Email : office.binamitraartha@gmail.com
Tgl. Efektif : 1 Juli 2017
Manual SMK3LL
Disetujui oleh : BENY HENDRA Halaman : 2 dari 95
Jabatan : Direktur Utama No. Dokumen : MAN-BMA-01-017
Tgl. Efektif : 1 Juli 2017 No. Revisi : 02
DAFTAR ISI
No. JUDUL HAL.
Kepemimpinan K3
Tujuan Utama
PT BINA MITRA ARTHA berkomitmen untuk menyediakan dan memelihara lingkungan kerja yang sehat,
aman, dan mensejahterakan bagi pekerjanya, kontraktor, pengunjung, serta masyarakat di sekitarnya. Untuk
melaksanakan hal tersebut, PT BINA MITRA ARTHA meyakini bahwa ada hal yang sangat penting dalam
menunjukkan komitmen tersebut yakni kepemimpinan/ contoh serta keterlibatan semua pekerjanya.
Dokumen ini disusun sebagai panduan dalam menentukan dan mengawasi capaian Indikator Kemampuan
Kunci di bidang K3.
Ruang Lingkup
Template ini harus digunakan oleh semua tingkatan pengawas yang memiliki tanggungjawab atas capaian
indikator kemampuan kunci pada lingkup PT BINA MITRA ARTHA. Catatan: Merujuk kepada template ini,
‘pengawas’ adalah setiap orang yang memimpin orang lainnya. Hal ini meliputi, namun tidak hanya terbatas
pada Site Personnel, Project/ Department Manager, dan Manajemen Puncak Proyek.
Kegiatan operasi PT. Bina Mitra Artha (BMA) meliputi suatu jangkauan yang luas, yang mempunyai
potensi untuk terjadinya kecelakaan. Untuk menghindari terjadinya suatu kecelakaan, insiden/near miss
dan penyimpangan-penyimpangan/anomalies, adanya suatu organisasi yang efektif dalam menangani
masalah Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (HSE) adalah sangat penting.
Organisasi yang dilembagakan oleh PT. Bina Mitra Artha (BMA) tergantung pada komitmen dan
kepemimpinan jajaran para manajemen dan pengawas lini lainnya. Guna menjaga agar tempat kerja selalu
aman dan pelaksanaan operasi dapat terhindar dari terjadinya suatu pengaruh buruk terhadap lingkungan,
maka tanggung jawab manajemen kunci terhadap HSE adalah sebagai berikut:
1. Presiden Direktur
Tanggung jawab secara menyeluruh mengenai perlindungan kesehatan, keselamatan, dan lingkungan di
dalam seluruh kegiatan operasional PT. Bina Mitra Artha (BMA) merupakan tanggung jawab Presiden
Direktur. Area Manager harus memastikan bahwa:
Kebijakan HSE diimplementasikan melalui sistem manajemen HSE dan efektivitasnya diawasi
dengan tindak penanganan tertentu bilamana sesuai.
Sistem manajemen HSE dikaji dan dipantau secara berkala, dan bahwa proses perbaikan secara
berkala untuk performa HSE sudah ditetapkan.
Sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaanya dan demi kemajuan berkesinambungan sudah
disediakan.
Perlindungan kesehatan, keselamatan, dan lingkungan diakui sebagai bagian yang fundamental
dari kegiatan operasional sehari-hari di seluruh lapisan organisasi
Performa HSE ditegakkan sebagai salah satu kewajiban utama dalam perincian tugas dan
tanggung jawab semua manajer termasuk perincian tugas dan tanggung jawab mereka sendiri
2. HSE Manager
HSE Manager bertanggung jawab pada Operation/Area Manager. HSE Manager harus:
Bertindak sebagai pelindung sistem manajemen HSE dan memeriksa semua basis/lokasi dan
departemen secara berkala dengan mempergunakan pedoman audit dalam Buku Manual Prosedur
dan Standar Keselamatan.
Ia harus memastikan bahwa semua basis/lokasi memenuhi kriteria penting lokasl/nasional dan
industri, serta memberi saran pada jajaran manajemen senior dengan mempertimbangkan revisi dan
perbaikannya.
Menyediakan sebuah media untuk rencana tindakan terhadap keadaan darurat, menyediakan
sebagian besar dari rencana menyeluruh perusahaan yang penting dan memantau efektivitas orang-
orang yang bekerja di tingkatan dasar atau departemen.
Menyediakan bimbingan untuk persiapan rencana HSE proyek dan memantau efektivitasnya.
Memelihara, memantau, dan memperbaiki teknik kunci kesehatan keselamatan kerja dan lingkungan
yang digunakan oleh managemen seperti evaluasi resiko, penyelidikan dan pelaporan
kecelakaan/kejadian, penyelidikan/monitor keselamatan dan lingkungan.
Menyebarluaskan informasi dalam daerah dan divisi sesuai persyaratan yang ditentukan, kode
praktek industri, dan standar HSE perusahaan.
Menyediakan, mengkaji, dan memperbarui seluruh dokumen HSE perusahaan termasuk kebijakan
HSE, sistem manajemen HSE, standar HSE dan prosedur HSE.
Mencanangkan dan memelihara standar pelatihan HSE.
Mencatat dan menyebarluaskan informasi dan data statistik kecelakaan dan kejadian tak disengaja
lainnya.
Memantau dan mengkaji pelaporan, penyelidikan, tindak lanjut dan penutupan kasus kecelakaan dan
kejadian tak disengaja lainnya.
Memantau dan mengkaji performa HSE secara regional/divisional.
Mempromosikan konsultasi efektif antar pegawai/pekerja perusahaan, klien dan perusahaan jasa
atau kontraktor lainnya dalam isu-isu HSE.
Sebagai penyelia dengan organisasi dan departemen HSE PT. Bina Mitra Artha (BMA) lainnya,
klien, pemerintah, industri, kewajiban, sertifikasi, akademis dan jasa.
3. Operation Manager
Para Operation Manager bertanggung jawab secara langsung untuk semua masalah HSE di dalam
wilayah kegiatan operasi mereka termasuk pelaksanaan kebijakan ini dan melapor kepada Area
Manager atau General Manager atasan mereka masing-masing.
Para Operation Manager akan menjadikan para Operation Superintendent, Koordinator dan Supervisor
bawahan mereka sadar akan standar-standar yang harus dicapai dan akan menyediakan sumber daya
dan anggaran yang diperlukan untuk menyesuaikan dengan kebijakan tersebut.
Membina tujuan kesehatan, keselamatan, dan lingkungan spesifik khusus untuk daerah kegiatan
operasi mereka.
Mencanangkan organisasi lokal, sistem dan pengendalian sehingga seluruh kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan sistem manajemen HSE, prosedur dan standar perusahaan, serta persyaratan dasar.
Para manager harus memastikan bahwa semua kegiatan operasional di bawah wewenang mereka
direncanakan dan dilaksanakan sebagai sistem kerja yang aman.
Mempersiapkan, mencatatkan, mengkaji dan merevisi seperlunya, rencana tindakan darurat untuk
basis/lokasi mereka dan untuk semua kegiatan operasional langsung di bawah wewenang mereka.
Memastikan bahwa semua staf di bawah wewenang mereka mengerti tanggung jawab masing-
masing untuk perlindungan kesehatan, keselamatan, dan lingkungan.
Para manager harus memastikan bahwa tanggung jawab tersebut termasuk dalam deskripsi tugas
dan dijadikan pertimbangan dalam penilaian performa staf tersebut
Memastikan bahwa kebijakan ini dijelaskan kepada staf baru pada saat penerimaan
Memastikan bahwa semua staf di bawah wewenang mereka mempunyai kemampuan untuk
menjalankan tugasnya masing-masing sesuai standar yang diberlakukan serta bahwa informasi dan
pelatihan yang cukup tersedia untuk mencanangkan dan memelihara standar tersebut
Membuat penyesuaian dan persiapan yang diperlukan untuk berkonsultasi dengan para
pegawai/pekerja mengenai masalah-masalah kesehatan, keselamatan dan lingkungan melalui
pertemuan keselamatan kerja bulanan dan cara-cara lainnya
Memastikan bahwa semua kecelakaan dan kejadian diselidiki oleh basis/lokasi setempat dan
laporan kecelakaan/kejadian dapat diisi dengan selengkap-lengkapnya dan akurat.
Struktur laporan tersebut mencakup penyebab kecelakaan secara terperinci; dalam kolom
Penyebab yang diisi oleh Manager Basis/Lokasi dan dalam kolom Analisis Kecelakaan/Kejadian.
Yang disebut di atas secara spesifik merupakan pilihan dari praktek dan kondisi tidak aman.
Selanjutnya merupakan analisa tentang areal penyebab dasar masing-masing dari faktor pribadi dan
perusahaan.
Pengisian formulir secara baik dan benar membantu efektivitas investigasi/penyelidikan.
Pelatihan investigasi kecelakaan disediakan bagi para Manager.
Tetapkan contoh kepemimpinan yang jelas dan promosikan kesadaran tinggi terhadap kesehatan,
keselamatan dan lingkungan.
Memastikan bahwa peralatan disimpan dalam kondisi aman dan pemeliharaan dilaksanakan supaya
sistem kerja yang aman terjaga setiap saat
Mengangkat HSE Representatives di masing-masing basis/lokasi dengan tanggung jawab menjadi
penyelia dengan HSE Manager dalam semua masalah-masalah HSE yang bersangkutan dengan
basis/lokasi tersebut dan bertindak sebagai corong/channel utama untuk komunikasi rutin HSE.
HSE team beranggotakan personil-personil yang ditunjuk di tiap departemen baik di tingkat pusat maupun
cabang
Pertemuan HSE team diadakan tiap satu tahun sekali
Maksud dari pembentukan team ini adalah untuk menyediakan kepemimpinan dan bimbingan bagi
pengembangan dan penerapan dari masalah-masalah, program-program dan proses-proses HSE untuk
PT. Bina Mitra Artha (BMA).
Tujuan
o Mengembangkan dan mengarahkan pada perubahan yang positif
o Mengganti dan menampilkan contoh best practices dari HSE
o Menganalisa latihan-latihan dan kebijakan-kebijakan HSE
o Menyediakan suatu kesempatan komunikasi bagi pelatihan manajemen HSE
o Melayani sebagai “pembersih” untuk permasalahan HSE
o Secara kolektif menyediakan kepemimpinan dan pengarahan bagi permasalahan HSE
o Mengarahkan dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan personil HSE
Dalam aktivitas ataupun pertemuan komite, tugas dan tanggung jawab komite adalah:
o Mengembangkan sistem kerja yang aman dan prosedur keselamatan
o Menganalisa kecelakaan dan penyebab-penyebab penyakit akibat kerja
o Melakukan peninjauan terhadap penilaian resiko
o Memeriksa laporan audit HSE
o Membahas laporan yang diterima dari HSE Coordinator dan/atau HSE Representatives
o Memantau keefektifan dari program pelatihan HSE
o Memonitor dan mereview apakah komunikasi HSE berjalan dengan baik di lingkungan kerja
o Secara kontinyu memonitor seluruh pengaturan yang berkenaan dengan HSE dan memberikan
revisi apabila diperlukan
5. HSE Coordinator
Menyediakan koordinasi dan bimbingan secara menyeluruh pada usaha-usaha di seluruh daerah HSE
Mengembangkan program-program yang dirancang untuk mengurangi munculnya kerugian akibat
kecelakaan individu, penyakit, kebakaran atau lingkungan; sesuai dengan peraturan-peraturan pemerintah
dan proses serta sistem manajemen HSE yang dimiliki oleh PT. Bina Mitra Artha (BMA).
Bekerja sama secara rutin dengan manager di lapangan dalam menilai performa kerja dari semua
departemen
Mengembangkan rekomendasi untuk peningkatan prosedur-prosedur, latihan-latihan dan aktifitas-aktifitas
yang secara langsung atau tidak langsung tercakup dalam pelaksanaan pekerjaan HSE oleh manajemen di
lapangan
Memberitahu pengawas lapangan dalam semua hal yang menyangkut kepatuhan terhadap peraturan-
peraturan HSE
Mengaudit lapangan mengenai perspektif sistem manajemen dan peraturan serta merekomendasikan
tindakan-tindakan yang diperlukan atas kekurangan-kekurangan yang ada
Berpartisipasi dalam mengkaji ulang seluruh kecelakaan yang serius, fatal dan kejadian-kejadian yang besar
Bekerja sebagai petugas penghubung/perantara pada perusahaan asuransi, corporate HSE, Pemadam
Kebakaran daerah dan organisasi penyelamatan, dan lain-lain
Mengkonsultasikan dengan departemen perencanaan mengenai rencana-rencana awal; melihat semua
rencana dan spesifikasi untuk perubahan-perubahan yang diusulkan atau perubahan-perubahan baru dalam
proses, perlengkapan atau metode-metode dikaji ulang agar sesuai dengan standar-standar HSE sebelum
rencana-rencana tersebut diterima
Menyediakan kepemimpinan bagi lapangan untuk pelaksanaan teknologi-teknologi baru HSE
Menyiapkan dan menyerahkan laporan-laporan yang berkenaan dengan HSE kepada perusahaan ataupun
pemerintah (jika diperlukan)
6. HSE Representatives
Mewakili karyawan dalam berdiskusi mengenai HSE maupun isu kesejahteraan karyawan lainnya
Terlibat dalam prosedur penilaian resiko
Menghadiri safety meeting reguler
Mengakses segala informasi yang berkenaan dengan HSE
Melakukan inspeksi di tempat kerja
Menginvestigasi potensi bahaya
Menginvestigasi kecelakaan/insident, kasus penyakit atau cedera, atau kejadian yang membahayakan
Menginvestigas keluhan dari karyawan
Menerima pelatihan HSE
Melaporkan hasil pekerjaannya kepada HSE Coordinator
7. Semua Karyawan
Seluruh karyawan yang bekerja di PT. Bina Mitra Artha (BMA) berperan serta dalam melaksanakan kebijakan
perusahaan dalam hal HSE. Setiap individu dituntut untuk memelihara kesehatan dan keselamatan masing-
masing serta kesehatan dan keselamatan orang lain selama berada ditempat kerja. Setiap karyawan juga
diharapkan untuk berperan serta aktif dalam program HSE yang dicanangkan oleh PT. Bina Mitra Artha (BMA)
dengan mentaati semua aturan- aturan dan prosedur serta mendukung inisiatif PT. Bina Mitra Artha (BMA)
untuk memperbaiki bidang kegiatan yang sangat penting ini.
ORGANIZATION CHART K3
Board Of Director
HSE Coordinator
Training
Devices & System & Division & Tax & Acct. Logistic &
Equipment Consultancy Recruitment Procureme
nt
Administrati
on & Payroll
Security Security Security
Coord.or
Conselor
Security
Supv
General
Affair
Transportation
DIREKSI
H.S.E
Coordinator
HRD & GA MNGR
HSE
COMMITTEE
FIN & ACCT MNGR
Field Supervisor
H.S.E Officer
Field Crew
1. Laporkan segera kepada pihak yang berwenang apabila ada kondisi atau cara kerja yang menurut
anda dapat mengganggu keselamatan dan menyebabkan terjadinya kecelakaan. Jangan
melanjutkan pekerjaan apabila masih terdapat resiko tersebut.
2. Apabila anda tidak berwenang, jangan menggunakan, merubah atau memperbaiki suatu peralatan.
3. Semua karyawan harus mematuhi tanda-tanda larangan, petunjuk dan ketentuan keselamatan kerja.
4. Berpikirlah sebelum bertindak, jangan mencoba-coba, bila anda ragu terhadap sesuatu yang dapat
mengganggu pikiran anda tentang kesehatan, keselamatan atau kesejahteraan, BERTANYALAH.
5. Tidak diperkenankan bersenda gurau, mengganggu pihak lain, berkelahi atau berbuat sesuatu yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan.
6. Pakailah peralatan yang benar untuk suatu pekerjaan dan gunakanlah dengan aman.
7. Laporkanlah kepada atasan anda atau kepada pihak yang terkait serta dapatkan pertolongan
pertama dengan segera apabila anda atau peralatan yang dijalankan mengakibatkan terjadinya
suatu kecelakaan tanpa memandang sekecil apapun.
8. Pakailah alat pelindung diri perorangan yang telah ditentukan. Pelihara dan jaga agar selalu dalam
keadaan baik.
9. Jagalah kebersihan dan kerapian lingkungan kerja anda. Letakkan segala sesuatunya pada tempat
yang benar. Penempatan yang salah akan mengakibatkan cidera dan membuang-buang waktu.
10. Tidak diperkenankan berlari, kecuali dalam keadaan darurat. Hati-hatilah bila sedang berjalan dan
selalu waspada terhadap adanya pergerakan peralatan dan orang di sekitar anda.
11. Bila mengangkat barang berjongkoklah di dekat barang yang akan diangkat. Pegang beban tersebut
dengan kuat, punggung anda harus selalu tegak lurus dan angkatlah pelan-pelan dengan bertumpu
kuat pada kaki anda. Jangan menyentak atau berputar. Mintalah bantuan untuk mengangkat
barang yang berat atau besar.
PENGANTAR
Peraturan dasar keselamatan kerja ini dimaksudkan sebagai tuntunan bagi karyawan dalam masalah keselamatan
kerja untuk membantu dalam usaha pencegahan terhadap bahaya kecelakaan. Semua karyawan bertanggung
jawab baik kepada diri sendiri, keluarga maupun kepada karyawan lainnya untuk melaksanakan praktek-praktek
yang selalu memperhatikan keselamatan dan akal sehat terhadap semua kebiasaan kerja.
Apabila terjadi, anda harus melaporkan semua tindakan yang berbahaya, kecelakaan atau nyaris celaka serta
kondisi-kondisi berbahaya lainnya kepada pengawas anda.
Kualitas kerja konstruksi, fabrikasi maupun pengeboran minyak tergantung pada karyawan yang terampil dan
berpengalaman. Kecelakaan-kecelakaan yang sering terjadi menghabiskan biaya yang tidak ternilai.
Anda diharapkan agar menggunakan peraturan dasar keselamatan kerja ini sebagai pedoman, dan dari sini akan
dapat diharapkan dapat membuat hasil yang diinginkan. Tidak ada suatu jaminan bahwa kita tidak akan
mendapatkan kecelakaan, akan tetapi dengan petunjuk peraturan pokok tentang keselamatan kerja ini, kita akan
dapat mengurangi resiko-resiko dari mendapatkan kecelakaan.
Peraturan dasar keselamatan kerja ini tidak akan menyelesaikan suatu permasalahan tentang keselamatan kerja,
namun hanya sebagai petunjuk dasar saja dalam melakukan pekerjaan agar berlangsung dengan aman. Anda
mungkin perlu membicarakannya dengan pengawas atau dengan petugas keselamatan.
Peraturan dasar keselamatan kerja ini dibuat sebagai panduan bagi seluruh karyawan untuk melakukan pekerjaan
di lapangan dengan aman. Baca dan ikutilah petunjuk yang terdapat dalam peraturan dasar keselamatan kerja ini.
Kecelakaan-kecelakaan terjadi tanpa peringatan dan banyak kecelakaan yang antara lain disebabkan karena
kurangnya pengetahuan dan perhatian serta kelalaian.
Memiliki sebuah tempat kerja yang bersih dan aman adalah merupakan dambaan bagi setiap karyawan.
Pikirkanlah terlebih dahulu apa yang harus diperbuat bila dalam keadaan bahaya, yang terpenting adalah bahwa
kita harus tenang.
I.1. INDUKSI DAN ORIENTASI HSE UNTUK KARY AWAN BARU, KARYAWAN Y ANG DIPROM OSIKAN SERT A
KARY AWAN Y ANG BARU PINDAH
Setiap karyawan baru, karyawan yang baru pindah dari satu bagian ke bagian lainnya dan /atau karyawan yang
baru dipromosikan harus mendapatkan induksi dan orientasi tentang Kesehatan, Keselamatan Kerja dan
Lindungan Lingkungan dari pengawasnya masing-masing. Induksi dan orientasi keselamatan ini diberikan
kepada karyawan tersebut pada saat hari pertama karyawan mulai bekerja di bagian mana dipekerjakan. Induksi
dan orientasi tersebut akan disampaikan oleh Perwakilan Keselamatan (Safety Representative) dari masing-
masing bagian dimana karyawan tersebut akan ditempatkan. Dalam induksi dan orientasi ini beberapa hal yang
disampaikan antara lain adalah:
1. Penjelasan tentang organisasi perusahaan, pernyataan kebijakan tentang Kesehatan, Keselamatan Kerja
dan Lindungan Lingkungan (K3LL).
2. Tanggung jawab setiap karyawan terhadap Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan
(K3LL).
3. Fungsi tentang alat pelindung diri perorangan (Personal Protective Equipment) yang harus dipakai oleh setiap
orang untuk melakukan suatu pekerjaan.
I.2. INSPEKSI
Suatu inspeksi yang dilakukan secara teratur dan terencana merupakan tindakan pro-aktif yang sangat penting
dari program keselamatan kerja, dan ini merupakan tindakan dini dalam usaha pencegahan kerugian. Program
inspeksi merupakan suatu cara untuk mengetahui dan mengembangkan rencana tentang bagaimana mengatasi
suatu tindakan dan kondisi di bawah standar yang ditemukan ketika inspeksi dilakukan. Hal ini merupakan usaha
pencegahan sebelum tindakan dan kondisi di bawah standar tersebut mengakibatkan terjadinya suatu kecelakaan
yang dapat berakibat pada kerugian yang sangat besar.
Pihak manajemen, bersama-sama dengan Pengawas dan perwakilan dari HSE akan melakukan kunjungan
inspeksi ke lokasi yang menjadi tanggung jawabnya, sekurang kurangnya setiap enam bulan sekali. Kunjungan-
kunjungan ini tidak dimaksudkan sebagai suatu inspeksi secara menyeluruh untuk melihat tindakan dan kondisi di
bawah standar. Namun demikian masalah housekeeping merupakan perhatian utama dari team manajemen
tersebut. Hal lain yang sangat penting tentang maksud kunjungan inspeksi tIm manajemen adalah untuk
memberikan dukungan moral kepada para karyawan bahwa manajemen sangat peduli dan memberi dukungan
penuh terhadap program Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL).
Dukungan manajemen tersebut dilakukan dengan cara melakukan komunikasi dua arah (dialog) dengan
manajemen lapangan. Adapun hal yang dibicarakan selain memberi informasi tentang kondisi perusahaan saat ini
yang perlu disampaikan kepada karyawan, juga memanfaatkan pertemuan untuk membicarakan tentang hasil-
hasil temuan yang dilakukan oleh team audit dan tindak lanjut perbaikannya serta memberikan saran-saran
dimana perlu.
I.4. INSPEKSI UM UM
Pengawas bersama-sama dengan Foreman dan wakil dari HSE akan melaksanakan inspeksi umum setiap bulan
sesuai dengan schedule inspeksi yang telah ditetapkan. Semua tindakan dan kondisi di bawah standar akan
dilaporkan dalam bentuk laporan inspeksi umum dengan mengisi bentuk laporan yang telah ditetapkan. Salinan
dari laporan-laporan tersebut akan diteruskan ke Operation Superintendent untuk ditindaklanjuti. Semua
rekomendasi akan terus dicantumkan ke dalam laporan tersebut sampai betul-betul telah ditindaklanjuti dan
dinyatakan selesai.
Adalah menjadi tanggung jawab bagian HSE untuk mengembangkan program internal audit. Dalam
pelaksanaannya, bagian HSE bersama-sama dengan Operation Superintendent dan Pengawas akan
melaksanakan internal audit secara menyeluruh kepada semua seksi-seksi yang berada di bawah tanggung
jawabnya. Program internal audit ini akan dilaksanakan setiap tiga bulan sekali dan semua temuan-temuan
lapangan yang ditulis dalam laporan harus ditindaklanjuti.
Setiap karyawan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa tindakannya dan kondisi tempat kerja selama
melakukan pekerjaan selalu aman. Bila menemukan praktek dan kondisi berbahaya, adalah merupakan tanggung
jawab setiap karyawan untuk menanggulanginya dengan berpedoman pada petunjuk-petunjuk berikut:
1. Apabila menemukan suatu praktek atau kondisi berbahaya di tempat kerja, segera laporkan kepada pengawas
anda langsung atau kepada pengawas lokasi yang bertanggung jawab.
2. Apabila kondisi atau praktek berbahaya tersebut nyata-nyata dapat mengganggu atau bahkan mencelakakan
kehidupan atau dapat menyebabkan cidera, seperti adanya gas atau hidrokarbon yang muncul selama
berlangsungnya suatu pekerjaan khusus (misalnya pengelasan), atau pada saat menggerinda tanpa
menggunakan pelindung mata, bekerja pada ketinggian tertentu yang tidak menggunakan sabuk pengaman
atau perancah yang sesuai, anda harus menghentikan pekerjaan tersebut dan melaporkannya kepada
pengawas langsung atau kepada pengawas lokasi yang bertanggung jawab.
3. Pengawas bertanggung jawab untuk menindaklanjuti setiap keadaan atau praktek berbahaya yang dilaporkan
oleh bawahannya.
4. Adakan konsultasi untuk menindaklanjuti keadaan berbahaya tersebut kepada pengawas langsung, pengawas
lokasi yang bertanggung jawab serta petugas HSE.
5. Semua laporan tentang kondisi-kondisi berbahaya harus dibuat dalam satu laporan, ditindaklanjuti dan
disimpan sebagai bahan dokumentasi.
Semua luka sekecil apapun serta kejadian yang dapat menyebabkan kerugian atau kerusakan harus segera
dilaporkan kepada pengawas dan bila diperlukan bantuan perawatan untuk orang cidera, dapatkan segera
bantuan medis dari klinik.
Setiap kecelakaan harus segera dilaporkan kepada pengawas dan pengawas setelah menerima berita akan
segera melakukan penyelidikan tentang kecelakaan atau insiden tersebut. Kepada yang menderita celaka setelah
mendapatkan pertolongan/perawatan dari petugas medis beserta saksi diminta untuk memberikan keterangan
dengan jelas tentang kejadian tersebut untuk diketahui penyebab dari kecelakaan yang telah terjadi.
Maksud utama dari penyelidikan kecelakaan adalah untuk mencegah agar kecelakaan serupa tidak terjadi lagi
dikemudian hari. Apabila penyelidikan kecelakaan yang telah dilakukan oleh pengawas yang bersangkutan telah
selesai dilakukan, pengawas tersebut akan mengisi formulir laporan kecelakaan dan mengirimkannya kepada
bagian HSE dalam waktu 1 x 24 jam setelah terjadinya kecelakaan.
I.8. PENCEG AHAN & PERLINDUNG AN T ERHADAP BAHAY A KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN MENG HADAPI
KEADAAN DARURAT
Mencegah suatu kejadian adalah lebih baik dari pada membatasi dan mengendalikan suatu peristiwa apapun
bentuknya. Sebelum suatu peristiwa kebakaran terjadi, maka usaha-usaha pencegahan harus dilakukan dan hal
ini dapat dilaksanakan dengan cara:
Mengadakan inspeksi pada daerah-daerah yang dianggap potensial terhadap bahaya kebakaran secara
teratur dan berkelanjutan.
Mengadakan inspeksi dan pemeliharaan terhadap alat pemadam kebakaran yang tersedia.
Ikutilah petunjuk-petunjuk mengenai cara melaporkan kebakaran seperti yang telah dipasang pada tiap papan
pengumuman. Jika ada kebakaran, usahakanlah agar semua karyawan selamat, kemudian pergunakanlah alat-
alat pemadam kebakaran yang tersedia sampai datangnya pertolongan.
1. Bila anda pernah menjadi seorang sukarelawan pemadam kebakaran atau mempunyai pengalaman dalam
memadamkan api, beritahukanlah kepada-petugas keselamatan anda. Mungkin anda diajak untuk
menggabungkan diri dengan Pasukan Pemadam Kebakaran dari Perusahaan.
3. Jangan bermain-main dengan alat pemadam api dan bila ketahuan bermain-main dengan alat pemadam api
tersebut anda dapat diberhentikan.
Kelas B: Kebakaran yang terjadi berasal dari minyak atau cairan-cairan lain yang mudah terbakar, yang
pemadamannya adalah dengan cara menghilangkan oksigen.
Kelas C: Kebakaran yang terjadi karena alat-alat yang beraliran listrik. Dan penggunaan air untuk jenis
kebakaran ini sangat berbahaya. Oleh karena itu maka sarana pemadaman yang sebaiknya digunakan
adalah jenis carbon dioxide.
5. Jagalah agar tempat pekerjaan selalu rapi. Tempat kerja yang tertib dan rapi akan mengurangi bahaya
terhadap api dan kecelakaan.
6. Bila terdapat kemungkinan besar akan bahaya kebakaran, sediakanlah alat pemadam api secukupnya.
7. Jika harus melakukan pengelasan atau membakar di dekat bahan yang mudah terbakar, pindahkanlah
bahan-bahan tersebut, tutupilah dengan kain tahan api atau basahilah dengan air. Bila ragu- ragu, diskusikan
terlebih dahulu dengan pengawas yang bersangkutan.
8. Cairan-cairan yang mudah terbakar atau menyala harus disimpan dalam kaleng-kaleng pengaman yang telah
disetujui dengan diberi tanda-tanda sebagaimana seharusnya.
9. Taruhlah sobekan-sobekan kain yang berminyak di dalam tong logam tertutup yang telah disetujui.
10. Jangan sekali-kali mencoba melakukan pekerjaan yang berupa sumber percikan api di dekat lobang besar,
selokan, lubang masuk orang, parit atau ruangan tertutup dimana mungkin terdapat gas yang mudah
menyala. Tunggulah sampai selesai pengujian yang dilakukan dengan menggunakan alat pendeteksi gas
(gas detector) oleh bagian yang berwenang dan tempat kerja tersebut telah dinyatakan aman untuk
pekerjaan yang menggunakan panas.
11. Pemakaian api terbuka tidak diperbolehkan, kecuali jika secara khusus telah diberi ijin oleh pengawas yang
bertanggung jawab.
Dalam keadaan darurat semua karyawan harus mengikuti petunjuk-petunjuk sesuai dengan ketentuan yang ada
dalam prosedur penanganan dalam keadaan darurat PT. Bina Mitra Artha (BMA).
Di dalam “ Prosedur Penanganan Dalam Keadaan Darurat ” dijelaskan tentang petunjuk- petunjuk berikut ini:
1. Pada saat dalam keadaan darurat, Operation Superintendent akan memimpin tindakan pengendalian keadaan
darurat, mengevaluasi keadaan, dan memutuskan apakah karyawan perlu dievakuasi dari daerah di mana
terjadi keadaan darurat tersebut.
2. Pusat Komando (POSKO) Pengendalian Keadaan Darurat berada di Kantor PT. Bina Mitra Artha (BMA)
lapangan setempat. Semua laporan tentang sumber kebakaran dan kecepatan penyebarannya harus
diteruskan melalui fasilitas komunikasi yang tersedia. Dengan demikian tindakan-tindakan dapat dikendalikan
berdasarkan laporan tentang perkembangan kejadian tersebut.
Bila keadaan darurat terjadi, petugas yang mengetahuinya harus memberitahu kepada HSE Departmeng
setempat melalui telepon atau alat komunikasi lainnya yang tersedia di lapangan dan menyampaikan tentang
keadaan darurat tersebut. Pemberitahuan harus meliputi jenis keadaan darurat atau kebakaran, lokasi, dan tingkat
kegawatannya.
Berangkat menuju ke lokasi kejadian setelah mendapat persetujuan dari Operation Manager atau yang
mewakilinya.
Memberitahukan petugas Klinik untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi segala kemungkinan
permintaan bantuan medis.
Memberangkatkan anggota penyelamatan ke lokasi kejadian.
Meneruskan informasi ke POSKO Pengendalian Keadaan darurat yang seterusnya akan menghubungi
semua pengawas yang bertugas dan memerintahkan mereka untuk menyiapkan regu keadaan darurat
masing-masing.
Peristiwa keadaan darurat dapat berkembang sedemikian rupa sehingga setiap orang perlu untuk dievakuasi
secepatnya. Segera setelah pemberitahuan Keadaan Darurat atau pengumuman terdengar, semua karyawan
harus berkumpul di tempat yang telah ditentukan (Muster Point) dan menunggu instruksi selanjutnya dari
Operation Superintendent atau yang mewakilinya. Para petugas harus memastikan bahwa evakuasi dilaksanakan
dengan cepat dan aman serta memastikan bahwa semua karyawan di daerah tanggung jawabnya masing-masing
telah dievakuasi secara menyeluruh.
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan ataupun insiden betapapun kecilnya harus dilaporkan kepada HSE
Department oleh Pengawas yang bertugas di lokasi dimana kecelakaan atau insiden terjadi.
Rapat-rapat keselamatan kerja harus dilakukan oleh setiap seksi/departemen yang dipimpin oleh pengawas yang
bersangkutan di lingkungan kerjanya masing-masing. Rapat seperti ini harus diadakan secara berkala, sekurang-
kurangnya sekali dalam sebulan dan berlangsung selama 60 menit. Bagian HSE akan memberikan petunjuk dan
saran serta informasi tentang kampanye HSE apabila diminta.
Sebagai suatu forum dimana Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan dapat dibicarakan di
antara para pengawas dan bawahan mereka, dan hal yang paling penting adalah untuk mendapatkan saran-
saran perbaikan.
Untuk mengembangkan lingkungan kerja yang aman dan baik.
Untuk membicarakan dan memberi saran-saran tentang kasus kecelakaan, insiden dan memberi cara yang
terbaik untuk pencegahannya.
Untuk mengkoordinasikan suatu pelaksanaan latihan penanggulangan keadaan darurat dan mendorong agar
karyawan dapat melakukan kebiasaan bekerja dengan baik dan aman serta teratur sesuai dengan ketentuan
yang ada.
Untuk menentukan praktek-praktek kerja dan kondisi yang tidak aman serta mengambil tindakan atau langkah-
langkah perbaikan yang diperlukan.
Untuk mendukung pelaksanaan program K3LL dilingkungan operasi PT. Bina Mitra Artha (BMA).
Kebanyakan kecelakaan-kecelakaan di lingkungan perusahaan terjadi karena adanya kondisi di tempat kerja yang
sangat buruk. Untuk mencegah hal tersebut, perusahaan menerapkan sistim kerja yang baik dan aman serta
keharusan mengikuti prosedur dan peraturan-peraturan yang telah ditentukan bagi setiap karyawan. Kebersihan
adalah merupakan bagian dari cara kerja yang aman. Melakukan pembersihan sebelum melakukan suatu
pekerjaan adalah jauh lebih baik dari pada melakukan pembersihan setelah terjadinya suatu kecelakaan.
Kebersihan merupakan dasar untuk melakukan pekerjaan dengan aman.
Berikut ini adalah petunjuk-petunjuk yang harus diikuti dalam menjaga agar tempat kerja selalu dalam keadaan
baik dan aman:
Beri tanda pada gang, jalan untuk kendaraan dan jalan masuk.
Buatlah setiap orang bertanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar.
Lakukan suatu inspeksi yang teratur dengan menggunakan sistim checklist standar.
Lokasi kerja, peralatan dan bangunan harus selalu dalam keadaan bersih dan teratur.
Potongan-potongan bekas, kayu, kertas bekas, kain majun yang tidak terpakai lagi agar disingkirkan dan
dibuang ke tempat sampah dan sampahnya harus dibuang pada tempat yang telah ditentukan.
Seluruh tempat kerja harus bebas dari rintangan- rintangan, dan tonjolan-tonjolan yang membahayakan dan
harus dipelihara agar bebas dari ancaman bahaya.
Semua fasilitas kamar kecil termasuk bak pencuci tangan harus dalam keadaan bersih.
1. Tumpahan minyak harus selalu dibersihkan. Jika terdapat tumpahan minyak yang terjadi secara terus
menerus, misalnya tetesan minyak dari sebuah mesin, minyak tersebut harus ditampung dalam suatu tempat
dan kebocoran harus diperbaiki segera secepat mungkin atau diganti.
2. Minyak, gemuk atau bahan lain yang mudah terbakar tidak boleh disimpan di dekat sumber penyalaan seperti
panel listrik atau peralatan lain yang membahayakan.
3. Sangat tidak diijinkan untuk menumpah minyak atau membuang sampah berminyak ke dalam sungai.
Selang, kabel, kawat las atau peralatan lainnya harus disingkirkan bila sudah tidak diperlukan lagi di tempat
kerja, dan dikembalikan ke tempat penyimpanan masing- masing dengan baik, benar dan rapi.
Semua peralatan yang sudah rusak harus dikembalikan ke tempat penyimpanan dan tidak boleh
dipergunakan lagi. Bahan yang rusak tersebut harus diberi tanda “RUSAK.”
Semua karyawan harus mengenakan pakaian kerja yang sepantasnya dan tidak dibenarkan memakai celana pendek,
kaos oblong tanpa lengan pada saat berada di tempat kerja.
Apabila anda memakai dasi, sarung tangan panjang, pakaian longgar dan berambut panjang tidak diperbolehkan
mendekati pada peralatan yang berputar.
Pada saat memasuki ruang makan tidak diperbolehkan mengenakan topi keselamatan, kaos oblong tanpa lengan,
pakaian yang berminyak, sarung tangan dan membawa peralatan kerja.
Apabila kita melakukan housekeeping dengan baik, maka beberapa keuntungan yang diperoleh adalah
mengurangi:
Cidera,
Bahaya kebakaran,
Kerugian waktu,
Tempat kerja jauh lebih menyenangkan,
Tempat menjadi sangat bernilai dan aman.
10.6. Kerugian Akibat Housekeeping Yang Tidak Baik
Bilamana housekeeping di suatu tempat kerja sembrono atau tidak teratur dengan baik, maka untuk terjadinya
suatu kecelakaan hanya tinggal menunggu waktu saja. Adapun jenis kecelakaan yang akan terjadi apabila
housekeeping yang tidak baik adalah:
Adalah merupakan ketentuan dari Perusahaan untuk melakukan tindakan disiplin. Apabila peraturan dan prosedur
bekerja dengan aman yang telah dikeluarkan oleh perusahaan tidak diindahkan dan tidak diikuti oleh setiap
karyawan, maka karyawan yang melakukan pelanggaran akan mendapat tindakan disiplin. Hal ini bertujuan untuk
mengembangkan dan menjaga perilaku dalam bekerja sedemikian rupa, sehingga setiap orang akan mengikuti
instruksi dari pengawas mereka dengan senang hati dan membuat mereka bisa beradaptasi dengan panduan yang
dibuat oleh manajemen guna menciptakan situasi kerja yang aman, dimana setiap karyawan dapat melakukan
pekerjaannya dengan aman.
Adalah kewajiban bagi setiap karyawan untuk selalu menggunakan alat pelindung diri perorangan dimana
daerah itu merupakan keharusan untuk menggunakannya. Banyak karyawan yang mendapat cidera langsung
akibat suatu benturan yang berakibat kecelakaan yang seharusnya hal itu tidak perlu terjadi. “Alat pelindung diri
perorangan bukan merupakan suatu alat yang dapat mencegah terjadinya suatu kecelakaan akan tetapi dia
berfungsi untuk mengurangi tingkat keparahan apabila terjadi suatu kecelakaan”.
Berikut ini beberapa petunjuk tentang berbagai alat pelindung diri perorangan:
Semua karyawan harus menggunakan topi keselamatan apabila bekerja di daerah konstruksi dimana bahaya dari
atas mungkin terjadi termasuk inspektor lapangan.
Topi jenis lain, selain topi keselamatan tidak diperbolehkan dipakai di kawasan operasi dan konstruksi.
Karyawan yang bertugas di boat/kapal harus memakai topi keselamatan sewaktu berada di atas geladak terbuka
dimana bahaya dari atas dapat terjadi, seperti kegiatan mengangkat barang.
Setiap karyawan harus memakai sepatu keselamatan dengan pelindung besi pada bagian ujung ketika berada di
daerah konstruksi.
Pelindung telinga harus selalu dipergunakan apabila berada di tempat kerja yang telah ditetapkan sebagai daerah
dimana tingkat kebisingannya melampaui nilai ambang batas yang telah diijinkan, atau di dalam kegiatan operasi
dimana memungkinkan terjadinya gangguan pada pendengaran.
Pelindung mata yang dirancang khusus untuk suatu pekerjaan tertentu harus digunakan apabila mengerjakan hal-hal
berikut ini:
Kacamata dengan pengaman samping harus selalu dipakai oleh karyawan yang bekerja menggunakan mesin
gerinda, palu, dan pahat, dimana partikel-partikel kecil dapat menyebabkan cidera, khususnya pada bagian mata.
Kacamata khusus harus dipergunakan oleh pekerja yang melakukan pengelasan, bekerja dengan X-Ray dan
lain-lainnya.
Semua karyawan harus memakai sarung tangan yang sesuai dengan pekerjaannya bilamana pekerjaan yang
dilakukan memungkinkan cidera pada tangan.
Sabuk pengaman harus digunakan apabila diperkirakan dalam melaksanakan pekerjaan ada kemungkinan jatuh.
Setiap karyawan yang bekerja pada ketinggian melebihi 6 feet harus memakai sabuk pengaman dan sabuk
pengaman tersebut harus benar-benar diikatkan pada karyawan yang bersangkutan serta diyakinkan bahwa
kondisi sabuk pengaman tersebut dalam keadaan baik.
Setiap menggunakan sabuk pengaman pada ketinggian tertentu, sabuk pengaman tersebut harus diikatkan
keperalatan atau kerangka/struktur.
12.7. Pelampung
Setiap karyawan harus memakai pelampung apabila bepergian dengan speed boat atau kapal dan apabila
menjalankan tugas-tugas berikut ini:
Pada saat berada diatas jembatan (sebelum menaiki boat/kapal) dan dilepas setelah berada di atas jembatan
(turun dari boat/kapal).
Ketika melakukan tugas bongkar-muat di boat/tongkang/kapal.
Pada kegiatan yang kemungkinan mempunyai resiko jatuh ke dalam air/sungai.
PT. Bina Mitra Artha (BMA) juga membuat peraturan-peraturan khusus untuk melakukan suatu pekerjaan di
lingkungan masing-masing departemen. Peraturan khusus tersebut harus diikuti oleh setiap karyawan yang fungsinya
adalah untuk melakukan check dan kontrol terhadap pekerjaan yang akan dilakukan.
Apabila seorang karyawan dalam melakukan pekerjaan khusus ini tidak mengikuti peraturan dan ketentuan-ketentuan
yang ada pada perusahaan dapat mengakibatkan kecelakaan bagi karyawan itu sendiri dan yang lebih fatal lagi
perusahaan akan menderita kerugian yang sangat besar termasuk pengaruh terhadap lingkungan sekitar.
Beberapa ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan khusus ini antara lain adalah:
Setiap karyawan sebelum melakukan pekerjaan khusus harus mendiskusikannya kepada pengawas yang
bersangkutan tentang peraturan kerja khusus yang harus diterapkan.
Setiap pengawas harus memberitahukan kepada bawahannya tentang peraturan kerja khusus bagi setiap
karyawan yang akan melakukan pekerjaan dimana didaerah itu diberlakukan ketentuan- ketentuan khusus.
Peraturan khusus ini harus disampaikan kepada setiap karyawan baru atau yang baru dipindahkan pada saat
memberikan induksi safety/orientasi.
Untuk melaksanakan pekerjaan khusus diperlukan suatu sistim cek dan kontrol melalui suatu surat ijin melaksanakan
pekerjaan (work permit system) yang harus ditaati oleh setiap karyawan. Surat ijin melaksanakan pekerjaan ini
dikeluarkan oleh bagian dimana akan dilakukan pekerjaan, ditandatangani oleh pengawas dimana pekerjaan itu
dilakukan bersama-sama dengan pengawas pelaksana dan bagian keselamatan kerja. Sebelum surat ijin
melaksanakan pekerjaan ditandatangani oleh pihak-pihak yang terkait, maka pengawas setempat atau yang
mewakilinya bersama-sama dengan pengawas dari pelaksana kerja dan petugas dari keselamatan melakukan
pemeriksaan di tempat dimana akan dilaksanakan pekerjaan. Setelah pemeriksaan terhadap tempat kerja, peralatan
yang akan digunakan, serta karyawan pelaksananya dianggap cukup memenuhi persyaratan sesuai dengan daftar
pertanyaan yang ada pada “Surat Ijin Melaksanakan Pekerjaan (Work permit system)” dan kemudian pihak-pihak
terkait telah menanda tanganinya, maka pekerjaan baru bisa dimulai. Untuk memudahkan sistim pengontrolan, maka
semua surat ijin melaksanakan pekerjaan (work permit system) harus dicatat dalam suatu log book yang telah
tersedia untuk itu dan termasuk jangka waktu pelaksanaannya.
Semua anggota Casing crew harus menghadiri meeting pra-kerja dan meeting rutin safety untuk untuk mendiskusikan
tugas pekerjaan dan kondisi kerja. Selama pertemuan semua anggota harus memperhatikan dengan seksama semua
pemberitahuan tentang bahaya keselamatan selama inspeksi tempat kerja. Sesampainya di lokasi kerja selalu
memeriksa bersama Rig Supervisor Safety sebagai pengenalan akan keselamatan. Kondisi kerja juga harus
didiskusikan bersama Driller. Adalah tanggung jawab Casing crew untuk memberitahu Driller, Tool Pusher atau
Company man akan semua/segala sesuatu yang membahayakan dan perlu dikoreksi.
Pada waktu casing crew mendirikan penyanggah, buatlah sebaik dan sestabil mungkin. Anggota crew bertanggung
jawab untuk memeriksa penyanggah dari kerusakan. Setiap kerusakan harus dilaporkan dan diperbaiki
secepatnya.Hanya Casing crew Pusher yang bisa mengoperasikan cathead atau air hoist. Jangan mengoperasikan
cathead atau air hoist kalau Driller tidak berada di tromol rem.
- Kondisi soft line pada saat digunakan untuk menahan beban tambahan sebagai penyeimbang (counterbalance).
- Kondisi rantai dan kawat pada peralatan penahan.
- Tong backup lines.
Anggota Casing crew pada waktu bekerja harus selalu menggunakan Peralatan Proteksi Pribadi (PPE) seperti :
- sepatu boot (safety boots)
- helm pengaman (hard hat)
- kacamata safety (safety glass) – pada waktu melubangi leher protektor; kacamata debu (goggles glass)- pada
waktu menggunakan palu; atau menggunakan pelindung muka.
Casing crew harus berjaga-jaga dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan termasuk hal-hal berikut :
- memukul rekan kerja dengan palu.
- kejatuhan rantai tong pada kaki sendiri atau rekan kerja.
- benda-benda yang jatuh.
- berdiri atau berjalan di bawah peralatan penyanggah.
- pipa yang sedang bergerak.
Casing crew Pusher memeriksa rig dan peralatan dan harus melaporkan semua keadaan yang tidak aman kepada
Tool Pusher atau Company man.
Stabber harus selalu memakai Peralatan Proteksi Pribadi (PPE) seperti tersebut di bawah ini, pada saat melakukan
stabbing:
- helm yang dilengkapi dengan sabuk tali putaran sehingga helm tersebut tidak jatuh ke lantai rig.
- Sepatu boots (safety boots).
- Kacamata safety.
Stabber tidak boleh mencukur pojok pada pengait (pick-up line). Dia juga harus memastikan bahwa tidak ada seorang
pun yang berada di bawahnya pada saat dia memasang pengait pada pick-up line (cantelan). Sabuk pengaman boleh
dipakai untuk menuju derek, disediakan bagi anggota rig yang berhak untuk memakainya.
Stabber harus turun ke rig floor pada saat sirkulasi atau tekanan (pressure) naik.
Pada saat Casing crew Pusher tidak berada di lokasi, Tong Operator bertanggung jawab pada Casing crew.
Tong Operator bertanggung jawab atas pemasangan tong dengan tepat.
- Gunakan rig tong line yang tersedia dengan tambahan berat extra untuk menyeimbangkan (counterbalance) tong
yang berat.
- Jangan menggunakan deadline (kunci) untuk memasang tong.
- Selalu menggunakan tali kabel untuk snubbing line.
- Tali kabel selalu harus memiliki ‘THIMBEL” (sarung penutup) untuk memperkuat kaitan mata pada snubbing line.
- Memastikan bahwa tiga (3) Klip Tali Kabel sudah terpasang dengan tepat pada snubbing line.
- Tong Operator haruslah satu-satunya orang yang bisa membuka tong dan harus bekerja sama dengan Stabber.
- Tong tidak boleh dimulai sebelum pick-up lines (pengait) dipindahkan dari pipa. Pada saat mengoperasikan tong,
pastikan bahwa pintu tong dalam keadaan tertutup.
- Pada waktu menggunakan back-up tong (rig tong), kurangi tekanan pada pipa untuk menghindari patahnya
snubbing line yang bisa menyebabkan tong berayun dan mengenai rekan kerja/orang lain.
- Pindahkan jerkline atau break-out line (kawat batas) dari back-up tong.
- Perhatikan Stabber pada saat ia memasukan pipa ke elevator.
Pada saat bekerja, seorang Casing crew Caser bisa mengoperasikan salah satu, atau beberapa pengoperasian
seperti yang tercantum di bawah ini.
- Pasang mud line dan valve (katup) dengan aman dan tepat.
- Jangan gunakan supply (penyaluran) lumpur dengan tekanan tinggi.
- Gunakan pompa sentrifugal bila memungkinkan.
- Pada waktu menggunakan supply lumpur dengan tekanan tinggi, tetaplah membuka mud line secara manual dan
biarkan Driller yang mengontrol supply mud.
- Selalu memperhatikan pipa yang keluar dari V-door (pintu-V) dan pipa yang ditarik dengan pick-up line.
- Dengarkan dengan seksama pipa yang sedang dipasang/diisi sambil memperhatikan pergerakkan pipa.
- Pada waktu membantu menarik tong pada pipa, pastikan bahwa pintu pada tong sudah tertutup untuk
menghindari kontak dengan tong dies.
- Selalu memperhatikan pergerakan elevator supaya tidak terpukul oleh elevator tersebut.
V-door Operations
Spider Operations
Selama Spider Operations, Casing crew Caser harus memastikan hal-hal berikut:
- Palang pengaman tetap pada posisi terkunci sampai Elevator selesai dikancing, setelah itu palang pengaman
bisa dilepas.
- Stabber memasang Slip Elevator sebelum melepas Slip Spider.
- Driller tidak boleh memukul spider dengan Guide atau Bell Elevator.
- Bahwa pekerjaan selesai bersamaan dengan Driller dan Stabber.
Caser harus membantu dalam menjalankan operasi V-door, tetap menjaga kencang kendornya pick-up line dan
memastikan pengait tidak menyentuh tiang/ujung mesin pickup/laydown.
Pickup/Laydown Operations
Caser harus memeriksa kabel/kawat untuk kasus seperti di bawah ini, sebelum mesin pickup/laydown meninggalkan
bengkel dan pada saat kembali lagi ke bengkel :
PERHATIAN N
1. Tong dan backup-nya tidak boleh dioperasikan oleh personnel yang tidak terlatih atau orang yang memiliki
kekurangan fisik atau mental. Tidak boleh ada pekerjaan apapun termasuk mengganti dies, pada waktu tong dan
backupnya terpasang dengan hidrolik pada power unit.
2. Peralatan Proteksi Pribadi termasuk kacamata safety, pelindung wajah, sarung tangan dan pakaian pelindung
harus dipakai untuk menjaga dari bahaya aliran bertekanan tinggi.
3. Sebelum mengoperasikan tong ECKEL, periksalah handle sesuai dengan spesifikasi tong tersebut. Pemeriksaan
pra-kerja yang tidak cukup bisa menyebabkan luka/kecelakaan. Tong harus diamankan pada saat make up
(pemasangan) atau pembongkaran, dengan memanfaatkan snub line. Jika hal ini tidak dilakukan, tong bisa
terlempar ke arah operator yang bisa menyebabkan bahaya fisik.
4. Pada waktu mengoperasikan tong ECKEL, pastikan bahwa tidak ada bagian tubuh atau pakaian berada di
bagian-bagian tong dan pastikan juga tidak ada kabel atau peralatan lain selain tubing berada di tong.
Note :
Sebelum mengoperasikan unit-unitnya, anda harus sudah familiar dengan pengoperasian kontrol dan alat pengukur
(gauges); sebelum awal pengoperasian dan setiap hari anda harus melakukan pengaturan (adjustments) dan
pemeriksaan operasional.
Jika anda ragu-ragu, selalu mengacu pada Petunjuk Manual yang ada di Bagian Pemeliharaan (maintenance)
sebagai petunjuk atau pengaturan secara tepat.
1. Gantung tong pada ikatan di samping crown. Atur tong pada tingkat gantungan yang pas pada waktu
memasukkan pipa. Gunakan silinder udara (air cylinder) untuk mengatur posisi vertikal dengan benar.
2. Angkat pipa dengan menggunakan Bilco, spring dan sling. Perusahaan bisa membutuhkan lapisan atau bahan
pengisi pada V-door dan rak pipa.
3. Leher/drat pipa harus dibersihkan dan dikeringkan. Bisa juga dratnya dibersihkan sebelum dimasukkan dan
dilakukan stabbing.
4. Pipa harus stabil dengan rotasi putaran setidaknya 2 putaran tangan. Stabbing guide harus pas masuk didalam
box.
5. Tiang/tangan derek harus menahan pipa secara vertikal sampai pengukuran/torque selesai dilakukan ; kemudian
elevator dimasukkan ke dalam pipa.
6. Kecepatan tong diatur sesuai dengan tipe sambungan/pengikatan. Pada umumnya Bilco menyarankan kecepatan
yang pelan pada akhir proses make up untuk memberi waktu pipa untuk menyamakan.
7. Tong dipasang pada pipa dan secara perlahan dijepit dengan Tong Aluminium Jaws. Ini bisa menahan tong pada
tempatnya dan memungkin Friction Grip mengancing dengan mudah. Kemudian Friction Grip mendapat tekanan
(pressure). Tekanan diatur sesuai dengan ukuran pipa dan tenaga putarannya.
8. Kontrol tenaga putaran (torque control) kemudian diatur lebih rendah dari yang diminta torque control tersebut.
Waktu sambungan pertama dibuat, bisa diatur dan di-set lagi torque controlnya sampai tenaga putarannya
dicapai.
9. Tong sekarang bisa memutar pipa dengan gigi tinggi (high gear) (10 – 20 RPM) sampai torque control low
menghentikan tong karena pengaruh/interferensi drat/thread atau kontak dengan shoulder (bahunya).
10. Tong kemudian dipindahkan ke low gear (gigi rendah). Tinggi dan rendahnya kecepatan pada low gear (gigi
rendah) diatur sesuai dengan variasi drat/threadnya masing-masing.
11. Jika ingin dihentikan, tong harus run pada putaran ½ sampai 1 RPM pada saat akan dihentikan, supaya mudah
untuk dilepaskan dari drat/thread.
12. Jika manual back up tong digunakan, harus hati-hati ditempatkan pada pipa dan posisinya tidak terlalu menekan
pipa.
13. Jika friction grip back up dipakai, harus dipakai selama pekerjaan.
14. Jika menggunakan komputer dengan soft touch tong, lebih baik menggunakan Bilco Control (dumps) final torque
(tenaga putaran terakhir).
15. Jika ada pertanyaan tentang prosedur/cara menjalankan Friction Grip ini, diskusikan dengan mekanik/engineer
yang bertugas.
Ada beberapa macam sistim perijinan (work permit system) yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan
yang sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan:
Surat Ijin Pekerjaan Panas (Hot Work Permit) diperlukan apabila akan melaksanakan pekerjaan panas yang
antara lain: pengelasan, pemotongan dengan api dan sand blasting.
Surat Ijin Pekerjaan Dingin (Cold Work Permit), pekerjaan yang akan dilakukan antara lain adalah:
pengecatan, pekerjaan sipil (tanpa mesin), pekerjaan bangunan
Surat Ijin Pekerjaan Listrik (Electric Work Permit), diperlukan apabila akan melakukan pekerjaan yang antara
lain untuk isolasi tenaga listrik, perbaikan dan penggantian breaker atau pemasangan sistim tenaga listrik baru.
Surat Ijin Pekerjaan Penggalian (Excavation Work Permit) adalah suatu pekerjaan yang meliputi semua
pekerjaan penggalian di daerah yang memerlukan pemeriksaan dan persetujuan dari berbagai departemen
terkait seperti, Produksi, Electric, Komunikasi, dan Pipeline Maintenance.
Surat ijin memasuki bejana tertutup (Vessel Entry Permit) suatu pekerjaan atau kegiatan yang memasuki
ruang tertutup seperti bejana, tangki atau tongkang.
Semua barang-barang harus disusun dengan baik dan diatur sedemikian rupa agar tidak tergelincir atau jatuh. Gang-
gang, tangga-tangga dan jalanan-jalanan harus dijaga agar selalu bersih supaya karyawan dan alat-alat dapat
bergerak dengan aman dan dapat digunakan sebagai jalan keluar/masuk dalam keadaan darurat.
Mengangkat barang dengan tangan merupakan pekerjaan sehari-hari. Akan tetapi apabila melakukan pengangkatan
tanpa perhitungan atau dilakukan dengan cara yang salah akan menimbulkan cidera otot, penyakit tulang punggung
dan hernia. Untuk menghindari terjadinya cidera tersebut, berikut disampaikan bagaimana cara mengangkat barang
dengan benar:
Renggangkan kaki, yang satu lebih dekat kepada benda yang akan diangkat, dan kaki lainnya berada dibelakang
benda itu.
Lakukan posisi jongkok dengan tulang belakang lurus, namun bukan vertikal.
Gunakan sarung tangan bila menangani barang-barang yang kasar atau terdapat serpihan.
Pegang benda tersebut dengan kedua tangan (telapak tangan) dan jangan dengan jari.
Tekuk siku guna mendapatkan tenaga yang lebih kuat.
Konsentrasikan berat badan pada kedua kaki dan mengangkat dengan kaki, usahakan punggung lurus dan
jangan menggunakan otot punggung.
Memutar tubuh ketika sedang mengangkat barang biasanya akan berakibat dengan sakit punggung. Hal ini bisa
dihindari dengan dengan memutar kaki yang berada pada posisi lebih didepan ke arah yang diinginkan.
Sebelum diangkat, ambil keputusan ke arah mana barang tersebut akan dibawa tanpa adanya halangan.
Dapatkan perkiraan berat barang yang akan diangkat. Jika berat barang sangat berlebihan atau tidak dapat
diangkat sendirian, anda harus mencari bantuan.
PERHATIAN
Hindari pengangkatan alat/bahan/material dengan menggunakan tenaga manusia seminimal mungkin. Kalau
pengangkatan secara manual dilakukan, gunakan pengangkat barang dengan teknik pengangkatan. Sebisa mungkin,
gunakan tenaga mekanis, hidrolik atau alat angkat bertenaga listrik, seperti, forklift, crane dan push-cart (kereta
dorong).
Alat-alat dibuat untuk melakukan suatu pekerjaan dengan aman dan ekonomis namun keselamatan dalam
pemakaian alat-alat tersebut tergantung kepada operator dari alat-alat tersebut.
Operator mesin penggerak utama pada saat mulai bertugas harus memeriksa dan memastikan bahwa:
Ruang operator bersih dari minyak, pelumas dan kotoran lainnya.
Semua sarana pemberi peringatan dini seperti klakson, bel, emergency stop, dan sistim komunikasi lainnya harus
benar- benar berfungsi dengan baik.
Satu unit alat pemadam api ringan yang berkapasitas minimal 5 lbs. jenis tepung kering atau karbon dioksida
harus ditempatkan di kabin pada setiap unit crane.
Petunjuk muatan yang aman, radius, rem-rem, lampu, tombol pembatas boom stop dan sebagainya harus dalam
keadaan baik.
Semua peralatan yang rusak harus segera diberitahukan kepada pengawas untuk dilakukan penggantian
sebelum crane tersebut digunakan.
Tempat-tempat yang terjangkau oleh radius perputaran semua mesin derek (crane) harus diberi perintang guna
mencegah agar para karyawan tidak memasuki daerah radius tersebut, dengan demikian karyawan tidak dapat
kejatuhan benda yang diangkat.
Semua hook harus dilengkapi dengan kunci pengaman (safety latch).
Sebelum mengangkat, berat dan keseimbangan dari keseluruhan beban harus dipastikan. Pastikan bahwa alat
angkat yang digunakan tidak melebihi kapasitas daya angkat crane itu sendiri.
Hanya karyawan berwenang saja yang diperbolehkan untuk memberi tanda (isyarat) kepada operator crane dan
tanda-tanda (signal) yang digunakan harus standar (sudah dibakukan).
Saat melakukan pengangkatan atau menurunkan barang, jangan melakukan sentakan yang tiba-tiba. Sentakan
pada muatan yang sedang diangkat akan menyebabkan terjadinya penambahan beban. Angkat dan turunkanlah
barang-barang muatan dengan perlahan-lahan.
Hanya operator crane berwenang saja yang boleh mengoperasikan crane. Pada saat mengoperasikan crane,
SIO (Surat Ijin Operasi) harus selalu dibawa oleh operator.
Mesin harus selalu dimatikan apabila sedang diberi pelumasan, ditambah bahan bakarnya atau bila seseorang
sedang mengerjakan bagian yang bergerak.
Jangan sekali-kali mengangkat dua atau lebih muatan yang terpisah dalam satu kali pengangkatan meskipun
berat muatannya masih dalam batas kemampuan kapasitas pengangkatan.
Jangan menggunakan boom untuk melakukan penarikan muatan kesamping.
Pada saat akan melakukan pengangkatan, aturlah posisi crane sedemikian rupa pada posisi yang aman.
Lakukan posisi pengangkatan dari titik lemah ke titik terkuat.
Gunakan sling yang sesuai dengan jenis muatan yang diangkat.
Jangan menggunakan sling yang sudah aus untuk mengikat muatan.
14.2.2. Forklift
Ketentuan Umum
Hanya Manager Lokasi yang bisa menunjuk orang untuk mengoperasikan forklift. Manager yang ditunjuk atau
asistennya akan menjamin semua operator Forklift adalah orang terlatih.
Ketentuan Pengoperasian
Penanganan yang kasar dan pengoperasian secara sembarangan sangat dilarang. Mengoperasikan forklift tidak
diperbolehkan tanpa fasilitas yang memadai. Forklift tidak boleh digunakan untuk transportasi karyawan. Jangan
melampaui kecepatan yang disarankan atau yang aman. Hanya operator forklift berwenang saja yang boleh
mengoperasikan Forklift. Pada saat mengoperasikan forklift, SIO (Surat Ijin Operasi) harus selalu dibawa oleh
operator.
Operator forklift harus memeriksa forklift sebelum memakainya atau setidaknya sekali satu shift. Memperhatikan
secara khusus akan fungsi ban, aki, rem, mekanisme kemudi, sistem angkat (lift system seperti: rantai, kawat/kabel,
garpu/fork dan tombol), pengontrol, full lines, klakson, lampu, dan sistem pendingin.
Jika kelihatannya tidak aman, laporkan segera kepada supervisor workshop. Forklift tidak boleh digunakan sebelum
diperbaiki atau dirasa aman untuk operasikan.
Pada saat forklift akan ditinggalkan tanpa pengawasan dari Operator hal-hal yang perlu dilakukan adalah sbb:
- Matikan power, gunakan rem tangan, arahkan tiang ke posisi vertikal, posisi fork/garpu berada di bawah dan roda
belakang dan depan sudah tertahan/terganjal.
- Atau tinggalkan kendaraan forklift pada posisi power hidup hanya jika remnya sudah terpasang, tiang terarah ke
posisi vertikal, fork/garpu berada pada posisi rendah/di bawah dan roda depan/belakang sudah tertahan/ganjal.
Forklift tidak dipakai tetapi masih dalam pandangan/pengawasan Operator (tidak lebih dari 8 Meter) :
- Alat pengangkut beban sudah berada pada posisi rendah,
- Sudah menetralisir sistem controlnya,
- Rem sudah terpasang,
- Ban sudah tertahan/ganjal.
Peringatan : Jangan mengoperasikan Power disel forklift pada bangunan yang ruangnya berukuran kecil
tanpa ventilasi yang sesuai.
Perhatian :
- Jangan mengangkut beban yang melampaui kapasitas dari forklift tsb,
- Jangan mengoperasikan forklift pada permukaan yang tidak mendukung keamanannya dari kendaraan beban
tersebut,
- Jangan mengoperasikan forklift di atas sesuatu yang berada di lantai (melindas).
- Hindari menghentikan atau menghidupkan kendaraan dengan tiba-tiba.
- Hindari mengangkut material yang mudah lepas pada forks.
Operator/Pengemudi/Sopir di PT. Bina Mitra Artha (BMA) akan menjalani masa percobaan selama satu (1) sampai
tiga (3) bulan. Apabila berhasil, operator/pengemudi/sopir tersebut harus:
- Mempunyai SIM yang masih berlaku dan SKKB dari Kepolisian.
- Mengemudi dengan hati-hati dan mentaati peraturan lalu lintas/hukum yang berlaku.
- Taati peraturan rambu-rambu lalu lintas.
- Memakai sabuk Pengaman.
- Gunakan hanya kendaraan Perusahaan yang diijinkan.
- Memiliki pengetahuan dasar tentang Mesin Kendaraan, Bensin atau Diesel Power.
- Bersihkan dan rawat kendaraan dengan cara yang tepat, setiap waktu.
- Tidak mengijinkan untuk menumpang.
- Dalam keadaan apapun jangan meninggalkan kendaraan, kecuali dalam pengawasan.
- Melaporkan setiap kecelakaan sesegera mungkin ke atasan .
- Melaporkan setiap dampak ketidak efisien keamanan sesegera mungkin ke atasan.
- Pastikan kendaraan diservis sesuai dengan jadwal tetapnya.
- Jangan mengendarai dalam keadaan mabuk.
- Tidak mengangkut barang yang mudah terbakar tanpa persetujuan dari atasannya.
- Memeriksa kendaraan sebelum digunakan, dan setiap kekurangan harus segera diperbaiki/direparasi dengan
tepat.
- Tidak mengangkut barang – barang Ilegal/melanggar hukum.
Semua kendaraan harus sudah diperlengkapi dengan peralatan untuk keadaan darurat seperti :
Forklift dipakai oleh Operator Forklift yang bertugas untuk memindahkan pipa, jika menggunakan Crane, maka
Operator Crane-lah yang bertugas. Pengemudi Truk Komersial hanya diminta untuk mengamati sampai seluruh
muatan sudah termuat/dibongkar dari truk. Apabila bantuan dibutuhkan dari karyawan, maka harus ada meeting
untuk pengarahan sebelum kerja yang membicarakan mengenai petunjuk-petunjuk kerja dan semua karyawan
diharuskan hadir. Penekanan khusus membicarakan mengenai pelaksanaan pekerjaan ditinjau dari sudut K3.
Semua jenis tangga dan perancah yang disediakan di tempat kerja adalah untuk dipergunakan. Tidak ada alasan
apapun untuk menggunakan sesuatu alat yang bersifat sementara untuk mencapai suatu tempat kerja.
15.1. Tangga-Tangga
Tangga-tangga harus diperiksa sebelum dan sesudah dipakai. Kerusakan-kerusakan yang ditemukan harus
segera dilaporkan kepada pengawas.
Tangga yang patah atau rusak tidak boleh dipakai. Perbaiki atau hancurkanlah segera tangga semacam itu.
Tangga-tangga yang akan diperbaiki harus diberi tulisan JANGAN DIPAKAI.
Tangga-tangga tidak boleh disandarkan pada tempat yang bergerak.
Tempat di sekeliling bagian atas dan bagian bawah tangga harus bebas dari bahaya tersandung, seperti pada
benda-benda yang terlepas, sampah dan kabel-kabel listrik.
Tangga-tangga yang dipergunakan untuk pekerjaan listrik harus terbuat dari bahan yang tidak menghantar arus
listrik.
Tangga-tangga harus memiliki kaki yang anti licin, kerangkanya harus kuat dan dalam keadaan baik.
Ketika menaiki atau menuruni tangga, tidak diperkenankan membawa barang, sehingga kedua tangan kita tidak
dapat berpegang pada tangga.
Tangga lipat harus dibuka sepenuhnya agar perentangnya terkunci.
Setiap orang yang akan menggunakan tangga harus:
- Menghadap ke tangga ketika menaiki dan menuruninya.
- Mengenakan sepatu keselamatan yang tidak licin.
- Menarik muatan dengan seutas tali atau dengan cara lain yang sesuai.
15.2. Perancah
Setiap perancah harus diperiksa dan disetujui oleh pengawas yang bertanggung jawab sebelum dipergunakan untuk
pertama kalinya dan termasuk setelah diubah atau dipindahkan.
Tidak ada istilah yang disebut dengan perancah sementara. Semua perancah harus dibuat dan dipelihara agar
sesuai dengan pedoman- pedoman yang telah ditetapkan.
Papan perancah harus dilihat dan diperiksa setiap kali hendak dipergunakan. Papan perancah yang rusak harus
segera diganti.
Tangga untuk turun dan naik harus disediakan pada setiap perancah. Turun dari ujung kerangka tidak
diperbolehkan, kecuali jika perancah tersebut telah dilengkapi dengan tangga yang telah disetujui.
Sebelum mulai bekerja dengan menggunakan perancah, pemakai harus memeriksanya untuk menetapkan
bahwa handrails, toeboards dan working platform board tersedia.
Semua perancah harus dipasang oleh karyawan yang mampu dan ditunjuk oleh pengawas.
Perancah-perancah jangan diberi muatan terlalu berat. Bahan-bahan yang dinaikkan seperlunya saja. Perancah
tidak boleh diberi muatan melebihi kapasitas yang direncanakan untuknya.
Kotak-kotak, tong-tong dan benda-benda sejenis yang tidak stabil tidak boleh digunakan sebagai alas berdiri
untuk bekerja atau menyanggah perancah.
Rem-rem roda harus dikunci pada waktu perancah dalam keadaan tidak bergerak.
Mintalah bantuan jika menggerakkan perancah-perancah beroda. Periksalah dengan baik apakah jalanan yang
hendak dilalui bebas dari penghalangan-penghalangan. Perhatikan lobang-lobang dan keadaan sekitarnya cukup
aman untuk dilalui.
Ikatkan atau pindahkan semua benda atau alat-alat yang lepas sebelum menggerakkan perancah.
Semua perancah balok kayu harus dibuat sedemikian rupa hingga dapat menahan muatan yang direncanakan
untuknya.
Semua karyawan yang bekerja pada perancah balok kayu harus memakai ikat pinggang pengaman dan tali-tali
penolong.
Balok-balok kayu harus paling sedikit berukuran 4 x 6 inci, dan panjangnya tidak boleh melebihi 10 kaki.
Petunjuk berikut ini dibuat untuk menjaga agar kondisi semua jenis perancah tetap dalam keadaan baik dan aman
untuk digunakan:
Semua rangka perancah harus diperiksa sekurang-kurangnya sekali dalam sehari oleh pengawas yang
bersangkutan.
Dalam melakukan penggantian bagian manapun dari suatu perancah tidak boleh dilakukan, terkecuali ada
persetujuan dari pengawas yang berwenang dan seorang rigger yang telah terlatih untuk itu tersedia.
Barang-barang yang tidak dipergunakan harus disingkirkan dan tidak boleh dibiarkan berserakan pada perancah.
Rangka perancah harus dilindungi dari kendaraan-kendaraan yang bergerak yang dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan pada perancah.
Kebersihan platform harus selalu dijaga setiap saat serta bersih dari minyak pelumas dan sebagainya.
Dilarang membuat api terbuka pada atau di dekat perancah, kecuali untuk tujuan pengelasan atau melakukan
pemotongan yang menggunakan api.
Dalam segala hal, sabuk pengaman harus selalu dipakai apabila bekerja pada platform-platform yang tinggi.
I.16. PROSEDUR KESELAM ATAN UNTUK M ENG HIDUPKAN DAN MEM ATIKAN MESIN
Semua karyawan harus dipandu oleh pengawas mereka dalam hal prosedur dan tata kerja yang aman.
Selain petugas yang berwenang tidak dijinkan untuk menggunakan peralatan, menghidupkan atau mematikan
mesin, pasokan listrik atau panel. Semua peralatan harus dalam keadaan baik, aman dan semua breaker harus
selalu terpasang.
Tidak seorangpun, kecuali petugas yang berwenang dijinkan untuk melepaskan breaker untuk maksud perbaikan
atau pemeliharaan. Dan breaker tersebut harus dipasang kembali setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan.
Para pekerja harus tahu lokasi dari peralatan pemadam api ringan dan penempatannya tidak boleh menghalangi
pintu keluar.
Setiap karyawan harus mengenakan pakaian pelindung diri yang sesuai dengan jenis pekerjaannya yang telah
disediakan di tempat kerja.
Setiap karyawan harus melaporkan setiap kondisi yang tidak aman, tindakan tidak aman dan peralatan yang tidak
aman secepatnya kepada pengawas yang bersangkutan.
Pelindung mesin yang dipasang pada suatu peralatan dimaksudkan untuk melindungi orang dari cidera yang
disebabkan oleh karena adanya bagian-bagian mesin yang bergerak, di samping itu juga berfungsi untuk mencegah
kontak antara pakaian dan alat-alat dengan mesin yang sedang beroperasi.
Semua bagian-bagian mesin yang bergerak dan berbahaya dalam jarak jangkauan harus diberi pelindung atau
pagar keseluruhannya.
Peralatan pemotong seperti gergaji atau gergaji putar, mesin bor, mesin bubut, roda pengasah dan kipas.
Peralatan yang berputar seperti pully atau sabuk adalah bagian-bagian yang berbahaya. Cidera yang disebabkan
oleh peralatan semacam ini sangat jarang terjadi. Akan tetapi apabila terjadi biasanya mengakibatkan luka yang
bersifat parah atau bahkan fatal.
Tempat-tempat dimana pergesekan sering terjadi seperti roda gigi, V-belt, pada bagian penutup pully rantai dan
roda gigi lainnya yang dekat dengan bagian yang tidak bergerak. Tempat-tempat tersebut berbahaya sebab
dapat menarik benda lain dan menghancurkannya. Bila suatu benda tertangkap oleh bagian mesin yang berputar
sangat sulit bahkan tidak mungkin untuk dilepaskan. Tangan yang menggunakan sarung tangan dan pakaian
yang longgar dapat dengan mudah tersangkut pada bagian-bagian ini.
Motor atau setiap bagian dari pembangkit listrik yang tidak dilindungi merupakan sumber bahaya yang sangat
potensial.
Semua pekerjaan pengelasan dan pembakaran merupakan pekerjaan yang sangat berbahaya dan bisa
mendatangkan suatu kecelakaan apabila tidak ditangani dengan benar. Oleh karena itu setiap akan memulai
pekerjaan tersebut, anda harus mengikuti petunjuk-petunjuk berikut ini:
Sebelum memulai pekerjaan pengelasan atau pembakaran, tempat kerja harus diperiksa untuk memastikan
bahwa percikan-percikan api atau logam-logam yang meleleh tidak akan jatuh pada benda-benda yang
mudah terbakar. Bila alat-alat pengaman yang diperlukan tidak tersedia, rundingkanlah dengan pengawas
anda.
Jangan sekali-kali melakukan pengelasan atau membakar di tempat yang berbahaya tanpa mendapat
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pihak-pihak yang berwenang melalui surat ijin bekerja (work permit
system) yang khusus untuk itu.
Pastikan bahwa alat pemadam api ringan yang sesuai harus disediakan sebelum pekerjaan pengelasan
dimulai dan alat pemadam api tersebut berfungsi dengan baik.
Adalah merupakan tanggung jawab dari setiap juru las (welder) untuk melakukan pemeliharaan atas
peralatan las. Peralatan tersebut harus selalu dalam keadaan baik untuk dipergunakan. Apabila rusak segera
sampaikan kepada pengawas untuk mendapatkan penggantian.
Pada saat melakukan pengelasan atau membakar, alat pelindung mata yang telah ditentukan harus dipakai.
Semua kabel-kabel las dan selang-selang pembakar harus dalam keadaan baik dan diatur sedemikian rupa
agar tidak menjadi penghalang bagi pelaksana kerja yang berada di sekitarnya.
Jangan sekali-kali melakukan pengelasan atau membakar tanki, tong atau pipa atau benda-benda lainnya
yang mungkin berisikan atau bekas berisikan bahan bakar atau bahan yang tidak diketahui lainnya. Mintalah
ijin terlebih dahulu kepada petugas keselamatan atau pihak-pihak yang bertanggung jawab lainnya apabila
akan melakukan pengelasan atau pemotongan.
17.1. Mengelas
Bila berhadapan dengan benda-benda yang beterbangan berupa serpihan-serpihan atau benda-benda akibat
pembersihan las yang lain, alat pelindung mata yang telah ditentukan harus dipakai.
Bila melakukan pengelasan listrik yang berdekatan dengan pekerja-pekerja lain, mereka harus dilindungi
terhadap sinar-sinar listrik dengan layar yang tidak dapat terbakar atau dengan alat pelindung mata yang
cukup memberi perlidungan.
Semua kerangka dari mesin las harus dihubungkan dengan tanah.
17.2. Membakar
Jangan menggunakan korek api untuk menyalakan suluh las. Gunakanlah pemantik api. Suluh-suluh las tidak
boleh dipakai untuk menyalakan benda-benda yang berasap.
Gunakanlah sarung tangan yang sesuai untuk pekerjaan tersebut.
Bila kunci khusus dipergunakan untuk membuka atau menutup katup tabung asetilen, kunci tersebut harus
tetap dibiarkan pada posisinya dikatup tersebut.
Kerudung-kerudung pelindung (protective caps) harus tetap berada di atas semua tabung yang tidak dipakai.
Semua tabung harus diamankan sebagaimana mestinya agar tidak terguling.
Tabung oksigen dan asetilen yang disimpan harus dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan jarak 20 feet
atau dengan suatu rintangan sepanjang 5 feet yang mempunyai tingkat pembakaran (fire rating) satu jam.
Hubungi petugas keselamatan sebelum memulai pekerjaan pengelasan, pembakaran, atau pemanasan yang
dilakukan didalam ruangan tertutup, yang mungkin memerlukan ventilasi mekanis biasa atau ventilasi
pembuangan udara setempat untuk mengurangi konsentrasi uap dan asap-asap sampai pada tingkat yang
dapat diterima.
Jika ventilasi yang cukup tidak bisa disediakan, pekerja harus dilengkapi dengan dan diharuskan memakai
alat-alat untuk bernafas yang berisikan udara.
Jika melakukan pengelasan, memotong atau memanaskan logam-logam yang mengandung bahan-bahan
beracun seperti seng, timah hitam, cadmium atau logam-logam yang mengandung bahan beracun lainnya
diudara terbuka, harus memakai alat bernafas jenis penyaring udara.
Semua pekerjaan penggalian dan pemaritan serta pekerjaan-pekerjaan lain yang dikerjakan didalamnya
harus sesuai dengan pedoman-pedoman yang telah ditetapkan. Tanda-tanda tentang adanya pekerjaan
penggalian harus dipasang dan ditempatkan pada tempat yang jelas dan terlihat oleh orang yang
melewatinya.
Semua pekerjaan penggalian yang melebihi kedalaman yang telah ditentukan harus menggunakan surat ijin
penggalian yang dikeluarkan oleh pihak-pihak terkait.
Semua galian harus dibuat landai sesuai dengan lereng alam, kecuali ditanah yang berbatu karang.
Barang-barang harus ditaruh pada jarak dua kaki atau lebih dari tepi penggalian. Hal ini dimaksudkan
sebagai tindakan pencegahan agar barang tersebut tidak jatuh kedalam lubang penggalian.
Setiap galian harus diperiksa setiap hari oleh pengawas yang berwenang. Bila terlihat kemungkinan akan
roboh atau longsor, maka semua pekerjaan didalam galian tersebut harus dihentikan (STOP) sampai
tindakan pengamanan yang diperlukan untuk melindungi/mengamankan pekerja selesai dilakukan.
Bila ada kendaraan atau alat-alat besar hilir mudik di dekat galian-galian tersebut, tepi-tepi galian harus
ditopang atau diperkuat seperlunya untuk menahan tekanan-yang harus ditanggungnya karena muatan
tersebut. Balok-balok penahan atau penghalang-penghalang lain yang kuat harus dipasang di tepi galian.
Jalan untuk keluar/masuk yang aman harus dibuat disemua galian dengan tangga-tangga, tumpuan-tumpuan
atau lantai-lantai miring. Jalanan-jalanan atau jembatan-jembatan yang mempunyai susuran pengaman
standar harus disediakan, dimana karyawan diijinkan untuk menyeberangi galian-galian tersebut.
Peralatan sand blasting harus diperiksa sebelum digunakan dan kondisinya harus benar – benar dalam keadaan
baik. Selang untuk sand blasting harus diperiksa dan bahannya tidak menimbulkan arus listrik statis. Semua
selang yang bersambung harus dalam keadaan baik dan tidak ada yang bocor termasuk pada pegangan nozzle
tersebut harus dilengkapi dengan katup manual.
Kompresor udara, corong pengisi pasir dan permukaan benda yang akan disemprot harus dihubungkan ke tanah
yang basah dengan kedalaman yang sesuai.
Pada saat melakukan pekerjaan sand blasting, posisinya tidak boleh dekat dengan bahan yang mudah terbakar,
motor listrik, lobang isapan udara pada motor bakar yang sedang bekerja.
Pada saat menggunakan peralatan sand blasting, operator sand blasting harus selalu memakai alat saringan
debu untuk melindungi debu-debu yang tajam.
Sand blasting digolongkan pada jenis pekerjaan panas. Oleh karena itu setiap akan melaksanakan pekerjaan
sand blasting didaerah tertentu harus menggunakan surat ijin kerja panas (Hot Work Permit).
Alat pemadam api ringan yang sesuai untuk itu harus tersedia di tempat dimana dilakukan pekerjaan sand
blasting. Kotak untuk pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) juga harus tersedia di tempat kerja.
Setiap pengemudi harus memeriksa kendaraannya sebelum dihidupkan dan pastikan bahwa kendaraan tersebut
dalam keadaan baik dan aman.
Usahakan mengetahui batasan dan spesifikasi peralatan yang anda pakai. Jangan melewati batasan-batasan
yang telah ditentukan.
Semua operator dan pengemudi kendaraan harus dilengkapi dengan Surat Ijin Mengemudi kendaraan bermotor
dari Kepolisian Republik Indonesia yang masih berlaku (SIM A, BI, BII).
Rem harus dipasang bila kendaraan sedang diparkir.
Apabila tersedia, sabuk pengaman harus dipakai.
Para pengemudi dilarang menjalankan kendaraannya sebelum penumpang-penumpangnya memenuhi
persyaratan keselamatan.
Jangan sekali-kali memundurkan kendaraan apabila pandangan ke belakang terhalang, kecuali apabila:
Kendaraan dilengkapi dengan alarm untuk berjalan mundur yang dapat digunakan, serta dapat
terdengar sejauh 200 feet di atas suara-suara di sekelilingnya,
Atau bila ada orang yang memberi isyarat bahwa aman untuk mundur.
Pada saat mengemudi di jalan umum, peraturan lalu lintas jalan harus dipatuhi.
Pada saat mengisi bahan bakar, mesin kendaraan harus dimatikan dan penumpang tidak dibolehkan merokok.
Jangan memuat bahan yang mudah terbakar di bagasi kendaraan.
Setiap pengemudi sama sekali tidak dijinkan untuk mengambil penumpang yang bukan karyawan. Hal ini untuk
mencegah beban biaya dan tanggung jawab perusahaan apabila terjadi kecelakaan.
Apabila pengemudi bertingkah laku yang tidak sopan dalam mengemudikan kendaraannya, seperti mengganggu
pejalan kaki, memonopoli jalan, melanggar peraturan lalu lintas dan bersikap ceroboh, maka perbuatan tersebut
dikategorikan sebagai pelanggaran.
Resiko bekerja di kantor apabila dibandingkan dengan bekerja di lapangan dapat dikatakan relatif lebih aman, namun
demikian kecelakaan yang cukup parah dapat saja terjadi. Agar tempat kerja selalu aman, ikutilah petunjuk-petunjuk
berikut ini:
Hati-hatilah apabila menggunakan kursi putar. Jangan merebahkan diri di kursi tersebut sebelum menguji berat
badan dengan perlahan-lahan.
Bacalah surat-surat atau bacaan lain di meja, jangan membaca sambil berjalan.
Periksalah perabot kantor secara teratur, kalau-kalau ada sudut yang tajam atau serpihan yang runcing atau baut
yang longgar.
Simpanlah benda-benda tajam pada tempat yang aman dan telah ditentukan. Pakailah benda-benda tersebut
dengan hati-hati.
Laporkan segera semua cidera/luka-luka yang terjadi di tempat kerja kepada pengawas dan mintalah pertolongan
pertama apabila diperlukan.
21.2. Akses
Jagalah agar tempat kerja selalu dalam keadaan bersih dan rapi. Banyak kecelakaan di tempat ini terjadi karena
jatuh, tergelincir atau tersandung.
Jagalah agar laci-laci meja, laci arsip dan pintu lemari kecil selalu tertutup bila tidak dipakai. Bukalah hanya satu
laci file atau laci meja pada satu saat.
Berjalan, -jangan berlari- di gang atau di tangga gedung. Berpeganglah pada susuran tangga.
Jangan berdiri atau bercakap-cakap di depan pintu tertutup. Pintu-pintu tersebut dapat dibuka sewaktu-waktu
secara mendadak.
Ikutilah petunjuk pabrik untuk semua bahan seperti cairan pembersih mesin tik, larutan penghapus, toner untuk mesin
foto kopi dan sebagainya. Bacalah petunjuknya dengan baik.
Betapapun baiknya suatu panduan tentang keselamatan kerja, kecelakaan dapat saja terjadi dimana juga. Meskipun
kecelakaan tidak dapat dihilangkan secara menyeluruh, namun hal ini setidak-tidaknya dapat dikurangi dan dapat
dilakukan dengan cara mencegah kecelakaan sedini mungkin. Adapun cara pencegahan kecelakaan antara lain
dapat dilakukan melalui:
Mengetahui daerah-daerah yang berpotensi terhadap kecelakaan dengan menghilangkan bahaya tersebut.
Memberikan pelatihan kepada semua karyawan.
Melakukan induksi dan orientasi keselamatan kepada setiap karyawan baru atau karyawan yang baru
dipindahkan dari satu bagian kebagian lainnya.
Memasang pelindung-pelindung pada mesin.
Melakukan pertemuan kelompok (group meeting) secara teratur.
Melakukan kampanye keselamatan dengan memasang poster, spanduk, safety flash dan lain-lain.
Memakai alat pelindung diri yang telah disediakan.
Melaporkan dan melakukan penyelidikan terhadap kecelakaan, dan nyaris celaka serta menindaklanjuti semua
saran-saran yang telah diberikan.
Melaksanakan latihan tentang rencana keadaan darurat.
Melakukan inspeksi dan internal audit secara teratur serta menidaklanjuti hasil temuannya.
Semua itu akan berhasil dengan baik apabila semua karyawan berperan aktif dalam melaksanakan usaha-usaha ini,
dan tentu saja keterlibatan dari seluruh jajaran struktur manajemen adalah faktor yang sangat menentukan dalam
mencapai sasaran perusahaan yang diinginkan.
II.1. PRAKATA
Sebagai suatu kontraktor yang menjadi mitra usaha dari suatu perusahaan, PT. Bina Mitra Artha (BMA)
menerima dan bertanggung jawab untuk mencegah dan mengontrol situasi-situasi keadaan darurat
(emergency situations) yang dapat terjadi baik di daerah kerja PT. Bina Mitra Artha (BMA) sendiri, maupun
di daerah operasi perusahaan dimana PT. Bina Mitra Artha (BMA) menjadi mitra usahanya. Hal ini juga
termasuk pelaksanaannya, baik secara operasional maupun persoalan-persoalan yang bertalian dengan
hubungan luar.
Dalam hal mengurangi kerusakan-kerusakan yang cukup besar disebabkan oleh suatu peristiwa atau
kejadian, PT. Bina Mitra Artha (BMA )membuat prosedur tanggap darurat (Emergency Response Procedure)
untuk membantu karyawan-karyawan dalam menangani keadaan darurat.
II.2. T UJUAN
Tujuan dari rencana ini adalah untuk membuat suatu organisasi tanggung jawab dan prosedur-prosedur
darurat dalam situasi darurat yang sangat berpengaruh terhadap perusahaan.
Perusahaan akan selalu bertanggung jawab untuk melindungi karyawan, harta milik perusahaan serta
lingkungan. Prosedur tanggap darurat ini digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan situasi keadaan
darurat serta pelatihan keadaan darurat bagi karyawan perusahaan guna mengembangkan kesiagaan
terhadap keadaan darurat.
Seluruh karyawan harus peduli dengan rencana tanggap darurat ini, bagaimana bekerjanya serta apa yang
harus mereka lakukan untuk menjalankannya. Semua anggota tim pengendali tanggap darurat harus dilatih
secara teratur dan berkesinambungan sesuai dengan rencana.
Tujuan/sasaran-sasaran dari prosedur tanggap darurat ini diprioritaskan kepada:
a. Menetapkan strategi cepat tanggap yang diperlukan dalam mengontrol situasi keadaan darurat.
b. Rincian tentang organisasi dan pertanggungjawaban tentang suatu regu dan individu-individu pribadi yang
diketahui dalam suatu rencana.
c. Mengetahui syarat-syarat dan kebutuhan terhadap kewaspadaan dan komunikasi dengan badan- badan
pemerintah serta organisasi-organisasi lain dalam hal keadaan darurat.
d. Menyiapkan daftar telepon terbaru bagi semua karyawan-karyawan yang bersangkutan dan organisasi
sesuai rencana.
Prosedur tanggap darurat ini tidak mencoba untuk menyiapkan jawaban pertanyaan secara rinci untuk semua
jenis tentang skenario keadaan darurat. Namun demikian, organisasi dan pertanggungjawaban yang rinci
diperlukan untuk menanggapi pada setiap jenis keadaan darurat.
3.1. Umum
Rencana ini akan dilaksanakan apabila suatu keadaan darurat terjadi yang menyebabkan atau menimbulkan fatal,
cidera serius, kerugian atau kerusakan pada harta milik perusahaan atau mempunyai pengaruh yang sangat
berarti bagi lingkungan.
Membatasi dan menghilangkan daerah berbahaya untuk mencegah atau mengurangi kerugian terhadap
masyarakat, karyawan perusahaan atau lingkungan.
Menetapkan pusat komunikasi dimana karyawan perusahaan harus ditempatkan untuk mengatur kegiatan
tanggap darurat di lapangan (tempat kerja), membantu mengarahkan serta membantu karyawan.
Rencana ini harus diprakarsai oleh karyawan senior di tempat dimana keadaan darurat dilakukan. Karyawan senior
tersebut pada saat keadaan darurat terjadi merupakan orang yang memegang peranan sebagai Komando di tempat
kejadian. Dia harus dapat memperkirakan masalah-masalah yang timbul, berunding dengan Site Manager yang akan
menggerakkan rencana penanggulangan darurat apabila situasi membenarkan.
Adalah sangat penting untuk segera melaporkan setiap keadaan darurat apabila hal itu terjadi. Dalam keadaan
darurat, seorang petugas yang senior di tempat kejadian sangat diperlukan untuk menganalisa tentang keadaan yang
sedang terjadi. Hal ini sangat penting sekali mengingat bahwa hasil pengamatannya dapat memberikan masukan
bagi perusahaan tentang tingkat keseriusan dari keadaan darurat, dan itu akan sangat membantu dalam menentukan
tindakan apa yang harus segera dilakukan. Dalam hal terjadi keragu-raguan untuk menentukan tingkat keseriusan
yang terjadi, sebaiknya petugas senior tersebut segera menghubungi ketingkat yang lebih tinggi lagi untuk
menentukan tindakan- tindakan apa yang harus dilakukan.
Organisasi keadaan darurat yang dibuat oleh PT. Bina Mitra Artha (BMA) adalah untuk mengukur situasi keadaan
darurat apa saja yang dapat terjadi di dalam daerah seluruh operasinya di Jakarta serta sekaligus bagaimana
seharusnya menanggulangi keadaan tersebut. Organisasi seperti yang akan diuraikan dalam rencana ini adalah
untuk mengetahui operasi standar dan prosedur tanggap darurat oleh perusahaan langsung dan mengontrol situasi
keadaan darurat apapun juga.
Department Manager
Bertanggung jawab dan cepat tanggap serta mampu untuk mengatasi seluruh keadaan darurat dan menjamin bahwa
prosedur tanggap darurat ini berada di tempat kerja, selalu diperbaharui dan secara teratur berlatih sesuai dengan
prosedur tersebut untuk membuat agar semua yang terlibat dapat melaksanakan dengan baik.
Area Supervisor
Area supervisor adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengambil kendali apabila terjadi krisis keadaan
darurat apa saja yang terjadi didaerah tanggung jawabnya. Dalam kapasitas ini, Area supervisor adalah sebagai
pengontrol keadaan darurat (Emergency Contoller), dia juga bertanggung jawab untuk mengembangkan hal-hal
tentang rencana pengendalian darurat. Area supervisor akan mengatur rencana dan menjamin bahwa daftar tugas
dibuat dan secara teratur diumumkan melalui bulletin board atau dipasang pada papan pengumuman yang telah
ditentukan. Para karyawan diberikan masukan-masukan singkat tentang prosedur tanggap darurat dan dilatih tentang
tanggung jawabnya. Secara teratur mengadakan latihan penanggulangan keadaan darurat dan memeriksa peralatan
pendukung lainnya.
5. KOMUNIKASI
Komunikasi yang baik sangat penting sekali ketika memberi reaksi yang cepat terhadap keadaan darurat, hal ini
merupakan dukungan yang sangat positif untuk mengatasi situasi tersebut.
Struktur komunikasi awal terjadinya keadaan darurat di lapangan memperlihatkan komunikasi secara berurutan untuk
memberitahu para karyawan perusahaan dan memberikan bantuan ketika ada kegiatan pengendalian keadaan
darurat (lihat lampiran 1).
Fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk melaporkan dan menjaga agar komunikasi tetap terpelihara selama keadaan
darurat adalah dengan menggunakan telepon dan radio tangan (handy talkie).
Dalam hal menjaga dan menghindari gangguan sistim komunikasi yang disebabkan oleh sistim elektrik dari
pemerintah setempat, di lapangan telah disediakan satu unit power generator yang terpelihara agar selalu dalam
keadaan baik serta berfungsi dengan benar pada saat digunakan.
Informasi tentang sistim komunikasi harus selalu ditinjau ulang dan diperbaharui sesuai keperluan atau paling tidak
satu kali dalam setahun harus diperbaharui oleh Koordinator perencanaan keadaan darurat (HSE). Revisi-revisi
tersebut akan dibagikan kepada semua karyawan yang berkepentingan.
Daftar telepon yang terbaru (Telephone Directory) harus selalu tersedia pada setiap operator radio, ruang Operation
Superintendent, ruang HSE, ruang para pengawas, ruang Security serta ditempatkan/dipasang pada lokasi-lokasi
penting di lapangan.
Dalam hal terjadi keadaan darurat di lapangan (tempat kerja), semua pemakai radio/telepon harus dibatasi hanya
untuk berita-berita penting, dengan prioritas utama diberikan untuk komunikasi yang berhubungan dengan keadaan
darurat. Untuk komunikasi yang berhubungan dengan keadaan darurat hanya boleh dilakukan apabila ada instruksi
dari petugas yang berwenang saja.
Dilarang Keras bagi siapa saja membuat pernyataan, baik secara internal maupun eksternal
sehubungan dengan masalah keadaan darurat tersebut, termasuk dalam hal ini adalah juga memanggil
perwakilan-perwakilan dari luar/pihak ketiga dan orang- orang lain.
Setelah menerima berita tentang keadaan darurat, pusat komunikasi berikut ini akan menetapkan:
Pusat pengendalian keadaan darurat yang berada didekat lokasi kejadian dalam mengatur kegiatan-kegiatan
keadaan darurat di lapangan ditetapkan oleh Komandan Lapangan. Komandan lapangan adalah orang yang paling
senior pada saat terjadinya keadaan darurat di lokasi dimana dia berada.
Pusat pengendali keadaan darurat berlokasi di kantor PT. Bina Mitra Artha (BMA) Representatif lokasi dan
akan dipimpin langsung oleh Emergency Controller (Operation Superintendent).
Pertanggungjawaban secara keseluruhan untuk memprakarsai tindakan-tindakan perbaikan akan dilakukan oleh
karyawan yang senior di tempat kejadian dan dia akan bertindak dalam kapasitasnya sebagai Komandan lapangan.
Dia akan menilai tentang situasi keadaan darurat, melakukan perundingan dengan Pusat Pengendalian Keadaan
Darurat yang akan menggerakkan rencana pengendalian keadaan darurat apabila situasi mengharuskan.
Tiga regu yang dapat dibentuk dalam menyikapi situasi keadaan darurat:
1. Regu yang melakukan tindakan untuk mengatasi keadaan darurat di lapangan, dipimpin oleh Komandan
lapangan,
2. Regu Pengendalian Keadaan Darurat (Emergency Controller) dipimpin oleh Operation Superintendent,
3. Regu bantuan keadaan darurat.
Berdasarkan jenis dan tingkat keparahan situasi keadaan darurat yang terjadi, pengendali keadaan darurat
(Emergency Controller) mungkin perlu menggerakkan regu bantuan untuk membantu menanggulangi keadaan
tersebut.
Regu bantuan keadaan darurat dapat terdiri atas karyawan berikut ini:
Pengawas/Pemuka lain,
Perawat,
Karyawan Administrasi.
Apabila ada karyawan yang mengetahui suatu keadaan darurat yang cukup berpotensi untuk menimbulkan
suatu bahaya yang lebih besar, dia harus melakukan tindakan-tindakan yang seperlunya dan kemudian
melaporkan kepada atasannya langsung (Pengawas) di lapangan.
Pengawas lapangan setelah menerima pemberitahuan atau mendapat berita tentang kejadian harus memberi tahu
kepada Kantor PT. Bina Mitra Artha (BMA) Representatif lokasi tentang hal-hal berikut:
a. Melaporkan kejadian tersebut ke Radio Room/Telephone Operator dan ke pimpinan tertinggi di lapangan (Field
coordinator), sebagai penanggung jawab pada daerah dimana terjadi keadaan darurat.
Hal-hal yang perlu dilaporkan adalah:
Lokasi kejadian,
Jenis keadaan darurat yang terjadi (kebakaran, ledakan, pencemaran dan kecelakaan),
Langkah dan tindakan awal yang telah dilakukan, termasuk peralatan yang digunakan,
Bantuan yang diperlukan dengan segera,
Identitas diri pelapor.
b. Perkiraan tentang tingkat keparahan kecelakaan yang terjadi di lapangan.
c. Berikan bantuan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) kepada orang-orang yang cidera sesuai dengan
ketentuan.
d. Amankan daerah tempat kerja, peralatan dan perlengkapan lainnya.
Operation Superintendent atau deputinya harus segera memanggil Regu Bantuan I untuk menentukan status
keadaan darurat, apabila diperlukan sekali, kirimkan alat angkut (darat, air atau udara) dan lakukan langkah- langkah
berikut ini:
Catat informasi keadaan darurat tersebut pada “log book” yang telah tersedia, dan isinya berisi tentang hal-
hal berikut:
- Jam dan tanggal kejadian,
- Jenis dari keadaan darurat,
- Lokasi kejadian,
- Kerusakan-kerusakan yang terjadi,
- Siapa yang melaporkan kejadian,
- Tindakan yang telah dilakukan,
- Bagaimana keadaan darurat tersebut ditanggulangi.
Apabila kejadian tersebut tidak dapat dikendalikan, nyatakan dan umumkan bahwa situasi keadaan darurat
menjadi sulit dikendalikan (keadaan bertambah gawat)
Karyawan senior yang berada di lokasi kejadian, setelah menerima berita tentang peristiwa/kejadian, selanjutnya
akan mengevaluasi situasi dengan data- data yang ada. Pada saat kejadian karyawan senior tersebut dianggap
sebagai Komandan di tempat kejadian dan akan memberi laporan tentang keadaan darurat kepada Pusat Pengendali
Keadaan Darurat di Kantor Representatif lokasi. Apabila hal ini dilaksanakan, Komandan yang berada di tempat
kejadian (Komandan Lapangan) akan melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
a. Menetapkan Pos Komando di lapangan.
b. Gunakan sistim komunikasi lapangan seperti biasa untuk mendapatkan bantuan di lapangan (bagian safety,
security, perawat, dan lain-lain).
c. Hitung dan periksa seluruh karyawan yang berada di lapangan, dan bagi karyawan yang tidak berkepentingan
agar segera dievakuasi.
d. Semua daerah berbahaya dan jalan masuk menuju lokasi kejadian agar segera ditutup.
e. Catat semua informasi yang diterima dan semua tindakan-tindakan yang telah dilakukan dengan menggunakan
format laporan yang telah tersedia.
f. Segera lakukan tindakan untuk mengontrol keadaan darurat, tanpa membahayakan bagi karyawan.
g. Laporkan keadaan kondisi keadaan darurat ke Pusat Pengendalian Keadaan Darurat di Representatif lokasi
dengan tepat tentang status akhir dari masalah tersebut (setiap 5 menit supaya menyampaikan perkembangan
situasi lapangan).
Catatan:
Komandan lapangan dapat menyerahkan tanggung jawabnya kepada pimpinan lain yang lebih senior dari
padanya yang telah dikirim dari Pusat Pengendalian Keadaan darurat di Representatif lokasi).
a. Mengaktifkan Pusat Pengendalian Keadaan Darurat dan menghimpun regu/team yang telah ditentukan serta
mengevaluasi kembali situasi keadaan darurat. Regu yang telah datang diminta untuk stand by di tempat untuk
menunggu langkah selanjutnya.
b. Memastikan bahwa segala bentuk bantuan untuk keadaan darurat (seperti peralatan pemadam, perawat), telah
dikirim ke lokasi kejadian sesuai permintaan dari Komandan lapangan.
c. Membuat catatan-catatan tentang tindakan dan hubungan komunikasi yang telah dilakukan.
d. Memberikan saran/masukan-masukan kepada Operation Superintendent, apabila ada.
e. Semua bentuk komunikasi lisan yang telah dilakukan harus disusul dengan komunikasi secara tertulis (fax, telex,
dan sebagainya)
f. Apabila telah dipertimbangkan bahwa keadaan darurat tersebut telah dapat dikuasai, sampaikan hal tersebut
kepada anggota tim.
g. Evaluasi kembali semua tindakan dan langkah-langkah yang telah dilakukan selama keadaan darurat terjadi.
Umum
Kantor PT. Bina Mitra Artha (BMA) Representatif lokasi dianggap sebagai Pusat Pengendalian Keadaan
Darurat (Emergency Control Centre). Setiap regu bantuan yang datang ke Pusat Pengendalian Keadaan Darurat
atau yang dikirim dari Pusat Pengendalian Keadaan Darurat harus dicatat kedalam buku laporan yang telah
disediakan.
Setelah diberitahu tentang situasi keadaan darurat yang terjadi, setiap karyawan yang telah ditunjuk untuk menjadi
regu bantuan dalam keadaan darurat harus melakukan hal-hal berikut ini:
1. Segera menuju ke tempat Pusat Pengendalian Keadaan Darurat untuk melaporkan diri kepada petugas di Pusat
Pengendalian Keadaan Darurat untuk dicatat.
2. Berangkat menuju ke lokasi kejadian beserta peralatan setelah mendapat perintah langsung dari Pimpinan Pusat
Pengendalian Keadaan Darurat.
3. Catat semua tindakan dan komunikasi yang telah dilakukan.
Branch manager setelah diberitahu oleh Area supervisor (Pimpinan Pusat Pengendali Keadaan Darurat) tentang
keadaan tersebut, sesuai permintaan dari Field coordinator akan:
1. Menyiapkan regu bantuan keadaan darurat dari Jakarta.
2. Meminta keterangan terperinci tentang kondisi keadaan darurat kepada Field coordinator.
3. Membicarakan situasi terakhir dan tindakan yang telah dilakukan.
4. Ketahui bantuan apa saja yang diperlukan dan siapkan regu tambahan apabila diperlukan
5. Beritahu kejadian keadaan darurat tersebut kepada Presiden Direktur.
6. Apabila keadaan setelah dipertimbangkan akan menjadi lebih besar, kirimkan regu bantuan keadaan darurat dari
Jakarta.
7. Adakan terus komunikasi dengan Area supervisor lapangan dan bertindak sebagai penghubung antara Area
supervisor dengan Presiden Direktur.
8. Apabila telah diberitahu oleh Area supervisor bahwa keadaan darurat telah dapat dikendalikan, semua karyawan
agar tetap stand by di tempat sampai keadaan benar-benar telah aman dan situasi telah dikendalikan.
9. Adakan evaluasi tentang tindakan-tindakan yang telah dilakukan selama keadaan darurat.
PERIODE
TIM 1 TIM 2
SIANG
MALAM
1. 1.
2. 2.
3. 3.
DAFTAR NAMA TEAM TANGGAP DARURAT BASE LOKASI
TIM 1 TIM 2
SIANG
MALAM
1. 1.
2. 3.
3.
3.
KEADAAN DARURAT
KEAMANAN (SECURITY)
16. Jam ketika keadaan darurat dilaporkan.
17. Petugas Keamanan yang pertama kali tiba dilapangan.
18. Jumlah petugas Keamanan yang terlibat.
19. Petugas yang bertanggung jawab sebagai Koordinator.
KOMUNIKASI DAN OPERASI PENGENDALIAN
20. Apakah Pos Keadaan Darurat berfungsi dengan efektif. Ya/ Tidak
21. Apakah Pusat Pengendalian Keadaan darurat berjalan dengan efektif.
Apakah sistim komunikasi berfungsi dengan baik :
22. Radio (HT) :
Telepon :
SAKIT / CIDERA
Pastikan tidak seorang pun yang akan masuk kembali ke bangunan sampai ada tanda aman.
Pastikan bahwa jalan masuk untuk pasukan pemadam kebakaran bebas dari rintangan.
Usahakanlah memadamkan kebakaran dengan menggunakan alat pemadam api ringan yang tersedia
(jangan membahayakan diri sendiri).
Bila menerima pemberitahuan tentang kebakaran atau mendengar bunyi alarm kebakaran :
Setelah mendapat persetujuan dari Party Chief/HSE atau Representative PERUSAHAAN, Telepon Pasukan
Pemadam Kebakaran PERUSAHAAN :
Telepon terdekat No :
- ………………… – Stasiun Pemadam Terdekat
- ………………… – Stasiun Pemadam Terdekat
IV.1. UMUM
Sasaran/tujuan dari ijin kerja panas ini adalah untuk menyiapkan cara penyampaian yang efektif dan sistematis
dalam memelihara sistim pengontrolan dan melaksanankan kegiatan-kegiatan kerja, untuk memastikan bahwa
kondisi-kondisi dan peralatan kerja selalu aman dan akan tetap aman selama pekerjaan dilakukan.
Surat ijin kerja panas merupakan ijin tertulis untuk melakukan pekerjaan khusus dalam suatu masa waktu tertentu,
dibawah kondisi normal dengan maksud untuk melaksanakan pekerjaan dengan cara yang aman dan selamat. Surat
ijin kerja panas dikeluarkan oleh Dept. Head yang bertanggung jawab atas suatu wilayah kerja dimana kegiatan
kerja tersebut berlangsung (daerah kekuasaan).
Mereka juga menyediakan daftar periksa (checklist) untuk memeriksa persiapan peralatan dan tempat, dimana
pekerjaan yang dimaksud dilakukan. Apabila hal ini dijalankan dengan benar, surat ijin kerja panas tersebut dapat
membuktikan bahwa peralatan dan tempat kerja sudah aman untuk pekerjaan yang diusulkan.
Meskipun hanya orang yang berwenang setempat yang berhak untuk mengeluarkan surat ijin panas tersebut,
namun setiap orang diperbolehkan untuk menunda pelaksanaan surat ijin tersebut bila terlihat ada kondisi yang tidak
aman atau kondisinya berubah. Keselamatan merupakan tanggung jawab dari semua pihak, meskipun dibeberapa
tingkatan kerja telah dapat ditangani, saat kondisi di daerah kerja panas atau tempat kerja mengalami perubahan,
pekerjaan tersebut harus dihentikan secepatnya.
Prosedur surat ijin kerja tersebut dibuat sebagai alat untuk melaksanakan pengontrolan-pengontrolan terhadap
suatu pekerjaan berupa :
Menyediakan keterangan tertulis dan instruksi terhadap bahaya yang harus dihindarkan atau dihilangkan
selama pekerjaan berlangsung serta alat pelindung diri dan pelindung keselamatan lainnya yang
diperlukan.
Untuk menjamin bahwa pengujian yang benar yang telah dilakukan sebelum pekerjaan dimulai.
Untuk menentukan daerah kerja yang tepat, dan menentukan batas yang diperlukan guna menjamin
keselamatan.
Untuk menyediakan pemberitahuan yang cukup kepada seluruh bagian yang terlibat sebelum melakukan
pekerjaan.
Untuk menegaskan tanggung jawab pekerjaan yang akan dilakukan, dan tanda tangan dari bagian yang
terlibat, menjamin bahwa semua anggota puas akan kontrol keselamatan yang dilakukan.
Selama pekerjaan apa saja berlangsung, dan bilamana pekerjaan tersebut perlu untuk di perpanjang waktunya
melebihi waktu yang telah ditetapkan sebagai surat ijin asli, surat ijin tersebut harus diperbaharui atau disahkan oleh
pimpinan di daerah tersebut untuk pengamanan lanjutan.
Seluruh anggota yang terlibat dalam sistem surat ijin kerja tersebut, harus orang yang telah dilatih secara resmi dan
yang benar-benar mengerti akan tugas dan tanggung jawabnya.
Adalah sangat penting bahwa surat ijin yang benar dikeluarkan hanya untuk kepentingan pekerjaan yang dinginkan,
dan pengontrolan telah di laksanakan oleh seluruh karyawan yang terlibat dalam pekerjaan tersebut, dan semua
tindakan pecegahan yang diperlukan serta persiapan-persiapan telah dilaksanakan dan dimengerti.
IV.3. KETERANGAN
Surat ijin kerja panas di buat bagi setiap pekerjaan yang dilakukan didalam daerah yang telah ditetapkan dimana
terdapat sumber bahaya kebakaran yang potensial, hal ini termasuk :
- Pengelasan
- semua peralatan yang bertekanan udara
- Semua peralatan listrik
- semua mesin pembakar yang digunakan dalam suatu daerah proses
- semua alat listrik untuk mengiris atau alat pemotong
- Daerah tempat mengontrol pelepasan gas yang dapat menjadi daerah yang sangat potensial bahayanya
Jika memungkinkan, kerja panas harus selalu di minimalkan di dalam suatu daerah kerja. Dan dalam
pelaksanaannya, lakukan pekerjaan dingin atau lakukan dibengkel kerja atau pada daerah aman lainnya yang telah
ditentukan.
Sebelum surat ijin kerja panas dikeluarkan oleh penguasa daerah setempat, pengawas yang bertanggung jawab
atas operasi kerja setempat harus menginspeksi tempat tersebut, membawa”Gas Detector”dan menegaskan bahwa
tindakan pencegahan untuk keselamatan yang diperlukan seperti yang tertulis dalam surat ijin kerja telah
dilaksanakan.
1. Semua bahan yang mudah terbakar di dalam daerah kerja panas harus dipindahkan atau dilindungi. Sebelum
dikeluarkan surat ijin kerja panas tersebut, daerah tersebut harus ditest untuk menjaga kemungkinan adanya
uap bahan bakar.
2. Semua bahan hidrokarbon dan saluran pembuangan lainnya yang ada di tempat kerja tersebut harus ditutup.
Semua saluran pembuangan harus segera dibuka kembali setelah pekerjaan panas selesai dilaksanakan.
3. Jika pekerjaan panas dilakukan dalam daerah tertutup yang mengandung gas hidrokarbon, ruang tersebut harus
bebas dari gas dan bila perlu adakan tindakan pencegahan untuk menjamin bahwa ruang tersebut bebas dari
sisa gas.
Apabila hal itu tidak memungkinkan atau secara keseluruhan dalam ruang tersebut masih ada gas, tindakan
tambahan harus dilakukan sebelum pekerjaan dilakukan. Tindakan ini hanya boleh dilakukan dibawah
pengawasan langsung oleh pengawas yang bertanggung jawab.
Sebelum melakukan “pekerjaan panas”di suatu daerah, harus ditegaskan sebagai ”bebas gas”. Untuk
pekerjaan panas yang dilakukan didalam ruangan atau di tempat terbuka, kondisi uap gas 0% LEL harus dicatat
sebelum pekerjaan dimulai. Daerah dimana tidak mungkin untuk membuat kondisi uap gas 0% LEL,
penanggung jawab daerah tersebut harus berkonsultasi pada pejabat yang berwenang terlebih dahulu (dalam
keadaan yang luar biasa pekerjaan panas tersebut mungkin diijinkan jika uap gas sampai 20% LEL).
4. Seorang”petugas khusus”yang sudah mendapatkan pendidikan untuk pemadam kebakaran dari bagian yang
melaksanakan pekerjaan panas akan stand by di tempat dimana pekerjaan panas dilakukan bilamana pekerjaan
panas tersebut dilaksanakan didaerah operasi kerja yang dimungkinkan terdapat gas berbahaya. Petugas HSE
akan menegaskan kepada”penjaga khusus”tersebut bahwa mereka benar-benar mengerti akan fungsi dari
pekerjaannya. Termasuk hal-hal dibawah ini :
a. Secara terus menerus berada di daerah kerja tersebut, dan memadamkan percikan api dari bekas
pegelasan.
b. Secara terus menerus memonitor adanya gas yang mudah terbakar dengan menggunakan alat pendeteksi
gas yang portable.
c. Waspada terhadap gangguan dari bahan-bahan yang mudah terbakar yang berada di dalam lingkungan
kerja.
d. Melarang setiap orang yang tidak berkepentingan untuk memasuki daerah kerja tersebut.
e. Segera menyediakan alat pemadam kebakaran yang sesuai dengan keperluan (paling sedikit harus
tersedia satu unit alat pemadam api ringan jenis tepung kering @ 20 lbs. di tempat kerja tersebut).
f. Melaksanakan setiap instruksi khusus yang telah diberikan.
g. Segera hentikan pekerjaan apabila ada kondisi-kondisi berbahaya.
Semua peralatan yang sedang di las harus dilengkapi dengan grounding sisitm. Jika mengelas dilakukan
dalam suatu tempat, tempat tersebut harus dapat melindungi peralatan yang akan dilas.
Berikut ini merupakan langkah-langkah penjelasan tentang apa yang diperlukan untuk mendapatkan ijin kerja:
Setelah pekerja menerima perintah kerja dari pengawasnya, dia langsung menuju ke penguasa daerah
setempat untuk mendapatkan ijin guna melaksanakan pekerjaannya.
Penguasa daerah setempat (Area Authority) akan mengeluarkan surat ijin yang sesuai setelah :
a. Operator telah menyiapkan daerah kerja untuk melakukan pekerjaan dengan aman.
b. Departemen HSE telah diberitahu mengenai pekerjaan tersebut.
c. Baik pekerja maupun pengawas setempat telah mengerti dan setuju mengenai hal-hal yang tertulis di dalam
surat ijin kerja (juga tentang penegasan jenis pekerjaan yang dilakukan, persiapan keselamatan, tindakan
pencegahan untuk keselamatan dan perlengkapan keselamatan yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut).
4.2 Distribusi
a) Pengawas setempat yang mengeluarkan surat ijin kerja akan memasang surat ijin kerja panas tersebut di ruang
kontrol atau tempat yang telah ditetapkan lainnya.
b) Orang yang bekerja di bawah kontrol surat ijin akan memasang salinan surat ijin miliknya di tempat kerja
mereka.
c) HSE Departemen akan menyimpan salinan surat ijin miliknya.
Sebelum pekerjaan dilakukan, orang yang berwenang (pelaksana kerja) harus meneliti kembali
seluruh isi surat ijin kerja untuk memastikan mereka benar-benar mengerti mengenai kondisi
kerjanya.
Jika kondisi kerja berubah dan/atau keadaan berbeda dari yang telah ditentukan dalam surat ijin kerja;
semua bentuk pekerjaan harus dihentikan. Semua orang yang terlibat akan meninjau kembali situasi kerja
tersebut dan mengambil langkah yang diperlukan untuk melihat kemungkinan pekerjaan tersebut dapat
dilanjutkan kembali dengan aman. Surat ijin kerja kemudian akan dikeluarkan kembali.
Apabila pekerjaan telah selesai dilakukan, atau masa berlakunya habis, orang yang terlibat dalam pekerjaan
tersebut akan mengembalikan surat ijin tersebut kepada ruang kontrol atau daerah kerja lainnya. Daerah
kerja dan pengguna surat ijin tersebut (orang yang berwenang) akan mengakhiri pekerjaan yang telah
diselesaikan atau pun belum selesai karena masa kerjanya telah habis.
Jika pekerjaan dilanjutkan dengan bentuk kerjaan yang sama di kemudian hari, surat ijin yang baru akan
dibuat dan proses yang sama akan diulang kembali.
Batas waktu akan ditetapkan dalam surat ijin kerja yang biasanya dari jam 06.00 pagi hingga jam 18.00 sore hari
waktu setempat. Tidak satu pekerjaan pun yang diijinkan setelah hari gelap kecuali dalam keadaan tertentu, dan
hanya setelah mendapat persetujuan dari Manajer Operasi Lapangan atau orang yang berwenang di tempat kerja
tersebut.
Secara garis besar tugas dan tanggung jawab khusus dari semua bagian :
- Penanggung jawab lini memastikan bahwa setiap pekerja atau peralatan yang diperlukan untuk bekerja
telah aman sebelum memulai setiap pekerjaan.
- Menyetujui dan mengeluarkan seluruh surat ijin yang ada di dalam daerah tanggung jawabnya.
- Menarik kembali semua surat ijin kerja yang telah dikeluarkan apabila kondisi kerjanya menjadi tidak
aman.
- Memasang surat ijin di ruang kontrol atau daerah yang telah ditentukan lainnya.
- Bertanggung jawab secara langsung untuk menjadikan semua peralatan menjadi aman di dalam daerah
dimana pekerjaan dilaksanakan.
- Melaporkan kepada Pengawas daerah setempat (Area Authority) bahwa tindakan pencegahan untuk
keselamatan telah diambil dan semua peralatan telah aman.
- Menghentikan pekerjaan di daerah kerja tersebut apabila kondisi kerja menjadi tidak aman.
- Memastikan Peralatan Perlengkapan Diri yang tepat untuk digunakan sebelum memulai setiap
pekerjaan.
- Memberlakukan surat ijin yang tepat sebelum memulai suatu pekerjaan setiap hari. Surat ijin tersebut
akan habis masa berlakunya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan di dalam surat ijin kerja
tersebut.
- Mematuhi setiap isi, kondisi dan persyaratan dari surat ijin tersebut, dan menjalankan setiap instruksi
untuk memastikan setiap pekerjaan aman untuk dilakukan.
- Memasang salinan surat ijin tersebut di tempat kerja.
- Mengembalikan surat ijin kerja tersebut kepada ruang kontrol atau daerah yang telah ditentukan saat
pekerjaan telah selesai dilakukan atau batas waktunya habis. Menyatakan status pekerjaan di salinan
surat ijin tersebut.
- Menggunakan Peralatan Perlengkapan Diri sesuai dengan persyaratan, dan/atau menggunakan
peralatan dan perlengkapan untuk menjadikan pekerjaan yang aman sesuai dengan yang telah
dinyatakan dalam surat ijin tersebut.
- Menghentikan pekerjaan di daerah tersebut apabila kondisi kerja menjadi tidak aman.
- Menyediakan alat pemadam api ringan dan perlengkapan keselamatan lainnya sesuai dengan
persyaratan.
- Memastikan bahwa semua isi surat ijin, kondisi dan tindakan pencegahan yang sesuai dengan
ketetapan dalam surat kerja dipatuhi di tempat kerjanya.
- Menghentikan pekerjaan apabila kondisi kerja tersebut menjadi tidak aman.
Pekerjaan rutin yang dilakukan di bengkel kerja yang aman yang telah ditentukan tidak harus dimasukkan dalam
surat ijin tersebut, meskipun kadang-kadang perlu memberitahu anggota HSE apabila melakukan test gas yang
mudah terbakar atau tes oksigen atas peralatan yang dibawa ke dalam bengkel untuk perbaikan.
V.1. DEFINISI
Housekeeping
Dalam ruang lingkup kerja diartikan sebagai pembersihan atau pemeliharaan tempat kerja, termasuk
keteraturannya.
Teratur
Tempat/kantor disebut teratur apabila tempat tersebut tidak ada barang-barang yang tidak perlu dan semua barang-
barang yang diperlukan berada pada tempat yang semestinya (Harry Myer).
Bagi pengawas/manajemen dan juga kita semua menyadari bahwa housekeeping yang baik merupakan salah satu
alat vital untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, kotor dan ketidak teraturan merupakan hambatan dalam safety,
kualitas, produktivitas dan biaya.
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang bersih, rapi, aman dan indah.
Supervisor setempat
Pegawai yang bersangkutan
1. PEMBERSIHAN
Bahan-bahan bekas dan yang tidak terpakai agar dibuang dan ditempatkan ke empat khusus/tong-tong sampah.
Agar diingatkan bahwa bahan-bahan bekas/sampah jangan sekali-kali dibakar di tempat sampah tersebut
melainkan dikumpulkan pada tempat pembuangan/pembakaran sampah (insinerator) yang sudah ditentukan.
2. MENEMPATKAN KEMBALI
Barang-barang yang sudah digunakan agar sisanya yang masih dipakai dikembalikan ke tempat semula dan
perkakas dan alat kerja yang digunakan disimpan kembali ke tempatnya.
8. PENUTUPAN LUBANG-LUBANG
Semua lubang-lubang yang terdapat di lantai tempat kerja baik kecil maupun besar harus segera ditutup atau
diberi penutup.
KESIMPULAN
Housekeeping adalah salah satu aspek yang harus dilaksanakan di dalam program keselamatan kerja karena
dengan terpeliharanya tempat kerja itu maka kecelakaan dan bahaya kebakaran dapat dihindari, gairah kerja
diharapkan meningkat dan produktivitas juga meningkat.
CONTOH :
UNTUK MENGETAHUI APAKAH TEMPAT TERSEBUT BERSIH ATAU TIDAK.
3. PERALATAN KERJA
a) Harus ditempatkan dengan baik.
b) Harus bersih dari minyak ketika disimpan.
c) Harus bekerja dalam kondisi yang baik.
4. GANG
a) Harus tersedia cukup ruang untuk dapat bergerak dengan bebas saat bekerja.
b) Harus bebas dan aman dari segala rintangan.
c) Harus diberi tanda yang jelas.
5. LANTAI
a) Harus mempunyai permukaan yang aman dan cocok digunakan saat bekerja.
b) Harus bersih, kering dan bersih dari barang-barang yang tidak berguna, seperti minyak mau pun pelumas.
c) Harus mempunyai beberapa buah tempat sampah.
a) Harus mempunyai dinding dan jendela, yang bersih dan bebas dari barang yang tidak berguna.
b) Harus mempunyai sistem penerangan yang dipelihara dengan baik dan efisien.
c) Tangga harus selalu bersih, bebas dari bahaya dan terjaga kondisinya
d) Langit-langit ruangan harus selalu bersih dan lampu menyala dengan baik.
7. HALAMAN
Harus ditata dengan baik, bersih dari barang-barang yang tidak berguna.
VI.1. PENDAHULUAN
Tata cara keadaan darurat ini berlaku untuk penanggulangan tumpahan minyak di wilayah operasi perusahaan,
dimana seluruh karyawan berkewajiban untuk turut serta dalam pelaksanaannya. Operasi penanggulangan ini
dilaksanakan dengan mengerahkan karyawan yang telah dilatih untuk itu dan dipimpin oleh seorang koordinator
operasi penaggulangan.
1. Mengkoordinasikan suatu sistim komunikasi yang terpadu untuk menjamin kelancaran operasi penanggulangan.
2. Mengambil tindakan yang tepat, cepat dan terpadu untuk mengatasi keadaan darurat.
3. Menggariskan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan terperinci kepada tiap-tiap petugas dan
pejabat yang terlibat dalam operasi penanggulangan.
Sedini mungkin mencegah, melokalisasi dan menormalkan tumpahan minyak yang terjadi untuk menekan sekecil
mungkin dampak negatif yang timbul.
Tata cara ini hanya diberlakukan terbatas pada penanggulangan tumpahan minyak yang terjadi di dalam wilayah
operasi perusahaan.
Adapun batasan/kriteria dari masing-masing klasifikasi tumpahan minyak adalah sebagai berikut:
a. Tumpahan Minyak Kecil:
Adalah tumpahan minyak yang volumenya kurang dari 1 (satu) barrel, atau tumpahan minyak yang untuk
melokalisasikannya memerlukan tidak lebih dari 75 (tujuh puluh lima) meter Oil Boom.
Regu penanggulangan tumpahan minyak terdiri dari beberapa macam yang masing-masing team dibedakan dari
segi kemampuan dan fungsinya.
Pengawas wilayah setelah menerima laporan tentang terjadinya tumpahan minyak tersebut agar segera mengambil
tindakan sebagai berikut:
Setelah melaksanakan pengumpulan data dan laporan lengkap, pengawas wilayah setempat segera melaksanakan
tindakan sebagai berikut:
1. Mengamankan daerah sekitar tumpahan terhadap sumber api dan meminta bantuan keamanan (Security)
untuk menutup daerah tersebut dari lalu lintas umum dan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab,
2. Membantu korban yang mungkin ada,
3. Menghentikan, memperbaiki dan mengisolir sumber tumpahan minyak.
c. Segera meminta bantuan kepada Operation Superintendent dan bagian departemen HSE yang apabila
karena sesuatu hal diperkirakan regu penanggulangan setempat tidak mampu untuk mengatasi tumpahan
yang terjadi.
OPERATION MANAGER
Operation Manager atau pejabatnya setelah menerima laporan tentang terjadinya tumpahan minyak “ besar “
segera:
a. Membentuk PUSDAL (Pusat Pengendalian) operasi dan mengadakan monitoring terus menerus dengan
PUSDAL,
b. Bersama dengan Pengawas wilayah setempat dan Koordinator HSE segera menentukan pola operasi
penanggulangan, pembagian tugas dan tanggung jawab kepada masing-masing anggota PUSDAL di dalam
pengerahan daya dan sarana yang ada dengan sebaik- baiknya,
c. Mengadakan hubungan dengan CLIENT (OWNER) untuk menjajagi kemungkinan mendatangkan bantuan
bilamana dianggap perlu,
d. Memutuskan untuk mendatangkan bantuan dari luar - PT. Bina Mitra Artha (BMA) bilamana diperkirakan
seluruh daya dan sarana operasi penanggulangan - PT. Bina Mitra Artha (BMA) tidak akan mampu mengatasi
tumpahan minyak yang terjadi.
OPERATION S PERINTENDENT
Operation Superintendent atau pejabat yang mewakilinya adalah Koordinator Operasi Penanggulangan tumpahan
klasifikasi “besar“ dengan tugas dan tanggung jawab meliputi:
1. Membentuk Pusat Pengendalian Darurat (PUSDAL),
2. Menentukan, merubah dan memperbaiki Pola Operasi Penanggulangan,
3. Memutuskan untuk memberangkatkan regu bantuan operasi penanggulangan beserta sarananya,
4. Mengadakan hubungan dengan PERUSAHAAN sehubungan dengan informasi tumpahan minyak dan
kemungkinan permintaan bantuan operasi penanggulangannya,
5. Memutuskan untuk menggunakan suatu peralatan khusus di dalam operasi penanggulangan tumpahan tersebut,
6. Memutuskan untuk meminta bantuan dari pihak terkait,
7. Mengeluarkan/mengesahkan semua pernyataan tentang permasalahan yang menyangkut kejadian tumpahan
minyak.
ANGGOTA PUSDAL
Anggota Pusdal adalah Operation Superintendent, Field Coordinator -Pengawas wilayah setempat- dan Koordinator
HSE dengan tugas dan tanggung jawab meliputi:
1. Wajib hadir di Pusdal segera setelah menerima laporan/mendengar berita tentang adanya tumpahan klasifikasi
“besar“,
2. Memberikan saran dan informasi kepada Koordinator Pusdal tentang pelaksanaan operasi penanggulangan,
3. Menyiagakan semua daya, sarana dan manpower yang berada dibawah wewenangnya untuk membantu
operasi penanggulangan setiap saat apabila diperlukan.
KOORDINATOR HSE
Di samping sebagai anggota Pusdal, Koordinator HSE mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk:
1. Mengorganisir regu operasi penanggulangan,
2. Atas nama Operation Superintendent, mengkoordinasikan regu bantuan operasi penanggulangan dan
pengaturan “ schedule on call “ para anggotanya,
3. Merencanakan dan melaksanakan program pembinaan serta latihan bagi semua regu penanggulangan,
4. Mengadakan koordinasi dengan semua pengawas seksi wilayah dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan
perbaikan program pencegahan tumpahan minyak diwilayah operasi perusahaan.
SUPERVISOR WILAYAH
Adalah koordinator pelaksana operasi penanggulangan tumpahan minyak “kecil” mempunyai tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut:
1. Segera datang ketempat kejadian setelah mendapat laporan adanya tumpahan minyak sambil mengirimkan
laporan pendahuluan kepada Operation Superintendent dan departemen HSE,
2. Mengumpulkan data tumpahan, menentukan klasifikasi dan mengirimkan laporan lengkap kepada Operation
Superintendent dan departemen HSE,
3. Menjamin keamanan daerah sekitar tumpahan dari sumber api, menolong korban secepatnya dan mengatasi
sumber tumpahan,
4. Mengkoordinir regu penanggulangan setempat dan mengkoordinasikan operasi penangulangan pada tumpahan
klasifikasi “ kecil “,
5. Mengatur jadwal anggota regu dan mengadakan koordinasi dengan departemen HSE di dalam pembinaan dan
pelatihan,
6. Menjamin perawatan dan pemeliharaan semua sarana pencegahan tumpahan minyak.
MAINTENANCE SUPERVISOR
1. Menjamin kesiagaan kendaraan mekanik lengkap dengan crew dan peralatannya setiap saat apabila diperlukan,
2. Mengirimkan 1 unit kendaraan mekanik dilengkapi dengan peralatan ketempat kejadian begitu menerima
laporan adanya tumpahan minyak klasifikasi besar dan menjamin kesiagaan kendaraan mekanik tambahan
apabila diperlukan.
1. SECURITY
Menjamin keamanan daerah sekitar tumpahan dan melarang orang- orang yang tidak berkepentingan
masuk kedaerah operasi
Menjamin kelancaran lalu lintas disekitar daerah tumpahan.
2. MEDICAL
Menyiagakan tenaga medis dan sarananya bilamana diperlukan.
3. Di samping bertugas untuk mengkoordinir kedua seksi tersebut diatas, Field Administration Supervisor juga
bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan Public Relations yang tugasnya antara lain:
Dengan sepengetahuan Branch Manager, bertindak sebagai pusat media informasi bagi semua instansi pemerintah
(kecuali Migas dan BPPKA), masyarakat dan media massa di dalam hal pemberitaan tentang masalah yang
menyangkut kejadian tumpahan.
Dalam hal keadaan darurat yang sedemikian rupa sehingga diperlukan bantuan dari perusahaan lain, maka hal
tersebut dapat dilakukan oleh Branch Manager terhadap pihak-pihak sebagai berikut:
.VI.11. PENUTUP
Betapapun baiknya rencana penanggulangan ini, usaha pencegahan tumpahan minyak adalah sangat diutamakan.
Guna rencana ini dapat berhasil dengan baik, maka koordinasi dan partisipasi seluruh karyawan dalam mendaya
gunakan peralatan yang ada sangatlah penting sekali.
Perusahaan Telepon
Nama Alamat Jam Kerja Di Luar Jam
Kerja
Puskesmas/Rumah PEMERINTAH LOKASI SETEMPAT
Sakit
HSE DEPT. PERUSAHAAN PEMBERI KERJA
20. Periksa kondisi semua hose dan hydraulic fitting. Perhatikan semua hose hidrolik yang terpasang di tong dan
backup jika ada tanda-tanda kebocoran, patah atau aus.
21. Pasang kembali bagian-bagian yang tadi dipindahkan/diangkat untuk diperiksa atau yang rusak. Sambungkan
ke hydraulic power supply dan uji coba apakah berfungsi di posisi high, low, mengikat dan melepaskan.
22. Periksa sistem power unit sesuai dengan spesifikasi pabrik pembuat.
23. Silahkan dicat. Ingatlah untuk menutupi semua permukaan dengan cat kecuali bagian-bagian tempat grease
atau masking tape (selotip).
VIII.1. UMUM
Semua karyawan PT. Bina Mitra Artha (BMA) bertanggung jawab dalam mengidentifikasi dan memahami bahaya
dari lingkungan kerja dan jenis pekerjaan yang diemban. Dengan memahami bahaya dan resiko adalah dasar yang
sangat penting dalam keberhasilan performa K3LL (Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan)
Pada dasarnya, semua jenis pekerjaan, baik di rumah atau di tempat kerja, memiliki resiko dari berbagai jenis
bahaya. Beberapa jenis pekerjaan di PT. Bina Mitra Artha (BMA) , misalnya, menggunakan beberapa peralatan
mesin yang kompleks ataupun proses yang kompleks, sehingga bahaya yang dimilikinya pun berganda. Sesuai
dengan jenis bahaya tersebut, maka ditentukan bahwa beberapa jenis pekerjaan harus dilakukan oleh seseorang
yang telah dilatih khusus.
Dengan mengidentifikasi bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan, maka dapat dikembangkan dan diterapkan
pengukuran mitigasi bahaya yang sesuai, dan selanjutnya dapat menentukan tingkat kepentingan untuk menyusun
prosedur formal tertulis untuk jenis pekerjaan tertentu.
Tidak ada pekerjaan yang benar-benar tidak mengandung resiko. Pada gambar di bawah ini menjelaskan tentang
proses identifikasi bahaya dan evaluasi resiko. Langkah paling penting adalah BERHENTI dan BERPIKIR. Seperti
yang dapat dilihat pada gambar, sebelum mengestimasi resiko suatu pekerjaan, maka harus:
1. Mengidentifikasi bahaya dan kemungkinan kecelakaan/insiden yang mungkin terjadi dari setiap bahaya tersebut
2. Mengevaluasi konsekuensi dari tiap kemungkinan kecelakaan/insiden
3. Mengestimasi kemungkinan terjadi dari tiap kecelakaan/insiden
Identifikasi Pekerjaan
2. HSE Authority
Mengidentifikasi semua bahaya yang sesuai dengan pekerjaan karyawan
Memastikan bahwa semua bahaya yang teridentifikasi di area kerja telah dievaluasi dan mitigasi secara
sesuai
Secara periodik mengevaluasi ulang bahaya pada setiap pekerjaan, khususnya ketika dilakukan perubahan
pekerjaan, atau ketika terjadi kecelakaan, cedera ataupun near-miss
Untuk memulai proses identifikasi bahaya, anda dapat menggunakan worksheet Identifikasi Bahaya sebagai
panduan ringkas dalam menduga bahaya pekerjaan. Jika pekerjaan adalah kompleks, akan sangat membantu
apabila pekerjaan tersebut di- break down menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, agar analisis menjadi lebih fokus.
Task Hazard Analysis Worksheet merupakan panduan yang mudah dalam mengatur dan mendokumentasi analisis
anda. Ketika bahaya tidak dapat dimengerti dengan baik, atau resiko tampak relatif tinggi, maka analisis harus
dilakukan dengan sangat hati-hati, serta diperlukan juga prosedur tertulis.
Analisis bahaya pekerjaan tidaklah bermaksud untuk mendokumentasi performa kerja karyawan ataupun instruksi
proses kerja, namun untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang dapat mempengaruhi kualitas performa terhadap
lingkungan, kesehatan dan keselamatan. Apabila terlalu detail ataupun terlalu sedikit, akan membuat proses menjadi
tidak efektif.
Seperti pada proses identifikasi bahaya, yakinkan bahwa semua orang yang terlibat dalam pekerjaan juga
terlibat dalam mengidentifikasi konsekuensi-konsekuensi kemungkinan yang terjadi.
Seberapa sering suatu kecelakaan dapat terjadi, dapat dilihat pada Tabel 2.
Resiko yang berhubungan dengan aktivitas dievaluasi dengan mengkombinasikan dua faktor:
Tingkat keparahan dari akibat buruk yang potensial
Kemungkinan dari akibat yang buruk terjadi per karyawan full time yang terlibat dalam aktivitas
Kedua parameter ini secara bersama-sama menentukan kode resiko (risk code, RC) yang digunakan untuk
menentukan urutan resiko yang dimiliki oleh suatu pekerjaan atau operasi. Kode ini membantu dalam menentukan
tingkat resiko yang dapat diterima (acceptable risk) dan memfokuskan perhatian terhadap pekerjaan yang resikonya
lebih tinggi. Gunakan Tabel 3 dalam menentukan kode resiko. Jika dalam satu pekerjaan memiliki beberapa potensi
resiko yang berganda, nilai kode resiko adalah resiko tertinggi yang ada pada pekerjaan tersebut. Jika tidak yakin
nilai kode resiko yang harus diberikan, berikan nilai yang lebih tinggi.
Setelah mengidentifikasi bahaya dan resiko pekerjaan, selanjutnya harus menentukan mitigasi yang sesuai untuk
setiap bahaya. Apabila ditemukan resiko yang signifikan pada suatu proyek baru yang akan dilaksanakan, maka
harus ditentukan mitigasi yang sesuai dan kemudian mendokumentasikannya ke dalam SOP, atau work permit
temporer.
Untuk setiap resiko signifikan yang ditemukan, maka pertanyaan yang muncul adalah: “dapatkah pekerjaan dapat
dilakukan dengan cara lain yang lebih aman?”. Definisikan obyektif yang ingin dicapai, dan lakukan tinjauan
terhadap berbagai metode yang ada untuk mencapai tujuan. Beberapa jenis pemecahan masalah contohnya
sebagai berikut:
Apabila memungkinkan, lakukan kontrol teknis yang dapat mengeliminasi resiko. Kontrol administratif atau
penggunaan PPE dapat mengurangi resiko, namun tidak cukup berarti dan signifikan jika dibandingkan dengan
kontrol teknis.
Di bawah ini adalah diagram yang menggambarkan proses penilaian resiko.
Tidak
Pekerjaan dapat dilanjutkan, namun
Ya pekerja dan HSE authority harus
Apakah risk code mereview bahaya dan melakukan
= 2? mitigasi sebelum melaksanakan
pekerjaan yang baru
Tidak
Apabila analisis bahaya menunjukkan bahwa resiko dari bahaya pekerjaan yang baru adalah kecil/minor atau dapat
diabaikan (risk code 1), berarti resiko cukup rendah sehingga acceptable dan pekerjaan dapat dilakukan oleh
personil yang terlatih; pekerjaan dapat dilanjutkan.
Apabila analisis menunjukkan bahwa cukup tinggi (risk code = 2), maka pekerjaan boleh dilanjutkan, namun
sebelum melakukan pekerjaan yang baru maka supervisor/HSE authority bersama-sama pekerja harus meninjau
bahaya yang ada dan melakukan mitigasi.
Apabila risk code > 2, maka penting dilakukan tinjauan mendetail terhadap pekerjaan.
Pada Tabel 4, risk code dan task review requirements menyimpulkan tingkat tinjauan formal yang diperlukan
terhadap pekerjaan baru, berdasarkan klasifikasi estimasi resiko. Semakin tinggi tingkat resiko, maka semakin
besar pula tingkat formalitasnya perencanaan, prosedur, review dan otorisasi yang dibutuhkan sebelum pekerjaan
dimulai.
Risk Code
Tingkat Task Review yang diperlukan
(dilakukan berdasarkan prosedur
sebelum pekerjaan baru dapat dimulai
yang sudah ada)
Prosedur formal tertulis yang disetujui:
dalam bentuk SOP, atau work permit
4 High
temporer. Safety officer juga perlu
mendapat persetujuan tambahan
Prosedur formal tertulis yang disetujui:
3 Medium dalam bentuk SOP, atau work permit
temporer.
Tidak ada
Pekerja dan supervisor harus mereview
2 Low
bahaya secara eksplisit dan melakukan
mitigasi
Tidak ada
1 Minor Tingkat resiko ini adalah umum dapat
dilakukan oleh personil terlatih
0 Negligible Tidak ada
Penilaian resiko juga merupakan dasar dari pengambilan keputusan mengenai pentingnya pengurangan
resiko terhadap pekerjaan yang sedang berjalan (in progress). Penerapannya digambarkan dalam Gambar
5.
Identifikasi pekerjaan
Tidak
Gambar 5. Risk Code dan Tindakan Penanggulangan terhadap Pekerjaan yang sedang Berjalan
Tabel 4. Risk Code dan Tindakan Penanggulangan Terhadap Pekerjaan yang Sedang Berjalan
Risk Code
(diberikan kepada pekerjaan
Tindakan Penanggulangan
yang saat ini sedang
berlangsung)
Situasi pekerjaan mengandung bahaya
langsung terhadap nyawa, properti dan
4 High
lingkungan. Pada situasi ini merupakan
situasi mandatory stop-work
Tindakan penanggulangan perlu dilakukan
ASAP, biasanya dalam waktu 1 hari.
3 Medium Diperlukan juga pengawasan ekstra.
Stop-work dapat diberlakukan apabila
diperlukan.
Tindakan penanggulangan biasanya dapat
2 Low menunggu proses pemeliharaan
preventive yang normal
Situasi ini tidak membutuhkan tindakan
1 Minor
penanggulangan
0 Negligible Tidak ada
Semua karyawan harus didorong untuk mengenali dan melaporkan bahaya-bahaya yang mereka temukan di tempat
kerja. Apabila keadaan bahaya tersebut telah dilaporkan, maka adalah tanggung jawab dari pengawas setempat
untuk meyakinkan bahwa laporan tersebut telah disampaikan dengan cara yang benar dengan menggunakan
formulir laporan bahaya yang telah disediakan untuk ditindaklanjuti dengan segera.
Berikut ini adalah urutan-urutan petunjuk yang dapat digunakan untuk menindaklanjuti laporan tersebut:
a. Semua bahaya-bahaya yang telah diketahui harus segera dan secepat mungkin dilaporkan kepada pengawas
langsung dimana diketahui bahaya tersebut berada.
b. Pengawas tersebut bersama-sama dengan karyawan yang mengetahui bahaya tadi akan membuat laporan
dengan cara mengisi pada bentuk laporan yang telah disediakan.
c. Pengawas lini kemudian akan menentukan kriteria klasifikasi resiko bahaya tersebut:
d. Untuk bahaya-bahaya yang beresiko tinggi dan sedang harus dilaporkan kepada Kepala Bagian dalam waktu
satu hari setelah diketahui melalui laporan bahaya tersebut.
e. Semua laporan harus menggunakan bentuk laporan bahaya yang telah disediakan.
Tindakan perbaikan harus dimulai dengan melakukan tindakan segera di tempat dimana ditemukan adanya bahaya.
Pertanggungjawaban untuk tindakan perbaikan berada pada pengawas langsung dimana tempat bahaya tersebut
terjadi.
VIII.12. KOMUNIKASI
Komunikasi yang tepat dan benar sangat diperlukan apabila suatu bahaya telah diketahui dan harus disampaikan
kepada pengawas yang bersangkutan sebelum bahaya tersebut mengakibatkan terjadinya suatu kecelakaan.
Kriteria klasifikasi bahaya harus dinyatakan sebagai prioritas sesuai dengan tingkat bahaya yang terjadi. Sebagai
tambahan, laporan kepada lini manajemen dan berikut tindakan yang telah dilakukan harus disampaikan dengan
membuat laporan serta tindak lanjutnya. Hal ini juga dibicarakan oleh perwakilan HSE Komite pada meeting
kelompok untuk menyampaikan bagaimana mengatasi daerah dimana bahaya tersebut diketahui.
Mungkin tidak selalu dapat menyelesaikan dengan segera tindakan-tindakan perbaikan yang diinginkan, kecuali
apabila prosedur untuk menindaklanjuti suatu perbaikan ada di tempat kerja. Akibat dari tidak tersedianya prosedur
ditempat kerja, maka semuanya itu akan dapat ditangguhkan. Dalam kasus terburuk apabila semuanya itu
ditangguhkan maka artinya bahaya masih tetap ada dan dengan demikian maka bahaya tersebut akan dapat
menimbulkan kecelakaan/kerugian.
Untuk menjamin bahwa semua tindakan-tindakan perbaikan telah dilakukan dalam waktu dan cara yang tepat, maka
prosedur yang digunakan adalah:
a. Suatu tindakan-tindakan yang muncul karena adanya bahaya yang serius atau cukup berarti akan dicatat
sebagai kondisi di bawah standar sebagai hasil dari inspeksi yang telah dilakukan. Laporan tentang bahaya
tersebut akan ditandatangani oleh pengawas yang bersangkutan hanya apabila semua tindakan-tindakan
perbaikan telah diperiksa dan dinyatakan selesai.
b. Untuk bahaya-bahaya yang berisiko rendah, pengawas akan segera menandatangani laporan tersebut setelah
tindakan-tindakan perbaikan yang diperlukan selesai dilakukan.
c. Apabila dipandang dimana benar-benar memerlukan suatu pertimbangan, departemen HSE dapat
menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi yang telah dikeluarkan.
VIII.14. PENGHARGAAN
Pengawas lini supaya mempertimbangkan hadiah berupa penghargaan secara tertulis kepada siapa saja karyawan
yang mengetahui bahaya-bahaya ditempat kerja. Hal ini memerlukan suatu kebijaksanaan, namun kebijaksanaan ini
hanya akan diberikan dalam kasus-kasus yang mengandung resiko bahaya tinggi atau sedang saja.
I. Tujuan
Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa semua karyawan PT. Bina Mitra Artha (BMA) memahami perlunya
suatu penanganan kecelakaan dan insiden dan bahwa setiap kecelakaan dan insiden yang mungkin terjadi di
tempat kerja ditangani dengan sebaik-baiknya.
Sebagai suatu acuan standar, prosedur ini dapat membantu dalam melaksanakan pelaporan dan penyelidikan untuk
suatu kecelakaan dan insiden sesuai dengan ketentuan perusahaan dan pemerintah.
Dengan pemahaman yang mendalam atas prosedur pelaporan dan penyelidikan ini, kita menuju ke suatu sasaran
perusahaan dalam masalah keselamatan kerja, meminimalkan kecelakaan, korban luka-luka dan kerugian
perusahaan yang mungkin dapat terjadi.
II. Umum
Kecelakaan adalah peristiwa yang tidak diinginkan dan tidak dapat direncanakan yang dapat menggunggu aktivitas
kerja dan dapat menyebabkan cedera terhadap manusia dan kerusakan terhadap lingkungan dan peralatan. Insiden
adalah peristiwa yang tidak diharapkan, dimana dalam kondisi tertentu, dapat membahayakan manusia, kerusakan
terhadap peralatan, ataupun gangguan terhadap proses/aktivitas kerja.
Penyelidikan kecelakaan dan insiden harus direncanakan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa laporan yang
disusun adalah sesuai dan akurat.
Penyelidikan yang efektif adalah dengan mengidentifikasi penyebab-penyebab kecelakaan. Setiap penyelidikan
harus mencari tahu mengenai antara lain: siapa, apa, dimana, kapan, dan bagaimana.
Waktu yang tepat untuk melaksanakan penyelidikan adalah sesegera mungkin. Fakta-fakta dan detail dari
kecelakaan harus sejelas mungkin, dan kondisi skenario kecelakaan harus sangat mendekati dengan kondisi
sebenarnya kecelakaan tersebut terjadi.
Perlunya dilakukan penyelidikan adalah untuk mencegah terulangnya kecelakaan/insiden, dengan mengidentifkasi
akar masalah.
V. Pelaksanaan Penyelidikan
Kecelakaan/insiden yang tidak dilaporkan tidak akan diselidiki. Pastikan bahwa semua kecelakaan/insiden
dilaporkan, dengan cara:
1. Menjelaskan dan mendorong seluruh karyawan untuk melaporkan seluruh kecelakaan/insiden, termasuk near
miss dan property damage, bahkan luka sekecil apapun. Kejadian kecelakaan/insiden tidak dapat diperbaiki
apabila tidak ada laporan yang diterima, dan konsekuensinya kejadian yang sama dapat terulang lagi bahkan
mungkin lebih serius.
2. Berikan perhatian atau respons yang baik terhadap kecelakaan/insiden; berikan teguran apabila laporan
terlamat diberikan, atau bahkan tidak dilaporkan.
3. Segera berikan tindaklanjut terhadap seluruh laporan yang masuk.
1. Floor plan
Dengan menggunakan floor plan dapat memvisualisasikan kejadian dan mengidentifikasi lokasi peralatan
atau material yang digunakan pada saat kejadian.
2. Inventarisasi Peralatan
Cari tahu kondisi dan jenis peralatan dan material yang digunakan pada saat kejadian.
1. Field Supervisor
Field Supervisor harus segera melaporkan kepada petugas HSE (HSE Representative) yang ada di lapangan
agar dapat dilakukan penyelidikan pendahuluan, dan membantu petugas HSE dalam menyusun Preliminary
Report.
tersebut, dilaporkan dalam Preliminary Report kepada HSE Coordinator. Lampirkan juga Surat Perintah Kerja,
pernyataan kesaksian, dan informasi pendukung lainnya. Apabila diperlukan, petugas HSE juga harus
memastikan bahwa tidak ada orang yang diijinkan masuk ke area terjadinya kecelakaan, dan peralatan yang
digunakan tidak digunakan dulu untuk sementara sampai penyelidikan selesai.
3. HSE Coordinator
HSE Coordinator menganalisa seluruh laporan penyelidikan kecelakaan/insiden, dan memberikan rekomendasi
tindakan perbaikan dan pencegahan dari laporan tersebut kepada HSE Manager. HSE Coordinator harus
memastikan bahwa tindakan perbaikan dan pencegahan dilaksanakan dengan baik di lapangan.
4. HSE Manager
HSE Manager memastikan bahwa seluruh proses penyelidikan kecelakaan/insiden berjalan dengan baik sesuai
prosedur yang telah ditetapkan; dan memberikan evaluasi terhadap keseluruhan proses, dari proses
penyelidikan sampai pada tindakan perbaikan dan pencegahan.
5. Seluruh Karyawan
Seluruh karyawan mendukung jalannya penyelidikan, yaitu dengan memberikan informasi yang diperlukan
dalam penyelidikan.
Proses penyelidikan dapat berbeda-beda, tergantung terjadinya kecelakaan/insiden. Pikiran harus terbuka dalam
menganalisa seluruh kemungkinan penyebab, karena dugaan-dugaan justru dapat menyebabkan penyelidikan salah
dan faktor-faktor yang penting tertinggal. Buat catatan-catatan penting apabila muncul suatu pemikiran, namun
jangan menyimpulkan terlebih dahulu sebelum informasi terkumpul.
Untuk semua jenis kecelakaan, harus diprioritaskan memberikan tindakan medis terhadap korban, dan mencegah
luka semakin parah. Apabila hal ini sudah teratasi, barulah supervisor atau petugas HSE memulai penyelidikan.
Sebelum memulai penyelidikan, periksa lokasi dan identifikasi semua saksi.
Dapat terjadi bahwa bukti fisik hilang atau berubah setelah kejadian. Untuk itulah, bukti-bukti tersebut dicatat terlebih
dahulu. Periksa hal-hal berikut ini:
Posisi korban
Peralatan yang digunakan
Material yang digunakan
Peralatan keamanan yang digunakan
Posisi pengaman
Posisi kontrol panel mesin yang digunakan
Kerusakan peralatan
Housekeeping area
Kondisi cuaca
Tingkat pencahayaan
Tingkat kebisingan
Untuk analisa lebih lanjut, buat sketsa atau foto dari kejadian. Peralatan yang rusak, puing-puing dan sampel
material yang terlibat dalam kejadian harus dikumpulkan untuk dianalisa lebih lanjut oleh ahli.
V.4.2. Interview
Lakukan interview terhadap korban dan saksi-saksi yang sesuai. Hal ini harus dilakukan sesegera mungkin setelah
kejadian, untuk memastikan bahwa informasi tidak berubah akibat adanya pengaruh dari orang/faktor lain. Interview
dilakukan secara individual, suasana tenang (di dalam ruangan), dimana perhatian tidak terpecah dengan situasi
sekitar.
Penting untuk melakukan interview dilaksanakan dengan tenang dan cara yang baik, agar personil yang diinterview
dapat bekerja sama dengan baik. Hal-hal berikut adalah hal-hal yang sebaiknya dilakukan, dan yang sebaiknya tidak
dilakukan:
Pertanyaan sesungguhnya yang ditanyakan kepada interviewee bervariasi untuk setiap kejadian. Namun di bawah
ini adalah contoh pertanyaan umum yang dapat ditanyakan:
Jika Anda tidak berada di tempat kejadian, pertanyaan adalah pendekatan paling tepat untuk menggambarkan apa
yang terjadi. Harus berhati-hati dalam melihat kredibilitas dari setiap pernyataan pada saat interview. Dari jawaban
yang diberikan terhadap pertanyaan No. 1 dan 2 di atas dapat menjadi petunjuk mengenai bagaimana saksi
mengenali dengan baik mengobservasi apa yang terjadi.
Terkadang teknik tambahan yang digunakan untuk menentukan rangkaian kejadian adalah dengan memperagakan
kembali seperti kejadian yang sebenarnya.
Penting untuk menganalisa kejadian untuk menentukan penyebab atau latar belakang terjadinya kecelakaan/insiden.
Untuk memastikan bahwa penyelidikan dilakukan secara efektif, penting untuk memperhatikan lima elemen kunci.
Material
Task
Environment
Management
Personal
TASK
Lakukan review terhadap prosedur kerja yang aktual, yang digunakan pada saat kejadian. Ajukan pertanyaan:
1. Apakah prosedur yang digunakan adalah prosedur kerja aman?
2. Apakah kondisi berubah, sehingga prosedur normal menjadi tidak aman?
3. Apakah tools dan material yang sesuai tersedia?
4. Apakah tools dan material tersebut digunakan?
5. Apakah seluruh peralatan pengaman berfungsi dengan baik?
6. Apakah lockout digunakan pada saat diperlukan?
Untuk semua pertanyaan tersebut, pertanyaan untuk memperjelas jawaban adalah dengan menanyakan ”jika
tidak, mengapa tidak?”.
MATERIAL
Untuk mencari tahu kemungkinan penyebab diakibatkan peralatan dan material yang digunakan, ajukan
pertanyaan:
1. Apakah ada peralatan yang tidak berfungsi?
2. Apakah yang menyebabkannya tidak berfungsi?
3. Apakah desain peralatan tidak baik?
4. Apakah ada menggunakan bahan berbahaya?
5. Apakah bahan tersebut diidentifikasi dengan baik?
6. Apakah ada bahan yang kurang berbahaya dan digunakan?
7. Apakah bahan mentah/dasar kondisinya substandard?
8. Apakah sebaiknya PPE digunakan?
9. Apakah PPE digunakan?
ENVIRONMENT
Lingkungan fisik, terutama perubahan lingkungan yang tiba-tiba merupakan faktor yang harus diidentifikasi.
Pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
PERSONAL
Kondisi mental dan fisik orang-orang yang terlibat dalam kecelakaan/insiden harus ditelusuri. Beberapa faktor
seperti di bawah ini juga dapat ditanyakan pada saat interview:
1. Apakah pekerja berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya?
2. Apakah para pekerja telah diberikan pelatihan yang cukup dan sesuai?
3. Apakah pekerja secara fisik mampu mengerjakan tugasnya?
4. Bagaimana status kesehatan pekerja?
5. Apakah pekerja dalam keadaan stress (karena pekerjaan maupun hal pribadi)?
MANAGEMENT
Manajemen memegang tanggung jawab hukum terhadap aspek keselamatan di tempat kerja, sehingga dengan
demikian supervisor atau top management harus juga diperhitungkan dalam penyelidikan. Ajukan pertanyaan
seperti di bawah ini:
Panduan ini dapat digunakan dalam mengajukan pertanyaan investigasi, namun juga dapat dikembangkan
dengan pertanyaan-pertanyaan lainnya agar dapat lebih fokus.
Setelah menganalisa penyebab-penyebab kecelakaan/insiden, disarankan agar anda kembali mereka ulang mulai
dari awal kejadian, dan dilanjutkan per step kejadian. Perhatikan bahwa kesimpulan yang anda ambil didukung
oleh bukti yang kuat, atau berdasar kesaksian yang diperoleh, ataukah berdasar asumsi. Hal ini dapat digunakan
sebagai untuk memeriksa ketidaksesuaian yang harus diselidiki lebih lanjut atau bahkan dieliminasi.
Setiap kecelakaan, insiden/near miss ataupun penyimpangan-penyimpangan (anomalies) akibat adanya suatu
tindakan di bawah standar wajib segera dilaporkan kepada atasan langsung yang terkait.
Adapun pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam prosedur laporan ini adalah sebagai berikut:
Dalam hal kecelakaan fatal, berat atau kecelakaan dengan hari hilang:
b. Pastikan bahwa lokasi terjadinya kecelakaan tidak diubah dan telah dilakukan pengamanan yang diperlukan.
c. Beritahukan kecelakaan tersebut kepada kepala bagian yang bersangkutan, HSE Dept. dan Operation
Superintendent.
d. Informasikan kepada HSE Dept. Hal-hal yang diperlukan untuk membuat laporan pendahuluan.
e. Lakukan tindakan pencegahan dengan segera agar kecelakaan tidak terjadi lagi sampai kecelakaan tersebut
diselidiki dengan sepenuhnya dan rencana tindakan perbaikan telah dilakukan.
f. Lakukan penyelidikan di tempat kejadian, lengkapi formulir laporan kecelakaan dan laporan penyelidikan
tersebut dikirimkan ke HSE Dept. secepatnya.
a. Pastikan bahwa semua korban telah mendapatkan perawatan medis, dan lakukan pengamanan yang diperlukan
terhadap semua yang terlibat.
b. Beritahukan kecelakaan tersebut kepada Departemen HSE dan kepala bagian yang bersangkutan.
c. Lengkapi formulir laporan penyelidikan kecelakaan dan kirimkan ke Departemen HSE.
d. Lakukan tindakan perbaikan untuk mencegah agar kecelakaan tersebut tidak terjadi lagi.
a. Pastikan bahwa kegiatan di tempat kerja dimana terjadi insiden/near miss dilakukan penghentian untuk
mencegah agar tidak terjadi kecelakaan.
b. Diskusikan dengan segera keadaan tersebut, ketahui jenis tindakan yang segera diperlukan dan selanjutnya
lakukan tindakan-tindakan perbaikan.
c. Buat laporan kejadian, sebutkan tindakan dilakukan sehingga keadaan tersebut benar-benar telah menjadi aman
dan bicarakan dengan kepala bagian.
d. Tandatangani laporan kejadiannya, dan salinannya agar dikirimkan ke HSE departemen.
e. Sampaikan hal tersebut ke dalam daily toolbox dan weekly department meeting.
Catatan:
Adalah sangat penting bahwa semua insiden/near miss, penyimpangan/anomaly dilaporkan dan diselidiki dengan
cara yang sama seperti kecelakaan yang sebenarnya.
a. Pastikan bahwa kegiatan di tempat kerja dimana ada penyimpangan-penyimpangan dilakukan penghentian
(penundaan pelaksanaan pekerjaan) untuk mencegah agar tidak terjadi kecelakaan.
b. Diskusikan dengan segera keadaan tersebut, lakukan tindakan perbaikan yang diperlukan sampai keadaan
telah benar-benar dinyatakan aman baik untuk lokasi dimana pekerjaan akan dilanjutkan maupun keadaan
sekitarnya.
c. Buat laporan, sebutkan tindakan yang telah dilakukan sehingga keadaan tersebut benar-benar telah menjadi
aman.
d. Bicarakan dengan kepala bagian, tandatangani laporan kejadiannya, dan salinannya agar dikirimkan ke
departemen HSE.
e. Sampaikan hal tersebut kedalam daily toolbox meeting.
Dalam hal kecelakaan fatal, berat atau kecelakaan dengan hari hilang:
a. Pastikan bahwa pengawas yang bersangkutan telah mengambil tindakan dan situasi terkontrol.
b. Beritahukan kecelakaan tersebut kepada Operation superintendent, diskusikan keadaan umumnya,
pendapatnya tentang penyebab dan tindakan yang dilakukan.
c. Diskusikan penyelidikan dengan Koordinator HSE untuk menemukan kemungkinan penyebab, tentukan
prosedur dan atau tindakan pencegahan yang diperlukan.
d. Persiapkan cerita kejadian singkat kecelakaan tersebut dan prosedur-prosedur yang terkait untuk
dibicarakan dalam weekly safety meeting berikutnya.
Pelajari laporan kecelakaan dan penyelidikan yang telah dilakukan, diskusikan dengan bawahan prosedur dan
atau tindakan yang diperlukan untuk mencegah pengulangan kejadian.
Dalam hal kecelakaan Fatal, berat atau kecelakaan dengan hari hilang:
a. Kirimkan petugas Safety Officer ke lokasi kecelakaan untuk melakukan penyelidikan, membuat foto dan
mencari serta mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk penyidikan.
b. Siapkan telex/faximile laporan pendahuluan ke kantor pusat.
c. Memeriksa laporan penyelidikan kecelakaan dan membuat ringkasannya, memilih beberapa diantaranya
untuk dipasang di buletin keselamatan kerja dan/atau menampilkannya dalam weekly safety meeting.
a. Kirimkan petugas Safety Officer ke lokasi kecelakaan untuk melakukan penyelidikan, mencari serta
mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk penyidikan.
b. Memeriksa laporan penyelidikan kecelakaan dan membuat ringkasannya, memilih beberapa diantaranya
untuk dipasang di bulletin keselamatan kerja dan/atau menampilkannya dalam weekly safety meeting.
a. Diskusikan dengan segera keadaan tersebut dengan pengawas terkait, bicarakan hal- hal yang
diperlukan dan lakukan tindakan perbaikan dengan segera serta berikan pengarahan tentang
pelaksanaan kera yang benar.
b. Sampaikan hal tersebut ke dalam weekly safety meeting.
Apabila diberitahu adanya suatu kecelakaan yang mengakibatkan cidera dan hari hilang bagi karyawan,
pengawas bagian personalia akan menghubungi Koordinator HSE dan bertanggung jawab untuk melengkapi
laporan dalam bentuk KK2 dan seterusnya sesuai dengan ketentuan, yang akan disampaikan ke Departemen
Tenaga Kerja Republik Indonesia setempat dimana terjadi kecelakaan.
Bentuk KK2 – Laporan Kecelakaan, sudah harus diserahkan ke Departemen Tenaga Kerja oleh bagian
Personalia dalam waktu 2x24 jam setelah terjadinya kecelakaan.
VII. Definisi-Definisi
Kecelakaan (Accident ):
Adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak diinginkan yang berakibat luka-luka, cidera, cacat
ataupun kematian pada manusia, kerugian proses, kerusakan pada peralatan atau lingkungan sekitar.
Adalah suatu kejadian yang tidak terencana yang tidak mengakibatkan suatu kerugian, namun apabila hal
tersebut terjadi pada kondisi yang sedikit berbeda dapat mengakibatkan luka-luka pada manusia, kerugian
proses, kerusakan pada peralatan atau lingkungan sekitar.
Definisi kedua ini selalu digunakan dalam istilah keselamatan kerja dan kadang-kadang disebut Near miss atau
lebih tepatnya Near Accident (DNV/ILCI).
Penyimpangan (Anomaly)
Penyimpangan (anomaly) adalah suatu keadaan berbahaya yang disebabkan oleh karena adanya tindakan
dibawah standar, yang mengakibatkan terjadinya kondisi di bawah standar, yang apabila tidak diatasi dengan
segera akan dapat mengakibatkan terjadinya suatu kecelakaan/insiden.
Dalam hal adanya penyimpangan (anomaly) maka semua kegiatan harus segera dihentikan (STOP) untuk
selanjutnya segera diadakan perbaikan sampai kondisi tersebut telah dinyatakan aman oleh pihak yang
berwenang.
Number of fatalities
Jumlah orang/pekerja yang meninggal akibat insiden per satu kasus, sebagai akibat pekerjaan yang
dilakukannya; tanpa memperhitungkan tenggang waktu antara terjadinya kecelakaan dengan meninggalnya
korban
Kasus dimana akibat cedera atau penyakit yang diderita pekerja, maka:
Pekerja yang bersangkutan untuk sementara waktu ditugaskan untuk pekerjaan yang lain
Pekerja tetap melakukan pekerjaannya, namun tidak untuk waktu yang penuh
Pekerja tetap melakukan pekerjaannya, tetapi tidak dapat melakukan semua tugas yang berhubungan
dengan pekerjaannya secara normal.