Anda di halaman 1dari 5

PERBEDAAN GERAKAN VOLUNTER DAN INVOLUNTER

Gerak merupakan ciri kehidupan. Gerakan tubuh terdiri dari gerak involunter dan volunter.
Gerak involunter adalah gerakan yang terjadi secara otomatis tanpa kendali korteks kesadaran. Gerakan
involunter tubuh berupa gerak refleks, yaitu antara lain refleks pengecilan pupil, mengejap, batuk
bersin, sekresi saliva, peristaltik dsb.Gerakan volunter adalah gerakan yang terbentuk oleh kemauan dan
kesadaran penuh. Sebagai contoh gerakan volunter adalah menulis, membaca, bermain bola, dsb. Gerak
ritmis adalah gerakan yang berulang. Gerak ritmis involunter contohnya denyut jantung dan pernafasan.
Gerak ritmis pada organ somatik merupakan paduan gerak volunter dan involunter. Gerak ritmis dimulai
dan diakhiri secara volunter, akan tetapi selama proses gerakan terjadi secara involunter, meskipun
seseorang dapat mengatur dan merasakan semua gerakan ritmis tersebut jika menginginkan. Contoh
gerakan ritmis adalah mengunyah, berjalan, garuk-garuk.

Pusat saraf mengendalikan gerakan dalam 3 tingkat, yaitu medulla spinalis, batang otak, dan
area motorik korteks serebri. Di tingkat medulla spinalis, hasil pengindraan berbagai reseptor seperti
kumparan otot (muscle spindle), tendon golgi, dan propioseptor berintegrasi untuk enghasilkan gerakan
paling sederhana sebagai respon reflex spinal. Refleks sederhana saraf kranialis berpusat di batang otak.
Batang otak mendapat sinyal dari serebellum untuk bersama-sama mengendalikan postur/sikap tubuh,
keseimbangan, koordinasi gerakan mata-tangan. Pengendalian gerakan tertinggi dilaksanakan oleh
korteks motoris yang mendapat masukan dari serebellum, ganglia basalis, dan berbagai pusat disekitar
thalamus (system limbik) dalam merencanakan, memulai, dan merencanakan gerakan.

GERAKAN INVOLUNTER (REFLEKS)

Gerakan involunter dan volunter memiliki karakteristik yang berbeda. Tujuan gerakannya pun
berbeda. Gerakan refleks adalah aktifitas motoris spontan spesifik (khusus) tak disadari yang merupakan
jawaban atas rangsangan yang adekuat pada reseptor saraf. Gerakan reflek selalu sama pada semua
orang, bahkan pada hewan. Gerakan refleks ini terjadi bukan atas perintah pusat kesadaran. Jalur syaraf
yang dilalui untuk timbulnya aktifitas refleks disebut lengkung refleks. Lengkung refleks terdiri atas
reseptor, neuron aferen, interneuron SSP (tak selalu ada), neuron eferen, dan efektor (otot). Refleks
yang hanya memiliki satu sinaps disebut refleks monosinaptik. Ini adalah refleks yang paling sederhana
karena tak melibatkan neuron antara (interneuron) yang menghubungkan neuron aferen dengan
neuron eferen.

Refleks terjadi bila:

1. Rangsang adekuat, yaitu rangsangan sesuai dengan reseptornya. Contohnya refleks regang
(miotatik) terjadi oleh rangsangan yang berupa regangan (refleks patella), reflleks abdominal
akan terjadi oleh rangsangan goresan, refleks tarikan (withdrawal refleks) terjadi oleh
rangsangan sakit /panas.
2. Kekuatan rangsang harus mencapai ambang. Mengapa?
3. Tidak ada kelainan (lesi) pada lengkung refleks.

Refleks dapat terjadi baik pada organ somatic maupun visceral. Refleks pada organ somatic akhirnya
akan disadari, sebab sebagian impuls akan sampai pada pusat kesadaran. Sedangkan refleks pada organ
viscera tidak pernah disadari karena impuls tidak sampai pusat kesadaran.

Refleks somatic spinal, rangsangan adekuat pada reseptor akan menimbulkan impuls yang
disalurkan melalui neuron aferen menuju ke cornu posterior medulla spinalis, selanjutnya impuls
ditransmisikan melalui sinaps ke neuron eferen keluar dari medulla melalui cornu ventral menuju
efektor (otot). Impuls dari neuron aferen tidak hanya ditransmisikan ke neuron eferen tetapi juga ke
neuron spino-talamikus ke thalamus, bersinaps dan ganti neuron di nucleus lateralis thalami, melalui
capsula interna sampailah impuls pada gyrus centralis posterior (pusat kesadaran), sehingga gerakan
refleks dapat diketahui.

Dalam kehidupan sehari-hari, refleks merupakan mekanisme dasar untuk mempertahankan diri dari
bahaya lingkungan luar dan mempertahankan kondisi homeostatis dari berbagai rangsangan perubahan
internal maupun eksternal yang mengenai tubuh. Rangsang nyeri menimbulkan refleks penarikan
(withdrawal refleks). Regangan otot menimbulkan kontraksi secara refleks mendasari mekanisme refleks
regang otot.

Pemeriksaan refleks memiliki fungsi dan aspek klinis untuk penegakan diagnosa kelainan saraf.
Pemeriksaan refleks sangat mendukung penentuan adanya gangguan saraf pada lengkung refleks,
medulla spinalis atau otak .

Secara sederhana evaluasi respon refleks dibedakan menjadi 4 tingkatan yaitu arefleks, hiporefleks,
normorefleks, dan hiperrefleks. Adanya lesi pada serabut aferen, eferen (lower motor neuron), atau
gangguan pada otot akan mengakibatkan hiporefleks sampai arefleks organ bersangkutan. Kerusakan
pada upper motor neuron disusunan saraf pusat akan menimbulkan respon hiperrefleks pada
pemeriksaan refleks yang berpusat dibawah dari lokasi kerusakan. Hiperrefleks ini terjadi karena tidak
ada impuls yang berasal dari otak untuk menginhibisi/mengontrol gerakan otot.

CARA PEMERIKSAAN BEBERAPA REFLEKS FISIOLOGIS


1. Refleks pupil : pada mata yang terbuka disinari dengan baterey (senter). Refleks pupil positif jika
terlihat konstriksi pupil
Reseptor : retina
Saraf aferen : n. optimus (N.II)
Pusat integrasi : otak tengah (midbrain)
Saraf eferen : n. occulomotorius (N.II)
Efektor : otot polos iris

2. Refleks Cornea : Cara pemeriksaan dengan menyentuh cornea dengan kapas basah, maka akan
terjadi kejapan mata.
Reseptor : Permukaan kornea
Saraf aferen : N.V.
Pusat integrasi : otak (Pons)
Saraf eferen : m.Orbicularis oculi

3. Refleks abdominal : Refleks ini terdapat negatif pada 3% orang-orang normal, umur kurang dari
3 bulan, sedang pada usia lebih dari 4 tahun umunya positif. Cara melakukan tes ini adalah
dengan benda runcing (pensil, lidi, tangkai hamer refleks) di goreskan pada abdomen selalu dari
arah leteral ke medial atau dari cranial ke caudal, maka akan terjadi kerutan pada kulit
abdomen. Refleks abdomen dibedakan menjadi 4 daerah.
a. Refleks epigastrial, sentrum pada T 8-9
b. Refleks supraumbilikal, sentrum T 6,7 ,8
c. Refleks umbikal, sentrum T 9,10
d. Refleks infra umbikal, sentrum L I,II

4. Refleks patellae : Ketuk ligamentum patellae pada orang yang duduk dengan kaki tergantung.
Respon refleks positif bila terjadi ekstensi artikulatio genu. Ligamentum patellae yang diketuk
akan meregangkan m. quadrisep femoris. Rangsang tegang ini diterima reseptor rengang pada
otot tersebut dan impuls disalurkan oleh n. Femoralis, sentrum di L II, III, IV dan sampai
efektornya juga m. quadrisep femoris.

5. Refleks Achiles : Ketuk tendo achili, positif jika terjadi plantar fleksi dari tapak kaki akibat
kontraksi Trisep surae. Sentrum pada S I, II.
6. Refleks Bisep(sentrum C5.6)
a. Lengan kanan naracoba diluruskan secara pasif dan diletakan diatas meja/tangan penguji.
Naracoba mengalihkan perhatian ke sekeliling.
b. Penguji memukul tendo m. biseps brschii dengan martil refleks.
c. Positif bila lengan bawah mengadakan fleksi (m. biseps brachii berkonstraksi).

7. Refleks Triseps (C7.8)


a. Lengan kiri mencoba dibengkokan secara pasif. Alihkan perhatian naracoba.
b. Penguji memukul tendo m. triseps brachii dengan martil refleks.
c. Refleks positif jika terjadi ekstensi lengan bawah sejenak.

8. Refleks Penarikan (withdrawal Rafleks) adalah reflex polisinaptik yang terjadi karena rangsang
nyeri. Rangsang nyeri dapat berupa benda runcing, sentuhan panas, tekanan tendo atau ujung
jari. Refleks ini merupakan respon menghindar dari bahaya/kerusakan jaringan berlebihan.

B. Pemeriksaan Refleks Patologis.


Refleks patologis adalah refleks yang jika timbul menunjukan adanya kerusakan atau gangguan saraf
tertentu. Contoh refleks patologis antara lain:

1. Refleks Tromner- Hoffman.


Pemeriksa memegang lengan bawah pasien dengan tangan kirinya. Tangan pasien berada pada
posisi pronasi dengan jari-jari agak fleksi. Kemudian pemeriksaan menyadarkan ujung jari
tengah pasien pada jari tengahnya dan menggoreskan gores tepi kuku ibu jari pemeriksa pada
permukaan kuku jari tengah pasien dari proksimal ke distal. Positif jika jari telinjuk dan ibu jari
pasien melakukan secara cepat seirama dengan goresan kuku jari tengahnya. Refleks positif
menunjukkan adanya kerusakan pada upper motor neuron medulla spinalis.
2. Refleks Babinsi
Caranya pemeriksa menggores lateral telapak kaki pasien dan membelok ke arah ibu jari dengan
benda runcing. Pada orang normal akan timbul gerakan reflektorik terdiri plantar fleksi kaki dan
jari-jarinya. Pada kerusakan tr. Piramidalis gerakan reflektorik itu tidak menjurus ke plantar akan
tetapi ke dorsal terutama ibu jari kaki yang melakukan dorsofleksi sedangkan jari-jari kaki
lainnya mengembang. Tanda ini adalah Babinski positif. Refleks positif menunjukkan adanya
kerusakan pada upper motor neuron traktus piramidalis.

GERAKAN VOLUNTER
Gerakan volunter adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot somatis yang
dikendalikan oleh sistem saraf somatik dengan melibatkan korteks kesadaran secara panuh. Adanya
gerakan volunter ini memungkinkan manusia melakukan berbagai hal yang menunjang kehidupannya.
Gerakan volunter pada hewan berfungsi untuk mempertahankan kehidupan dan regenerasi. Gerakan
volunter pada manusia tidak sekedar untuk mempertahankan kehidupan dan regenerasi, tapi memiliki
fungsi luhur untuk makna kehidupan dan mengemban amanah yang akan dipertanggung-jawabkan
pada kehidupan akherat kelak.

Meskipun gerakan volunter dikendalikan oleh pusat kesadaran, tapi gerakan volunter disokong
oleh gerak involunter dalam hal koordinasi dan keseimbangan, sehingga terbentuk gerakan sesuai
tujuan yang halus, indah, dan aman. Pada saat orang berjalan, secara sadar orang tersebut mengangkat
dan menurunkan kaki secara bergantian, tetapi orang tersebut tidak pernah berfikir bagaimana sikap
dan keseimbangan tubuh agar berjalan nornal (indah) dan aman. Kemampuan manusia mengatur sikap
dan keseimbangan dipengaruhi oleh berbagai refleks pengatur sikap.

Gerakan volunter sebelumnya dipelajari hingga mahir melakukannya. Pada tahap kemahiran
tertentu gerak volunter dapat dilaksanakan tanpa perhatian penuh. Gerak volunter terjadi atas
rangsangan sewaktu, atau memori yang muncul menjadi kemauan. Memori motorik terbentuk melalui
latihan yang merupakan pembentukan program gabungan berbagai gerakan dasar yang dikendalikan
oleh korteks serebri. Setiap kali seseorang bergerak, masukan sensorik serta berbagai refleks akan
menyempurnakan gerakan tersebut. Memori (ingatan) dibagi menjadi ingatan sesaat, ingatan jangka
pendek (10 menit-kurang dari 24 jam), Ingatan jangka menengah (beberapa hari-kurang 1 bulan),
ingatan jangka panjang (lebih dari 1 bulan hingga bertahun-tahun).

Aktivitas motorik dipengaruhi oleh intensitas penerimaan rangsang, kedalaman kesan, ingatan,
daya imajinasi, nilai-nilai sesuai agama dan budaya setempat dsb. Oleh karena itu, respon satu orang
sering berbeda dengan orang lain.

Berbagai gangguan fungsi saraf dan spikologis menyebabkan timbulnya gerakan involunter
abnormal. Berbagai gerakan involunter abnormal antara lain tremor, ataksia, korea, tik, etetosis,
diskinesia, hemibalisme, dsb.
Daftar Pustaka

1. Ganong, W.F. 2003 Review of Medical Physiologi. Ed, a Lange Medical Book,
USA.
2. Sherwood, L., 2004, Human Physiology from cells to System, Thomson Learning Inc.
Brooks/Cole.
3. Sidartha P. 2001 . Pemeriksaan Klinik Umum, PT Dian Rakyat.
4. Corolla R. Harly, J P. , Noback, C R. 1990. Human Anatomy and Physiologi. Mc. Graw Hill
Publising Company. USA.
5. Ketrampilan Medik dan Pemeriksan fisik.

Anda mungkin juga menyukai