Muslim - or.Id-Menjawab Propaganda Menghalalkan Zina Dengan Konsep Milkul Yamin
Muslim - or.Id-Menjawab Propaganda Menghalalkan Zina Dengan Konsep Milkul Yamin
id
Orang liberal yang mengaku-ngaku sebagai muslim terus berusaha terus merusakan
syariat dari dalam. Kali ini mereka berusaha “menghalalkan zina” dengan memakai
konsep “milkul yamin”. Bisa jadi orang awam terpengaruh karena ada istilah-istilah Arab
yang terkesan ilmiah. Begitu juga dengan istilah “non-marital” (tidak menikah) yang
dipakai agar terkesan ilmiah.
1/5
Sebenarnya bukan hanya saat ini saja pemikiran seperti ini muncul. Pemikiran liberal ini
muncul sejak lama dan selalu menghadirkan orang baru dan gaya baru untuk
mengusungnya. Sejak dahulu mereka umumnya memakai dua “pemikiran” untuk
menghalalkan zina yaitu bolehnya berhubungan badan di luar pernikahan
2/5
Penyebutan “milkul Yamin” terdapat dalam beberapa ayat Al-Quran, Salah satunya di
mana Allah berfirman,
َ َ
ﻦ ِ ﻣﻠ ُﻮ
َ ﻣﻴ َ ﻢ ﻏ َﻴ ُْﺮ
ْ ُﻢ ﻓَﺈ ِﻧﻬ
ْ ُﻤﺎﻧ ُﻬ ْ َ ﻣﻠ َﻜ
َ ْ ﺖ أﻳ َ ﻣﺎ
َ ْ ﻢ أو ِ إ ِﻻ ﻋ َﻠ َﻰ أْزوَا. ن
ْ ِ ﺟﻬ َ ﺣﺎﻓِﻈ ُﻮ
َ ﻢ
ْ ِ ﺟﻬ
ِ ﻢ ﻟ ُِﻔُﺮو
ْ ُﻦ ﻫ
َ وَاﻟﺬ ِﻳ
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau
budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.” (QS
Al-Mukminun: 5-6)
Syaikh As-Sa’di menjelaskan maksud “milkul yamin” yaitu budak perempuan, beliau
berkata:
ﻣ ﻦ ا ﻹ ﻣﺎ ء اﻟ ﻤ ﻤﻠ ﻮ ﻛﺎ ت
Orang liberal menafsirkan sendiri ayat ini dengan asal-asalnya serta membolehkannya
berhubungan badan di luar nikah (membolehkan berzina), padahal tasfir ayat ini justru
TIDAK membolehkan berzina.
و ﻫ ﺬا ﻳ ﻘ ﺘ ﻀ ﻲ ﺗ ﺤ ﺮ ﻳ ﻢ ا ﻟ ﺰ ﻧ ﺎ و ﻣ ﺎ ﻗ ﻠ ﻨ ﺎ ه ﻣ ﻦ ا ﻻ ﺳ ﺘ ﻨ ﻤ ﺎ ء و ﻧ ﻜ ﺎ ح ا ﻟ ﻤ ﺘ ﻌ ﺔ
“Hal ini berkonsekuensi haramnya zina, demikian juga haramnya onani/masturbasi dan
nikah mut’ah.” [Lihat Tafsir Al-Qurthubi]
2. Konsep mut’ah
Memakai dalil ini untuk membolehkan berhubungan badan di luar nikah juga tidak tepat,
karena konsep nikah mut’ah sempat diperbolehkan di awal-awal Islam kemudian syariat
ini di hapus (mansukh).
Terdapat beberapa dalil yang menyebutkan bahwa nikah mut’ah telah diharamkan
hingga hari kiamat. Dari Rabi` bin Sabrah, dari ayahnya, bahwasanya ia bersama
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda:
َ َ
َ ﻚ إ ِﻟ َﻰ ﻳ َﻮْم ِ اﻟ ِْﻘﻴ َﺎ
, ِ ﻣﺔ َ ِ م ذﻟ
َ ﺣﺮ َ وَ إ ِن اﻟﻠ, ﺴﺎِء
َ ْ ﻪ ﻗَﺪ َ ﻦ اﻟﻨ ِ ﻤﺘﺎ َِع
َ ﻣ ْ ِ ﺳﺘ
ْ ﻢ ﻓ ِﻲ ا ﻻ ْ ُ ﺖ ﻟ َﻜ
ُ ْ ﺖ أذ ِﻧ ُ ﻳﺎ َ أﻳﻬَﺎ اﻟﻨﺎ
ُ ْ س إ ِﻧﻲ ﻗَﺪ ْ ﻛ ُﻨ
ً ﺷﻴ ْﺌﺎ ْ
َ ﻤﻮْﻫُﻦ ُ ﻣﻤﺎ آﺗ َﻴ ْﺘِ ﺧﺬ ُوْاُ وَ َﻻ ﺗ َﺄ, ﻪُ َ ﺳﺒ ِﻴ ْﻠ
َ ﻞ ْ ُ ﻲٌء ﻓَﻠ ْﻴ
ِ ﺨ َ ﻣﻨ ْﻬُﻦ
ْ ﺷ ِ ُ ﻋﻨ ْﺪ َه َ َ ﻦ ﻛﺎ
ِ ن ْ ﻤَ َ ” ﻓ.
“Wahai, sekalian manusia. Sebelumnya aku telah mengizinkan kalian melakukan mut’ah
dengan wanita. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengharamkannya
hingga hari Kiamat. Barangsiapa yang mempunyai sesuatu pada mereka , maka
biarkanlah! Jangan ambil sedikitpun dari apa yang telah diberikan”.[HR. Muslim]
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk mut’ah pada masa
penaklukan kota Mekkah, ketika kami memasuki Mekkah. Belum kami keluar, beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengharamkannya atas kami”. [HR. Muslim]
Al-Qadhi Iyadh menjelaskan bahwa larangan nikah mut’ah adalah Ijma’ ulama. Beliau
berkata,
ﺛ ﻢ ﺛ ﺒ ﺖ أ ﻧ ﻪ ﻧ ﺴ ﺦ ﺑ ﻤ ﺎ ذ ﻛ ﺮ ﻣ ﻦ ا ﻷ ﺣ ﺎ د ﻳ ﺚ ﻓ ﻲ ﻫ ﺬا ا ﻟ ﻜ ﺘ ﺎ ب، ﺛ ﺒ ﺖ أ ن ﻧ ﻜ ﺎ ح ا ﻟ ﻤ ﺘ ﻌ ﺔ ﻛ ﺎ ن ﺟ ﺎ ﺋ ﺰا ً ﻓ ﻲ أ و ل ا ﻹ ﺳ ﻼ م
وﺗ ﻘ ﺮ ر ا ﻹ ﺟ ﻤﺎ ع ﻋﻠ ﻰ ﻣﻨ ﻌ ﻪ، و ﻓ ﻰ ﻏﻴ ﺮ ه
“Di awal-awal Islam nikah mut’ah hukumnya boleh, kemudian terdapat nash yang
menghapusnya sebagaimana terdapat dalam beberapa hadits dalam kitab ini dan telah
ada ijma’ larangan hal ini.” [Ikmalul Mu’allim 4/275]
Sebagai penutup, kami ajak merenung dan berpikir bagi mereka yang membolehkan
berhubungan badan di luar pernikahan (memperbolehkan berzina). Apakah mereka
punya anak perempuan atau punya saudara perempuan? Relahkan anak perempuan
dan saudara perempuan mereka dizinahi dan di luar status pernikahan? Tentu tidak kan.
Perhatikan hadits berikut:
Abu Umamah Radhiyallahu anhu bercerita, “Suatu hari ada seorang pemuda yang
mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan
aku berzina!”.
Orang-orang pun bergegas mendatanginya dan menghardiknya, merekaberkata, “Diam
kamu, diam!”.
Baca Juga: Menjaga Anak dan Pemuda dari Paham Liberal dan Pluralisme
“Begitu pula orang lain tidak rela kalau ibu mereka dizinai”.
“Relakah engkau jika putrimu dizinai orang?”.
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”.
“Begitu pula orang lain tidak rela jika putri mereka dizinai”.
4/5
“Relakah engkau jika bibi (dari jalur bapakmu) dizinai?”.
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”.
“Begitu pula orang lain tidak rela jika bibi mereka dizinai”.
Baca Juga:
Syahwat Liberal
Jawaban Atas Tuduhan: Umat Islam Menyembah Ka’bah
Setelah kejadian tersebut, pemuda itu TIDAK PERNAH lagi tertarik untuk berbuat zina”.
[HR. Ahmad, shahih, Ash-Shahihah I/713 no. 370]
Artikel www.muslim.or.id
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira
5/5