Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Anak adalah individu yang unik dan bukan orang dewasa mini. Anak juga

bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial

ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan

secara individual. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa

dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memberikan

fasilitas dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri

(Supartini. 2004)

Rentang kehidupan yang dimulai dari usia 6-12 tahun sering kali disebut

usia sekolah atau masa sekolah. Periode ini dimulai dari masuknya anak ke

lingkungan sekolah, yang mempunyai dampak signifikan dalam perkembangan

dan hubungan anak dengan orang lain (Wong. 2008,). siswa kelas 4 sudah memiliki

kesadaran untuk melakukan kesadan belajar sendiri (Nesi, 2011, 2). Anak usia

sekolah menganggap kekuatan dari luar sebagai penyebab penyakit. Mekanisme

pertahanan anak usia sekolah adalah reaksi formasi, suatu mekanisme pertahanan

yang tidak disadari (Adriana. 2011)

Salah satu upaya peningkatan kesehatan pada anak usia sekolah dengan

mencuci tangan, cuci tangan dapat berfungsi untuk menghilangkan atau

mengurangi mikroorganisme yang menempel di tangan serta cuci tangan harus

dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun. Air yang tidak bersih dan

banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit bila digunakan maka

kuman berpindah di tangan kemudian pada saat makan kuman dengan cepat masuk
ke tubuh sehingga menimbulkan penyakit. Cuci tangan menggunakan sabun dapat

membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun, maka kotoran

dan kuman masih teringgal di tangan (Proverawati. 2012,)

Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan menggunakan air dan sabun

mempunyai peranan penting dalam kaitannya dengan pencegahan infeksi

kecacingan, karena dengan mencuci tangan dengan air dan sabun dapat lebih

efektif menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan

secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti

virus, bakteri dan parasit lainnya pada kedua tangan. Mencuci tangan

menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif membersihkan kotoran dan telur

cacing yang menempel pada permukaan kulit, kuku dan jarijari pada kedua tangan

(Proverawati. 2012)

Kuman masuk ke tubuh melalui proses penyebaran secara langsung

maupun secara tidak langsung. Penyebaran secara langsung melalui sentuhan

dengan kulit, sedangkan secara tidak langsung dapat melalui benda yang

terkontaminasi kuman (Hidayat. 2006, hal 150). Cuci tangan pakai sabun (CTPS)

merupakan cara mudah dan tidak perlu biaya mahal sebab CTPS sama dengan

mengajarkan anak-anak dan seluruh keluarga hidup sehat sejak dini. Dengan

demikian pola hidup bersih dan sehat (PHBS) tertanam kuat pada diri pribadi anak-

anak dan anggota keluarga lainnya. Kedua tangan kita merupakan jalur utama

masuknya kuman penyakit ke tubuh dikarenakan tangan adalah anggota tubuh

yang paling sering berhubungan langsung dengan hidung dan mulut.

Penyakitpenyakit yang umumnya timbul karena tangan yang berkuman, antara

lain: Diare, Kolera, InfeksiSaluran Pernafasan Akut (ISPA), Cacingan, Flu dan
Hepatitis A (Proverawati. 2012). Perawat sekolah bisa memberikan perawatan

serta bimbingan maupun penyuluhan sesaat untuk meningkatkan pengetahuan pada

seluruh warga di lingkungan institusi pendidikan seperti, siswa, guru, serta

karyawan baik di Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Menengah Pertama(SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), maupun perguruan

tinggi tentang kesehatan, mempertahankan kesehatan, dan memberikan pendidikan

kesehatan (Efendi. 2009). A

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada kepala sekolah

di SD Wonosari 02, di SD Wonosari 02 mempunyai Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS) tetapi dalam pelaksanaannya UKS tidak berjalan sesuai dengan fungsinya,

di toilet untuk siswa tidak terdapat wastavel atau kran air dan sabun untuk siswa

melakukan cuci tangan dan hanya terdapat 1 kran air untuk cuci tangan siswa serta

tidak terdapat sabun untuk siswa membersihkan tangan dari mikroorganisme

sebelum dan sesudah makan dari tempat jajan siswa.

Belajar adalah suatu pengalaman yang terjadi didalam diri pelajar yang

diaktifkan oleh individu itu sendiri (Notoatmodjo. 2007, hlm 53). Media promosi

kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau

informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu dari media cetak,

media elektronika televise (TV), radio, computer dan lain sebagainya) dan media

luar ruang. Agar sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya

diharap dapat berubah perilaku kearah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo.

2007).

Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu

kenyataan yang tidak dapat dipungkiri dikarenakan memang guru atau dosen yang
bertugas menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan kepada

anak didik. Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju

tercapainya tujuan pelajaran. Hal ini dilandaskan dengan keyakinan bahwa proses

belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik

dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu di artikan bahwa kegiatan belajar anak

didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih

baik dibandingkan tanpa menggunakan bantuan media. Karakteristik media dan

pemilihan media merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan

strategi pembelajaran (Mubarak. 2007).

Dilihat dari jenisnya media dibagi dalam: media auditif, visual dan audio

visual. Media auditif hanya mengandalkan kemampuan suara saja, media visual

mengandalkan indra penglihatan, dan media audio visual adalah media yang

mempunyai unsur suara dan unsur gambar (Mubarak. 2007)

Pemilihan media video berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Faizatul

Laila pada tahun 2010 di Sekolah Dasar Negri (SDN) 02 Pekunden Kecamatan

Sukorejo kota Blitar, hasil yang dicapai adalah media video dapat meningkatkan

hasil belajar siswa sekolah didasarkan pada nilai koefisien kolerasi sebesar 0,725

dengan signifikasi sebesar 0,001 terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 8 januari 2018

peneliti di SD Landungsari dengan cara obervasi dan wawancara diperoleh hasil

bahwa tidak tersedianya sabun sebagai alat cuci tangan, penyakit diare yang sering

menyerang siswa di SD landung sari. serta jarangnya dikunjungi petugas kesehatan

menjadi alasan peneliti untuk memberikan bimbingan kepada siswa, peneliti

tertarik ingin melakukan penelitian tentang pengaruh modeling video cuci tangan
terhadap kemampuan mencuci tangan pada anak sekolah kelas 4 di SD di Landung

sari

1.2.Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :apakah ada Pengaruh modeling

media video cuci tangan terhadap kemampuan cuci tangan pada siswa kelas 4

di sd landung sari

1.3.Tujuan penelitin

1.4.Tujuan umum

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : apakah ada Pengaruh modeling

media video cuci tangan terhadap kemampuan cuci tangan pada siswa kelas 4

di SDN Landung sari

1.5.Tujuan khusus

1. Mengetahui pengaruh modeling media vidio cuci tangan

2. Mengetahui kemampuan cuci tangan pada anak

3. Menganalisis pengaruh modeling media vidio cuci tangan terhadap

kemampuan cuci tangan pada siswa

1.6.Manfaat penelitian

1.6.1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan dalam

pengembangan ilmu pengetuhuan,selain itu juga dapat memberikan

pemahaman psikologis terhadapat guru guru dalam penggunaan metode

modeling vidio dalam upaya meningkatkan kemampuan cuci tangan pada

anak.
1.6.2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti dapat mengaplikasikan teori keperawatan dan riset keperawatan

dalam kegiatan nyata dalam masyarakat khususnya tentang pengaruh

pengaruh modeling media video cuci tangan terhadap kemampuan cuci

tangan pada siswa kelas 4 di sd

b. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dalam bidang

keperawatan,khususnya dalam penatalaksaan cuci tangan pada anak.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
2.1.1 Modeling Media Video Pembelajaran

Menurut Cheppy Riyana (2007) media video pembelajaran adalah media

yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik

yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu

pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Video merupakan bahan

pembelajaran tampak dengar (audio visual) yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan-pesan/materi pelajaran. Dikatakan tampak dengar kerena

unsur dengar (audio) dan unsur visual/video (tampak) dapat disajikan serentak.

Video yaitu bahan pembelajaran yang dikemas melalaui pita video dan dapat

dilihat melalui video/VCD player yang dihubungkan ke monitor televisi

(Sungkono 2003:65). Media video pembelajaran dapat digolongkan kedalam jenis

media audio visual aids (AVA) atau media yang dapat dilihat dan didengar.

Biasanya media ini disimpan dalam bentuk piringan atau pita. Media VCD adalah

media dengan sistem penyimpanan dan perekam video dimana signal audio visual

direkam pada disk plastic bukan pada pita magnetic (Arsyad 2004:36)
2.1.2 Tujuan Penggunaan Modeling Media Video cuci tangan

Ronal Anderson, (1987: 104) mengemukakan tentang beberapa tujuan dari

pembelajaran menggunakan media video yaitu mencakup tujuan kognitif, afektif,

dan psikomotor. Ketiga tujuan ini dijelaskan sebagai berikut :

a. Tujuan Kognitif

1. Dapat mengembangkan kemampuan kognitif yang menyangkut

kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan

rangsangan berupa gerak dan sensasi.

2. Dapat mempertunjukkan serangkaian gambar diam tanpa suara

sebagaimana media foto dan film bingkai meskipun kurang ekonomis.

3. Video dapat digunakan untuk menunjukkan contoh cara bersikap atau berbuat

dalam suatu penampilan, khususnya menyangkut interaksi manusiawi.

2.1.3. Karakteristik Media Video Pembelajaran

Menurut Cheppy Riyana (2007:8-11) untuk menghasilkan video

pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan efektivitas

penggunanya maka pengembangan video pembelajaran harus

memperhatikan karakteristik dan kriterianya. Karakteristik video

pembelajaran yaitu:

1. Clarity of Massage (kejalasan pesan)

Dengan media video siswa dapat memahami pesan pembelajaran secara

lebih bermakna dan informasi dapat diterima secara utuh sehingga dengan

sendirinya informasi akan tersimpan dalam memory jangka panjang dan

bersifat retensi.
2. Stand Alone (berdiri sendiri).Video yang dikembangkan tidak

bergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama

sama dengan bahan ajar lain.

3. User Friendly (bersahabat/akrab dengan pemakainya).

Media video menggunakan bahasa yang sedehana, mudah

dimengerti,dan menggunakan bahasa yang umum. Paparan informasi

yang tampil.

bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk

kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan

4. Representasi Isi

Materi harus benar-benar representatif, misalnya materi simulasi atau

demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik sosial maupun sain

dapat dibuat menjadi media video.

5. Visualisasi dengan media

Materi dikemas secara multimedia terdapat didalamnya teks, animasi,

sound, dan video sesuai tuntutan materi. Materi-materi yang digunakan

bersifat aplikatif, berproses, sulit terjangkau berbahaya apabila

langsung dipraktikkan, memiliki tingkat keakurasian tinngi.

6. Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi

Tampilan berupa grafis media video dibuat dengan teknologi rakayasa

digital dengan resolusi tinggi tetapi support untuk setiap spech sistem

komputer.

7. Dapat digunakan secara klasikal atau individual


Video pembelajaran dapat digunakan oleh para siswa secara individual,

tidak hanya dalam settingsekolah, tetapi juga dirumah. Dapat pula

digunakan secara klasikal dengan jumlah siswa maksimal 50 orang

bisa dapat dipandu oleh guru atau cukup mendengarkan uraian narasi

dari narator yang telah tersedia dalam program.

Sedangkan karakteristik media video pembelajaran lainnya menurut

Cheppy Riyana (2007:7) adalah sebagai berikut:

1) Televisi/video mampu membesarkan objek yang kecil terlalu kecil

bahkan tidak dapat dilihat secara kasat mata/mata telanjang.

2) Dengan teknik editting objek yang dihasilkan dengan pengambilan

gambar oleh kamera dapat diperbanyak (cloning).

3) Televisi/video juga mampu memanupulasi tampilan gambar, sesekali

objek perlu diberikan manipulasi tertentu sesuai dengan tuntutan pesan

yang ingin disampaikan sebagai contoh objek-objek yang terjadi pada

masa lampau dapat dimanipulasi digabungkan dengan masa sekarang.

4) Televisi/video mampu membuat objek menjadi still picture artinya

gambar/objek yang ditampilkan dapat disimpan dalam durasi tertentu

dalam keadaan diam.

5) Daya tarik yang luar biasa televisi/video mampu mempertahankan

perhatian siswa/audience yang melihat televisi/video dengan baik

dibandingkan dengan mendengarkan saja yang hanya mampu bertahan

dalam waktu 25-30 menit saja.

6) Televisi/video mampu menampilkan objek gambar dan informasi yang

paling baru, hangat dan actual (immediacy) atau kekinian.


Sedangkan karakteristik media video pembelajaran menurut Azhar Arsyad

(2004: 37-52) adalah sebagai berikut:

1. Dapat disimpan dan digunakan berulang kali.

2. Harus memiliki teknik khusus, untuk pengaturan urutan baik

dalam hal penyajian maupun penyimpanan.

3. Pengoperasiannya relatif mudah

4. Dapat menyajikan peristiwa masa lalu atau peristiwa di tempat lain.

2.1.4. Keuntungan Media Video

Keuntungan menggunakan media video menurut Daryanto (2010:90)

antara lain: ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur

sesuai kebutuhan, video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya

informasi dan lugas karena dapat sampai kehadapan siswa secara

langsung, dan video menambah suatu dimensi baru terhadap

pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai