Anda di halaman 1dari 53

PERBEDAAN KEKUATAN AKTIVITAS FISIK PADA SISWA

KELAS XI UNTUK PEROKOK TEMBAKAU DAN BUKAN


TEMBAKAU DI SMA NEGERI 4 CIMAHI

PROPOSAL
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan

OLEH:

SETO NURFAIZAL

C. 0105.15.027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BUDI LUHUR
CIMAHI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat hidayahNya, sholawat serta salam semoga terlimpahkan

kepada junjunan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya dan seluruh

pengikutnya hingga akhir zaman. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan Prposal

Skripsi yang berjudul “Perbedaan Kekuatan Aktivitas Fisik Pada Siswa Kelas

XI Perokok Dan Bukan Perokok Tembakau Di Sma Negeri 4 Cimahi” dengan

baik dan tepat pada waktunya.

Dalam menyusun Proposal Skripsi ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak, dan tidak lupa penulis

ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ijun Rijwan, S.S.KM., M.Kes Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Budi Luhur Cimahi.

2. Aan Somana AMK, SKP.,M.Pd ketua program studi Keperawatan (S-1)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Luhur Cimahi .

3. Bagja Angga S.Kep.,Ners.,MAN selaku Pembimbing 1 Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Budi Luhur Cimahi.

4. Supiyanto S.Pd.,MM.,M.Pd selaku Pembimbing 2 Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Budi Luhur Cimahi.

5. Seluruh dosen, staff dosen dan pengelola perpustakaan di Stikes Budi Luhur

Cimahi serta seluruh pihak yang terkait dalam penyusunan skripsi ini.

6. Keduaorangtua saya tercinta Ayahanda Sopiandi dan Ibunda Elis Suryani

serta saudara-saudaraku yang senantiasa kuhormati dan kucintai, yang tak

henti-hentinya memberikan do’a, semangat, kasih sayang, cinta dan semua

i
dukungan baik moral maupun material selama penulis mengikuti pendidikan

dan penulisa skripsi ini.

7. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, namun begitu

banyak telah membantu dalam menyusun proposal skripsi ini.

8. Semoga amal baik yang diberikan mendapat balasan di dunia dan menjadi

pahala di akhirat nanti. Tidak lupa juga penulis memohon maaf atas segala

kekurangan dalam pembuatan Proposal Skripsi ini. Penulis mengakui

Proposal Skripsi ini masih banyak yang harus diperbaiki untuk itu penulis

mengharapkan keritik dan saran yang dapat membangun untuk kemajuan

ilmu dibidang kesehatan pada umumnya dan kebidanan khususnya.

Cimahi, Mei 2019

Peneliti

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Merokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang sudah dikenal

sejak lama oleh hampir seluruh masyarakat di dunia dan cenderung

meningkat, terutama di kalangan remaja. Hal ini memberi makna bahwa

masalah merokok telah menjadi semakin serius, mengingat merokok

beresiko menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah

satunya hipertensi (KemenKes, 2011).

The Tobacco Atlas menyatakan jumlah konsumsi rokok di dunia

pada tahun 2014 mencapai 5,8 triliun batang dan masih terus bertambah

setiap tahunnya. Prevalensi merokok di negara maju telah menurun,

namun sebaliknya di negara berkembang. Hasil studi dalam jurnal medis

The Lancet memperlihatkan angka berhenti merokok yang rendah pada

sebagian besar negara berkembang (BBC Indonesia, 2012). Negara maju

seperti Jepang dan Singapura membuat larangan merokok di berbagai

tempat khususnya tempat wisata dan tempat-tempat umum, bahkan para

perokok dilarang merokok sambil berjalan di jalan raya.

Di Amerika, harga rokok cukup mahal dan tidak mudah didapat di

sembarang tempat. Rokok dengan mudah didapat di negara berkembang

dengan harga yang relatif murah. Iklan rokok di negara berkembang

muncul 81 kali lebih sering daripada di negara berpenghasilan tinggi

(detiktravel, 2015). Salah satu negara berkembang dengan konsumsi

1
2

rokok terbesar adalah Indonesia yang pada tahun 2014 berada

diperingkat keempat setelah China, Rusia, dan Amerika (The Tobacco

Atlas, 2015).

Indonesia menduduki posisi pertama negara dengan persentase

laki-laki perokok umur 15 tahun ke atas terbesar di dunia. Data The

Tobacco Atlas 2015 menyebutkan, 66% laki-laki di Indonesia merokok.

Rusia berada di peringkat kedua dengan 60% laki-laki perokok di atas 15

tahun. Kemudian disusul oleh China (53%), Filipina (48%), Vietnam

(47%), Malaysia (44%), India (24%), dan Brazil (22%) (Kompas.com,

2016).

Jumlah perokok di dunia mencapai 2,8 miliar orang, dimana

setiap tahun ada 5 juta orang yang meninggal akibat penyakit yang

disebabkan oleh rokok (WHO, 2015).

Perokok di masyarakat Indonesia ternyata tidak hanya di

kalangan dewasa saja, namun sudah merambat ke kalangan remaja.

Data WHO tahun 2008 menyebutkan bahwa 63% pria adalah perokok

dan 4,5% wanita adalah perokok. Sedangkan statistik perokok dari

kalangan remaja Indonesia yaitu 24,1% remaja pria adalah perokok

dan 4,0% remaja wanita adalah perokok (WHO, 2008).

Data Riskesdas 2018 menunjukkan jumlah perokok diatas 15 tahun

sebanyak 33,8 %. Dari jumlah tersebut 62,9 % merupakan perokok laki-laki

dan 4,8% perokok perempuan (Riskesdas, 2018).

Data dari survey nasional Jumlah perokok di Indonesia tahun

2016 mencapai 90 juta jiwa. Indonesia menempati urutan tertinggi

prevalensi merokok bagi laki-laki di ASEAN yakni sebesar 67,4


3

persen. Kenyataan itu diperparah semakin muda usia perokok di

Indonesia. Data Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak

menunjukkan, jumlah perokok anak di bawah umur 10 tahun di Indonesia

mencapai 239.000 orang Sebanyak-Sebanyak 19,8 persen pertama kali

mencoba rokok sebelum usia 10 tahun dan hampir 88,6 persen pertama

kali mencobanya di bawah usia 13 tahun. Kebanyakan perokok berasal

dari keluarga kurang mampu (Riskesdas, 2016).

Data dari survey nasional menjelaskan, 84,8 juta jiwa perokok di

Indonesia berpenghasilan kurang dari Rp 20.000per hari. Perokok di

Indonesia 70 persen di antaranya berasal dari kalangan keluarga miskin.

Menurut Peto et al (2014, dalam putri 2016) secara global 50%

remaja pria dan 10% remaja perempuan merupakan perokok aktif, hal ini

dapat menyebabkan kematian akibat rokok dari 5 juta orang pada tahun

2010 dan akan menjadi 10 juta dibeberapa tahun yang akan datang.Pada

tahun 2007 mencapai 34,2 (Riskesdas, 2007), kemudian pada tahun

2010 meningkat lagi menjadi 34,7 (Riskesdas, 2010).

Suatu sistem pengawasan untuk melihat peningkatan

penggunaan tembakau dikalangna anak dan remaja di dunia yaitu Global

Youth Tobacco Survey (GYTS) menyatakan Indonesia sebagai negara

dengan angka perokok remaja tertinggi di dunia. Selain itu usia pertama

kali mencoba merokok berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin

berdasarkan GYTS 2013, dimana sebagian besar laki-laki pertama jadi

merokok pada usia 12 -13 tahun (Depkes, 2013).

Di Indonesia terdapat 5 provinsi dengan jumlah perokok tertinggi

setiap harinya dan Jawa Barat menempati urutan tertinggi ke-2 di


4

Indonesia. Adapun presentase dari 5 provinsi tersebut yaitu provinsi

Kepulauan Riau (27,2%), Jawa Barat (27,1 %), Bengkulu (27%), NTB

(26,8 %), dan Gorontalo (26,7%) (Depkes, 2013). Pada tahun 2018

Provinsi Jawa Barat menempati posisi pertama untuk prevalensi perilaku

perokok saat ini pada penduduk berusia ≥10 tahun yaitu berkisar pada

32% dari provinsi di Indonesia (Rikesdas, 2018).

Berdasarkan data dari rikesdas diketahui bahwa trend usia

merokok meningkat pada usia remaja, yaitu pada kelompok umur 10-14

tahun dan 15-19 tahun. Hasil Rikesdas pada tahun 2007, 2010, dan 2013

menunjukkan bahwa usia merokok pertama kali paling tinggi adalah pada

kelompok umur 15-19 tahun (Depkes, 2013).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan di universitas Haluoleo

Oleo di kota Kendari menunjukan bahwa dari 380 responden yang

merokok, sebanyak 214 responden (56,3%) yang memiliki aktifitas fisik

kurang, dan sebanyak 166 responden (43,7%) memiliki aktifitas fisik yang

aktif.

Menurut Dr. Hario Tilarso, spKO FACSM yang mengatakan

bahwa bila merokok dan karbon monoksida masuk ke paru-paru maka

hemoglobin akan lebih cepat mengikat karbon monoksida, karena aktifitas

(daya gabung) hemoglobin dan karbon monoksida lebih besar dari pada

aktifitas hemoglobin dan oksigen. Akibat oksigen tidak diserap oleh tubuh

sehingga tubuh kekurangan oksigen dalam jaringan-jaringannya. Hal ini

tentu saja merugikan terutama pada olahraga yang memerlukan oksigen

dalam kebutuhan energinya.


5

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa terdapat adanya

perbedaan aktivitas fisik antara perokok dan non perokok. Menurut studi

Klesges et al (1990) melaporkan bahwa tingkat aktivitas fisik pada

perokok lebih rendah secara signifikan jika dibandingkan dengan non-

perokok. Pada mereka yang perokok memiliki tingkat aktivitas fisik yang

lebih rendah pada saat olahraga, waktu luang, dan kegiatan aerobik

dibandingkan dengan non-perokok. Sneve dan Jorde (2008) dalam

penelitiannya melaporkan bahwa terdapat hubungan yang terbalik antara

aktivitas fisik dengan jumlah batang rokok yang dihisap, yang artinya

semakin banyak batang rokok yang dihisap semakin sedikit aktivitas fisik

yang dilakukan.

Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan

permasalahan. Selain itu masa remaja juga merupakanmasa badai dan

tekanan (storm and stress) (Hall dalam sari 2011). Remaja juga ditandai

dengan perubahan fisik dan perkembangan seksual yang terjadi secara

cepat juga disertai bertambahnya tuntutan masyarakat. Disamping itu,

masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif

seperti merokok, narkoba, kriminal dan kejahatan seks (Alamsyah RM

2009 dalam Zakia 2015).

Dalam rangkaian proses perkembangan individu, remaja tidak

mempunyai tempat yang jelas, tidak termasuk golongan anak, tapi tidak

pula termasuk golongan orang dewasa. Selanjutnya dikatakan remaja

masih belum mampu untuk menguasai perubahan fungsi-fungsi fisik

maupun psikisnya. Masa remaja merupakan suatu masa penyesuaian

terhadap pola-pola kehidupan baru, sedangkan emosi remaja masih


6

dalam keadaan tidak stabil atau masih bergejolak Dwiyana dkk (2008,

dalam Zakia 2015).

Teori model keperawatan yang peneliti kembangkan dalam

penelitian ini adalah konsep teori keperawatan Betty Neuman. Betty

Neuman mempunyai konsep bahwa dalam pemberian asuhan

keperawatan pada klien yaitu memandang suatu sistem terbuka yang

unik ketika sistem ini menggunakan satu kesatuan pendekatan terhadap

berbagai hal yaitu suatu sistem bekerja dengan ruang lingkup klien,

kelompok, atau bahkan sejumlah kelompok yang merupakan isu sosial

yang berkembang saat itu. Adapun kaitannya konsep Betty Neuman

dengan penelitian ini adalah remaja perokok tembakau yang dimana

sistem klien atau diri klien itu sendiri akan dipengaruhi oleh bagaimana

proses interaksi dengan lingkungan sekitarnya, serta harus mampu dalam

mengoptimalkan keadaan sejahtera, dengan melihat sistem diri klien.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA

Negeri 4 Cimahi didapatkan hasil bahwa banyak siswa yang

mengkonsumsi rokok tembakau ataupun yang bukan perokok tembakau.

Kebanyakan siswa merokok beralasan karena dipengaruhi teman dan

kurangnya perhatian dari orangtua, tetapi mereka kurang mengetahui

bahaya bahan-bahan kimia yag terkandung dalam rokok. Adapun data

siswa/i SMA Negeri 4 Cimahi adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Data Siswa di SMA Negeri 4 Cimahi tahun ajaran 2018-2019

No Data Siswa Jumlah


1 MIA (IPA) 101
2 IIS (IPS) 104
Total 205
Sumber : SMA Negeri 4 Cimahi
7

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa/i di kelas XI

SMA Negeri 4 Cimahi terdapat kelas MIA (IPA) sebanyak 101 orang dan

kelas IIS (IPS) sebanyak 104 orang. Berdasarkan hasil wawancara

dengan 15 orang siswa di SMA Negeri 4 Cimahi didapatkan hasil bahwa

10 orang siswa laki-laki yang mengkonsumsi rokok tembakau dan 5

orang siswa laki-laki mengonsumsi rokok yang bukan tembakau. Dampak

dari rokok dapat dirasakan oleh siswa 10 dari 15 orang yang mengatakan

rokok sangat berdampak negatif, hal ini dirasakan ketika berolahraga,

siswa yang merokok merasakan aktifitas fisik yang lemah.

Merujuk pada uraian latar belakang di atas peneliti sebagai

mahasiswa sarjana Keperawatan berkeinginan untuk memahami

pengaruh merokok terhadap aktifitas fisik, dengan menyusun sebuah

penelitian yang berpokus pada pengaruh merokok terhadap aktifitas fisik

siswa kelas XI di SMA.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut “Adakah Perbedaan Kekuatan Aktivitas

Fisik Pada Siswa Kelas Xi Perokok Dan Bukan Perokok Tembakau Di

SMA Negeri 4 Cimahi?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Perbedaan Kekuatan Aktivitas Fisik Pada

Siswa Kelas XI Perokok Tembakau dan Bukan Perokok Tembakau di

SMA Negeri 4 Cimahi.


8

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kekuatan aktivitas fisik pada siswa kelas XI

perokok tembakau dan bukan tembakau di SMA Negeri 4 cimahi.

b. Untuk mengetahui kekuatan aktivitas fisik pada siswa kelas XI

perokok tembakau dan bukan tembakau di SMA Negeri 4 cimahi.

c. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan aktivitas fisik pada siswa

kelas XI perokok tembakau dan bukan tembakau di SMA Negeri

4 cimahi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi (STIKes Budi Luhur)


Sebagai penambah referensi bagi generasi selanjutnya dan

bahan perbandingan bagi pihak institusi dalam meningkatkan

pelayanan kesehatan.

2. Bagi Sekolah
Untuk memberikan masukan bagi pihak sekolah agar

lebih mengontrol siswa agar tidak merokok dan mempertegas

aturan merokok bagi siswa serta mengantisipasi stres yang

mungkin terjadi pada siswa dengan lebih mengaktifkan kegiatan

bimbingan dan konseling.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah ilmu pengetahuan baru dan pengalaman

proses belajar serta dapat menjadi pengalaman riset sebagai bekal

dalammenjalankan penelitian lebih lanjut.


9

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi,

literatur dan kajian ilmiah bagi peneliti selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik secara umum diartikan sebagai gerak tubuh yang

ditimbulkan oleh otot-otot skeletal dan mengakibatkan pengeluaran

energi. Aktivitas fisik dan pengeluaran energi bukanlah hal yang sama.

Aktivitas fisik adalah perilaku, sedangkan pengeluaran energi merupakan

outcome dari perilaku tersebut. Kebiasaan aktivitas fisik adalah suatu

cerminan yang mengambarkan pola aktivitas fisik jangka panjang,

sebagian besar manfaat kesehatan yang berasal dari aktivitas fisik

merupakan hasil aktivitas fisik yang teratur dan dilaksanakan dalam

waktu yang lama, yakni beberapa bulan dan tahun. Aktivitas fisik meliputi

empat dimensi, yaitu tipe, frekuensi, durasi, dan intensitas aktivitas fisik.

Tipe atau cara aktivitas fisik mengacu pada berbagai aktivitas fisik yang

dilakukan oleh subjek penelitian. Frekuensi aktivitas fisik mengacu pada

jumlah sesi aktivitas fisik per satuan waktu. Durasi aktivitas fisik

merupakan lamanya waktu yang dihabiskan saat melakukan aktivitas ini.

Sedangkan intensitas aktivitas fisik sering dinyatakan dengan istilah

ringan, sedang atau moderat, keras atau vigorous, dan sangat keras atau

strenuou. Kategori intensitas ini dapat didefinisikan dengan pengertian

absolut dan relatif. Kategori absolut yang sering digunakan untuk

intensitas aktivitas fisik adalah klasifikasi MET (Metabolic Energy

Turnover). Satu MET sama dengan pengeluaran energi pada saat

istirahat, yakni sebesar 3,5 ml O2/kg per menit. Klasifikasi MET adalah

alat yang digunakan pada saat menghitung pengeluaran energi dari

8
9

instrumen pengkajian subjektif seperti buku harian dan kuesioner tentang

aktivitas (Sjostrom et al. Gibney et al. (ed), 2005). Sedangkan menurut

Baecke et al. (1982), kebiasaan aktivitas fisik mencangkup tiga dimensi

yang berbeda, yakni aktivitas di tempat kerja, olahraga pada saat waktu

luang, dan aktivitas lainnya disaat waktu luang.

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa terdapat adanya

perbedaan aktivitas fisik antara perokok dan non perokok. Menurut studi

Klesges et al.(1990) melaporkan bahwa tingkat aktivitas fisik pada perokok

lebih rendah secara signifikan jika dibandingkan dengan non-perokok.

Pada mereka yang perokok memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih

rendah pada saat olahraga, waktu luang, dan kegiatan aerobik

dibandingkan dengan non-perokok. Sneve dan Jorde (2008) dalam

penelitiannya melaporkan bahwa terdapat hubungan yang terbalik antara

aktivitas fisik dengan jumlah batang rokok yang dihisap, yang artinya

semakin banyak batang rokok yang dihisap semakin sedikit aktivitas fisik

yang dilakukan.

B. Remaja

1. Definisi Remaja

Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami

sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Perubahan

perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan psikososial.

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan

manusia. Remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari


10

anak-anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis,

perubahan psikologis, dan perubahan sosial (Sofia & Adiyanti, 2013).

Menurut King (2012) masa remaja merupakan masa

perkembangan yang merupakan masa transisisi dari anak-anak

menuju dewasa. Masa ini dimulai sekitar pada usia 12 tahun dan

berakhir Padalarang usia 18 hingga 21 tahun.

Menurut Monks (2008) masa remaja merupakan masa

transisi dari anak-anak menuju dewasa, Fase remaja tersebut

mencerminkan cara berfikir remaja masih dalam koridor berpikir

konkret, kondisi ini disebabkan pada masa ini terjadi suatu proses

pendewasaan pada diri remaja masa ini berlangsung antara umur 12

sampai 21 tahun, dengan pembagiansebagai berikut:

a. Masa remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun.

b. MasaMasa remaja pertengahan (middle adolescent) umur 15-18

tahun

c. Remaja terakhir umur (late adolescent 18-21 tahun.

Berdasarkan dari beberapa definisi di atas bahwa masa

remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju

masa dewasa dan dalam prosesnya terjadi perkembangan

kematangan fisik, psikis dan sosial serta bertambahnya tuntutan

masyarakat.

2. Tahap-Tahap Perkembangan dan Batasan Remaja

Menurut Monks (2008) dan Soetjiningsih (2010), berdasarkan

proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap

perkembangan remaja yaitu:


11

a. Remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan

yang menyertai perubahan-perubahan itu, mereka

pengembangkan pikiranpikiran baru, cepat tertarik pada lawan

jenis, dan mudah terangsang secara erotis, dengan dipegang

bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah akan berfantasi erotik.

b. Remaja madya (middle adolescent) berumur 15-18 tahun

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan,

remaja akan senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada

kecenderungan mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-

teman yang sama dengan dirinya, selain itu ia berada dalam

kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka

atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimistis,

idealitas atau materialis, dan sebagainya.

c. Remaja akhir (late adolescent) berumur 18-21 tahun

Tahap ini adalah masa konsulidasi menuju periode dewasa

dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu:

1) Minat makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

2) Egonya

Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan

orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru.

3) Terbentuk

Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah

lagi.
12

4) Egosentrisme

Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri

sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri

sendiri dengan orang lain.

5) Tumbuh

Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya

(private self) dan masyarakat umum (Sarwono, 2010).

3. Perubahan Sosial pada Masa Remaja

Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit

adalah yang berhubungan dengan penyesuian sosial. Remaja harus

menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang

sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan diri dengan

orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah. Remaja lebih

banyak menghabiskan waktunya bersama dengan teman-teman

sebaya, maka pengaruh teman-teman sebaya pada sikap,

pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar dari pada

pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui

bahwa bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan

anggota kelompok yang popular, maka kesempatan untuk diterima

menjadi anggota kelompok lebih besar (Hurlock, 1999 dalam

Nasution, 2007).

C. Perilaku Merokok

1. Definisi Perilaku Merokok

Kata merokok berasal dari suku kata yaitu rokok, rokok adalah

silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm


13

(bervariasi tergantung Negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang

berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada

salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat

dihirup lewat mulut pada ujung lainnya (Juliansyah, 2010). Merokok

merupakan menghisap rokok yaitu menghisap gulungan tembakau

yang berbalut daun nipah atau kertas yang dibakar ke dalam tubuh

dan menghembuskannya kembali keluar (Amstrong, 2007). Merokok

merupakan kegiatan yang menyebabkan efek kenyamanan. Rokok

memiliki antidepressant yang menimbulkan efek kenyamanan pada

efek pada perokok, walaupun perilaku merokok merupakan perilaku

yang membahayakan kesehatan karena terdapat 4000 racun dalam

sebatang rokok (Roschayati, 2015).

2. Tahapan Perilaku Merokok

Perilaku merokok tidak terjadi secara kebetulan, karena ada

tahap yang dilalui seseorang perokok sebelum ia menjadi perokok

reguler yaitu Seorang yang telah menganggap rokok telah menjadi

bagian dari hidupnya. Menurut Leventhal dan Cleary dalam Fajar

Juliansyah (2010) ada 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga

menjadi perokok, yaitu:

a. Tahap Preparatory

Tahap ini remaja mendapatkan model yang menyenangkan

dari lingkungan dan media. Remaja yang mendapatkan gambaran

yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar,

melihat, atau dari hasil bacaan yang menimbulkan minat untuk

merokok. Life model remaja yaitu:


14

1) Teman sebaya yang paling utama menjadi life model, remaja

akan menularkan perilaku merokok dengan cara menawari

teman-teman remaja lain tentang kenikmatan merokok, atau

solidaritas kelompok. Dari teman sebaya ini kemudian remaja

yang belum merokok menginterprestasi bahwa dengan

merokok dia akan mendapatkan kenyamanan, dan atau dapat

diterimah oleh kelompok, dari hasil interpretasi tersebut

kemunkinan remaja membentuk dan memperkokoh

anticipatory belief yaitu belief yang mendasari bahwa remaja

membutuhkan pengakuan teman sebaya.

2) Orang tua, orang tua yang merokok kemungkinan berdampak

besar pada pembentukan perilaku merokok pada remaja. Hal

tersebut membuat permission belief remaja. Interpretasi

remaja yang mungkin terbentuk adalah bahwasanya merokok

tidak berbahaya, tidak melanggar peraturan norma. Hasil dari

interpretasi tersebut memungkinkan terbentuknya permission

belief system

3) Model lain yang sangat berpengaruh juga adalah peran media

massa.

b. Tahap Initiation

Tahap perintisan merokok yaitu tahap seseorang

meneruskan untuk Tetap mencoba-coba merokok, setelah

terbentuk interpretasiinpretasi tentang model yang ada, kemudian

remaja mengevaluasi hasil interpretasi tersebut melalui persaan

dan perilaku.
15

c. Tahap Becoming Smoker.

Menurut Leventhal dan Clearly dalam Rochayati (2015)

tahap becoming smoker merupakan tahap dimana seseorang

telah mengkonsunsi rokok sebanyak empat batang perhari. Hal ini

didukung dengan adanya kepuasan psikologis dari dalam diri, dan

terdapat reinforcement positif dari teman sebaya. Untuk

memperkokoh perilaku merokok paling tidak ada kepuasan

psikologis tertentu yang diperoleh ketika remaja merokok,

dijelaskan oleh Helmi dan Komalasari (2013) sebagai akibat atau

efek yang diperoleh dari merokok berupa kayakinan dan perasaan

yang meyenangkan. Hal ini memberikan gambaran bahwa

perilaku merokok bagi remaja dianggap bisa memberikan

kenikmatan yang menyenangkan. Selain mendapatkan kepuasan

psikologis, reinforcement positif dari teman sebaya juga

merupakan faktor yang menentukan remaja untuk merokok karena

lingkungan teman sebaya mempunyai arti yang penting bagi

remaja untuk bisa diterima. Menurut Brigham dan Helmi (2013)

remaja tidak ingin dirinya disebut banci atau pengecut dan

merokok dianggap sebagai simbolisasi kejantanan, kekuasaan

dan kedewasaan. Bisa jadi simbol kedewasaan kejantanan dan

kekuasaan merupakan hasil evaluasi proses kognisi atas

interpretasi remaja terhadap orang tua yang bertindak sebagai life-

model merokok yang kemudian dievaluasi melalui perasaan dan

tindakan yaitu dengan merokok akan terlihat jantan, dewasa, dan

berkuasa tentunya akan sangat membanggakan.


16

d. Tahap Maintenance Of Smoking

Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian

dari cara pengaturan diri (self-regulating). Merokok dilakukan untuk

memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan, pada tahap ini

individu telah betul-betul merasakan kenikmatan dari merokok

sehingga merokok sudah dilakukan sesering mungkin untuk

mengeliminasi kecemasan, menghindari kecemasan juga sebagai

upaya untuk relaksasi menghilangkan kelelahan, rasa tidak enak

ketika makan ketika bekerja, ketika lelah berpikir, bahkan ketika

merasa terpojokan. Tahap ini terjadi setelah keyakinan ini

terbentuk yaitu keyakinan dengan merokok mendapat pengakuan

dari teman sebaya (anticipatory beliefs), serta keyakinan bahwa

merokok bukan merupakan suatu pelanggaran norma (permissions

beliefs). Selain itu perilaku permisif orang tua tentang bagaimana

menyikapi remaja yang merokok dapat berpengaruh pada perilaku

merokok remaja, jika saja orang tua mau bersikap tegas maka

perilaku merokok pada tahap maintenance of smoking ini dapat

ditekan atau diminimalisir (Rochayai, 2015).

3. Kandungan yang berbahaya dalam rokok dan dampaknya.

Bahaya rokok dan dampak rokok bagi kesehatan memang

sudah dicantumkan dalam bungkus rokok yang dijual di pasaran. Di

sana disebutkan bahaya rokok untuk kesehatan “bisa menyebabkan

kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan

janin” akan tetapi walaupun bahaya rokok yang terkandung di


17

dalamnya sudah disebutkan di bungkus, masih banyak masyarakat

salah satunya masyarakat Indonesia yang merokok aktif.

a. Kandungan yang berbahaya yang terdapat di dalam rokok Menurut

ilmu kedokteran, rokok mengandung lebih kurang 4000 bahan

kimia, tar, karbon monoksida dan hidrogen sianida nikotin dijumpai

secara alami di dalam batang dan daun tembakau yang

mengandung nikotin paling tinggi atau sebanyak 5 % dari berat

tembakau. Nikotin merupakan racun saraf manjur (potent nerve

poison) dan di gunakan sebagai racun serangga. Pada suhu

rendah, bahan ini bertindak sebagai perangsang dan adalah salah

satu sebab utama mengapa merokok digemari dan dijadikan

sebagai tabiat (sukendro, 2007). Menurut Nenk (2009) di antara

kandungan asap rokok termasuk bahan radiokatif (polonium-201)

dan bahan-bahan yang digunakan di dalam cat (acetone), pencuci

lantai ( ammonia), ubat gegat (naphthalene), racun anai-anai

(arsenic), gas beracun (hydrogen cyanide) yang digunakan di

“kamar gas maut”. Bagaimanapun, racunpaling penting adalah tar,

nikotin dan karbon monoksida.Karbon monoksida (CO), tar dan

nikotin dapat berpengaruh terhadap syaraf yang menyebabkan

antara lain:

1) Gelisah, tangan gemetar (tremor)

2) Cita-rasa atau selera makan berkurang

3) Ibu-ibu hamil yang suka merokok dapat kemungkinan

keguguran kandungan.
18

Tar dan asap rokok merangsang jalan napas, sehingga

tar dapat tertimbun di saluran pernapasan yang menyebabkan.

Antara lain:

1) Batuk-batuk dan sesak napas.

2) TarTar yang menempel di jalan napas dapat menyebabkan

kanker saluran pernapasan, lidah atau pada bibir.

Gas karbon monoksida (CO) berpengaruh negatif terhadap

jalan napas dan pembulu darah. Karbon monoksida lebih mudah

terikat pada hemoglobin dari pada oksigen. Akan berkurangnya

daya angkutannya bagi oksigen dan orang dapat meninggal dunia

karena keracunan karbon monoksida. Pada seseorang perokok

akan sampai terjadi keracunan CO, namun pengaruh CO yang di

hisap oleh perokok lambat laun pasti akan berpengaruh negatif

pada jalan napas dan pada pembulu darah (Jaya, 2009).

4. Jenis-jenis Rokok

a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus. (Aula,2010)

1) Kawung adalah rokok yang bahan pembungkusnya daun aren.

2) Sigaret adalah rokok yang bahan pembungkusnya kertas.

3) Cerutu adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa

daun tembakau.

b. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi

1) Rokok putih

Rokok putih yaitu roko yang bahan baku atau isinya

hanya daun tembakau yang siberi saus untuk mendapatkan

efek rasa dan arome tertentu.


19

2) Rokok kretek

Roko kretek yaitu roko yang bahan baku atau isinya berupa

daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untu

mendapatkan efek rasa dan aroma terntentu.

3) Rokok klembak

Rokok klembak yaitu roko yang bahan baku atau isinya berupa

daun tembakau, cengkeh, dan menyan yang diberi saus untuk

mendapatkan efek rasa dana aroma tertentu.

c. Rokok berdasarkan proses pembuatannya

1) Sigaret kretek tangan (SKT)

Adalah rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling

atau dilinting dengan menggunakan tangan ataupun alat bantu

sederhana.

2) Segaret kretek mesin (SKM)

Adalah rokok yang proses pembuatannya dengan

menggunakan mesin. Caranya meaterial rokok dimasukkan

kedalam mesin pembuat rokok.

5. Faktor-faktor Pendorong Remaja untuk Merokok

Ada beberapa faktor yang mendorong remaja untuk merokok,

di antaranya:

a. Faktor orangtua dan keluarga

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa

anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak

bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-

anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah


20

untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal

dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado

dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294). Selain itu, anak-

anak yang mempunyai orang tua perokok, lebih rentan untuk

terpengaruh dan mencontoh orang tuanya.

b. Faktor Teman

Banyak fakta membuktikan bahwa remaja perokok,

kemungkinan besar teman-temannya juga perokok, dan sebaliknya.

Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-

kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan

remaja non perokok (Al Bachri, 1991). Dari fakta tersebut ada dua

kemungkinan yang terjadi, pertama, remaja tadi terpengaruh oleh

teman-temannya. Kedua, teman-teman remaja tersebut dipengaruhi

oleh remaja itu sendiri yang akhirnya mereka semua menjadi perokok.

c. Faktor Kepribadian

Ada yang mencoba merokok hanya karena alasan ingin tahu.

Mungkin juga karena ingin mengobati rasa sakit fisik maupun jiwa,

mengusir bosan. Selain alasan tersebut, konformitas sosial juga

menjadi pemicu. Orang yang memiliki skor tinggi pada tes konformitas

sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka

yang memiliki skor yang rendah (Atkinson, 1999).

d. Faktor Iklan

Iklan-iklan di berbagai media yang memberikan gambaran

bahwa merokok adalah lambang keglamouran dan kejantanan (cowok


21

banget), memicu remaja untuk ikut berperilaku seperti yang ada

dalam iklan tersebut.

e. Faktor Ekonomis

Harga rokok yang sangat terjangkau juga membuat remaja

merasa ringan untuk mencicipi rokok, begitu rokok menjadi bagian

hidupnya maka ia akan terus membeli rokok dan menjadi perokok

berat di kemudian hari.

6. Akibat Merokok bagi Kehidupan Remaja

Selain bisa menyebabkan kematian dan berbagai komplikasi

penyakit lainnya. Remaja yang sudah merokok diketahui bisa memicu

berbagai masalah yang muncul. Merokok saat remaja membuatnya

berisiko kena masalah kesehatan yang serius karena masih berada pada

usia pertumbuhan. Rokok ini tidak hanya menyebabkan masalah

kesehatan pada tingkat fisik namun juga emosionalnya. Para ahli

mengungkapkan risiko kesehatan merokok pada remaja jauh lebih buruk

dibanding dengan orang dewasa yang merokok. Berikut ini beberapa

masalah yang bisa muncul jika remaja merokok :

a. Mengganggu performa di sekolah

Remaja yang merokok akan mengalami penurunan dalam

nilai olahraganya karena tidak bisa berjalan jauh atau berlari cepat

seperti sebelum merokok. Jika ikut ekstrakulikuler musik akan

membuatnya tidak maksimal saat main musik, serta menurunkan

kemampuan memori otaknya dalam belajar yang bisa mempengaruhi

nilai-nilai pelajarannya.

b. Perkembangan paru-paru terganggu


22

Tubuh berkembang pada tahap pertumbuhannya, dan jika

seseorang merokok pada periode ini bisa mengganggu

perkembangan paru-parunya. Terlebih jika remaja merokok setiap

hari maka bisa membuatnya sesak napas, serta batuk yang terus

menerus, dahak berlebihan dan lebih mudah terkena pilek berkali-

kali.

c. Lebih sulit sembuh saat sakit

Ketika remaja sakit maka mereka akan lebih sulit baginya

untuk bisa kembali sehat seperti semula karena rokok mempengaruhi

sistem imun di dalam tubuh. Rokok ini juga memicu masalah jantung

di usia muda serta mengurangi kekuatan tulang.

d. Kecanduan

Remaja yang merokok cenderung jauh lebih mungkin

menjadi kecanduan terhadap nikotin yang membuatnya lebih sulit

untuk berhenti. Saat ia memutuskan untuk berhenti merokok, mka

gejala penarikan seperti depresi, insomnia, mudah marah dan

masalah mentalnya bisa berdampak negatif pada kinerja sekolah

serta perilakunya.

e. Terlihat lebih tua dari usianya

Orang yang mulai merokok di usia muda akan mengalami

proses penuaan lebih cepat, ia akan memiliki garis-garis di wajah

serya kulit lebih kering sehingga penampilannya akan lebih tua

dibanding usianya.

f. Menimbulkan masalah keuangan


23

Dengan adanya kebiasaan merokok pada remaja, banyak hal

yang dapat dilakukan oleh remaja, untuk mendapatkan uang, untuk

membeli rokok. Salah satu diantaranya; membohongi orangtua untuk

mendapatkan uang dengan berbagai alasan kebutuhan sekolah.

g. Tekanan sosial dan kejiwaan

Banyak yang memandang sinis terhadap para perokok.

Pelajar yang merokok bisa saja dijauhi oleh banyak teman karena

kebiasaan buruknya ini. Peristiwa seperti ini tentu akan

mempengaruhi kejiwaan seorang pelajar. Ia bisa saja menjadi tidak

percaya diri, merasa dikucilkan atau malah akan menjadi pemarah

dan pemberontak.

h. Efek di masa mendatang

Efek tentang penurunan kesehatan ini memang tidak

langsung dirasakan, tapi biasanya akan dirasakan ketika sudah

dewasa atau tua. Bagi pelajar wanita yang nekat merokok, jangan

heran apabila ketika sudah dewasa akan selalu mengalami

keguguran bahkan melahirkan bayi cacat.

7. Cara Meminimalisir Perilaku Merokok Pada Remaja

Berikut berbagai upaya untuk mengatasi dan meminimalisir

perilaku merokok :

a. Pahami daya tariknya

Kadang-kadang merokok di kalangan remaja merupakan

suatu bentuk pemberontakan atau cara agar diterima dalam kelompok

pertemanan tertentu. Beberapa remaja merokok untuk menurunkan

berat badan atau agar merasa lebih baik. Yang lain merokok agar
24

merasa keren atau mandiri. Untuk mengetahui apa yang Anda hadapi,

tanyakan pada remaja Anda, bagaimana pendapatnya tentang

merokok. Tanyakan apa ada teman-temannya yang merokok. Hargai

pilihan baiknya, dan bicarakan konsekuensi dari pilihan yang

buruk. Anda dapat berbicara dengan remaja Anda tentang

bagaimana perusahaan-perusahaan rokok berusaha menciptakan

ide-ide tertentu tentang merokok – seperti membayar aktor untuk

merokok di film untuk membuat persepsi bahwa merokok itu keren.

b. Katakan tidak rokok

Walaupun Anda merasa seolah-olah remaja Anda tidak

mendengar apa yang Anda katakan, tetapi nyatakanlah pendapat

Anda. Katakan pada remaja Anda, merokok tidak diperbolehkan.

Ketidaksetujuan Anda mungkin memiliki dampak yang lebih dari yang

Anda pikirkan. Remaja yang orang tuanya menetapkan larangan

merokok yang tegas cenderung merokok lebih sedikit daripada

remaja yang orangtuanya tidak menetapkan batasan. Hal yang sama

berlaku untuk remaja yang merasa dekat dengan orangtua mereka.

c. Berilah contoh yang baik

Perokok remaja lebih umum ditemui pada remaja yang

orangtuanya merokok. Jika Anda tidak merokok, teruskanlah. Jika

Anda merokok, berhentilah sekarang. Tanyakan pada dokter Anda

produk yang dapat membantu untuk berhenti merokok dan cara-cara

lain untuk berhenti merokok. Sementara itu, jangan merokok di dalam

rumah, di mobil atau di depan remaja Anda, dan jangan meninggalkan

rokok di mana remaja Anda dapat menemukannya. Jelaskan


25

ketidaksenangan Anda pada merokok dan bagaimana sulitnya untuk

berhenti.

d. Tunjukkan keburukannya

Merokok bukanlah sesuatu yang glamor. Ingatkan remaja

Anda bahwa merokok adalah kebiasaan yang kotor dan bau. Merokok

menyebabkan nafas tak sedap. Merokok membuat pakaian dan

rambut Anda berbau tak sedap dan gigi menguning. Merokok bisa

memicu batuk kronis serta menyisakan energi yang lebih sedikit

untuk olahraga dan kegiatan lain yang Anda sukai.

e. Lakukan perhitungan

Merokok itu mahal. Bantu remaja Anda menghitung biaya

mingguan, bulanan atau tahunan dari konsumsi sebungkus rokok

sehari. Bandingkan biayanya dengan harga alat elektronik, pakaian

atau hal lain yang dianggap penting oleh remaja.

f. Antisipasi tekanan teman

Teman yang merokok memang dapat meyakinkan remaja

Anda untuk mengikutinya, namun Anda dapat membantu remaja

Anda untuk menolak rokok. Latihlah ia agar dapat menangani situasi

yang sulit. Ajukan alasan sederhana seperti, “Tidak, terima kasih,

saya tidak merokok.” Lebih sering remaja Anda berlatih menolak,

semakin besar kemungkinan ia akan mengatakan tidak pada saatnya.

g. Garis bawahi masalah kecanduan

Kebanyakan remaja percaya bahwa mereka bisa berhenti

merokok kapan saja mereka mau. Tapi remaja dapat kecanduan

nikotin seperti halnya orang dewasa, sering kali dengan lebih cepat
26

dan pada dosis nikotin yang relatif rendah. Dan sekali Anda

kecanduan, sangatlah sulit untuk berhenti merokok.

h. Antisipasi masa depan

Remaja cenderung beranggapan bahwa hal-hal buruk hanya

terjadi pada orang lain. Tapi konsekuensi jangka panjang merokok –

seperti kanker, serangan jantung dan stroke – mungkin akan menjadi

kenyataan ketika remaja Anda menjadi dewasa. Gunakan orang-

orang terdekat, teman atau tetangga yang sakit sebagai contoh

kehidupan nyata.

i. Kenali macam-macam rokok

Tembakau tanpa asap, rokok kretek dan rokok berperisa

kadang-kadang secara keliru dianggap kurang berbahaya atau adiktif

(menimbulkan kecanduan) daripada rokok tradisional. Merokok

dengan menggunakan pipa adalah alternatif lain yang disebut lebih

aman. Jangan biarkan remaja Anda tertipu. Seperti halnya rokok

tradisional, produk ini adiktif dan dapat menyebabkan kanker serta

masalah kesehatan lainnya. Produk seperti ini memberikan

konsentrasi nikotin, karbon monoksida dan tar yang lebih tinggi

daripada rokok tradisional.

j. Libatkan diri

Ambil sikap aktif untuk menolak merokok di kalangan remaja.

Berpartisipasilah dalam kampanye anti-merokok. Dukung larangan

merokok di tempat umum.

Jika remaja Anda sudah mulai merokok, jangan mengancam

atau memberinya ultimatum. Sebaliknya, berilah dukungan. Cari tahu


27

mengapa ia merokok dan kemudian bahas cara-cara untuk

membantunya berhenti merokok, seperti bergaul dengan teman-

teman yang tidak merokok atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan baru.

Menghentikan kebiasaan merokok saat remaja dengan cara yang

benar adalah hal terbaik yang bisa dilakukan remaja Anda agar tetap

sehat seumur hidupnya.

D. Teori Model Keperawatan

Keperawatan merupakan pelayanan kesehatan yang profesional

yang bersifat holistik dan komerensif yang ditujukan kepada individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat baik dalm keadaan sehat maupun

sakit dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, adapun teori

model yang dikaitkan dengan penelitian inii adalah teori model Betty

Neuman.

Permasalahan penelitian ini yaitu mengenai perbedaan kekuatan

aktivitas fisik pada siswa perokok dan bukan perokok tembakau,

merupakan aplikasi dari model konseptual keperawatan Betty Neuman.

Teori model keperawatan Betty Neuman mempunyai konsep bahwa dalam

pemberian asuhan keperawatan pada klien yaitu memandang suatu sistem

terbuka yang unik ketika sistem ini menggunakan satu kesatuan

pendekatan terhadap berbagai hal yaitu suatu sistem bekerja dengan

ruang lingkup klien, kelompok, atau bahkan sejumlah kelompok yang

merupakan isu sosial yang berkembang saat itu. Kemudian pada teori

model keperawatan ini menjelaskan tentang suatu sistem klien yang

merupakan ruang lingkup keperawatan.


28

Dalam berinteraksi klien dipandang sebagai suatu kesatuan yang

sama yang berinteraksi satu sama yang lainnya secara dinamis model

tersebut mempertimbangkan berbagai variabel yang mempengaruhi sistem

klien yaitu diantaranya, fisiologis, psikologis, sosiokultural, tumbuh

kembang (developmental) dan spritual.

Adapun kaitannya permasalahan dalam penelitian ini dengan

konsep teori model keperawatan Betty Neuman yaitu remaja perokok

tembakau yang dimana sistem klien atau diri klien itu sendiri akan

dipengaruhi oleh bagaimana proses interaksi dengan lingkungan

sekitarnya, serta harus mampu dalam mengoptimalkan keadaan sejahtera,

dengan melihat sistem diri klien. Pada remaja perokok tembakau klien

mengalami suatu keadaan dimana terjadi penurunan kesejahteraan bisa

terjadi karena kebutuhan sistem tersebut yang tidak terpenuhi. Oleh

karena itu klien memerlukan dukungan psikologis seperti dukungan dari

keluarga untuk lebih memperhatikan kebiasaan dan proses interaksi

terhadap lingkungan sekitarnya agar klien terbuka dalam proses

memerlukan edukasi untuk mempertahankan perilaku untuk tidak merokok

dan mempertahankan interaksi secara dinamis terhadap lingkungannya.

Serta mampu mengoptimalkan keadaan sejahtera atau bisa menstabilitas

mengindikasikan bahwa seluruh kebutuhan sistem sejahtera telah

terpenuhi.

Adapun peran perawat sebagai tenaga kesehatan yang

berinteraksi langsung dengan klien harus mampu dalam mengatasi

masalah tersebut, salah satunya dengan melakukan pendekatan yang

bertujuan untuk menumbuhkan rasa saling percaya antara klien atau


29

responden dan peneliti sehingga klien atau responden bisa terbuka

terhadap peneliti kemudian setelah itu tenaga kesehatan atau peneliti

memberikan pengetahuan tentang bahaya merokok.

Aplikasi teori model dari Betty Neuman mengembangkan model

sistem konseptual dalam keperawatan dengan asumsi dasar yaitu:

1. Keperawatan

Neuman (1992) meyakini bahwa keperawatan menitik beratkan

pada individu sebagai satu kesatuan yang utuh. Keperawatan

dipandang sebagai suatu “profesi yang memperhatikan semua unsur

yang memengaruhi respons individu terhadap stress”. Persepsi

perawat dapat memengaruhi asuhan keperawatan yang diberikannya

sehingga Neuman (1995) menyatakan bahwa tentang persepsi

perawat dan klien sangat penting untuk dikaji lebih lanjut,

2. Manusia

Neuman menamilkan konsep manusia sebagai klien dengan

sistem terbuka dan dalam interaksi yang berkesinambungan dengan

lingkungannya, atau isu sosial. Sistem klien terdiri dari hubungan yang

dinamis antara fisiologis, psikologis, sosial budaya, tumbuh-kembang

dan faktor spiritual.

3. Kesehatan

Neuman menganggap model yang dikembangkannya sebagai

model kesejahteraan (wellnes model). Dalam model ini, kesehatan

dipandang sebagai suatu rentang dari keadaan sejahtera menuju sakit

yang bersifat dinamis dan senantiasa berubah. Neuman menyatakan

bahwa “keadaan sejahtera optimal atau stabilitas mengindikasikan


30

bahwa seluruh kebutuhan sistem tersebut telah, terpenuhi”. Suatu

keadaan dimana terjadi pemenuhan kesejahteraan bisa terjadi karena

kebutuhan sistem tersebut yang tidak terpenuhi.

4. Lingkungan

Neuman mendefinisikan lingkungan sebagai keseluruhan faktor

internal dan eksternal yang mengelilingi sistem klien dan memberikan

pengaruh terhadap sistem tersebut stressor (intrapersonal,

interpersonal) merupakan hal yang signifikan dalam konsep

lingkungan dan digambarkan sebagai faktor lingkungan yang

berinteraksi dengan dan berpotensi untuk mengurangi stabilitas

sistem.
31

E. KERANGKA TEORI
Bagan 2.1 : Kerangka Teori Perbedaan Kekuatan Aktivitas Fisik Pada
Siswa Kelas XI Perokok Dan Bukan Perokok Tembakau

Merokok atau tidak Kekuatan Aktivitas


merokok tembakau -Lama paparan Fisik
rokok

-kandungan rokok

a. Faktor orangtua dan


keluarga
b. Faktor Teman
c. Faktor Kepribadian
d. Faktor Iklan
e. Faktor Ekonomis

Keterangan :

: Variabel yang tidak diteliti

: Variabel yang diteliti


32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

1. Paradigma penelitian

Paradigma penelitian diartikan sebagai pola pikir yang

menunjukan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang

sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang

perlu dijawab melaului penelitian, teori yang digunakan untuk

merumuskan masalah hipotesis, jenis, dan jumlah hipotesis dan

teknik analisis statistik yang akan digunakan (Sugiyono, 2017).

Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan

permasalahan. Selain itu masa remaja juga merupakanmasa badai

dan tekanan (storm and stress) (Hall dalam sari 2011). Remaja juga

ditandai dengan perubahan fisik dan perkembangan seksual yang

terjadi secara cepat juga disertai bertambahnya tuntutan masyarakat.

Disamping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-

pengaruh negatif seperti merokok, narkoba, kriminal dan kejahatan

seks (Alamsyah RM 2009 dalam Zakia 2015).

Merokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang sudah

dikenal sejak lama oleh hampir seluruh masyarakat di dunia dan

cenderung meningkat, terutama di kalangan remaja. Hal ini memberi

makna bahwa masalah merokok telah menjadi semakin serius,

mengingat merokok beresiko menimbulkan berbagai penyakit atau

gangguan kesehatan salah satunya hipertensi (KemenKes, 2011).


33

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Perbedaan Kekuatan Aktivitas Fisik


Pada Siswa Kelas XI Perokok Dan Bukan Perokok Tembakau

Siswa kelas XI
Perlakuan Kelompok kontrol

Merokok Tidak Merokok

Posttest(O2)

Mengukur aktivitas fisik Mengukur aktivitas fisik

Kurang dari normal Normal Kurang dari normal Normal

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah suatu yang sangat penting

dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi akurasi suatu hal (Nursalam, 2013).

Penelitian ini merupakan metode penelitian yang lain.

Disamping metode penelitian survei dan eksperimen, beberapa

literatur mencatat jenis penelitian lain yang lazim tersebut.

(Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan

praeksperimen perbandingan kelompok statis (static group

comparison), yaitu dimana dalam rancangan ini seperti rancangan

penelitian posttest only design yaitu perlakuan atau intervensi telah


34

dilakukan (x), kemudian dilakukan pengukuran (observasi) atau

posttest (O2), tetapi tidak ada kelompok pembanding atau kontrol

(Notoatmodjo, 2010).

Penelitian dengan pendekatan praeksperimen perbandingan

kelompok statis (statistic group comparison) bertujuan untuk

mengetahui pengaruh rokok tembakau terhadap peningkatan aktifitas

fisik pada remaja di SMAN 4 Cimahi.

3. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara,

karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh

melalui pengmpulan data. Jadi hipotesis dapat dinyatakan sebagai

jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum

jawaban yang empirik (Sugiyono, 2017).

Ha :Ada perbedaan kekuatan aktivitas fisik pada siswa kelas XI

perokok dan bukan perokok tembakau

H0 :Tidak ada perbedaan ada perbedaan kekuatan aktivitas fisik

pada siswa kelas XI perokok dan bukan perokok tembakau

4. Variabel penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

diteteapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2017). Variabel juga dapat diartikan sebagai suatu atribut atau sifat
35

atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017).

Macam - macam tipe variabel meliputi : variabel

independen (variabel bebas), variabel dependen (terikat), (Sugiyono,

2017).

a. Variabel Independent (Variabel Bebas/Intervensi)

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono,2017). Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah merokok atau tidak merokok

tembakau, karena variabel ini sengaja dikenakan pada objek untuk

kemudian diketahui akibat yang terjadi pada objek tersebut.

b. Variabel Dependen (Variabel terikat)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2017). Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah

kekuatan aktivitas fisik.

5. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan pengertian variabel yang akan

diamati/diteliti, perlu sekali variabel tersebut diberi batasan. Definisi

operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran

atau pengamatan terhadap variabel yang bersangkutan serta

pengembangan instrumen/alat ukur (Notoatmodjo, 2018).


36

Tabel 3.1 Defisi Operasional

No Variabel Definisi Definsi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Penelitian Konseptual Operasional
1. Variabel Pada remaja Mengetahui Kuesioner Cukup, apabila Ordinal
Dependen perokok memiliki perbedaan MET ≥
Kekuatan aktivitas fisik aktivitas fisik 600/minggu.
altivitas Fisik yang rendah perokok
pada saat dengan yang Tidak Cukup,
olahraga, waktu tidak apabila MET
luang, dan merokok ≤600/minggu
kegiatan aerobik tembakau. (Rikesdas,
dibandingkan 2013)
dengan yang
tidak merokok.
2. Variabel Perilaku merokok Mengukur Kuesioner 0 = Merokok Ordinal
Independen didefinisikan aktifitas fisik tembakau
Merokok sebagai kegiatan perokok
dan tidak menghisap asap dengan yang 1 = tidak merokok
merokok dari tembakau tidak tembakau
tembakau yang dibakar, merokok
yaitu suatu tembakau.
kebiasaan yang
mengganggu
kesehatan
penghisapnya
(Yuwono, 2011).

B. Populasi Dan Sample

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi juga merupakan wilayah

generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi


37

dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa laki-laki kelas XI di SMAN 4

Cimahi sebanyak 205 orang.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2017). Sampel terdiri atas

bagian populasi yang dapat digunakan sebagai subjek penelitian

melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi

porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada

(Nursalam, 2013).

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan Non-Probability Sampling. Metode pengambilan

sampel yang digunakan adalah teknik purpossive sampling dimana

pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan

ciri atau sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya

(Notoatmodjo, 2018).

[𝑍1−𝜎 + 𝑧2−𝛽 ]
𝑛=2
102

[0,05 + 0,1]2 2052


=2
102

[0,15]2 42025
=2
100

[0,0225]42025
=2
100

1891,125
=
100

= 18,91 dibulatkan menjadi 19 responden


38

Sampel dalam penelitian ini adalah 19 orang. Untuk

menghindari drop out atau kesalahan peneliti peneliti melakukan

koreksi sampel pada kelompok sebesar 10 % sampel menjadi 21.

Adapun rumus drop out adalah sebagai berikut :

n’ = n/(1-f)

Keterangan :

n’ = besaran sampel yang dihitung

n = besaran sampel yang dihitung

f = perkiraan proporsi drop out

Maka jika dihitung menggunakan rumus diatas menjadi :

n’ = 19/(1-0,1)

n’ = 19/(0.9)

n’ = 21,11 dibulatkan menjadi 21

Sehingga jumlah sampel adalah 21 orang untuk penelitian

perbedaan kekuatan aktivitas fisik pada siswa kelas XI perokok dan

bukan perokok tembakau di SMA Negeri 4 Cimahi.

3. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek

penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan

diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman saat

menentukan kriteria inklusi (Nursalam, 2017).

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Bersedia menjadi responden


39

2) Responden adalah siswa laki-laki, kelas XI IPS di SMAN 4

Cimahi

3) Siswa yang merokok aktif minimal 100 batang rokok selama

masa hidupnya.

4) Siswa yang merokok kurang dari 12 jam.

b. Kriteria Ekslusi

Kriteria Ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai

sebab (Nursalam, 2017).

Adapun kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:

1) Siswa yang baru sembuh dari sakit

2) Siswa yang tidak hadir

3) Siswa yang tidak bersedia menjadi responden.

C. Pengumpulan Data

1. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam

suatu penelitian (Nursalam, 2013 dalam Susanti 2015).

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara

langsung dari responen baik melalui pengamatan, pencatatan

atau registrasi maupun interview atau wawancara. Data primer

dalam penelitian ini yaitu data yang didapatkan langsung dari

responden yaitu, siswa perokok dengan instrumen wawancara.

b. Data sekunder
40

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui

sumber-sumber kedua seperti publikasi, perpustakaan, pusat

pengolah data, pusat penelitian, pemerintahan-pemerintahan dan

perusahaan-perusahaan. Namun dalam penelitian ini tidak

menggunakan data sekunder dikarenakan dari dua variabel

yang diteliti, peneliti langsung mendapatkan data dari responden.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan

untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner individu (RKD13.IND) dan kuesioner rumah tangga

(RKD13.RT) Riskesdas tahun 2013.

3. Uji Validitas Dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu

benar-benar dapat mengukur apa yang akan diukur (Notoatmodjo,

2012). Suatu alat ukur yang mempunyai validitas yang tinggi akan

mampu menjakan fungsi ukurnya sehingga mampu memberikan yang

sesuai dengan makna dan tujuan penelitian yang dilakukan.

Uji validitas dan reliabilitas kuesioner individu (RKD13.IND)

dan kuesioner rumah tangga (RKD13.RT) Riskesdas tahun 2013.

Kuesioner telah diuji validasi oleh tim gabungan dari Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Universitas Airlangga

dan Universitas Hasanudin agar kualitas data Riskesdas 2013

terjamin. Selain itu, kuesioner telah diuji-coba terlebih dahulu untuk

mengetahui masalah dalam tingkat kesulitan, pemahaman bahasa,


41

alur pertanyaan dan istilah kesehatan yang akan ditanyakan kepada

responden. Penelitian ini tidak akan diuji validitas karena sudah di uji

oleh peneliti sebelumnya.

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini

berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap

konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali

atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat

ukur yang sama (Notoatmodjo, 2018). Pengujian reliabilitas

menggunakan formulasi koefisien reliabilitas Alfa Cronbach dan jika

didapatkan nilai Alfa Croanbach > 0,6 berarti instrument ini reliabel.

Penelitian ini tidak akan diuji reliabilitas karena sudah di uji oleh

peneliti sebelumnya.

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Menentukan masalah penelitian.

b. Mencari data awal dan masalah/fenomena yang telah ditemukan

pada tanggal 20 Februari 2019.

c. Mendapatkan izin pihak SMA NEGERI 4 CIMAHIi dan melakukan

studi pendahuluan di SMA NEGERI 4 CIMAHI.

d. Setelah mendapatkan data awal kemudian melakukan

penyusunan proposal dengan proses bimbingan selama 1 bulan

e. Seminar proposal.

f. Melakukan perbaikan proposal yang telah diseminarkan


42

2. Tahap pelaksanaan

a. Mendapatkan izin dari SMA NEGERI 4 CIMAHI untuk melakukan

penelitian.

b. Memberikan informed consent.

c. Persetujuan responden untuk dijadikan sampel penelitian.

d. Melakukan wawancara pada siswa perokok dan bukan perokok

tembakau untuk mengetahui berapa lama responden merokok dan

jumlah rokok yang dihabiskan dalam sehari. Format wawancara

dicantumkan pada lampiran, ini dilakukan sampai semua responden

yang ditargetkan dapat tercapai.

e. Responden melakukan lari 100 meter.

f. Melakukan observasi (post-test) kekuatan fisik pada siswa perokok

dan bukan perokok tembakau dengan menggunakan kuesioner

setelah 2 menit istirahat.

g. Melakukan pengolahan data analisa data dengan tahapan persiapan

sampai akhir.

h. Menarik kesimpulan.

3. Tahap Akhir

a. Menyusun laporan penelitian.

b. Presentasi hasil akhir penelitian.

c. Perbaikan hasil sidang dan pendokumentasian hasil penelitian.

E. Pengolahan Dan Analisis Data

1. Pengelolaan data

Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut

(Notoatmodjo, 2018) antara lain:


43

a. Editing

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan untuk pengecekan

dan perebaikan isian formulir atau kuesioner tersebut. Peneliti

melakukan pengecekan ulang hasil pengukuran kualitas tidur

sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.

b. Coding

Coding data yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan.

c. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing

Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden

yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan kedalam

program atau “software” komputer . Salah satu paket program yang

digunakan adalah paket program SPSS for window.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Merupakan kegiatan pengecekan kembali untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan

dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program

pengolahan data pada komputer.

a. Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian untuk data

numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar

deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan


44

distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel

(Notoatmodjo,2018).

Rumus :
𝐹
𝑃 = 𝑁 100%

Keterangan

P = Persentasi

F = Frekuensi

N = Jumlah seluruh responden

(Sumber : Notoatmodjo, 2012).

b. Analisis bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,

2018). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen, yaitu hubungan

tingkat pengetahuan dan penerapan 4m terhadap Demam Berdarah

Dangue (DBD) dengan menggunakan uji statistik Chi-Square dan

menggunakan komputerisasi dengan tingkat kemaknaan α = 0,005.

Pengujian pada penelitian ini menggunakan uji dua sisi

dengan tingkat signifikansi α adalah 5% (0,05) artinya tingkat

signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil resiko salah dalam

mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-

banyaknya 5% atau 0,05 dengan Confidence Interval (tingkat

kepercayaan) 95%. Uji Chi square dilakukan dengan program

komputer menggunakan rumus :

f f
( 0- e)2
X 2=
Ʃ
fe
45

Keterangan:

X 2= Kai Kuadrat

f0 = Frekuensi hasil observasi

fe = Frekuensi hasil observasi

α = 0,05

Uji signifikansi dilakukan dengan menggunakan batas

kemampuan alpha (0,05) dan Confidence interval (tingkat

kepercayaan) 95% dengan ketentuan bila:

1) Jika 𝑝 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 ≤ α (0,05), maka H0 ditolak atau Ha diterima, artinya

ada perbedaan aktivitas fisik pada remaja perokok dan bukan

perokok tembakau di SMAN 4 CIMAHI.

2) Jika 𝑝 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 ≥ α (0,05), maka H0 dierima tau Ha ditolak, artinya

tidak ada perbedaan aktivitas fisik pada remaja perokok dan

bukan perokok tembakau di SMAN 4 CIMAHI.

F. ETIKA PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membawa surat

rekomendasi dari STIKes Budi Luhur untuk permohonan izin kepada SMAN

4 CIMAHI sebagai lembaga tempat penelitian. Peneliti mendapat

persetujuan barulah dapat melakukan penelitian dengan

mempertimbangkan masalah etik.

Menurut Hidayat (2007, dalam Arisa, 2016) untuk mencegah

timbulnya masalah etika, maka dilakukan hal sebagai berikut :

1. Informed Consent
46

Informed Consent diberikan sebelum melakukan penelitian.

Informed Consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Sebelumnya peneliti memberi penjelasan terlebih dahulu

tentang prosedur penelitian, manfaat, dan resiko sebelum

diikutsertakan dalam penelitian, setelah itu peneliti meminta izin

responden untuk ikut berpartisipasi, jika ada yang menolak atau tidak

bersedia maka untuk menghindari terjadinya masalah etik peneliti tidak

akan memaksa.

2. Respect For Privacy And Confidentiality

Pada saat proses penelitian, untuk menjaga kerahasian

responden yang bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini,

peneliti memberi kode pada data penelitian dan tidak mencantumkan

identitas responden dalam laporan hasil intervensi, kerahasian dan

identitas responden dalam penelitian ini akan dijaga oleh peneliti dan

hanya digunakan semata-mata untuk kepentingan penelitian. Semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti.

3. Balancing Harms and Benefit

Pada saat dilakukan penelitian untuk membuat responden

merasa nyaman saat dilakukan tindakan, maka peneliti

mengikutsertakan keluarga untuk membantu dalam tindakan yang

akan diberikan.

G. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1. Lokasi

Penelitian ini akan dilakukan di SMA NEGERI 4 CIMAHI.


47

2. Waktu penelitian

Penelitian akan dilaksanakan sesuai waktu yang telah di

tetapkan pada bulan Mei-Juni 2019.


48

Anda mungkin juga menyukai