Anda di halaman 1dari 11

Teknologi di Indonesia telah sangat berkembang saat ini, dan tak bisa dipungkiri bahwa

teknologi sudah menjadi kebutuhan utama dari berbagai kalangan, itu bisa di lihat dari para
penggunanya yang tidak dibatasi oleh usia, mulai dari anak-anak hinga dewasa bahkan orang-
orang yang lanjut usia, semua memanfaatkan teknologi guna memudahkan aktifitas mereka.
Salah satu bentuk perkembangan teknologi ialah internet yang kini sedang banyak digunakan
oleh berbagai kalangan, karena memang lewat internet ini kita bisa melakukan berbagai hal yang
kita inginkan, serta banyak manfaat dari internet yang mampu mempermudah pekerjaan kita,
sebagai contoh, Kita bisa melakukan berbagai aktifitas komunikasi di Internet melalui berbagai
jejaring sosial yang ada seperti (Facebook, Twitter , dll). Tidak hanya itu, kita juga bisa mencari
informasi ataupun berbagi informasi dengan mudah didalamnya, cukup dengan memanfaatkan
berbagai search engine yang ada, seperti (Google, Yahoo, dll). Kondisi inipun juga di dukung
dengan adanya perkembangan teknologi pada gadget-gadget yang telah akrab di tangan
masyarakat, contohnya saja handphone, kini handphone menawarkan berbagai fitur menarik
untuk para penggunanya, dahulu handphone hanya memiliki fungsi untuk telephone ataupun
SMS, tapi kini dari gadget sekecil itu kita bisa memanfaatkannya sebagai kamera, music player,
radio, media browsing internet, chat (line, whatsapp, BBM, wechat, kakao talk), sehingga
tidaklah heran jika penyebaran informasi kini dengan mudah di peroleh asal ada gadget
pendukung di genggaman, dan kita tau bahwa fasilitas ini tidak hanya di gunakan oleh puluhan
atau ratusan orang, namun telah lebih dari jutaan orang yang menggunakannya di berbagai
belahan dunia. Sehingga tidak heran jika teknologi kini merajai dunia. Mungkin banyak orang
yang terlena dengan kondisi ini, namun tak sedikit pula yang mampu melihat kondisi ini sebagai
peluang bagi mereka. Mereka melihat semua kondisi ini mampu mendongkrak usaha/bisnis
mereka, dan mampu membuat pundu-pundi rupiah masuk ke kantong mereka dengan mudah,
itulah konsep para Entrepreneur yang mampu melihat peluang yang ada di sekitar mereka. Dan
jika kita sadari, kini mulai bermunculan para Entrepreneur yang memanfaatkan Teknologi
sebagai rekan baru dalam mendukung bisnis mereka, kondisi ini memunculkan sebuah istilah
baru yakni Technopreneur.
Apa itu Technopreneur ?

Technopreneur merupakan penggabungan antara pemanfaatan perkembangan Teknologi


dan Konsep Entrepreneur. Dimana entrepreneur sendiri dapat di definisikan sebagai sesesorang
yang menciptakan bisnis / usaha dengan keberanian untuk mengambil resiko guna mencapai
keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang ada. Dari penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa Technopreneur adalah Entrepreneur yang mengoptimalkan
berbagai potensi perkembangan teknologi yang ada sebagai basis pengembangan usaha yang di
jalankannya, atau bisa di bilang Technopreneur ini adalah Entrepreneur modern yang berbasis
pada teknologi dalam menjalankan usahanya.
Contoh Perusahaan yang berbasis Technopreneur
1. Microsoft
2. Google
3. Facebook
4. Twitter
5. Dan masih banyak lagi perusahaan besar lain.
Namun perlu di ketahui bahwa Tehnopreneur ini tidak hanya di batasi oleh pemanfaatan
teknologi informasi saja, seperti vendor IT, Web Hosting atau web design, namun segala jenis
usaha, seperti meubel, pertanian, elektroik, industri, restaurant, supermarket atau bahkan
kerajinan tangan. Sehingga semua orang bisa menjadi seorang technopreneur, karena semua
orang berhak dan mampu untuk menjadi Technopreneur asal ada keinginan yang bersumber dari
keinginan mereka sendiri. Karena Technopreneur itu adalah sebuah pilihan.
Technopreneur : Peluang kaya tanpa banyak biaya.

Banyak sekali contoh pengaplikasian konsep Technopreneurship, seperti yang dilakukan


oleh Linus Trovaldi yang mampu menciptakan software open source yang kita kenal saat ini
dengan nama linux, ataupun Bill Gates yang mengawali keberhasilannya dengan
OS Windows miliknya, atau kita ambil contoh dari Indonesia, yakni Andrew Darwis dengan
forum KASKUS miliknya yang kini menjadi forum online terbesar di Indonesia, tidak hanya itu,
di Indonesia juga muncul nama pak Onno W.Purbo dan Michael Sunggiardi yang memberikan
gagasan tentang terciptanya Warung Internet ( WarNet ) , RT/RW-Net, serta pengembangan
wajan bolic untuk mendapatkan internet yang murah namun dengan jangkauan wireless LAN
yang lebih luas. dari sekian contoh technopreneur yang ada, bayangkan berapa keuntungan yang
mampu mereka capai ataupun manfaat yang mampu mereka bagi kepada para pengguna Inovasi
mereka. mereka menjadi technopreneur dengan inovasi yang mereka miliki dan memberikan
manfaat kepada orang-orang yang menggunakan inovasi mereka.
Contoh lain pengaplikasian konsep Technopreneur yang sedang tren saat ini salah satunya adalah
Toko Online, disini technopreneur tidak butuh banyak modal mendukung usahanya. Karena
technopreneur memanfaatkan peluang dalam perkembangan teknologi saat ini. Seorang
Tecnopreneur bisa menggunakan Website untuk menggantikan fungsi dari sebuah toko, hanya
dengan bermodal Domain dan Hosting, mereka bisa mendirikan sebuah toko online guna
memasarkan barang yang mereka miliki. Dan sebagai media publikasi mereka cukup
menyebarkan url website tempat toko online mereka, selain itu untuk pemasaran cukup dengan
memaksimalkan fungsi dasar seach engine untuk mendukung publikasi website mereka, dimana
search engine ini biasanya jadi tujuan awal dari para netter ( pengguna Internet ) untuk mencari
apa yang mereka inginkan. Bisa dibayangkan target pemasaran mereka tidak dibatasi oleh jarak
ataupun lokasi, karena pengunjung toko online mereka bisa berasal dari mana saja, baik dari luar
kota, atau bahkan luar negeri, karena ketika kita membuat sebuah informasi di internet, maka
informasi itu mampu di akses oleh semua pengguna internet. Tidak hanya itu, kita juga bisa
menggunakan jejaring sosial seperti (Facebook, twitter, dll ) yang biasa digunakan sebagai media
pertemanan , guna memasarkan produk atau jasa yang kita miliki. Perlu di ketahui bahwa konsep
technopreneur menawarkan banyak kelebihan, antara lain : kemudahan bagi konsumen dan
pelaku bisnis sendiri, pelaku bisnis dapat berkomunikasi langsung dengan konsumen tanpa harus
bertatap muka, transaksi jual beli jauh lebih mudah dan cepat, jam kerja pelaku bisnis yang tidak
terikat seperti layaknya pegawai, hemat tenaga dan pastinya hemat biaya. Dan jika di perhatikan,
semua kelebihan ini mampu memberikan banyak keuntungan bagi para pelakunya (
Technopreneur )

Pemerintah dukung adanya Technopreneur

Banyak yang belum tau bahwa pemerintah juga turut mendukung pengembangan
Technopreneurship atau bisnis berbasis teknologi, itu karena Technopreneur di Indonesia bisa
menjadi tulang punggung pembangunan nasional serta mendukung kemandirian bangsa, semua
itu di katakan oleh menteri Koordinator perekonomian Hatta Rajasa dalam pidatonya. Menurut
beliau, perguruan tinggi harusnya juga memiliki tugas untuk mencetak orang-orang yang tidak
hanya sekedar mencari lapangan kerja, tapi juga menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga mereka mampu menjadi seorang Technopreneur dan mampu menciptakan sebuah
lapangan kerja baru bagi para calon pegawainya, sehingga diharapkan dapat membawa
perubahan kondisi bangsa ke arah yang lebih baik dalam berbagai bidang.

Perlu kita tau bahwa di tahun 2015 ASEAN akan menerapkan Economic Community. Ini
akan menjadi awal dimulainya pasar bebas regional ASEAN, sehingga peredaran uang dan
barang akan sangat berpusat pada teknologi, karena pemasaran dilakukan antar begara-negara
ASEAN, maka dibutuhkan banyak Technopreneur yang mampu memanfaatkan teknologi secara
tepat guna meningkatkan daya saing bisnisnya menghadapi pesaing-pesaing lain dari kawasan
ASEAN pada tahun 2015 nanti. Karena sebenarnya Indonesia memiliki potensi untuk
menghadapi ASEAN Economic Community ini, yakni berupa sumber daya manusia yang sangat
mencukupi untuk bersaing, dengan jumlah penduduk Indonesia hingga 39% dari total penduduk
ASEAN maka indonesia di katakan mampu memberikan pengaruh besar bagi ASEAN Economy
Community . Tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki kekayaan sumber daya alam yang lebih
dari negara-negara ASEAN yang lain, sehingga Indonesia memiliki Potensi besar dalam ASEAN
Economy Community ini. Karena itulah, begitu besar harapan pemerintah kepada para generasi
muda Indonesia sebagai agen of change (agen pembawa perubahan) denganmenguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, untuk mampu mengembangkan potensi Indonesia yang telah ada
tersebut sebagai seorang Technopreneur guna mampu bersaing dengan negara ASEAN yang lain,
sehingga Indonesia mampu menjadi pemain Utama, bukan hanya sekedar partisipan dalam
ASEAN Economy Community ini. Itulah mengapa Technopreneur juga turut berperan sebagai
pendukung kemandirian bangsa guna melakukan pembangunan nasional dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di kancah
Internasional.

Jadi Pencari Kerja atau Pencipta Lapangan Kerja ?

Melihat kondisi di negara kita saat ini, dimana jumlah pencari kerja terus bertambah
setiap tahunnya namun tidak diimbangi dengan jumlah lapangan kerja yang mampu menampung
semua pencari kerja tersebut, ini mengakibatkan jumlah pengangguran di Indonesia terus ada
bahkan bisa bertambah tiap tahunnya. Bisa dibanyangkan berapa jumlah sarjana yang lulus tiap
tahunnya, namun dari jumlah sebesar itu, jumlah lapangan kerja yang ada tidak mampu
menampung keseluruhan jumlah sarjana-sarjana muda tersebut, kondisi inipun belum di tambah
dengan jumlah sarjana lulusan tahun-tahun yang lalu, yang juga belum memperoleh pekerjaan.
Sudah bukan waktunya bagi kita untuk mencari lapangan kerja yang mampu menampung kita,
sudah bukan waktunya bersaing dengan para pencari kerja yang jumlahnya terus menerus
bertambah, dan sudah bukan waktunya bagi kita untuk menambahkan nama kita ke daftar para
pencari kerja atau bahkan para pengangguran. Dengan memanfaatkan Peluang dan Kemampuan
yang kita miliki, ini waktunya bagi kita untuk melakukan Inovasi terhadap teknologi secara tepat
guna, sehingga kita mampumeningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menciptakan sebuah
lapangan kerja baru guna turut mengurangi angka pengangguran di negeri ini, serta mampu
meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di mata dunia.
Saya tak meragukan bahwa sebagian besar dari Anda mengenal sosok di atas. Robert
Downey Jr menempatkan dirinya sebagai salah satu artis Hollywood paling terkenal di
dunia setelah memerankan Tony Stark sekaligus Iron Man dalam film trilogi Iron Man dan
The Avenger. Lalu apa hubungan Iron Man dengan judul artikel ini? Saya yakin Anda dapat
menebaknya. Ya, Tony Stark sebagai pemilik Stark Industries dalam film tersebut adalah
salah satu contoh seorang technopreneur.

Apa yang pertama kali terlintas di benak Anda ketika mendengar atau membaca istilah
"technopreneur" dan "technopreneurship"? Bagi Anda yang belum familiar dengan istilah
kewirausahaan atau entrepreneurship mungkin akan bertanya-tanya. Tetapi bagi Anda
yang cukup familiar atau setidaknya pernah mendengar istilah tersebut, saya yakin Anda
dapat menduga apa yang dimaksud dengan technopreneur dan technopreneurship.

Ya, seperti namanya technopreneur memang merupakan gabungan dua kata dalam
bahasa Inggris, yaitu technology dan entrepreneur. Istilah ini secara harfiah berarti
wirausahawan yang menggunakan teknologi tidak hanya sebagai basis produk tetapi juga
terintegrasi dan menjadi elemen kunci dalam berbagai aspek bisnisnya untuk meningkatkan
performa produk dan layanan. Mungkin contoh yang cukup tepat untuk
menggambarkan technopreneur dan technopreneurship saat ini adalah perusahaan-
perusahaan teknologi global berikut: Microsoft, Apple, Google, Facebook, Amazon, dan
Twitter. Siapa yang tidak kenal mereka saat ini? Mereka merajai produk teknologi komputer
dan internet dunia serta dirintis dari nol oleh para pendiri yang memiliki visi jauh ke depan
dengan memutuskan menjadi seorang technopreneur.

Definisi di atas juga mungkin cukup relevan dengan ilustrasi di awal artikel ini yang
menampilkan sang superhero favorit dekade ini, Tony Stark atau Iron Man yang memiliki
bisnis pengembangan teknologi baju pelindung, senjata, energi, dan lainnya pada film
tersebut. Iron Man dapat menjadi contoh yang cukup representatif sebagai technopreneur,
meski technopreneur tentu tak harus seperti Iron Man.. :)

Apabila technopreneur merupakan orang atau pribadi yang melakukan kewirausahaan,


maka tentu technopreneurship merupakan segala hal yang berkaitan dengan
kewirausahaan berbasis teknologi, baik itu proses, sistem, pihak yang terlibat, produk,
konsumen, pelayanan, peraturan, media promosi, hingga faktor-faktor lain yang diperlukan
pada kewirausahaan berbasis teknologi. Selain technopreneur beberapa istilah lain yang
termasuk ke dalam kategori wirausahawan yang lebih spesifik antara lain
adalah creativepreneur (wirausahawan kreatif) dan sociopreneur (wirausahawan sosial).

Istilah technopreneur sendiri cukup menjadi sorotan utama pada dekade ini, meski
telah diperkenalkan sejak tahun 1987. Di tengah kebutuhan masyarakat Indonesia yang
mendesak akan lahirnya para wirausahawan (entrepreneur) baru yang mampu
menciptakan lapangan kerja, serta perkembangan pesat dunia teknologi informasi dan
komunikasi, menjadikan pemahaman mengenai pentingnya teknologi sebagai aspek krusial
dalam bisnis oleh para entrepreneur baru sangat diperlukan. Bagaimana tidak, teknologi
komunikasi dan informasi yang berkembang pesat saat ini seperti ponsel cerdas
(smartphone), gadget, serta internet yang dapat diakses secara bebas dimanapun dan
kapanpun memungkinkan kita mengakses beragam informasi dari seluruh dunia
secara real-time. Fakta ini tentu juga dapat dimanfaatkan menjadi keuntungan besar oleh
para entrepreneur muda untuk mempromosikan dan mengembangkan bisnis mereka
secara mudah, cepat, dan tidak memakan banyak biaya yang tentu sangat diperlukan
para entreprenur yang tengah merintis bisnis. Hal ini kemudian berpotensi meningkatkan
taraf hidup masyarakat dan juga perekonomian bangsa yang merupakan cita-cita kita
bersama sebagai bangsa Indonesia.

Anda mungkin memiliki definisi, opini, deskripsi, maupun pengalaman tersendiri


mengenai technopreneur. Saya pun mengalami hal yang serupa, sehingga pada artikel ini
saya tidak akan membahas beragam hal mengenai technopreneur dari apa yang tertulis di
dalam kamus, ensiklopedia, teori-teori, buku, maupun jurnal ilmiah, tetapi saya akan
mengulas technopreneur berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya. Semoga saya
dan Anda dapat berbagi pengalaman dan pendapat seputar duniatechnopreneur sehingga
dapat saling menambah wawasan, memperkaya ilmu, dan menjadi masyarakat Indonesia
yang paham dalam menggunakan dan membangun teknologi serta menjadi
seorang technopreneur dan membangun Indonesia di masa depan.. :)

Perkenalan saya dengan istilah technopreneur bermula saat melihat publikasi


suatu event seminar dan workshop mengenai technopreneur di kampus saya, Universitas
Indonesia. Seminar dan workshop pertama di UI yang membahas
mengenai technopreneurship tersebut diselenggarakan langsung oleh Direktorat Kemitraan
dan Inkubator Bisnis UI bekerja sama dengan Wira Muda UI, suatu organisasi
kemahasiswaan yang fokus di bidang entrepreneurship mahasiswa. Acara tersebut
dipublikasikan secara masif via media jejaring sosial Twitter dan Facebook dan begitu saya
melihat tweet mengenai acara tersebut tanpa ragu lagi saya langsung mendaftar. Acara itu
ternyata memang ditujukan untuk mahasiswa dari rumpun ilmu sains dan teknologi yaitu
Fakultas MIPA, Fakultas Teknik, dan Fakultas Ilmu Komputer serta dirancang untuk
memberikan pemahaman lebih mengenai technopreneurship yang dapat dikembangkan
oleh para mahasiswa dari rumpun ini.

Sesi seminar berlangsung dengan sangat menarik, atraktif, interaktif dan dapat membuat
saya memahami lebih jauh mengenai technopreneurship. Para pembicara
adalah technopreneur yang merupakan pionir dan mumpuni di bidangnya masing-masing
sehingga kami dapat mendengar secara langsung bagaimana pengalaman mereka saat
awal merintis usaha tersebut hingga menjadi besar dan terkenal seperti sekarang
ini. Technopreneurship ternyata tidak hanya mengenai basis teknologi yang kuat sebagai
produk yang saat ini sedang sangat berkembang pesat, tetapi juga mengenai penggunaan
teknologi terkini dalam beragam aspek kewirausahaan untuk meningkatkan performa
bisnis. Penggunaan teknologi tersebut antara lain adalah untuk desain produk yang inovatif
dan solutif, perancangan harga, pembuatan website atau blog yang efektif, strategi promosi
dan pemasaran, maksimalisasi penggunaan social media, manajemen waktu dan SDM,
hingga perancangan proposal dan presentasi.

Untungnya saya tidak terlalu asing dengan bahasan yang mengarah


kepada entrepreneurship tersebut. Hal itu dikarenakan saya pernah mengambil mata kuliah
pilihan Manajemen dan Kewirausahaan saat di tingkat pertama kuliah. Ya, meskipun saya
kuliah di jurusan kimia, faktanya mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah pilihan luar
bidang dengan peminat paling banyak karena paling menarik dan menambah wawasan
kewirausahaan. Dosen saya saat itu juga seorang technopreneur yang bergerak di bisnis
pendidikan sains dan teknologi untuk anak usia dini hingga sekolah dasar. Saya pun
memiliki pengalaman menarik saat mengikuti kuliah ini yaitu di saat business plan saya
menjadi juara di antara peserta kuliah lainnya. Ternyata, ide saya saat itu untuk
membuat distro (distribution store) yang menyediakan pakaian bertema sains dan teknologi
dianggap paling menarik dan dapat direalisasikan dengan baik.

Hari selanjutnya berlanjut ke sesi workshop yang menurut saya sangat interaktif dan
inspiratif. Kami diminta untuk membuat focus group yang berisi lima orang minimal dari tiga
fakultas berbeda (karena hanya tiga fakultas yang diperbolehkan mengikuti acara tersebut).
Kemudian kami diminta untuk membuat suatu desain produk beserta rancangan harga,
strategi pemasaran, struktur organisasi, hingga simulasi presentasi di depan investor.
Sangat menarik, hal ini belum pernah saya alami sebelumnya jadi merupakan
pembelajaran yang baik bagi saya dan seluruh peserta workshop.

Saya dan keempat orang teman kelompok saya (satu dari FMIPA, satu dari FT, dan dua
dari Fasilkom) sepakat untuk berbisnis aplikasi mobile game yang dapat diunduh dari
berbagai smartphone seperti Android, BlackBerry, dan iPhone. Game tersebut kami
rancang juga untuk memperkenalkan dongeng, fabel, dan legenda dari Indonesia yang
sebenarnya banyak mengandung nilai-nilai moral yang baik tetapi saat ini sudah dilupakan
oleh kebanyakan anak-anak Indonesia yang sudah telalu fokus pada gadgetyang mereka
miliki. Berangkat dari permasalahan itulah kami memiliki ide untuk
menghadirkan game ini. Game yang tidak hanya seru dan interaktif, tetapi juga edukatif.
Saya pun bertindak sebagai presenter yang memperkenalkan produk kami pada "calon
investor" pada saat simulasi berlangsung. Meski tidak keluar sebagai pemenang, kelompok
kami termasuk salah satu kelompok favorit dengan "dana investasi" terbanyak. Betapa
sangat berharganya pengalaman saya saat itu.

Berdasarkan pengalaman-pengalaman saya mengenai technopreneur tersebut, saya


dapat menarik dan merangkum beberapa pelajaran yang mungkin berguna bagi saya dan
Anda yang ingin, sedang, atau bahkan telah merintis usaha sebagai
seorang technopreneur. Semoga hal-hal ini dapat menginspirasi kita semua.. :)

# Berangkat dari kebutuhan masyarakat

Hampir seluruh produk berbasis teknologi yang sangat terkenal dan banyak dibeli saat ini
adalah yang berangkat dari kebutuhan masyarakat. Mobil, motor, telepon seluler, televisi,
internet, provider seluler, social media, beragam produk elektronik, hingga
beragam gadget berawal dari kebutuhan masyarakat akan kemudahan bertransportasi,
berkomunikasi, dan bersosialisasi serta gaya hidup. Jika ingin menjadi
seorang technopreneur berangkatlah dari kebutuhan dan permasalahan masyarakat
sehingga kita dapat memiliki ide atau gagasan tertentu untuk memberikan solusi melalui
teknologi yang dapat kita kembangkan menjadi suatu business core. Hal ini pun menjadikan
produk kita diminati masyarakat sehingga kita dapat terus mengembangkannya menjadi
lebih baik lagi.

# Perkaya diri dengan ide dan inspirasi

Di era yang sangat kompetitif ini, kita diharuskan memiliki ide yang brilian untuk memulai
bisnis dan mempertahankannya. Produk yang kita hasilkan tidak perlu baru, tetapi harus
inovatif dengan memodifikasi sesuatu yang sudah ada dan menjadikan fungsinya jauh lebih
baik atau beragam. Ide dan inspirasi memang terkadang dapat datang dengan sendirinya,
namun cara terbaik adalah dengan mendatangkan ide dan inspirasi itu sendiri. Bagaimana
caranya? Tentu sangat mudah. Perkaya wawasan dengan membaca, mengikuti seminar
atau workshop mengenai technopreneurship, atau berbincang dengan
para technopreneur secara langsung. Hal-hal tersebut kita sadari atau tidak akan
menimbulkan suatu ide orisinal yang dapat kita kembangkan sebagai bisnis kita sendiri.

# Rencanakan dengan matang akan tetapi lakukan dengan cepat

Seorang technopreneur harus mampu menganalisis pasar, mendesain suatu produk,


membuat strategi pemasaran, menentukan harga dan target pasar, menyusun struktur
organisasi, serta memegang tanggung jawab terhadap seluruh proses bisnis. Kemampuan
itulah yang harus dimiliki entrepreneur secara umum dalam membuat suatu rancangan
bisnis (business plan). Tetapi tentu rencana itu tidak akan menjadi kenyataan apabila tidak
diwujudkan. Jadi, mulailah secepatnya atau bahkan sekarang juga. Mulailah dari hal-hal
yang mudah dan sederhana seperti mencari inspirasi, mendesain produk atau membuat
strategi promosi.

# Tambahkan value pada produk


Produk yang kita hasilkan bisa saja sama persis dengan
wirausahawan lain. Tetapi ada satu hal yang membuat suatu produk tertentu lebih disukai
dan lebih laris dibandingkan produk lainnya yang serupa, yaitu nilai (value). Value yang kita
dapat tambahkan kepada produk kita tentunya beragam dan sesuai dengan inovasi dan
kreativitas masing-masing technopreneur. Perlu diingat, value yang dijelaskan di sini
bukanlah mengenai harga (price) melainkan suatu nilai tambah. Sebagai contoh kita dapat
menambahkan suatu value pendidikan sains dan teknologi pada mobile games yang kita
kembangkan dan kita jual di beragam application store. Hal tersebut tentu akan menambah
nilai jual produk, terutama kepada masyarakat yang menginginkan game yang tidak hanya
sekedar menghibur tetapi juga edukatif.

Tentu ada sangat banyak pelajaran yang bisa saya bagi dari beragam pengalaman
menarik saya seputar dunia technopreneurship. Tetapi untuk saat ini saya rasa beberapa
hal yang sudah saya rangkum dalam artikel ini mampu mewakili kiat-kiat yang dapat saya
dan Anda implementasikan demi meraih impian dan cita-cita menjadi
seorang technopreneur. Sungguh banyak hal yang dapat kita raih dengan
menjadi technopreneur. Tidak hanyauntuk kepuasan atau meraih kesuksesan pribadi kita
semata. Tetapi dengan menjadi seorang entrepreneur kita juga turut berkontribusi
meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia dengan menghasilkan lapangan pekerjaan
dan membangun perekonomian sekaligus teknologi Indonesia.
- See more at: http://abi-ghifari.blogspot.co.id/2013/04/menjadi-technopreneur-
membangun.html#sthash.PcfyY9l3.dpuf

Anda mungkin juga menyukai