Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit Autisme

2.1.1 Definisi

Istilah autisme berasal dari kata Autos yang berarti diri sendiri dan isme yang
berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu paham tertarik pada
dunianya sendiri (Suryana, 2004). Autistik adalah suatu gangguan perkembangan
yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi.
Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun (Suryana, 2004). Istilah
autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang
unik dan menonjol yang sering disebut sindrom Kanner yang dicirikan dengan
ekspresi wajah yang kosong seolah-olah sedang melamun, kehilangan pikiran dan
sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka
berkomunikasi (Budiman, 1998). Menurut American psychiatric association (2000),
bahwa autistic adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak yang
mengalami kondisi menutup diri. Autisme tidak termasuk ke dalam golongan suatu
penyakit tetapi suatu kumpulan gejala kelainan perilaku dan kemajuan perkembangan.
Dengan kata lain, pada anak Autisme terjadi kelainan emosi, intelektual dan kemauan
(gangguan pervasif). Berdasarkan uraian di atas, maka autisme adalah gangguan
perkembangan yang sifatnya luas dan kompleks, mencakup aspek interaksi sosial,
kognisi, bahasa dan motorik.

2.1.2 Etiologi

Penyebab Autisme diantaranya:

1. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama
pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara
2. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan
tidak menguntungkan antara faktor psikogenik danperkembangan syaraf,
perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan.
5. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan
sensori serta kejang epilepsi.
6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak. Gambaran Autisme
pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh Pada masa bayi terdapat
kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak berespon saat diangkat
dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak
mengenal.

Bayi yang lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada
lingkungan, bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal
kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-anak dan
remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak
takut pada suara tertentu, dan tercengang pada suara lainnya. Bicara dapat terganggu
dan dapat mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan
kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada
waktu berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan penentuan
waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer
(rincian suatu lukisan secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat
menggunakan secara luas panca indera penciuman, kecap dan raba ketika
mengeksplorais lingkungannya. Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang
dapt menyita perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan jari
tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang menyenangkan atau
stres. Kelainann lain adalh destruktif, marah berlebihan dan akurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat
menyelidiki kontak seksual pada orang asing.

2.1.3 Fatofisiologi

Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk mengalirkan
implus listrik (akson) serta serabut untuk menerima implus listrik (dendrite).Sel saraf
terdapat pada lapisan luar otak yang berwarnakelabu (korteks).akson di bungkus
selaput bernama myelin terletak di bagian otak berwarna putih.Sel saraf berhubungan
satu sama lain lewat sinaps. Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh
bulan.pada trimester ketiga,pembentukan sel saraf berhenti dan di mulai pembentukan
akson,dendrite dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun.
Setelah anak lahir,terjadi proses pertumbuhan otak berupa bertambah dan
berkurangnya struktur akson,dendrite dan sinaps.proses ini di pengaruhi secara
genetic melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brai growth factor dan proses
belajar anak. Makin banyak sinaps terbentuk,anak makin cerdas,pembentukan
akson,dendrite dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan.Bagian
otak yang digunakan dalam belajarmenunjukan pertamabhan akson,dendrite dan
sinaps,sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukan kematian
sel,berkurangnya akson,dendrite dan sinaps.Kelainan genetis,keracunan logam
berat,dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan gangguan proses-proses
tersebut.Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.

2.1.4 Manifestasi Klinis

A. Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :


1. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal yang
tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat menirukan lagu-
lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi mempersulit
estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan kemampuan
mempertahankan percakapan, permainan sosial abnormal, tidak adanya empati
dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non verbal yang memiliki
kemampuan bicara cukup bagus namun masih dipengaruhi, dapat
memperagakan kapasitas intelektual yang memadai. Anak austik mungkin
terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat orang dewasa terpelajar
yang idiot dan menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.
2. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang
sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
3. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek.
Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa dimana anak
tercenggang dengan objek mekanik.
4. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk
memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak menjadi
terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat diramalkan .
5. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin. Kontak mata minimal atau
tidak ada. benda, dan menggosok permukaan menunjukkan penguatang.
Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan kesadaran
dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap
nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang mendadak
menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
6. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada
emosional
7. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat
berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak berujung
pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak umumnya
mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan
pada umur 2 tahun.
8. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara
fungsional. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan
berjingkat-jingkat.

B. Cara mengetahui autis pada anak juga dapat dilihat dari interval umur anak
tersebut, karena tanda autis berbeda pada setiap interval umurnya:

1. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi tegang
bila diangkat, cuek menghadapi orangtuanya, tidak bersemangat dalam
permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya
menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik pada
boneka atau binatan gmainan untuk bayi,menolak makanan keras atau tidak mau
mengunyah, apabila anak terlihat tertarik pada kedua tangannya sendiri.
2. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati bendabenda,
disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai benda atau
alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya tubuh menjadi
lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua orang tuanya.
3. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa
sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya
mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang apa yang
diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang
menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton),
kontak mata terbatas (walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi
berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan merangsang diri sendiri.
3. Ciri yang khas pada anak yang austik : a. c. Defisit keteraturan verbal.
Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau dipikirkan
orang lain). 4. Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
a. c. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal. Minat serta
perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel dan tidak imajinatif.

4. Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.

2.1.5 Perkembangan Anak Autisme

Menurut Wenar (1994) autisme berkembang pada 30 bulan pertama dalam


hidup, saat dimensi dasar dari keterkaitan antar manusia dibangun, karenanya periode
perkembangan yang dibahas akan dibagi menjadi masa infant dan toddler dan masa
prasekolah dan kanak-kanak tengah.

1. Masa infant dan toddler b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang


normal. b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal
balik.Hubungan dengan care giver merupakan pusat dari masa ini. Pada kasus
autisme sejumlah faktor berhubungan untuk membedakan perkembangannya
dengan perkembangan anak normal. Tabel
2. Perbedaan perkembangan anak normal dan anak autis pada masa infant dan
toddler NO . 1. FAKTOR PEMBEDA Pola tatapan mata PERKEMBANGAN
NORMAL 1. Usia 6 bulan sudah mampu melakukan kontak sosial melalui
tatapan ANAK AUTIS1. Pandangan merekamelewati orang dewasa yang
mencegah perkembangan pola interaksi melalui tatapan. Toddler:
menggunakangaze sebagai sinyal pemenuhan vokalisasi mereka atau
mengundang partner untuk bicara. Lebih sering melihatkemana-mana
daripada ke orang dewasa .AffectUsia 2,5-3 bulan sudah melakukan senyum
sosial1. Tidak ada senyum sosial . Usia 30-70 bulan melihat dan tersenyum
terhadap ibunya, tapi tidak disertai dengan kontak mata dan kurang merespon
senyuman ibunya Karakter Autism mereka tampak dari kurangnya babbling
yang menghambat jalan interaksi sosial ini
3. .VokalisasiUsia 2-4 bulan anak dan ibu terlibat dalam pola yang simultan dan
berganti vokal yang menjadi awal bagikomunikasi verbal
4. Imitasi Sosial: berkaitan dengan responsifitas sosial, bermain bebas dan
bahasa selanjutnya. Langsung muncul setelah lahir Usia 8-26 bulan dapat
meniru ekspresi wajah tapi melalui sejumlah keanehan dan respon mekanikal
yang mengindikasikan sulitnya
5. Inisiatif dan Reciprocity Merespon stimulus yang ada sehingga timbul
reciprocity perilaku ini bagi mereka Anak menjadi penerima pasif dari
permainan orang dewasa dan tidak berinteraksi secara ktif dengan mereka
6. Attachment Kelekatan pada anak autis diselingi dengan karakteristik
pengulangan pergerakan motorik mereka seperti tepukan tangan, goncangan
dan berputar-putar
7. Kepatuhan dan 1. Anak autis patuh terhadap permintaan. Jika permintaan
tersebut sesuai dengan kapasitas intelektual mereka, mereka dapat merespon
secara pantas saat mereka dalam lingkungan yang terstruktur dan dapat
diprediksi. 2. Anak autis memiliki sifat negativistiksecara berlebihan
Perkembangan yang terganggu adalah dalam bidang : a. Komunikasi :
kualitas komunikasinya yang tidak ditunjukkan dibawah ini :1.
Perkembangannormal,sepertibicaranya terlambat, atau samasekali tidak
berkembang. 2. Tidak adanya usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau
mimik muka untuk mengatasi kekurangan dalam kemampuan bicara. 3. Tidak
mampu untuk memulai suatu pembicaraan atau memelihara suatu
pembicaraan dua arah yang baik. 4. Bahasa yang tidak lazim yang diulang-
ulang atau stereotipik. 5. Tidak mampu untuk bermain secara imajinatif,
biasanya permainannya kurang variatif. b. Interaksi sosial : adanya gangguan
dalam kualitas interaksi social : 1. Kegagalan untuk bertatap mata,
menunjukkan ekspresi fasial, maupun postur dan gerak tubuh, untuk
berinteraksi secara layak. 2. Kegagalan untuk membina hubungan sosial
dengan teman sebaya, dimana mereka bisa berbagi emosi, aktivitas, dan
interes bersama. 3. Ketidak mampuan untuk berempati, untuk membaca
emosi orang lain. 4. Ketidak mampuan untuk secara spontan mencari teman
untuk berbagi kesenangan dan melakukan sesuatu bersama-sama. c. Perilaku :
aktivitas, perilaku dan interesnya sangat terbatas, diulangulang dan stereotipik
seperti dibawah ini :1. Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada
suatu polaperilaku yang tidak normal, misalnya duduk dipojok sambil
menghamburkan pasir seperti air hujan, yang bisa dilakukannya berjam-jam.
2. Adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak berguna,
misalnya kalau mau tidur harus cuci kaki dulu, sikat gigi, pakai piyama,
menggosokkan kaki dikeset, baru naik ketempat tidur. Bila ada satu diatas
yang terlewat atau terbalik urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan
nangis teriak-teriak minta diulang. 3. Adanya gerakan-gerakan motorik aneh
yang diulang-ulang, seperti misalnya mengepak-ngepak lengan, menggerak-
gerakan jari dengan cara tertentu dan mengetok-ngetokkan sesuatu. 4. Adanya
preokupasi dengan bagian benda/mainan tertentu yang tak berguna, seperti
roda sepeda yang diputar-putar, benda dengan bentuk dan rabaan tertentu
yang terus diraba-rabanya, suara-suara tertentu. VI. CIRI-CIRI AUTISME A.
Menurut American Psychiatric Association dalam buku Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder Fourth Edition Text Revision (DSM
IV-TR, 2004), kriteria diagnostik untuk dari gangguan autistik pada kanak-
kanak adalah sebagai berikut: a. Jumlah dari 6 (atau lebih) item dari (1), (2)
dan (3), dengan setidaknya dua dari (1), dan satu dari masing-masing (2) dan
(3):1. Kerusakan kualitatif dalam interaksi sosial, yang dimanifestasikan
dengan setidak-tidaknya dua dari hal berikut: 1. Kerusakan yang dapat
ditandai dari penggunaan beberapa perilaku non verbal seperti tatapan
langsung, ekspresi wajah, postur tubuh dan gestur untuk mengatur interaksi
sosial. 2. Kegagalan untuk mengembangkan hubungan teman sebaya yang
tepat menurut tahap perkembangan. 3. Kekurangan dalam mencoba secara
spontanitas untuk berbagi kesenangan, ketertarikan atau pencapaian dengan
orang lain (seperti dengan kurangnya menunjukkan atau membawa objek
ketertarikan). 4. Kekurangan dalam timbal balik sosial atau emosional. 2.
Kerusakan kualitatif dalam komunikasi yang dimanifestasikan pada setidak-
tidaknya satu dari hal berikut: 1. Penundaan dalam atau kekurangan penuh
pada perkembangan bahasa (tidak disertai dengan usaha untuk menggantinya
melalui beragam alternatif dari komunikasi, seperti gestur atau mimik). 2.
Pada individu dengan bicara yang cukup, kerusakan ditandai dengan
kemampuan untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang
lain. 3. Penggunaan bahasa yang berulang-ulang dan berbentuk tetap atau
bahasa yang aneh. 4. Kekurangan divariasikan, dengan permainan
berpurapura yang spontan atau permainan imitasi sosial yang sesuai dengan
tahap perkembangan. 3. Dibatasinya pola-pola perilaku yang berulang-ulang
dan berbentuk tetap, ketertarikan dan aktivitas, yang dimanifestasikan pada
setidak-tidaknya satu dari hal berikut:1. Meliputi preokupasi dengan satu atau
lebih pola ketertarikan yang berbentuk tetap dan terhalang, yang intensitas
atau fokusnya abnormal. 2. Ketidakfleksibilitasan pada rutinitas non
fungsional atau ritual yang spesifik. 3. Sikap motorik yang berbentuk tetap
dan berulang (tepukan atau mengepakkan tangan dan jari, atau pergerakan
yang kompleks dari keseluruhan tubuh). 4. Preokupasi yang tetap dengan
bagian dari objek b. Fungsi yang tertunda atau abnormal setidak-tidaknya
dalam 1 dari area berikut, dengan permulaan terjadi pada usia 3 tahun: 1.
interaksi sosial, 2. bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial 3. atau
permainan simbolik atau imajinatif. c. Gangguan tidak lebih baik bila
dimasukkan dalam Retts Disorder atau Childhood Disintegrative Disorder. B.
Menurut ICD-10 (1993) international classification of diseases dari WHO (
world health organization). Indicator perilaku anak autistic pada anak-anak
(handojo,2006), sebagai berikut : 1. Interaksi sosial tidak memadai, seperti : a.
Kontak mata sangat kurang b. Ekspresi wajah kurang hidup c. Sulit mengikuti
respon perintah d. Merasa tidak tertarik untuk di peluk e. Gerak-gerik yang
kurang tertuju f. Menangis dan tertawa tanpa sebab g. Tidak tertarik akan
mainan h. Bermain dengan benda bukan mainan 2. Tidak bisa bermain
dengan teman sebaya 3. Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain
4. Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik 5. Bicara
terlambat atau sama sekali tak berkembang (dan tidak ada usaha untuk
mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpabicara) menarik tangan ingin
menarik sesuatu, bahasa isyarat tak berkembang. a. Bila bias bicara, bicaranya
tidak untuk dipakai komunikasi b. Sering menggunakan bahasa yang aneh dan
diulang-ulang c. Cara bermain kurang bervariatif, kurang imajinatif dan
kurang bias meniru 6. Memperhatikan satu minat atau lebih, dengan cara yang
sangat khas atau berlebihan. a. Terpaku pada kegiatan yang ritualistic atau
rutinitas yang tidak ada gunanya, misalnya makanan di cium dulu. b. Ada
gerakan-gerakan yang aneh dan diulang-ulang c. Seringkali sangat terpukau
pada bagian-bagian benda Anak autistic dapat didiagnostik dari umur sebelum
tiga tahun, masa kanak-kanak, dan masa anak-anak. Didiagnostik pada anak
autistic dapat dilihat dari interaksi sosialnya, komunikasi (bahasa), dan cara
bermain. Adapun criteria diagnostic yang dapat digunakan adalah DSM-VI
untuk mendiagnostik anak autistik. Masa kanak-kanak dan ICD-10 untuk
mengdiagnostik autistic. Gangguan autistik lebih banyak dijumpai pada pria
dibanding wanita dengan ratio 5 : 1. Dalam pengklasifikasian gangguan
autisme untuk tujuan ilmiah dapat digolongkan atas autisme ringan, sedang
dan berat. Namun pengklasifikasian ini jarang dikemukakan pada orangtua
karena diperkirakan akan mempengaruhi sikap dan intervensi yang dilakukan.
Padahal untuk penanganan dan intervensi antara autisme ringan, sedang dan
berat tidak berbeda. Penanganan dan intervensinya harus intensif dan terpadu
sehingga memberikan hasil yang optimal. Orangtua harus memberikan
perhatian yang lebih bagi anak penyandang autis. Selain itu penerimaan dan
kasih sayang merupakan hal yang terpenting dalam membimbing dan
membesarkan anak autis (Yusuf, 2003).

2.1.6. Gejala Gejala Autisme


Gejala anak autis antara lain:

Interaksi sosia:

Tidak tertarik untuk bermain bersama teman

Lebih suka menyendiri3. Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar
untuk bertatapan

Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang inginkan.

Komunikasi:

Perkembangan bahasa lambat 2. Senang meniru atau membeo 3. Anak tampak


seperti tuli, sulit berbicara 4. Kadang kata yang digunakan tidak sesuai artinya
5. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang 6. Bicara tidak dipakai untuk alat
berkomunikasi 3. Pola Bermain 1. Tidak bermain seperti anak-anak pada
umumnya 2. Senang akan benda-benda yang berputar 3. Tidak bermain sesuai
fungsi mainan 4. Tidak kreatif, tidak imajinatif 5. Dapat sangat lekat dengan
benda tertentu 4. Gangguan Sensoris 1. Bila mendengar suara keras langsung
menutup telinga 2. Sering menggunakan indera pencium dan perasanya 3.
Dapat sangat sensitif terhadap sentuhan 4. Tidak sensitif terhadap rasa sakit
dan rasa takut 5. Perkembangan Terlambat 1. Tidak sesuai seperti anak
normal, keterampilan sosial, komunikasi dan kognisi 2. Dapat mempunyai
perkembangan yang normal pada awalnya, kemudian menurun bahkan sirna 6.
Gejala Muncul 1. Gejala di atas dapat dimulai tampak sejak lahir atau saat
masih kecil 2. Pada beberapa anak sekitar umur 5-6 tahun gejala tampak agak
kurangB. Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak bayi atau
anak menurut usia :1.USIA 0 - 6 BULAN a. Bayi tampak terlalu tenang (
jarang menangis) b. Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik c. Gerakan tangan
dan kaki berlebihan terutama bila mandi d. Tidak "babbling" e. Tidak
ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu f. Tidak ada kontak mata diatas
umur 3 bulan g. Perkembangan motor kasar/halus sering tampak
normal2.3.4.USIA 6 - 12 BULAN a. Bayi tampak terlalu tenang ( jarang
menangis) b. Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik c. Gerakan tangan dan
kaki berlebihan d. Sulit bila digendong e. Tidak "babbling" f. Menggigit
tangan dan badan orang lain secara berlebihan g. Tidak ditemukan senyum
sosial h. Tidak ada kontak mata i. Perkembangan motor kasar/halus sering
tampak normal USIA 6 - 12 BULAN a. Kaku bila digendong b. Tidak mau
bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da) c. Tidak mengeluarkan kata d.
Tidak tertarik pada boneka e. Memperhatikan tangannya sendiri f. Terdapat
keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus g. Mungkin tidak dapat
menerima makanan cair USIA 2 - 3 TAHUN a. Tidak tertarik untuk
bersosialisasi dengan anak lain b. Melihat orang sebagai "benda" c. Kontak
mata terbatas d. Tertarik pada benda tertentu e. Kaku bila digendong USIA 4 -
5 TAHUN a. b. c. d. e. Sering didapatkan ekolalia (membeo) Mengeluarkan
suara yang aneh (nada tinggi atau datar) Marah bila rutinitas yang seharusnya
berubah Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala) Temperamen tantrum
atau agresif5.VIII.KLASIFIKASI AUTISME Yatim (2002) mengemukakan
anak yang mengalami gangguan autis dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga);
1. Autisme PersepsiAutisme persepsi dianggap autisme asli karena kelainan
sudah timbul sebelum lahir. Autisme ini terjadi karena berbagai faktor baik itu
berupa pengaruh dari keluarga, maupun pengaruh lingkungan (makanan,
rangsangan) maupun faktor lainnya. Ketidakmampuan anak berbahasa
termasuk pada penyimpangan reaksi terhadap rangsangan dari luar, begitu
juga ketidakmampuan anak bekerja sama dengan orang lain, sehingga anak
akan bersikap masa bodoh. Gejala yang dapat diamati antara lain : 1.
Rangsangan dari luar baik yang kecil maupun yang kuat, akan menimbulkan
kecemasan. Tubuh akan mengadakan mekanisme dan reaksi pertahanan
hingga terlihat timbul pengembangan masalah. 2. Banyaknya pengaruh
rangsangan dari orang tua, tidak bisa ditentukan. Orang tua tidak ingin peduli
terhadap keinginan dan kesengsaraan anaknya. Kebingungan anaknya
perlahan berubah menjadi kekecewaan. Lama-kelamaan rangsangan ditolak
atau anak bersikap masa bodoh. 3. Pada kondisi begini baru orang tua mulai
peduli atas kelainan anaknya, sambil terus menciptakan rangsangan-
rangsangan yang memperberat kebingungan anaknya, mulai berusaha mencari
pertolongan. 4. Pada saat begini, si bapak malah sering menyalahkan si ibu
kurang memiliki kepekaan naluri keibuan. Si bapak tidak menyadari hal
tersebut malah memperberat kebingungan si anak dan memperbesar
kekhilafan yang telah diperbuat. 2. Autisme Reaksi Timbulnya autisme reaktif
karena beberapa permasalahan yang menimbulkan kecemasan seperti orang
tua meninggal, sakit berat, pindah rumah/ sekolah dan sebagainya. Autisme
jenis reaktif akan memunculkan gerakan-gerakan tertentu berulang-ulang dan
kadangkadang disertai kejang-kejang. Gejala autisme reaktif mulai terlihat
pada usia lebih besar (6-7) tahun sebelum anak memasuki tahapanberpikir
logis, mempunyai sifat rapuh mudah terkena pengaruh luar yang timbul
setelah lahir, baik karena trauma fisik atau psikis. Gejalanya antara lain : 1.
Mempunyai sifat rapuh, mudah terkenapengaruh luar yang timbul setelah
lahir, baik karena trauma fisik atau psikis, tetapi bukan disebabkan karena
kehilangan ibu. 2. Setiap kondisi, bisa saja merupakan trauma pada anak yang
berjiwa rapuh ini, sehingga mempengaruhi perkembangan normal dikemudian
harinya. Ada beberapa keterangan yang perlu diketahui yang mungkin
merupakan faktor resiko pada kejadian autisme reaktif : a. Anak yang terkena
autis reaktif menghadapi kecemasan yang berat pada masa kanak-kanak,
memberikan reaksi terhadap pengalamannya yang menimbulkan trauma psikis
tersebut. b. Trauma kecemasan ini terjadi sebelum anak berada pada
penyimpangan memory c. di awal kehidupannya tetapi prosessosialisasi
dengan sekitarnya akan terganggu. Trauma kecemasan yang terjadi setelah
masa penyimpanan memory akan berpengaruh pada anak usia 2-3 tahun.
Karena itu, meskipun anak masih memperlihatkan emosi yang normal tetapi
kemampuan berbicara dan berbahasanya sudah mulai terganggu. Ini yang
membuat orang tua si anak menjadi khawatir. Salah satu sebab timbulnya
autisme reaktif : Trauma yang menyebabkan kecemasan anak. Setelah
beberapa waktu yang lama akan menyisakan kelainan, antara lain, tidak bisa
membaca (dyslexia), tidak bisa bicara (aphasia), serta berbagai masalah yang
menghancurkan si anak yang menjelma dalam bentuk autisme. Kadangkadang
trauma yang mencemaskan si anak menimbulkan ketakutan, atau gejala
sensoris lain yang terlihat sebagai autisme persepsi.3. Autisme yang Timbul
Kemudian Autisme jenis ini terjadi setelah anak agak besar, dikarenakan
kelainan jaringan otak yang terjadi setelah anak lahir. Hal ini akan
mempersulit memberikan pelatihan dan pendidikan untuk mengubah
perilakunya yang sudah melekat, ditambah beberapa pengalaman baru dari
hasil interaksi dengan lingkungannya. Untuk itu mendiagnosa dan intervensi
awal pada anak autis kelompok ini, merupakan langkah yang harus segera
dilakukan dalam rangka mengembangkan potensinya. IX. PEMERIKSAAN
PENUNJANG X. PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
TEORI I. PENGKAJIAN 1. Biodata Klien Meliputi nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register dan diagnose medis. 2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat
kesehatan sekarang b. Riwayat kesehatan dahulu c. Riwayat kesehatan
keluarga 3. Riwayat Psikologis Meliputi koping keluarga dalam menghadapi
masalah 4. Riwayat Tumbuh Kembang a. Bayi Baru Lahir abnormal b.
Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang
pernah mengalami trauma rasa sakit. c. Sakit pada saat kehamilan mengalami
infeksi intrapartal d. Sakit pada saat kehamilan tidak keluar mekonium 5.
Riwayat Sosial a. Hubungan sosial di luar lingkungan internal b. Hubungan
internal antara anggota keluargaPengkajian data fokus pada anak dengan
gangguan perkembangan pervasive menurut Isaac, A (2005) dan Townsend,
M.C (1998) antara lain: a. Tidak suka dipegang b. Rutinitas yang berulang c.
Tangan digerak-gerakkan dan kepala diangguk-anggukan d. Terpaku pada
benda mati e. Sulit berbahasa dan berbicara f. 50% diantaranya mengalami
retardasi mental g. Ketidakmampuan untuk memisahkan kebutuhan fisiologis
dan emosi diri sendiri dengan orang lain h. Tingkat ansietas yang bertambah
akibat dari kontak dengan dengan orang lain i. Ketidakmampuan untuk
membedakan batas-batas tubuh diri sendiri dengan orang lain j. Mengulangi
kata-kata yang dia dengar dari yang diucapkan orang lain atau gerakkan-
gerakkan mimik orang lain. 2.2.2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa autis
dapat ditentukan dengan cara : Tidak ada tes laboratorium atau fisik yang
memastikan secara pasti diagnosa Autisme Sebaiknya ada Tim Diagnostik
yang terdiri dari Neurolog, Ahli perkembangan anak, Juru terpai perkataan /
bahasa dan Konsultan pendidikan istemewa. Tim ini memakai wawancara,
observasi dan daftar ciri khas yang dikembangkan untuk membuat diagnosa
autis. Dari kesimpulan diatas maka kami mengambil beberapa contoh
diagnosa yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu : a. Perubahan pertumbuhan
dan perkembangan dengan kerusakan fungsi kognitif. b. Perubahan proses
keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi
mental. c. Resiko tinggi cedera (fisik) berhubungan dengan faktor usia orang
tua II. DIAGNOSA KEPERAWATAN III. INTERVENSI
KEPERAWATANIV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN V. EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai