Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic


dengan karateristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, kedua duanya ( American Diabetes Associatin,
2010 )

Diabetes mellitus ( DM ) merupakan sekelompok kelainan hetrogen yang


di tandai dengan kenaikan kadar gula dalam darah ( Maulana, 2008 )

Peningkatan kadar gula dalam darah merupakan gejala yang umum dari
penyakit Diabetes mellitus yang tidak terkontrol dan seringkali
mengakibatkan kerusakan yang cukup serius pada bagian tubuh, terutama
saraf dan pembuluh darah ( WHO,2008 )

Penyakit Diabetes mellitus sering terjadi pada kaum lanjut usia di


antara individu yang berusia > 65 tahun, 8,6 % menderita DM tipe II.
Angka ini mencangkup 15 % populasi pada panti lansia ( steele,
2008 ).Laporan dari internasional Diabetik Federation menyebutkan,
bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang pasien DM. Angka ini terus
bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Dengan
demikian, jumlah pasien DM diperkirakan akan mencapai 350 juta orang
pada tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut berada di
Asia,terutama di India,Cina,Pakistan, dan Indonesia ( Tandra 2007 ) .

Data WHO menyebutkan bahwa, pada tahun 2000 terdapat sekitar 171
juta orang pasien DM di dunia dan diperkirakan jumlah ini akan
meningkat menjadi 336 juta pada tahun 2030. Sedangkan untuk kawasan
Asia Tenggara, terdapat sekitar 64 juta orang pasien DM pada tahun
2000 dan juga diperkirakan akan menjadi peningkatan pada tahun 2030
menjadi 119 juta orang. Jumlah ini juga termasuk prevalensi jumlah
pasien DM di Indonesia, yaitu sekitar 21 juta orang, Berdasarkan
jumlah ini, Indonesia menepati urutan kedua setelah Negara India
( WHO, 2008 ). Berdasarkan data dari puskesmas Pringgarata pada
pereode Oktober sampe Desember 2018 didapatkan data bahwa lansia yang
berkunjung di poli lansia yang terdiagnosa diabetes mellitus sebanyak
48 penderita.

Lanjut usia ( Lansia ) adalah bagian dari proses tumbuh kembang


manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari
bayi, anak-anak, dan dewasa akhirnya menjadi tua. Hal ini normal,
dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat di ramalkan terjadi
pada semua saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis
tertentu ( Ma’rifatul,2011 )

Lanjut usia ( Lansia ) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan.


Hal ini merupakan salah satu kenyataan yang tidak dapat dihindari,
dimana seseorang mengalami perubahan secara biologis
,psikologis,maupun social. Pada semua orang, namun dalam derajat yang
berbeda dan tergantung pada lingkungan kehidupan lanjut usia
( Setiati,2000 )

Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah penduduk usia lanjut


secara darmatis pada abat 21 nanti. Berdasarkan data proyeksi penduduk
tahun 1990-2025 dari badan pusat statistic ( BPS ) pada tahun 2000,
jumlah penduduk usia lanjut mencapai 7,29 % ( sekitar 15,2 juta
jiwa ) dari total jumlah penduduk Indonesia. Diperkirakan pada tahun
2020 jumlahnya bertambah menjadi 11,34 % ( Darmajo, 2006 ) Berdasarkan
data dari badan pusat statistic ( BPS ) NTB pada tahun 2010-2011
didapatkan bahwa jumlah lanjut usia yang berada di wilayah NTB adalah
432.435 lansia.

Kecepatan menua berbeda pada setiap individu dan harus di akui ada
berbagai penyakit yang sering di alami oleh lansia. Manusia secara
lambat dan progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi,
semakin banyak distorsi meteoritic dan struktural yang di sebut
sebagai penyakit degenerative seperti arterosklerosis,diabetes
mellitus dan hipertensi ( Nugroho, 2008 )
Sejak ratusan tahun lalu, nenek moyang kita telah memanfaatkan tanaman
sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang
sekarang ada. Ramuan tanaman obat kemudian dikenal sebutan herbal itu
terbukti mujarab dalam mengobati berbagai penyakit. Merebaknya
kecendrungan atau tren hidup kembali kealam ‘(back to nature )’
semakin menambah keingintahuan masyarakat tentang khasiat tanaman obat
( sudewo,2005 )

Di beberapa daerah di Indonesia seperti aceh, telah memanfaatkan daun


kopassanda ini secara tradisional untuk mengobati diabetes dan luka
kulit, daun koppasanda juga telah di gunakan secara tradisional di
Vietnam dan beberapa Negara tropis lainnya untuk menangani gigitan
lintah, luka jaringan lunak, luka bakar, infeksi kulit dan dento-
alveolitis. Caranya dengan meremas-remas daun muda sampai hancur,dan
cairan yang digunakan untuk mengobati luka kulit ( Le, T. T. 1995. )

Tumbuhan koppasanda telah di teliti secara ilmiah dan terbukti


memiliki berbagai khasiat penelitian oleh Ikewuchi ( 2011 ).
Menyebutkan bahwa tumbuhan ini dapat di gunakan sebagai obat
antikolesterol. Penelitian alisi, dkk. ( 2011 ) menyatakan bahwa daun
koppasanda memiliki antioksidan dan mampu menangkal radikal bebas yang
di yakini sebagai penyebab berbagai penyakit degenerative dan penuaan
dini. Sifat antioksidan ini dikaitkan dengan kandungan senyawa kimia
yang terkandung dalam daun koppasanda flavonol, flavenone,chalcone,
flavonen asam hidroksibenzoat dan asam hidroksinamat. Namun demikian,
sejauh ini penelitian terhadap ekstra daun koppasanda terhadap
penyakit diabetes sangat minim.

Berdasarkan data yang yang di peroleh dari Puskesmas Pringgerate


terdapat 48 yang menderita diabetes mellitus, termasuk prevalensi yang
tinggi di suatu wilayah sedangkan program untuk mengatasi diabetes
mellitus tersebut masih kurang.

Survei pendahuluan yang di lakukan dari tanggal 16-18 desember di


wilayah kerja puskesmas pringgerata terdapat 5 penderita diabetes
mellitus dan dari hasil wawancara yang di lakukan untuk penanganannya
kebanyakan menggunakan obat farmakologi, sedangkan untuk tindakan non
farmakologi masih kurang di terapkan.

Berdasarkan latar belakang di atas, calon peneliti tertarik untuk


meneliti pengaruh pemberian rebusan daun koppasanda terhadap perubahan
kadar glukosa darah pada lansia penderita diabetes mellitus.

B. Rumusan Maslah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah : “ apakah ada


pengaruh pemberian rebusan daun koppasanda terhadap perubahan kadar
glukosa darah pada lansia penderita diabetes mellitus tipe II di
wilayah kerja puskesmas pringgerate “ ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain :

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian rebusan daun Koppasanda terhadap


perubahan kadar glukosa darah pada lansia penderita diabetes
mellitus type II di wilayah kerja puskesmas pringgerata.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kadar glukosa darah pada lanjut usia


penderita diabetes mellitus type II sebelum pemberian
rebusan daun kelor di wilayah kerja puskesmas pringgerata.

b. Mengidentifikasi kadar glukosa darah pada lanjut usia


penderita diabetes mellitus type II setelah pemberian
rebusan daun koppasanda di wilayah kerja puskesmas
pringgerata.

c. Menganalisa pengaruh rebusan daun koppasanda terhadap


perunahan kadar glukosa darah pada lanjut usia penderita
diabetes mellitus type II di wilayah kerja puskesmas
pringgerata.
D. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat bagi institusi pendidikan

Merupakan bahan evaluasi pendidikan untuk meningkatkan mutu


pendidikan, khususnya di bidang pengendalian diabetes mellitus
non farmakologi dan pengembangan riset keperawatan.

2. Manfaat bagi puskesmas

Sebagai bahan masukan dalam memberikan pelayanan kepada


lansia, khususnya tindakan keperawatan nonfarmakologis dalam
menangani masalah diabetes mellitus pada lansia serta dapat
digunakan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya
pada lansia.

3. Manfaat bagi masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat


tentang kebenaran ilmiah pengaruh pemberian rebusan daun
koppasanda terhadap perubahan kadar glukosa darah pada lansian
penderita diabetes mellitus sehingga mampu menerapkan dalam
merawat lansia di rumah.

4. Manfaat bagi responden

Diharapkan penelitian ini dapat di jadikan acuan bagi lansia


supaya menggunakan terapi herbal ( rebusan daun koppasanda )
untuk menurunkan kadar glukosa darah .

5. Manfaat bagi peneliti lain

Diharapka bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan


oleh peneliti lain, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan
wahana untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dibidang
keperawatan khususnya pengaruh pemberian rebusan daun
koppasanda terhadap perubahan glukosa darah pada lanisa
penderita diabetes mellitus.

E. Keaslian penelitian

Anda mungkin juga menyukai