Hukum Lamaran Pinangan
Hukum Lamaran Pinangan
No#1
Hukum Lamaran/Pinangan Dalam Islam dan Hukum
Membatalkan Lamaran/Pinangan
2013- 09- 25 15:09:35 pendidikan islam
Menurut jumhur ulama, hukum lamaran adalah boleh. Mereka berargument asi
dengan f irman Allah, dan t idak ada dosa bagimu unt uk melamar wanit a-
wanit a it u dengan sindiran (QS Al-Baqarah:235).
Menurut Mazhab Syaf ii, hukum lamaran adalah sunnah. Hal ini didasarkan at as
perbuat an Nabi shallallahu alayhi wasallam yang melamar Aisyah bint i Abu
Bakar dan Haf shah bint i Umar.
(110 /16)
Dari Al Araj ia berkat a; Abu Hurairah berkat a; Sat u warisan dari Nabi
shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: Jauhilah oleh kalian perasangka,
sebab perasangka it u adalah ungkapan yang paling dust a. Dan janganlah
kalian mencari-cari aib orang lain, jangan pula saling menebar kebencian dan
jadilah kalian orang-orang yang bersaudara. Janganlah seorang laki-laki
meminang at as pinangan saudaranya hingga ia menikahinya at au
meninggalkannya. (H.R.Bukhari)
Kebolehan membat alkan bersif at mut lak, karena laf adz hadis di at as t idak
diikat kondisi t ert ent u unt uk menunjukkan kebolehan pembat alan t ersebut .
Jadi, pembat alan pinangan baik dengan alasan maupun t anpa alasan
hukumnya t et ap mubah t anpa ada celaan. Alasan pembat alan pinangan t idak
mempengaruhi st at us hukum dan t idak dipert imbangkan.
(69 /12)
Dari Az Zuhriy berkata, telah bercerita kepadaku Ali bin Husain bahwa Al Miswar
bin Makhramah berkata; Ali pernah meminang putri Abu Jahal, lalu hal itu didengar
oleh Fathimah. Maka Fathimah menemui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
dan berkata; Kaummu berkata bahwa baginda tidak marah demi putri baginda.
Sekarang Ali hendak menikahi putri Abu Jahal. Maka Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam berdiri dan aku mendengar ketika beliau bersyahadat bersabda: Hadirin,
aku telah menikahkan Abu Al Ash bin ar-Rabi lalu dia berkomitmen kepadaku dan
konnsisten dengan komitmennya kepadaku. Dan sesungguhnya Fathimah adalah
bagian dari diriku dan sungguh aku tidak suka bila ada orang yang
menyusahkannya. Demi Allah, tidak akan berkumpul putri Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam dan putri dari musuh Allah pada satu orang laki-laki. Maka Ali
membatalkan pinangannya. (H.R.Bukhari)
}
( 2)
[3 2 :{ ]
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengat akan sesuat u yang
t idak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengat akan apa-apa yang t idak kamu kerjakan. (As-Shof f ;2-3)
Maka ayat ini t idak bisa dijadikan dalil unt uk mencela pembat alan
Khit bah/pinangan karena ayat ini sama sekali t idak berbicara t opik pernikahan
at au Khit bah. Ayat ini berbicara t ent ang Jihad dan mencela sebagian kaum
muslimin yang mengucapkan st at emen pengandaian yang berisi keinginan
mereka melakukan amal yang paling dicint ai Allah. T ernyat a, set elah t urun
ayat yang memberit ahu bahwa diant ara amal yang paling dicint ai Allah adalah
berbaris rapi dalam rangka berjihad, sebagian kaum muslimin yang
mengucapkan st at emen pengandaian it u merasa berat dengan kewajiban
Jihad padahal sebelumnya mereka mengangan-angankannya. Sikap sepert i
inilah yang dicela oleh Allah dalm ayat ini. Yang menguat akan bahwa ayat ini
t urun berkait an masalah Jihad adalah ayat sesudahnya yang berbunyi;
}
{
[4 :]
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam
barisan yang t erat ur seakan-akan mereka sepert i suat u bangunan yang
t ersusun kokoh. (As-Shof f ;4)
Adapun hadis t ent ang t anda-t anda orang munaf ik, misalnya hadis berikut ;
(58 /1)
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda:
T anda-t anda munaf iq ada t iga; jika berbicara dust a, jika berjanji mengingkari
dan jika diberi amanat dia khianat . (H.R.Bukhari)
Maka hadis ini juga t idak bisa dijadikan dalil unt uk mencela pembat alan
pinangan. Hal it u dikarenakan, meskipun diakui bahwa Syariat mencela sif at
mengingkari janji, namun pinangan bukanlah janji dan t idak bisa dimasukkan
dalam janji. Pinangan adalah ( permint aan Nikah).
Janji unt uk menikahi seorang wanit a (secara diam-diam) sendiri dicela dalam
Al-Quran, dan dilarang seorang Muslim melakukannya. Allah berf irman;
[235 : { ]
}
Janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia (Al-
Baqoroh; 235)
Perlu dif ahami bahwa lamaran yang diajukan oleh salah sat u pihak dan
dit erima oleh pihak lain bukanlah akad nikah sebagaimana yang t elah
dipaparkan di at as. Meskipun lamaran ket erikat annya t idak sama dengan
pernikahan, keput usan membat alkan pernikahan baik dari pihak lelaki maupun
wanit a dengan alasan apapun t idak bisa disalahkan secara hukum syara, akan
t et api pembat alan lamaran t anpa ada alasan syari t idaklah layak dilakukan
(meski it u dibolehkan), sebab orang yang membat alkannya t elah
membat alkan janji t anpa alasan syari