Anda di halaman 1dari 3

Singgah Tapi Tak Sungguh

Malam itu, malam yang dingin, dan hatiku sedang patah – patahnya. Ada seseorang yang
tiba – tiba dating dan ingin mengenaliku. Aku tak paham, sepertinya ada yang salah denganya.
Saat itu aku baru saja memasuki bangku SMA dan tentu saja belum mengenal banyak orang baru
di SMA ku. Aku yang sebenarnya tidak tertarik berkenalan dengan orang baru, malam itu tida
tahu mengapa aku juga ingin mengenalinya. Mungkin karena hatiku sedang butuh teman. Dia
memperkenalkan dirinya dan memintaku memperkenalkan diri padanya. Menurutku dia orang
yang dingin dan terkadang aneh. Dia yang menurutku orang yang dingin, diam diam bisa
membuatku terhibur dan senyum senyum sendiri. Hati yang sempat patah malam itu perlahan
pulih, mungkin karenanya. Tetapi, aku ragu dengan perasaanku, aku baru saja mengenalnya tpi
mengapa aku sudah merasa senyaman ini? Bahkan aku belum sekalipun bertemu apa lagi
menatap matanya. Rasa ini sungguh aneh.
Senja kala itu mulai datang menjemput petang, bel pulang mulai terdengar, teman – teman
baruku pulang dengan hati yang lega, mungkin karena bisa melewati hari yang melelahkan itu,
hari pertamaku di SM, tetapi tidak denganku, aku masih penasaran, dimana dia dan ingin
melihatnya, lelaki misterius itu bernama Dika. Aku mulai berjalan menuju gerbang dan tiba – tiba
aku seperti sedang menatap mata yang selama ini kucari. Apakah itu memang Dika? Atau hanya
karena aku terlalu memikirkan tentangnya? Ke esokanya ada yang memanggil namaku , “Cin….”
dan ketika kulihat ternyata dia yang kutatap matanya saat itu. Sejak itu, aku sering berbincang
membicarakan hal yang sederhana tapi menyenangkan denganya, dengan cara itu aku bisa
mengenal Dika lebih jauh.
Setelah beberapa bulan saling mengenal aku mulai paham dengan perasaanku, seperti ada
suatu rasa yang tiba tiba hadir namun aku belum sepenuhnya yakin. Aku ragu, aku bingung
apakah ini memang jatuh hati? Atau hanya karena aku merasa lebih baik setelah beberapa saat
lalu hatiku mati rasa? Atau mungkin rasa yang hanya sementara? Aku benar benar ragu. Aku juga
belum mengenal dia sepenuhnya, aku tida tau apakah hatinya sudah ada yang mengisi atau
belum? Aku bingung aku harus mengutarakanya atau bagaimana. Dan saat itu masalalu yg
pernah mematahkan hatiku tiba - tiba hadir untuk yang kesekian kalinya, mungkin dengan tujuan
yang sama, mematahkan hatiku lagi lagi dan lagi. Mungkin sejak kehadiran masalaluku itu
sikapku pada Dika mulai berubah dan benar saja aku dan Dika menjadi renggang, tidak saling
menyapa dan seolah tak pernah mengenal sebelumnya aku tida tau alasan apa yang dia simpulkan
sampai sampai seperti ini. Apakah dia mengetahui tentang perasaanku? seringkali pertanyaan
aneh mulai muncul dibenakku. Saat itu aku belum merasa kehilangan sepenuhnya, namun saat
masalaluku mencapai tujuanya, mematahkan hatiku untuk yang kesekian kalinya aku benar-
benar memikirkanya, dan merasa ada yang hilang dari dalam diriku, bukan masa laluku, tapi
Dika.
Lama - lama aku bisa membiasakan diri tanpa nya ataupun masalaluku, dibalik itu aku
masih dibingungkam dengan alasan apa yang membuatnya tiba – tiba menghindariku. Aku sangat
ingin mengetahuinya. Benar saja dugaanku selama ini benar memang hatinya sudah ada yang
mengisi. Tak tau mengapa tiba tiba hatiku terasa sangat sakit dan patah lagi. Tetapi mengapa?
Apakah ternyata selama ini perasaanku benar – benar ada? Sikapnya yang berubah dan membuat
ku bertanta – Tanya selama ini mungkin karena hal itu dan mungkin dia mengetahui
perasaankudan tak yakin bisa membalasnya. Sejak itu aku tidak ingin mengetahui semua hal yang
berhubungan denganya, mulai belajar mengikhlaskannya, dan berharap semoga dia bahagia
dengan seseorang yang berhasil mengembalikan bahagianya yang pernah aku bawa. Mungkin
memang kata terlambat benar adanya.
Tiba disaat aku sudah menginjak tahun kedua di bangku SMA ini, aku tak berharap bisa
kembali dekat denganya walau kerap ku dengar hatinya sudah kosong tak berpenghuni. Aku lebih
memilih menikmati masa SMA ku seperti remaja SMA pada umumnya bercanda bersenang
senang tanpa memikirkan masalah hati. Sesekali aku melihatnya tertawa dan teringat masa masa
indah ketika aku bersamanya kala itu. Rindu sering hadir menyapaku di setiap malam. Walau
memang masih pilu bila mengingatnya, walau masih ingin kembali bersamanya, kembali
dengannya tetap bukan hak ku. Tetapi dia tiba – tiba dadir disaat hari lahirku hanya sekedar untuk
memberi ucapan selamat, dan hal itu membuatku sering mengingatnya lagi.. dan tak disangka
kurasa dia ingin memperbaiki masalalu yang pedih itu, aku seringkali ragu, aku ragu dan terfikir
“ Apakah dia benar – benar ingin memperbaiki, atau hanya ingin singgah lalu pergi tanpa alasan
yang jelas lagi?”. Tapi kali ini aku senang, dia yang dulu sangat dingin, sekarang tak lagi dan
seolah mengerti apa yang aku rasa, namun aku tak tahu sebenarnya.
Malam itu, malam disaat aku berada di suatu desa yang tak jauh dari kota dan tempat
sekolahku melakukan suatu kegiatan tahunan, saat itu aku sering bersamanya dan otakku lagi –
lagi memikirkan hal yang membingungkan, kurasa aku jatuh cinta pada seseorang yang bisa
kulihat tapi sulit kuajak bicara. Aku jatuh cinta pada seseorang yang bisa kudengar tawanya tapi
bukan menjadi alasanya tertawa. Tapi malam itu aku mendengarnya tertawa, tepat di depanku.
Diantara kesunyian malam dan sayub – sayub perasaan yang bilang padaku bahwa mungkin
malam itu adalah malam pertama dan terakhirku bisa didekatnya. Esok harinya, aku disambut
dengatnya sapaan sahabatku Naya yang selama ini mengetahui kisahku yang rumit ini, dan
seringkali kesal bila aku menyebut nama lelaki misterius itu “ selamat pagi Cinta, bagaimana
malammu? Apakah lelaki itu membuatmu senang atau malah menyayat hatimu lagi?”, ucap
Naya. Pertanyaan itu seringkali terucap dari bibir Naya untukku. Sejak malam itu aku sangat
yakin dengan perasaanku, tapi tetap saja aku tak pernah tau perasaanya untukku.
Beberapa hari setelah malam yang indah itu tak kusanggka saat aku pulang dan berbaring
untuk beristirahat kukira malam itu akan dihangatkan Dika seperti malam – malam sebelumya,
namun ternyata malam itu terasa sangat dingin, bukan karena angina malam, namun karena
sikapnya berubah lagi – lagi tanpa alasan yang jelas. Beberapa kali aku menanyakan pa yang
membuatnya seperti ini, tetapi tak sekalipun ia menjawab. Malam yang dingin itu berhasil
dihangatkan oleh sahabatku Lia yang siap mendengar keresahanku, aku cukup tenang setelah
mencurahkannya. Akhirnya malam itu berhasil ku lalui, kukira dia akan baik – baik saja hari itu,
tapi ternyata tidak, tidak sama sekali, dia yang selalu membuatku tersenyum, hari itu Dika
berhasil menjatuhkan air mata dan cukup mematahkan hatiku. Tiba – tiba ia berbicara tentang
keinginanya untuk sendiri dulu dan sedang tak ingin bersamaku. Jadi ini rasanya? Derita karena
harus merelakanmu untuk kedua kalinya. Tapi untuk yang kali ini aku ingin beretima kasih
tekarena telah memberiku kesempatan.
Kesempatan untuk merasakanmenjadi sepetik bunga yang cantic yang dijaga sepenuh
hati, yang walaupun pada akhirnya kau biarkan mati. Entah apa yang kau fikirkan, bagaimana
bisa kau berucap seperti itu? Karena taka da satupun persiapan yang kusiapkan untuk
kehilanganmu lagi. Tidakkah kau berfikir bagaimana rasannya jadi diriku? Seorang gadis yang
dijatuhkan hatinya oleh seseorang yang dikira selama ini ia tunggu, tetapi memang iya, memang
kau yang selama ini gadis itu tunggu, tapi tak pernah terbayang bila kau akan menyakitinya
sebegitu menyakitkan. Aku hanya ingin tahu alasanmu, apakah permintaanku ini berlebihan?
Jangan pernah kembali lagi, terimakasih Dika, ternyata memang benar dugaanku sedari awal,
bukan tentang keraguankudalam mencintaimu tapi tentang tujuanmu yang hanya ingin singgah
sementara dan tak pernah sungguh – sungguh dalam mencintaiku, kuharap dengan caramu
meninggalkanku kali ini, kita tak menjadi seolah tak pernah saling mengenal, semoga kita baik –
baik saja, sekali lagi, terima kasih Dika.

Anda mungkin juga menyukai