Anda di halaman 1dari 9

ISBN: 978-979-8636-19-6

PELLETISASI BENTONIT SEBAGAI PRESERVASI BAKTERI


PENGURAI LIMBAH ORGANIK CAIR: REKAYASA DAN
PROTOTIP

Happy Sembiring1, Eko Tri Sumarnadi1, Effendi2, dan Gurharyanto1

1
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
Kompleks LIPI, Gd 70, Jl Sangkuriang, Bandung 40135
2
Puslit Kimia Terapan LIPI
Kompleks LIPI, Gd 50, Jl Sangkuriang, Bandung 40135
Email : sembiring_happy@yahoo.co.id

Abstrak
Dewasa ini banyak industri dalam penanganan limbah organik cair beralih ke metoda biologi,
yakni dengan menggunakan mikroorganisme yang mampu mendegradasi limbah organik cair
menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana dan tidak berbahaya bagi lingkungan hidup. Saat ini
sediaan preservasi mikroorganisme yang beredar di pasar adalah dalam kultur cair dan serbuk.
Permasalahannya bahwa kultur cair mempunyai waktu simpan yang relatif singkat (3-6 bulan),
sedangkan sediaan dalam bentuk serbuk dapat menimbulkan permasalahan infeksi saluran
pernafasan. Untuk itu perlu diupayakan sebuah sediaan lain dalam bentuk tablet/pellet yang dapat
mengatasi permasalahan tersebut. Hasil kulturisasi menunjukkan bahwa mikroorganisme Bacillius
LF dapat berkembangbiak dari 1,82 x 102 menjadi 1,58 x 107sel/gram hanya dalam kurun waktu 3
hari. Melalui proses adsorpsi dalam bioreaktor dan uji viabilitas mikroorganisme dalam kultur
tablet diperoleh tingkat kehidupan mikroorganisme Bacillius LF sebesar 8,9 x 106 sel/gram. Dalam
pengolahan limbah organik cair metoda biologi, batas minimal jumlah mikroorganisme yang
diperlukan hanya sekitar 1 x 105 sel/gram. Dengan demikian, dapat dibentuk sebuah prototip
material preservasi mikroorganisme (MPMO) kultur tablet yang dapat digunakan sebagai starter
dalam pengolahan limbah organik cair.
Kata kunci : bentonit, pelletisasi/tablet, kulturisasi, bacillius LF, limbah organik cair.

Abstract
Today, many industries in the processing of organic waste liquid turning to biological methods, by
using microorganisms that can degrade organic waste liquid into elements much simpler and not
harmful to the environment. Currently, preservation microorganism preparations on the market
are in liquid and powder culture. The problem is that the liquid culture has a relatively short shelf
life (3-6 months), whereas preparations in powder form can cause respiratory infections problems.
Therefore, it is necessary to develop a different form such as tablets or pellets that can overcome
the problems. Culturization results indicated that microorganisms Bacillius LF can multiply from
1.82 x 102 to 1.58 x 107sel/gram in just over 3 days. Through the adsorption process in the
bioreactor and test the viability of the microorganisms, in tablets cultures, there were living

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012 55


ISBN: 978-979-8636-19-6

microorganisms Bacillius LF as much as 8.9 x 106 cells/g. In the biological liquid organic waste
treatment methods, minimum required number of microorganisms is only about 1 x 10 5 cells/g.
Thus, a prototype material preservation of microorganisms (MPMO) culture tablet can be used as
a starter in the processing of liquid organic waste.
Keywords: bentonite, pelletisasi/tablet, kulturisasi, bacillius LF, liquid organic waste.

PENDAHULUAN
Pemerintah telah membuat beberapa peraturan, dimana air limbah yang dihasilkan industri
harus diolah sampai memenuhi persyaratan nilai ambang batas, karena berbahaya bagi mahkluk
hidup (Balbich at al, 1985). Berbagai metoda pengolahan limbah organik cair telah diterapkan di
beberapa Industri yaitu: metoda fisika; kimia dan biologi. Akhir-akhir ini dalam terapannya,
metoda biologi paling diminati karena mikroorganisme mampu mendegradasi limbah organik cair
menjadi unsur-unsur penyusunnya yang lebih sederhana, dan tidak berbahaya bagi lingkungan
(Gottschalk, 1985, Sembiring et al, 1997).
Kendala yang dihadapi oleh Industri adalah metoda penyimpanan mikroorganisme, dimana
penyimpanan dalam kultur cair menemui kesulitan yakni: pemberian makanan, nutrisi dan
oksigen, waktu simpan yang relatif singkat (3-6 bulan), sedangkan sediaan dalam bentuk serbuk
dapat menimbulkan permasalahan infeksi saluran pernafasan ( Sembiring et al 1997). Dalam
penelitian ini, diupayakan sebuah sediaan lain dalam bentuk tablet/pellet yang dapat mengatasi
permasalahan diatas dan sekaligus dapat melindungi mikroorganisme yang rentan terhadap
perubahan kondisi lingkungan serta dapat ditujukan untuk keamanan dan kemudahan transportasi
mikroorganisme tersebut.
Penelitian ini ditujukan untuk mencari solusi permasalahan tersebut diatas dengan
mengupayakan sebuah sediaan lain dalam bentuk tablet/pellet yang dapat mengatasi permasalahan
dan sekaligus dapat melindungi mikroorganisme yang rentan terhadap perubahan kondisi
lingkungan serta dapat ditujukan untuk keamanan dan kemudahan transportasi mikroorganisme
tersebut. Hasil kulturisasi menunjukkan bahwa mikroorganisme Bacillius LF, dapat berkembang
menjadi 1,58 x 107 dalam 3 hari dengan pemberian nutrisi: 12 gram tepung tapioka, 9 gram
(Na2HPO4 dan Malt Extract), 6 gram (urea dam MgSO4) serta 3 gram CaSO4.2H2O. Selanjutnya
melalui proses adsorpsi Bacillius LF dengan bentonit dari hasil pelletisasi dalam bioreaktor,
diperoleh tingkat kehidupan mikroorganisme bacillius LF dalam tablet bentonit sebesar 8,9 x 10 6
sel/gram.

METODOLOGI
Limbah cair buangan dari pabrik, pada umumnya mengandung zat/unsur yang berbahaya
seperti cadmium (Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb) dan phenol (C6H5OH). Penghilangan unsur
logam berat seperti Cd, Cu dan Pb, telah lama dilakukan baik secara adsorpsi maupun flotasi.
Namun phenol (zat paling berbahaya beracun) tidak dapat dieleminir, akan tetapi harus diurai
menjadi unsur yang sederhana dan tidak berbahaya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan menggunakan mikroorganisme penghancur phenol. Beberapa jenis mikroorganisme

56 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012


ISBN: 978-979-8636-19-6

penghancur phenol yang dapat digunakan bisa terdiri dari satu atau gabungan beberapa jenis
(bioaugmentatio), khusus dalam penelitian ini dipilih jenis bakteri Bacillius Lincenyformis.
Guna keperluan aplikasi bakteri di lapangan, bakteri perlu disimpan dalam jangka waktu
yang cukup lama (1–5 tahun) sebagai bakteri cadangan. Hal ini disebabkan pada saat
berlangsungnya operasional pengolahan limbah terkadang terjadi toksik karena pH kontrol yang
rusak, adanya logam berat, atau over load dari air limbahnya yang menyebabkan bakteri hanyut
karena terbawa arus air limbah. Pada penelitian ini digunakan Bentonit sebagai material preservasi
bakteri Bacillus Lincenyformis, karena bahan galian ini mempunyai sifat sebagai absorber dan/atau
adsorber yang dapat mengikat bakteri (menempel) pada permukaan bentonit pada kondisi kering
(kelembaban maksimal 20%).
Metoda penelitian merupakan langkah-langkah kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan
disertai dengan penggunaan setiap metoda pada setiap langkah tersebut (Hirnawan, 2003). Metoda
penelitian dilakukan melalui eksperimentasi di laboratorium dengan menggunakan parameter
fisika, kimia dan mikrobiologi dilanjutkan dengan uji aplikasi di industri. Penelitian dilakukan
dengan tahapan kegiatan sebagai berikut (Gambar 1).

Bentonit Alam

-150 +200#

Aktivasi Kulturisasi Mikroorganisme Bacillius


LF
o
(HCl 1.0N; T = 200 C; t = 4 jam)
(1,08E+15 sel/gr, t = 144 jam)

Bioreaktor

(Proses adsorpsi)

Pengeringan (oven & air dry)

Penggerusan

Pembuatan prototip Tablet

Uji Lapangan

Gambar 1. Diagram Alir Tahapan Penelitian

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012 57


ISBN: 978-979-8636-19-6

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penyiapan Mikroorganisme Bacillus L.P
Sebelum melakukan kulturisasi mikroorganisme, maka terlebih dahulu mikroorganisme dari
tabung agar (sebagai starter), dipreparasi dengan menambahkan NaCl pada kondisi pH dan waktu
tertentu. Adapun konsentrasi NaCl, pH dan waktu mixing yang dilakukan adalah bervariasi seperti
disajikan pada Tabel 1. Variasi dari parameter-parameter tersebut, dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi optimum dimana mikroorganisme Bacillius LF dapat hidup serta telah siap untuk
dikembangbiakkan melalui pemberian nutrisi/makanan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dari
hasil percobaan tersebut, ternyata inokulasi yang terbaik dilakukan pada pH 7 dengan konsentrasi
NaCl 85% dan waktu mixing 50 menit.
Tabel 1. Kondisi preparasi kulturisasi mikroorganisme

Konsentrasi NaCl Waktu Mixing


No. pH
(%) (menit)
1 70,0 4,0 20
2 75,0 5,0 30
3 80,0 6,0 40
4 85,0 7,0 50
5 90,0 8,0 60

Inokulasi dan kultivasi bakteri


Bakteri Bacillius LF sebagai bahan pengurai limbah cair industri yang mengandung bahan
organik diperlukan dalam jumlah cukup banyak dan jika perlu dapat disimpan dalam kondisi yang
aman tetapi tidak mati. Pengembangbiakan bakteri bertujuan untuk mendapatkan jumlah yang
cukup banyak dengan cara inokulasi dan kultivasi pada media nutrisi dalam kondisi baik. Sebagai
bahan perkembangbiakan sel bakteri Bacillius LF, pada umumnya digunakan tapioka yang
tersuspensi atau terlarut dalam air. Tapioka merupakan sumber karbon pada biomassa, sedangkan
sebagai sumber nitrogen dan posfor digunakan urea, amonium sulfat dan larutan buffer posfat.
Dengan demikian, bakteri Bacillius LF akan berkembangbiak melalui pembelahan inti. Jumlah
yang diinginkan dalam kultivasi bakteri tersebut dihitung berdasarkan jumlah nutrisi dan sumber
karbon yang diberikan. Secara umum untuk menentukan jumlah perkembangbiakan pada waktu
tertentu dilakukan melalui perhitungan jumlah BOD dalam substrat pertumbuhan bakteri.
Kultivasi mikroorganisme Bacillius LF dilakukan melalui pemberian sejumlah nutrisi yang
terdiri: 12 gram tepung tapioka, 9 gram (Na2HPO4 dan Malt Extract), 6 gram (urea dan MgSO4)
serta 3 gram CaSO4.2H2O. Hasil kultivasi menunjukkan bahwa mikroorganisme Bacillius LF
dapat berkembangbiak dengan baik (Gambar 2), tampak bahwa pertumbuhan bakteri (yaitu garis
warna hijau), mengalami peningkatan dari sebesar 180 sel/mL pada hari ke 1 terus meningkat dan
terjadi puncak pada hari ke 3 yaitu mencapai 3.0 X 107 sel/mL. Kemudian mengalami penurunan
secara drastis pada hari berikutnya, hal ini perlu disadari bahwa pada hari ke 3 cadangan makanan
pada mediumnya sudah habis, sehingga sebagian bakteri mengalami kematian. Dengan demikian
dapat ditentukan bahwa pemberian nutrisi sebaiknya dilakukan untuk setiap 3 hari sekali sehingga

58 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012


ISBN: 978-979-8636-19-6

bakteri tersebut tidak akan mengalami kematian. Nilai COD mengalami penurunan dari sekitar
2040 mg/L hingga menjadi sekitar 40 mg/L.
Sementara hasil pengamatan perkembangbiakan bakteri Bacillus LF, bila ditinjau dari
perubahan nilai pH dan DO disajikan pada Gambar 3. Nilai pH di amati pada setiap pagi dan sore
hari yang memperlihatkan nilai pH cenderung meningkat dari 7 sampai 8. Kondisi tersebut
dikarenakan terjadi biodegradasi dari senyawa nitrogen dari substratnya seperti protein, ikatan
peptisida atau ikatan nitrogen lainnya dari bahan organik yang terkandung dalam substratnya.
Bahan tersebut terurai oleh mikroorganisme menjadi senyawa amonia bebas dalam air menjadi
NH3HOH (NH4OH), sehingga menjadikan air dalam proses tersebut nilai pH meningkat, akan
tetapi pada konteks ini pH selalu diatur sedemikian rupa sehingga nilai pH mendekati 7.0.

80000000 2500
70000000
60000000 2000
TPC (Sel/gram)

COD (mg/L)
50000000 1500
40000000
30000000 1000
20000000 500
10000000
0 0
0 2 4
COD
Waktu Pengamatan (Hari)

Gambar 2. Pertumbuhan Kultivasi Bakteri Bacillus LF

Gambar 3. Hasil pengujian pH dan DO pada kultivasi Bacillus LF

Hasil pengamatan pengembangbiakan bakteri ini memberikan nilai DO dari 2,0 sampai 4,0
yang pada saat awal pertumbuhan nilai DO adalah 3,5 dan mengalami penurunan pada hari
berikutnya sampai hari ketiga. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada hari ke-1 sampai ke-3 telah
terjadi pertumbuhan bakteri dengan mengkonsumsi oksigen, dengan jumlah bakteri yang
meningkat karena pertumbuhan mengakibatkan konsumen oksigen meningkat pula, sehingga
terjadi penurunan nilai DO. Namun nilai DO pada hari ke 4 dan 5 meningkat lagi, hal ini
memberikan arti bahwa bakteri mengalami kematian yang disebabkan oleh berkurangnya nutrisi
atau dapat dikatakan bahwa nutrisi telah habis.

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012 59


ISBN: 978-979-8636-19-6

Adsorbsi bakteri dalam bioreactor


Dalam konteks ini, difusi adalah peristiwa berpindahnya mikroorganisme kedalam rongga
pori dari mineral bentonit. Perpidahan ini dapat terjadi, karena bentonit terinterkalasi bersifat
hydrophobik, sedangkan mikroorganisme bersifat nonpolar. Perbedaan tersebut mengakibatkan
mikroorganisme dapat menempel pada permukaan rongga pori dari bentonit terinterkalasi secara
difusi. Difusi akan terus terjadi, sehingga seluruh mikroorganisme yang ada tersebar luas secara
merata atau mencapai keadaan setimbang/jenuh. Beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan
difusi, yaitu:
 Ukuran mikroorganisme, dimana semakin kecil ukurannya, maka semakin bergerak, sehingga
kecepatan difusi semakin tinggi.
 Ketebalan membran (pemisah antara kompartemen mikroorganisme dengan mineral bentonit),
dimana semakin tebal membran maka semakin lambat kecepatan difusi.
 Luas permukaan, dimana semakin besar total luas permukaan bentonit terinterkalasi, semakin
tinggi kecepatan difusinya.
 Suhu, dimana semakin tinggi suhu, partikel bentonit mendapatkan energi untuk bergerak
dengan lebih cepat sehingga semakin cepat pula kecepatan difusinya.

Prototip tablet MPMO


Sebelum dilakukan proses pencetakan tablet MPMO, hasil proses adsorpsi dalam bioreaktor
terlebih dahulu dilakukan proses pengeringan dan penggerusan. Pada tahap proses pengeringan,
bentonit yang mengandung mikroorganisme Bacillius LF (hasil bioreaktor) dikeringkan dengan
menggunakan oven pada temperatur 40oC. Karena disamping relatif lebih cepat dan
mikroorganisme Bacillius LF tidak mengalami kematian (daya tahan hidup Bacillius LF sampai
T=50oC). Hasil pengeringan ternyata tidak dapat digunakan langsung untuk pembentukan tablet,
mengingat hasil pengeringan tersebut berubah menjadi gumpalan-gumpalan dalam ukuran tertentu.
Agar hasil pengeringan tersebut dapat dicetak dalam bentuk tablet, maka dilakukan penggerusan
dengan menggunakan lumpang agate sampai fraksi ukuran butir -150 + 200 mesh. Penggerusan
dibawah–200 mesh perlu dihindari untuk mengurangi kemungkinan bakteri yang terkandung
didalamnya mengalami kematian. Sebagai gambaran tentang tahapan proses tersebut seperti
diperlihatkan pada Gambar 5.

Pengeringan dalam oven Penggerusan dengan agate Pencetakan tablet Tablet MPMO

Gambar 5. Tahapan proses pencetakan tablet MPMO

60 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012


ISBN: 978-979-8636-19-6

Uji viabilitas MPMO


MPMO tablet, merupakan sumber mikroorganisme yang dapat disimpan dan bertahan tidak
mati sampai 5 tahun*. Untuk membuktikan bahwa kultur Bacillus LF tidak mati, dilakukan
pengujian jumlah mikroorganisme hidup selama penyimpanan, yaitu dengan dilakukan pengujian
kandungan jumlah bakteri Bacillus LF dalam tablet MPMO tersebut. Selain jumlah
mikrorganisme selama penyimpanan juga dilakukan pengujian karakteristik yakni sifat fisika dari
MPMO kultur tablet (Tabel 2)
Tabel 2. Karakteristik MPMO kultur tablet yang mengandung Bakteri Bacillus LF

No Parameter Satuan Hasil Pengujian


1 Warna - Putih kotor atau Abu-abu
2 Dimensi (diameter, tebal ) mm Ø 12,5 dan tebal 5
3 Berat gram 1,05 – 1,15
4 Berat Jenis gram/cm3 0,55 – 0,58
Kelarutan tablet sampai hancur terdispersi
5 detik 20 – 30 detik
dalam air kondisi teraduk dengan aerasi

Uji penyimpanan yang dimaksud adalah pengamatan jumlah mikroba yang terkandung
dalam tablet MPMO selama penyimpanan. Pengujian jumlah mikroba dalam tablet MPMO
dilakukan dengan metoda TPC (Total Plate Count) yaitu: menggerus beberapa tablet (5 tablet)
hasil sampling acak dari tempat penyimpanan, berupa kantong plastik dengan seal seperti
diperlihatkan pada Gambar 6. Hasil pengujian jumlah bakteri Bacillus LF terhadap lama
penyimpanan sebagaimana disajikan pada Tabel 3.

Gambar 6. Penyimpanan tablet MPMO

Pada tabel tersebut tampak bahwa terdapat korelasi antara perlakuan bentonit dimana
semakin tinggi pemanasan bentonit cenderung semakin tinggi pula nilai TPC (sel/gram), yakni :
dari nilai rata-rata 1.056x105 (sel/gram) menjadi sekitar 2.69x109 (sel/gram) sedangkan variable
lama penyimpanan memperlihatkan nilai TPC (sel/gram) masih relative konstan. Batas minimal

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012 61


ISBN: 978-979-8636-19-6

persyaratan yang dibutuhkan adalah TPC 1x 105 (sel/ gram), dengan demikian suhu pemanasan
bentonit pada 4000C sudah cukup memadai.

Tabel 3. Hasil Pengujian TPC (korelasi perlakuan terhadap waktu penyimpanan)

Lama Jumlah TPC (sel/gram)


Waktu
No penyimpanan
pengujian 1 2 3 4
(Bulan)
1 20/6/2012 0 2.3x105 1.27x107 1.40x107 6.12x109
2 12/7/2012 1 9.8x104 1.1x107 1.4x107 6.0x109
3 12/8/2012 2 2.0x105 6.9x106 5.2x107 6.8x108
4 12/9/2012 3 2.25x105 9,9x106 1.0x108 6.7x108
5 12/10/2012 4 3,64x105 6,38x106 1.89x107 5,44x109
Jumlah 5.28x105 3.06x107 1.99x108 1.35x1010
Rata-rata 1.056x105 6.12x106 3.978x107 2.69x109
Keterangan Contoh : 1 = Bentonite Alam ; 2 = Bentonite 400 oC; 3 = Bentonite 600oC; 4 =
Bentonite 800oC

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil kultivasi menunjukkan bahwa mikroorganisme Bacillius LF dapat berkembangbiak
dengan baik hanya dalam watu 3 hari, yaitu dari 180 sel/mL pada hari ke 1 terus meningkat
dan pada hari ke 3 mencapai 3.0 X 107 sel/mL.
2. Pemberian nutrisi sebaiknya dilakukan setiap 3 hari sekali, jika lebih dari 3 hari akan terjadi
penurunan jumlah bakteri karena mengalami kematian.
3. Diperoleh prototip MPMO melalui proses adsorpsi Bacillius LF dengan bentonit dalam
bioreaktor dengan tingkat kehidupan mikroorganisme Bacillius LF dalam tablet bentonit dari
sebesar 1.056x105 sel/gram hingga mencapai 2.69x109 sel/gram.
4. Sementara batas minimal persyaratan adalah TPC (1x 105 sel/ gram), dengan demikian suhu
pemanasan bentonit pada suhu 4000C memberikan TPC (6,12 x 106 sel/gram) sudah cukup
memadai.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi dan kepala
Bidang Sumberdaya Bumi dan Rekayasa Mineral atas kesempatan yang diberikan untuk
melakukan penelitian ini. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Atet Saepuloh dan Eki Naidania atas bantuan yang diberikan selama pelaksanaan penelitian
ini.

62 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012


ISBN: 978-979-8636-19-6

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Sembiring, 2003. Biodegradasi Anaerob Senyawa Aroramatik Amine. Teknologi
Indonesia, jilid XXVI, nomor 1-2. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Balbich, H and H.A, Davis, 1981, Phenol : A Review of Environmental and Health Risk Regulat :
Toxicol Pharmacol 1: 90-190
Duane M.Moore, 1997. X-Ray Diffraction and the Indentification and Analysis of Clay Minerals,
Oxford University Press.
Gottschalk,G, 1985, Bacterial Matabolism, Scaond Edition, Springer-Verlag, New York, Berlin,
Heidelberg, Tokyo.
Lud Waluyo, Micobiologi Lingkuingan, Universitas Muhammadiyah Malang, 2005, Malang.
Ralph Mitchell, Water Polution Microbiology, Jhon Miley & Son Inc, 1972, Canada.
H.Sembiring,dkk 1997, Pelletisasi Bentonit Sebagai Preservasi Mikroorganisme Pengurai Limbah
Organik; Rekayasa dan Pelletisasi, Pemaparan Hasil Penelitian Geoteknologi LIPI-2011.
ISBN 978-979-8636-18-9.
Hirnawan F, 2007, RISET, bergulirlah PROSES ILMIAH, Unpad Press, Bandung.

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012 63

Anda mungkin juga menyukai