tiga ranah yaitu: sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Pada kurikulum 2013 tiga ranah tersebut dijabarkan
menjadi empat kompetensi inti yaitu kompetensi inti 1 (satu) sikap spiritual,
kompetensi inti 2 (dua) sikap sosial, kompetensi inti 3 (tiga) pengetahuan, dan
kompetensi inti 4 (empat) keterampilan.

A. Sikap

Pada kolom deskripsi diisi oleh guru dalam kalimat positif tentang:
1. Apa yang menonjol terkait dengan kemampuan pada aspek sikap anak dalam
tiap muatan pelajaran yang ada pada komptensi inti 1 dan 2 (KI-1 dan KI-2).
2. Usaha pengembangan kemampuan pada aspek sikap anak dalam tiap muatan
pelajaran untuk mencapai kompetensi inti 1 dan 2 (KI-1 dan KI-2) pada kelas
yang diikutinya.

Pada aspek sikap, deskripsi menggambarkan prestasi siswa pada muatan mata
pelajaran pada kelas dan semester tertentu dari aspek sikap.
Berikutnya dari deskripsi yang dituangkan guru juga menggambarkan kompetensi-
kompetensi yang masih perlu ditingkatkan dan perlu mendapat perhatian guru dan
orang tua, agar seorang siswa dapat mencapai kompetensi secara optimal.
Deskripsi tersebut merupakan ringkasan dan intisari dari penilaian yang
sudah dilakukan oleh guru dengan berbagai alat penilaian termasuk penilaian
autentik setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
proyek (project based learning), penemuan (discovery learning), dan
pemecahan masalah (problem based learning). Disamping itu juga
memanfaatkan portofolio dan hasil observasi dan wawancara.
Contoh pengisian aspek: Sikap

Aspek Deskripsi
Menerima, menjalankan · diisi oleh guru dalam kalimat positif
ajaran agama yang tentang apa yang menonjol terkait
dianutnya dengan kempuan anak dalam tiap
muatan mata pelajaran, dan usaha-
usaha apa yang perlu dikembangkan
untuk mencapai kompetensi yang
ditetapkan pada kelas yang diikutinya

Menunjukkan perilaku · diisi oleh guru dalam kalimat positif


jujur, disiplin, tanggung tentang apa yang menonjol terkait
jawab, santun, peduli, dengan kempuan anak dalam tiap
percaya diri, dalam muatan mata pelajaran, dan usaha-
berinteraksi dengan usaha apa yang perlu
keluarga dan guru dikembangkan untuk mencapai
kompetensi yang ditetapkan pada
kelas yang diikutinya

B. Pengetahuan

Pada kolom deskripsi diisi oleh guru dalam kalimat positif tentang:
1) Apa yang menonjol terkait dengan kemampuan pada aspek pengetahuan anak
dalam tiap muatan pelajaran yang ada pada komptensi inti 3 (KI 3).
2) Usaha pengembangan kemampuan pada aspek pengetahuan anak dalam tiap
muatan pelajaran untuk mencapai kompetensi inti 3 (KI 3) pada kelas yang
diikutinya.

Pada aspek pengetahuan, deskripsi menggambarkan prestasi siswa pada muatan


mata pelajaran pada kelas dan semester tertentu dari aspek pengetahuan.
Berikutnya dari deskripsi yang dituangkan guru juga menggambarkan kompetensi-
kompetensi yang masih perlu ditingkatkan dan perlu mendapat perhatian guru dan
orang tua, agar seorang siswa dapat mencapai kompetensi secara optimal.
Deskripsi tersebut merupakan ringkasan dan intisari dari penilaian yang sudah
dilakukan oleh guru dengan berbagai alat penilaian termasuk penilaian autentik
setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran proyek (project
based learning), penemuan (discovery learning), dan pemecahan masalah (problem
based learning). Disamping itu juga memanfaatkan portofolio dan hasil penilaian
yang dilakukan melalui tes (ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester).

Contoh pengisian aspek: Pengetahuan Kelas I semester 1 (satu)


Aspek Deskripsi
Mengingat dan a) Mahir menyebut huruf huruf
memahami pengetahuan hijaiyyah secara lengkap, tetapi
masih perlu bimbingan untuk
faktual dan konseptual
harakatnya secara benar.
berdasarkan rasa ingin tahu b) Menguasai benar simbol-
tentang: simbol sila Pancasila.
c) Mahir menyebut Teks deskriptif
· dirinya,
tentang anggota tubuh dan
· makhluk ciptaan Tuhan dan pancaindera dengan kosa kata
kegiatannya bahasa Indonesia
d) Pandai membandingkan
· benda-benda lain di
denganmemperkirakan panjang
sekitarnya suatu benda dengan
menggunakan istilah sehari-
hari.
e) Masih perlu latihan tentang
pola irama lagu bervariasi
menggunakan alat musi kritmik
C. Keterampilan
Pada kolom deskripsi diisi oleh guru dalam kalimat positif tentang:
1. Apa yang menonjol terkait dengan kemampuan pada aspek keterampilan anak
dalam tiap muatan pelajaran yang ada pada komptensi inti 4 (KI-4).
2. Usaha pengembangan kemampuan pada aspek keterampilan anak dalam tiap
muatan pelajaran untuk mencapai kompetensi inti 4 (KI-4) pada kelas yang
diikutinya.

Pada aspek keterampilan, deskripsi menggambarkan prestasi siswa pada muatan


mata pelajaran pada kelas dan semester tertentu dari aspek keterampilan.
Berikutnya dari deskripsi yang dituangkan guru juga menggambarkan kompetensi-
kompetensi yang masih perlu ditingkatkan dan perlu mendapat perhatian guru dan
orang tua, agar seorang siswa dapat mencapai kompetensi secara optimal.
Deskripsi tersebut merupakan ringkasan dan intisari dari penilaian yang sudah
dilakukan oleh guru dengan berbagai alat penilaian termasuk penilaian autentik
setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran proyek (project
based learning), penemuan (discovery learning), dan pemecahan masalah (problem
based learning). Disamping itu juga memanfaatkan portofolio dan hasil penilaian
praktik dan proyek.

Contoh pengisian aspek: Keterampilan Kelas I semester 1 (satu)


Aspek Deskripsi
Menyajikan kemampuan · diisi oleh guru dalam kalimat positif
mengamati, menanya, dan tentang apa yang menonjol terkait dengan
mencoba dalam : kempuan anak dalam tiap muatan mata
- bahasa yang jelas,logis, pelajaran, dan usaha-usaha apa yang perlu
dan sistematis dikembangkan untuk mencapai kompetensi
- karya yang estetis yang ditetapkan pada kelas yang diikutinya
- gerakan anak sehat
- tindakan anak beriman
dan berakhlak mulia
D. Kokurikuler dan Ekstrakurikuler

No. Kegiatan Ekstrakurikuler Deskripsi


Diisi dengan kegiatan yang pernah diikuti
1. Pramuka dan peranannya.

Diisi dengan kegiatan yang pernah diikuti


2. UKS dan peranannya.

E. Perkembangan Fisik/Kesehatan

1. Perkembangan Fisik/Kesehatan

Aspek Yang Semester


No
Dinilai 1 2
Tinggi Diisi sesuai hasil pengukuran Diisi sesuai hasil
1 pada semester 1 pengukuran pada
semester 2
2 Berat Badan Diisi sesuai hasil pengukuran Diisi sesuai hasil
pada semester 1 pengukuran pada
semester 2

2. Kondisi Kesehatan

No Aspek Fisik Keterangan


1. Pendengaran Diisi sesuai hasil pemeriksaan bekerjasama
dengan tenaga kesehatan/Puskesmas
2. Penglihatan Idem
3. Gigi Idem
4. Lainnya
(diisi jika ada
Idem
aspek/kondisi
kesehatan lainnya)

3. Catatan Prestasi

No Jenis Prestasi Keterangan

Diisi dengan jenis Diisi dengan prestasi yang dicapai siswa dalam
prestasi akademik yang kejuaraan dan perlombaan dengan
relevan, baik di tingkat mencantumkan tingkat, waktu, dan tempat.
kelas, sekolah, Dapat juga dicantumkan kelebihan atau hal-hal
kabupaten/Kota lain yang menonjol.
maupun yang lebih
tinggi.
BAB XI
PENGGUNAAN HASIL EVALUASI BELAJAR UNTUK BERBAGAI
TUJUAN DAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Pengertian , Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program
bimbingan. Tanpa penilaian, kita tidak mungkin dapat mengetahui dan
mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan yang telah
direncanakan. Penilaian program bimbingan merupakan usaha untuk menilai
sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain bahwa keberhasilan program dalam
pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak dilihat lewat
kegiatan penilaian.
Sehubungan dengan penilaian ini, Shertzer dan Stone (1966)
mengemukakan pendapatnya: “Evaluation consist of making systematic
judgements of the relative effectiveness with which goals are attained in
relation to special standards“.
Evaluasi ini dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan informasi
(data) untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian)
kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil
keputusan. Pengertian lain dari evaluasi ini adalah suatu usaha
mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan sikap dan perilaku,
atau tugas-tugas perkembangan para siswa melalui program kegiatan yang
telah dilaksanakan.
Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya, tindakan atau
proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada
kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan
yang dilaksanakan.
Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan
program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada
terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan siswa dan pihak-
pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan
membantu siswa memperoleh perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang
lebih baik.
Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling, penilaian
diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektivan layanan
bimbingan yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat diketahui
sampai sejauh mana derajat keberhasilan kegiatan layanan bimbingan.
Berdasarkan informasi ini dapat ditetapkan langkah-langkah tindak lanjut
untuk memperbaiki dan mengembangkan program selanjutnya.
Kegiatan evaluasi bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan
ketercapaian tujuan dari program yang telah ditetapkan.
Adapun fungsi evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah adalah:
Memberikan umpan balik (feed back) kepada guru pembimbing konselor)
untuk memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan dan
konseling.
Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru mata pelajaran,
dan orang tua siswa tentang perkembangan sikap dan perilaku, atau tingkat
ketercapaian tugas-tugas perkembangan siswa, agar secara bersinergi atau
berkolaborasi meningkatkan kualitas implementasi program BK di sekolah.
B. Aspek-aspek yang Dievaluasi
Ada dua macam aspek kegiatan penilaian program kegiatan bimbingan,
yaitu penilain proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dimaksudkan
untuk mengetahui sampai sejauh mana keefektivan layanan bimbingan
dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil dimaksudkan untuk
memperoleh informasi keefektivan layanan bimbingan dilihat dari hasilnya.
Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain:
1. Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan;
2. Keterlaksanaan program;
3. Hambatan-hambatan yang dijumpai;
4. Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar;
5. Respon siswa, personil sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap
layanan bimbingan;
Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan
bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar; dan
keberhasilan siswa setelah menamatkan sekolah baik pada studi lanjutan
ataupun pada kehidupannya di masyarakat.
Apabila dilihat dari sifat evaluasi, evaluasi bimbingan dan konseling lebih bersifat
“penilaian dalam proses” yang dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan layanan bimbingan.
Mengungkapkan pemahaman siswa atas bahan-bahan yang disajikan atau
pemahaman/pendalaman siswa atas masalah yang dialaminya.
Mengungkapkan kegunaan layanan bagi siswa dan perolehan siswa sebagai hasil
dari partisipasi/aktivitasnya dalam kegiatan layanan bimbingan.
Mengungkapkan minat siswa tentang perlunya layanan bimbingan lebih lanjut.
Mengamati perkembangan siswa dari waktu ke waktu (butir ini terutama dilakukan
dalam kegiatan layanan bimbingan yang berkesinambungan).
Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan
layanan. Berbeda dengan hasil evaluasi pengajaran yang pada umumnya berbentuk
angka atau skor, maka hasil evaluasi bimbingan dan konseling berupa deskripsi
tentang aspek-aspek yang dievaluasi (seperti partisipasi/aktivitas dan pemahaman
siswa; kegunaan layanan menurut siswa; perolehan siswa dari layanan; dan minat
siswa terhadap layanan lebih lanjut; perkembangan siswa dari waktu ke waktu;
perolehan guru pembimbing; komitmen pihak-pihak terkait; serta kelancaran dan
suasana penyelenggaraan kegiatan). Deskripsi tersebut mencerminkan sejauh mana
proses penyelenggaraan layanan/pendukung memberikan sesuatu yang berharga
bagi kemajuan dan perkembangan dan/atau memberikan bahan atau kemudahan
untuk kegiatan layanan terhadap siswa.
C. Langkah-langkah Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi program ditempuh langkah-langkah berikut.
a) Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan. Karena tujuan
evaluasi adalah untuk memperoleh data yang diperlukan untuk
mengambil keputusan, maka konselor perlu mempersiapkan
pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan hal-hal yang akan
dievaluasi. Pertanyaan-pertanyaan itu pada dasarnya terkait dengan
dua aspek pokok yang dievaluasi yaitu :
1. tingkat keterlaksanaan program (aspek proses), dan
2. tingkat ketercapaian tujuan program (aspek hasil).
b) Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data. Untuk
memperoleh data yang diperlukan, yaitu mengenai tingkat
keterlaksanaan dan ketercapaian program, maka konselor perlu
menyusun instrumen yang relevan dengan kedua aspek tersebut.
Instrumen itu diantaranya inventori, angket, pedoman wawancara,
pedoman observasi, dan studi dokumentasi.
c) Mengumpulkan dan menganalisis data. Setelah data diperoleh maka
data itu dianalisis, yaitu menelaah tentang program apa saja yang
telah dan belum dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan
belum tercapai.
d) Melakukan tindak lanjut (Follow Up).
Berdasarkan temuan yang diperoleh, maka dapat dilakukan kegiatan
tindak lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua kegiatan, yaitu :
1. memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat, atau
kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, dan
2. mengembangkan program, dengan cara merubah atau menambah
beberapa hal yang dipandang dapat meningkatkan kualitas atau
efektivitas program.

Penilaian di tingkat sekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah yang


dibantu oleh pembimbing khusus dan personel sekolah lainnya. Di samping itu
penilaian kegiatan bimbingan dilakukan juga oleh pejabat yang berwenang
(pengawas bimbingan dan konseling) dari instansi yang lebih tinggi (Departemen
Pendidikan Nasional Kota atau kabupaten).
Sumber informasi untuk keperluan penilaian ini antara lain siswa, kepala sekolah,
para wali kelas, guru mata pelajaran, orang tua, tokoh masyarakat, para pejabat
depdikbud, organisasi profesi bimbingan, sekolah lanjutan, dan sebagainya.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai cara dan alat seperti
wawancara, observasi, studi dokumentasi, angket, tes, analisis hasil kerja siswa,
dan sebagainya.
Penilaian perlu diprogramkan secara sistematis dan terpadu. Kegiatan penilaian baik
mengenai proses maupun hasil perlu dianalisis untuk kemudian dijadikan dasar
dalam tindak lanjut untuk perbaikan dan pengembangan program layanan
bimbingan. Dengan dilakukan penilaian secara komprehensif, jelas dan cermat
maka diperoleh data atau informasi tentang proses dan hasil seluruh kegiatan
bimbingan dan konseling. Data dan informasi ini dapat dijadikan bahan
untuk pertanggungjawaban/ akuntabiltas pelaksanaan program bimbingan dan
konseling. Secara skematis evaluasi program bimbingan dan konseling tersebut
dapat digambarkan pada bagan 1.
Bagan1. Skema Evaluasi Program

Pengawas melakukan pembinaan dan pengawasan dalam bentuk mendorong


konselor dan personil layanan bimbingan dan konseling untuk melakukan evaluasi
program dan keterlaksanaan program. Minimal evaluasi dilakukan pada akhir tahun
ajaran dan menjadi slaah satu dasar pengembangan program untuk tahun ajaran
berikutnya. Evaluasi proses sebaiknya dilakukan setiap bulan melalui forum
pertemuan staf (MGBK di sekolah) dan dapat dihadiri oleh unsur pimpinan sekolah.
Konselor dapat mengembangkan instrumen yang dapat menjaring umpan balik
secara triangulasi yaitu dari siswa sebagai objek dan subjek bimbingan, dari
pendidik di sekolah sebagai person yang terlibat dan berinteraksi langsung dengan
siswa, pimpinan sekolah terkait dengan ketercapaian tujuan dan dukungan terhadap
program sekolah, orang tua terkait dengan perubahan perilaku dan perkembangan
siswa. Dokumen pelaksanaan evaluasi menjadi salah satu indikator unjuk kerja
konselor.

A. Fungsi Intruksional
Ada beberapa definisi yang disampaikan oleh beberapa tokoh seperti Robert
F. Magner (1962) yang mendefinisikan tujuan instruksional sebagai tujuan
perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa sesuai
kompetensi. Juga ada Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981) yang
mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan spefisik yang
dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan
yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan serta Fred Percival dan
Henry Ellington (1984) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu
pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan / keterampilan yang
diharapkan sebagai hasil dari proses belajar

Setelah kita mengetahui beberapa definisi tujuan instruksional yang


dikemukakan dari beberapa tokoh kita dapat mengambil beberapa manfaat
yaitu :
1. Kita dapat menentukan tujuan proses belajar mengajar
2 . Menentukan persyaratan awal instruksional
3. Merancang strategi instruksional
4. Memilih media pembelajaran
5. Menyusun instrumen tes sebagai evaluasi belajar
6. Melakukan tindakan perbaikan pembelajaran.
Ada dua macam tujuan instruksional yaitu:
1. Tujuan instruksional umum (TIU)
2. Tujuan instrusional khusus (TIK)

Dalam pembaruan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia sekarang ini, setiap
guru dituntut untuk menyadari tujuan dari kegiatannya mengajar dengan titik tolak
kebutuhan siswa. Oleh karena itu, dalam merancang sistem belajar yang akan
dilakukannya, langkah- pertama yang ia lakukan adalah membuat tujuan
instruksional. Dengan tujuan instruksional:

1) Guru mempunyai arah untuk:


– Memilih bahan pelajaran,
– Memilih prosedur (metode) mengajar.

2) Siswa mengetahui arah belajanya.

3) Setiap guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenangnya mengajarkan


suatu bahan sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau
saling menutup (overlap) antara guru.

4) Guru mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar


siswa.

5) Guru sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang keijaksanaan


(decision maker) mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun
efisiensi pengajaran.
Tujuan pengajaran dapat dirumuskan dengan rumus ABCD. A (audience)
adalah siswa yang belajar, B (behavior) adalah perubahan prilaku yang di
inginkan terjadi, C (condition) adalah kondisi yang menimbulkan perubahan
prilaku yang di inginkan, dan D (degree) adalah derajad ketercapaian
perubahan yang diinginkan. Misalkan: setelah membaca diperpustakaan (C)
siswa (A) diharapkan dapat menyebutkan macam-macam sholat sunah (B)
paling tidak enam jenis (D).

Pengertian Tujuan instruksional Umum dan Khusus


Tujuan instruksional umum (TIU) adalah tujuan pengajaran yang perubahan
prilaku siswa yang belajar masih merupakan perubahan internal yang belum
dapat dilihat dan diukur. Kata kerja dalam tujuan umum pengajaran masih
mencerminan perubahan prilaku yang umumnya terjadi pada manusia, sehingga
masih menimbulkan beberapa penafsiran yang berbeda-beda. Contoh TIU:
“setelah melakukan pelajaran siswa diharapan dapat memahami penjumlahan
dengan benar”. Kata kerja “memahami penjumlahan” merupakan kata kerja-
yang bersifat umum karena pemahaman penjumlahan dapat ditafsirkan berbeda.
Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah tujuan pengajaran dimana perubahan
prilaku telah dapat dilihat dan diukur. Kata kerja yang menggambarkan
perubahan prilaku telah spesifik sehingga memungkinkan dilakukan pengukuran
tanpa menimbulkan lagi berbagai perberdaan penafsiran. Misal TIK yang
dirumuskan sbb “Siswa akan menunjukkan sikap positif terhadap kebudayaan
nasional”, dapat lebih dikhususkan dengan mengatakan “siswa akan
membuktikan penghargaannya terhadapa seni tari nasional dengan ikut
membawakan suatu tarian dalam perpisahan kelas”.

Klasifikasi Tujuan Instruksional Menurut Jenis Perilaku (internal)


Ilmu psikologi mengenal pembagian aspek kepribadian atas tiga kategori yaitu
aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif yang
mencakup pengetahuan serta pemahaman, aspek afektif yang mencakup
perasaan, minat, motivasi, sikap kehendak serta nilai dan aspek psikomotorik
yang mencakup pengamatan dan segala gerak motorik. Dalam kenyataannya
dasar pembagian yang demikian kerap menjadi pedoman dalam menggolongkan
segala jenis perilaku. Kegunaan dari suatu sistem klasifikasi mengenai tujuan
instruksional termasuk tujuan intruksional khusus adalah kita dapat memperoleh
gambaran tujuan tujuan instruksional ditinjau dari segi jenis perilaku yang
mungkin dicapai oleh siswa. Menurut Bloom dan kawan kawan pengklasifikasian
jenis perilaku disusun secara hierarkis sehingga menjadi taraf taraf yang menjadi
semakin kompleks.
a. Kognitif :
1. Mencakup pengetahuan ingatan yang pernah dipelajari dan disimpan
dalam ingatan
2. Mencakup pemahaman untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang
dipelajari
3. Mencakup kemampuan menerapkan suatu kaidah atau metode yang baru
4. Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan
5. Mencakup kemampuan membentuk suatu kesatuan
6. Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
b. Afektif :
1. Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk
memperhatikan
2. Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif
3. Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu
4. Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai
5. Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai nilai kehidupan
c. Psikomotorik :
1. Mencakup kemampuan untuk membedakan ciri ciri fisik
2. Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai gerakan
3. Mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik
4. Mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik
dengan lancar
5. Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilandengan
lancar, efisien dan tepat
6. Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan
Pola gerak gerik yang mahir
7. Mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak gerik yang baru

Langkah-langkah yang dilakukan dalam merumuskan tujuan instruksional


khusus:
a. Membuat sejumlah TIU (tujuan instruksional umum) untuk setiap mata
pelajaran/bidang studi yang akan diajarkan. Di dalam kurikulum tahun 1975
maupun 1984, TIU ini sudah tercantum dalam uku Garis-Garis Besar Program
Pengajaran. Dalam merumuskan TIU digunakan kata kerja yang sifatnya masih
umum dan tidak dapat diukur karena perubahan tingkah laku masih terjadi di
dalam diri manusia (intern).
b. Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi TIK yang rumusannya jelas,
khusus, dapat diamati, terukur dan menunjukan perubahan tingkah laku.
Contoh-contoh rumusan untuk TIU :
– Memahami teori evolusi
– Mengetahui peredaan antara skor dan nilai.
– Mengerti cara mencari validita.
– Menghayati perlunya penilaian yang tepat.
– Menyadari pentingnya mengikuti kuliah dengan teratur.
– Menghargai kejujuran mahasiswa dalam mengerjakan tes.
Dalam contoh ini digunakan kata-kata kerja: memahami, mengetahui, mengerti,
menghayati, menyadari, menghargai, dan masih ada beberapa lagi yang sifatnya
masih terlalu umum sehingga penafsirannya dapat berbeda antara orang yang
satu dengan yang lain.
Contoh :
Mahasiswa mengerti cara mencari validitas suatu soal. Bagaimanakah kita tahu
ia mengerti? Apakah karena pada waktu diterangkan dia tampak mengangguk-
anggukkan kepala? Boleh jadi dia mengangguk-anggukkan kepalanya hanya
merupakan suatu usaha agar tidak dikatakan mengantuk atau sedang
melamunkan sesuatu. Tampaknya mengangguk mereaksi kuliah, tetapi
angannya melayang.
Atas dasar semua keterangan ini maka agar dalam mengadakan evaluasi terlihat
hasilnya, TIU ini perlu diperinci lagi sehingga menjadi jelas dan tidak
disalahtafsirkan oleh eerapa orang.
Rumusan TIK yang lengkap memuat tiga komponen, yaitu :
a) Tingkah laku akhir (terminal behavior)
Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah seseorang
seseorang mengalami proses belajar mengajar. Disini tingkah laku ini harus
menampakan diri dalam suatu perbuatan yang dapat diamati dan diukur
(observable and measuarable).
Contoh:
– Menuliskan kalimat perintah
– Mengalikan pecahan persepuluhan,
– Menggambarkan kurva normal,
– Menyebutkan batas-batas Daerah Istimewa Yogyakarta,
– Menerjemahkan bacaan bahasa inggris kedalam bahasa Indonesia.
– Menceritakan kembali uraian guru,
– Mendemonstrasikan cara mengukur suhu,
– Mengutarakan pendapatnya mengenai sesuatu yang dikemukakan guru.
– Menjelaskan hasil bacaan dengan kalimat sendiri.

Dan lain-lain lagi yang berujud kata kerja perbuatan/operasional (action verb)
yang diamati dan diukur.
Kata-kata Operasional
a. Cognitive domain; levels and corresponding action verbs
1) Pengetahuan (knowledge)
– Mendefinisikan, mendeskrifsikan, mengidentifikasi, mendaftarkan,
menjodohkan, menyebutkan, menyatakan (states), mereproduksi.
2) Pemahaman (comprehension)
– Mempertahanan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan,
memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh,
menuliskan kembali,memperkirakan.
3) Aplikasi
– Mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, menemuan, memanipulasikan,
memodifikasi, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan, menghasilkan
menghubungkan, menunjukan, memecahkan, menggunakan.
4) Analisis
– Memerinci, menyusun diagaram, membedakan, mengidentifikasikan,
mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukan, menghubungkan, memilih,
memisahkan, membagi (subdivides).
5) Sintesis
– Mengategorikan, mengkombinasikan, mengarang, menciptakan, memubat
desain, menjelaskan, memodifikasi, mengorganisasikan, menyusun, membuat
rencana, mengatur kembali, mengrekonstruksikan, menghubungkan,
mereorganisasikan, merevisi, menuliskan kembali, menuliskan, memceritakan.
6) Evaluasi
– Menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengkritik,
mendeskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan,
menghubungkan, membantu (supports).
b. Affective domain; learning levels and corresponding action verbs
1) Reesiving
– Menanyakan, memilih, mendeskrifsikan, mengikuti, memberikan,
mengidentifikasikan, menyebutkan, menunjukan, memilih, menjawab.
2) Responding
– Menjawab, membantu, mendiskusikan, menghormat, berbuat, melakukan,
membaca, memberikan, menghafal, melaporkan, memilih, menceritakan,
menulis.
3) Valuing
– Melengkapi, menggambarkan, membedakan, menerangkan, mengikuti,
membentuk, mengundang, menggabung, mengusulkan, membaca, melaporkan,
memilih, bekerja, mengambil bagian (share), mempelajari.
4) Organization
– Mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, melengkapi,
mempertahankan, menerangkan, menggeneralisasikan, mengidentifikasikan,
mengintegrasikan, memodifikasi, mengorganisir, menyiapkan, menghubungkan,
mengsintesiskan.
5) Characterization by value or value complex
– Membedakan, menerapkan, mengusulkan, memperagakan, mempengaruhi,
mendengarkan, memodifikasikan, mempertunjukan, menanyakan, merevasi,
melayani, memecahkan, menggunakan.
c. Psychomotor domain
Kata-kata operasional untuk aspek psikomotor harus menunjukan pada
aktualisasi kata-kata yang dapat diamati meliputi:
1. Muscular or motor sills
– Mempertotonkan gerak, menunjukan hasil (pekerjaan tangan), melompat,
menggerakan, menampilkan.
2. Manipulation of materials or objects
– Mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan,
membentuk.
3. Neuromuscular coordination
– Mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan,
memasang, memotong, menarik, menggunakan.
Kata-kata yang telah disajikan di atas merupakan kata-kata kerja yang dipakai
dalam merumuskan tujuan instruksional khusus bagi siswa-siswa yang belajar,
sehingga rumusan seutuhnya menjadi pernyataan-pernyataan antara lain,
sebagai berikut.
– Siswa dapat menjumlahkan bilangan-bilangan yang terdiri dari puluhan dan
satuan.
– Siswa dapat menunjukan letak gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah.
– Siswa dapat menceritakan kembali isi bacaan tentang kisah keluarga.
b) Kondisi demonstrasi (condition of demonstration or tes)
Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau
situasi yang dikenakan kepada siswa pada saat ia mendemonstrasikan tingkah
laku akhir, misalnya:
– Dengan penulisan yang betul
– Urut dari yang paling tinggi
– Dengan bahasanya sendiri
Dengan demikian rangkaian kata-kata dalam rumusan TIK menjadi:
– Siswa dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan
dengan penulisan yang betul.
– Siswa dapat menunjukan letak gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah, urut
dari yang paling tinggi.
– Siswa dapat menceritakan kembali isi bacaan tentang kisah keluarga dengan
bahasanya sendiri.
Kata-kata bercetak miring itulah yang menunjukan standar keberhasilan.
c) Standar keberhasilan (standard of performance)
Standar keberhasilan adalah komponen TIK yang menunjukan seerapa jauh
tingkat keberhasilan yang dituntut oleh penilai bagi tingkah laku pelajar pada
situasi akhir.
Tingkatan keberhasilan dapat dinyatakan dalam jumlah maupun presentase,
misalnya:
– Dengan 75% betul,
– Seurang-kurangnya 5 dari 10,
– Tanpa kesalahan
Dengan tambahan tingkatan keerhasilan ini maka bunyi rumusan TIK menjadi:
– Siswa dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan
tanpa kesalahan.
– Siswa dapat menunjukan kembali kota-kota yang ada di Jawa Barat urut dari
yang paling barat, dengan hanya 25% kesalahan.
Yang umum dikerjakan sampai saat ini hanya sampai tingkah laku akhir saja.
Pada pedoman pelaksanaan kurikulum dijelaskan bahwa, dalam kegiatan belajar
mengajarguru diharuskan memperhatikan pula- keterampilan siswa dalam hal
memperoleh hasil, yakni memperoleh keterampilan tentang prosesnya.
Pendekatan ini disebut dengan istilah Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).
Keterampilan-keterampilan yang dimaksud meliputi keterampilan dalam hal:
1. Mengamati,
2. Menginterprestasikan (menafsirkan) hasil pengamatan,
3. Meramalkan,
4. Menerapkan konsep,
5. Merencanakan penelitian,
6. Melaksanakan penelitian,
7. Mengkomunikasikan hasil penemuan
Sesuai dengan tuntutan tersebut maka guru dalam merumuskan Tujuan
Instruksional Khusus harus mengundang apa yang dilakukan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar (keterampilan yang mana), bagaimana menunjukan
kemampuan atau hasilnya (tingkah laku) dan perolehannya. Untuk
mempermudah tugas ini, dalam buku GBPP kurikulum 1984. Tujuan
instruksional umum yang termuat sudah dirumuskan dalam satu rumusan yang
menjelaskan:
1. Materi yang dipelajari,
2. Perilaku mengutarakan hasil,
3. Proses mencapaiannya

B. Fungsi Informative
Fungsi Informatif Memberikan nilai siswa kepada orang tuanya mempunyai
arti bahwa orang tua siswa menjadi tahu akan kemajuan dan prestasi
putranya di sekolah. Catatan ini akan sangat berguna terutama bagi orang
tua yang ikut serta menyadari tujuan sekolah dan perkembangan putranya.
Dengan catatan nilai untuk orang tua maka orang tua menjadi sadar akan
keadaan putranya untuk kemudian lebih baik memberikan bantuan berupa
perhatian, dorongan atau bimbingan, serta hubungan antara orang tua
dengan sekolah menjadi baik.
C. Fungsi Bimbingan
Pemberian nilai kepada siswa akan mempunyai arti besar bagi pekerjaan
bimbingan. Dengan perincian gambaran nilai siswa, petugas bimbingan akan
segera tahu bagian -bagian mana dari usaha siswa di sekolah yang masih
memerlukan bantuan. Catatan lengkap yang juga mencakup tingkat dalam
kepribadian siswa serta sifat-sifat yang berhubungan dengan rasa sosial
akan sangat membantu siswa dalam pengarahannya sebagai pribadi
seutuhnya.
 Fungsi Bimbingan dan Konseling yaitu :

1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli


agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini,
konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya
untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini,
konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan
diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik
yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan
kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli
dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan,
diantaranya: bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-
obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex)
3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya
lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi
perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya
secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama
merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan
berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah
pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain
storming), home room, dan karyawisata.
4. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat
kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada
konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling,
dan remedial teaching.
5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu
konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan
memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat,
keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini,
konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar
lembaga pendidikan.
6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program
pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan
kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai
konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan
konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi
Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun
menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu
konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara
dinamis dan konstruktif.
8. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu
konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan
bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan
perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional
dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada
tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
9. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang
seluruh aspek dalam diri konseli.
10. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu
konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang
telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari
kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri.
Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik,
rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli

 Prinsip Bimbingan dan Konseling yaitu :


Beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi
pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang
kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau
bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-
prinsip itu adalah:
1. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini
berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik
yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik
anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan
dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada
penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada
perseorangan (individual).
2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat
unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk
memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti
bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun
pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
3. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli
yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan
dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan
pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang
menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara
untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan
dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan
hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan
kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing.
Mereka bekerja sebagai teamwork.
5. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan
dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat
melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan
untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat
penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh
tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk memper-timbangkan,
menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan
yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan
bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan
adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya
dan mengambil keputusan.
6. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan)
Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di
Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri,
lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang
pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi,
sosial, pendidikan, dan pekerjaan.

 Asas Bimbingan dan Konseling adalah:


Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat
ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut:
1. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut
dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang konseli yang menjadi
sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak
diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh
memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga
kerahasiaanya benar-benar terjamin.
2. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
adanya kesukaan dan kerelaan konseli mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan
yang diperlu-kan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban
membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
3. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak
berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri
maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna
bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban
mengembangkan keterbukaan konseli. Keterbukaan ini amat terkait pada
terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli
yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat terbuka, guru
pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
konseli yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam
penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing
perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan
dan konseling yang diperuntukan baginya.
5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada
tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli sebagai sasaran
pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang
mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.
Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan
bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya
kemandirian konseli.
6. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli
dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan
atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan
kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
7. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan yang sama kehendaknya selalu
bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai
dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang
dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang,
harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-
pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan
bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
9. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan
pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai
dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan
kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan
konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya
tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan
kemampuan konseli memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma
tersebut.
10. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar
kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli
dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus
terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan
konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan
bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan
konseli mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru
pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain,
atau ahli lain; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan
kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.

D. Fungsi Administratif
Yang dimaksud fungsi administratif dalam penilaian antara lain mencakup: a.
menentukan kenaikan dan kelulusan siswa b. memindahkan
ataumenempatkan siswa c. memberikan beasiswa d. memberikan
rekomendasi untuk melanjutkan belajar e. memberi gambaran tentang
prestasi siswa/lulusan kepada para calon pemakai tenaga.

Anda mungkin juga menyukai