OLEH :
Rizky Apriyanti
0105.19.031
1. DEFINISI
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perubahan atau penghiduan, klien merasakan stimulus yang
sebelumnya tidak ada. (Stuart, 2007)
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar,
walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan
bagian dari kehidupan mental penderita yang teresepsi. (Yosep, 2011)
2. FAKTOR PREDIPOSISI
Menurut Yosep (2011), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah :
2.1 Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendanya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stres.
2.2 Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
2.3 Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan
klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien
lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
2.4 Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menujukkan bahwa
faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini.
3. FAKTOR PRESIPITASI
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah:
3.1 Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
3.2 Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3.3 Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
4. MACAM-MACAM HALUSINASI
Menurut Yosep (2011) halusinasi terdiri dari delapan jenis :
4.1 Pendengaran (auditory)
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara
tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang
mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar
perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan.
4.2 Penglihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar
kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan
atau menakutkan seperti melihat monster.
4.3 Penghidu (olfactory)
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya
bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat
stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
4.4 Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
4.5 Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
4.6 Cenesthetic
Merasakan badannya bergerak–gerak dalam suatu ruang atau anggota
badannya.
4.7 Halusinasi hypnagogic, dan hypnopompic
Halusinasi yang terjadi antara tidur dan terjaga
5. MANIFESTASI KLINIK
5.1 Bicara, senyum dan tertawa sendiri
5.2 Tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata
5.3 Sulit untuk konsentrasi
5.4 Curiga, sering merusak (diri sendiri)/orang lain, takut
5.5 Ekspresi muka : tegang, mudah tersinggung
5.6 Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghidu, dan
merasakan sesuatu yang tidak nyata.
5.7 Pembicaraan kacau, kadan tidak masuk akal
5.8 Sulit membuat keputusan
Dalami, E, dkk. 2009. Askep Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta : CV. Trans
Info Media
Stuart dan Laraia, Principles And Practice of Psyciatric Nursing (5Th. Ed) St.
Louis Mosby Year Book 2007
Yosep (2011), Keperawatan Jiwa. Edisi 4, PT Refika Aditama : Bandung
PERILAKU KEKERASAN
2.FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
presdisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu ( Probowo, 2014)
a) Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak – kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan yang di tolak, dihina, dianiaya atau sanksi
penganiayaan.
b) Perilaku, renforcoment yang diterima pada saat melakukan kekerasaan,
sedang mengobservasi kekerasaan di rumah atau di luar rumah, semua aspek
ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasaan.
c) Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam ( pasif agresif)
dan kontrol sosial yang tidak pasti terhdap perilaku kekerasaan yang
diterima (permissivee)
d) Bioneurologis, banyak kerusakan sistem limbiik, lobus frontal, lobus
temporal, dan ketidakseimbangan neurotranmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasaan.
3. FAKTOR PRESPITASI
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor
pencetus perilaku kekerasaan adalah sebagai berikut (Sari, 2015)
1. Klien : Kelemahan fisik, keputusaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan
2. Interaksi : Penghinaan,kekerasaan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam, baik internal dari perusahaan dari klien
maupun ekternal dari lingkungan
4. RENTANG RESPON
5. MENEFESTASI KLINIS
Menurut Nuraeneh (2012) tanda dan gejala dari perilaku kekerasan, adalah
sebagai berikut:
a. Fisik : Pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah, serta postur tubuh kaku.
b. Verbal : Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor,
bicara dengan nada keras dan kasar,sikap ketus.
c. Perilaku : Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain,
merusak lingkungan, sikap menentang, dan amuk/agresif.
d. Emosi : Jengkel, selalu menyalahkan, menuntut, perasaan
terganggu, dan ingin berkelahi.
e. Intelektual : Mendominasi, cerewet atau bawel, meremehkan, suka
berdebat, dan mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
f. Sosial : Penolakan untuk didekati, mengasingkan diri, melakukan
kekerasan, suka mengejek, dan mengkritik.
g. Spiritual : Merasa diri berkuasa, tidak realistik, kreatifitas
terlambat, ingin orang lain memenuhi keinginannya, dan
merasa diri tidak berdosa.
2. Data Objektif
a. Mata merah, wajah agak merahNada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai, berteriak, menjerik, memukul diri sendiri/orang lain
b. Eksperesi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam
c. Merusak dan melepar barang
d. Perilaku Kekerasaan/ amuk
1. Data Subyektif
a. klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
b. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko mencederai diri, orang lain ddan lingkungan berhubungan dengan waham
Tujuan Kreeteria Hasil Intervensi
Pasien Mampu : Setelah ....x pertemuan pasien mampu : SP 1
Mengindentifikasi penyebab dan Menyebutkan penyebab tanda gejala dan 1. Indentifikasi penyebab, tanda dan
tanda perilaku akibat perilaku kekerasan gejala serta akibar perilaku
Menyebutkan jenis perilaku Memperagakan cara fisik 1 untuk kekerasanletih cara fisik 1 : Tarik
kekerasan yang pernah dilakukan mengontrol perilaku kekerasan nafas dalam
Menyebutkan akibat dari perilaku 2. Masukan dalam jadwal harian
kekerasan yang dilakukan pasien
Menyebutkan cara mengontrol Setelah ....x pertemuan pasien mampu : SP 2
perilaku kekerasan Menyebutkan kegiatan yang sudah 1. Evaluasi kegiataan yang lalu (SP 1)
Mengontrol perilaku kekerasan dilakukan 2. Latih caara fisik 2 : Pukul baantal/
dengan cara : Memperagakan cara fisik untuk kasur
Fisik mengontrol perilaku kekerasan 3. Masukkan dalam jadwal harian
Sosial/verbal pasien
Setelah ...x pertemuan pasien mampu : SP 3
Spritual
Menyebutkan kegiatan yang sudah ada 1. Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1
Terapi psikofarmaka ( patah
Memperagakan cara sosial/verbal untuk dan SP 2)
otot)
mengontrol perilaku kekerasan 2. Latih secara sosial/ verbal
3. Menolak dengan baik
4. Meminta dengan baik
5. Mengungkapkan dengan baik
6. Masukkan dalam jadwal harian
pasien
Setela ...x pertemuan, pasien mampu : SP 4
Menyebutkan kegiatan yang sudah 1. Evaluasi kegiatan yang lalu
dilakukan (SP1,2,3)
Memperagakab cara spritual 2. Latih secara spirotual :
3. Berdoa
4. Shalat
5. Masukkan dalam jadwal harian
pasien
Setelah...x mampu pertemuan pasirn SP 5
Setelah Mmapu : mampu : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,2
Merawat pasien di rumah Memperagakan cara patuh obat &3)
2. Susun jadwal minum obat secara
teratur
3. Masukan dalam jadwal harian
pasien
Setelah ...x pertemuan keluarga mampu SP 1
menjelaskan tanada mampu menjelaskan 1. Indentifikasi masalah yang
tanda san gejala akibat serta mampu diraskana keluarga dalam
memperagakan cara merawat merawat pasien
2. Jelaskan tentang Perilaku
kekerasan
3. Penyebab
4. Akibat
5. Cara meraawat
6. Latih 2 cara merawat
7. RTL keluarga/ jadwal untuk
merawat pasien
Setelah ....x pertemuan keluuarga mampu SP 2
menyebutkan kegiatan yang sudah 1. Evaluasi SP 1
dilakukan dan mampu merawat serta 2. Latih 9 simulasi) 2 cara lain untuk
membuka RTL merawat pasien
3. RTL keluarga./ jadwal keluarga
untuk merawat pasien
Setelah ...x pertemuan keluarga mampu SP 3
menyebutkan kegiatan yang sudah 1. Evaliuasi SP 2 dan SP 2
dilakukkan dan mampu merawat serta 2. Latih langsung ke pasien
dapat membuat RTL 3. RTL keluarga/ jadwal keluarga
untuk merawat pasien
A. PENGERTIAN
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan,
tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
(Depkes RI,2000)
Waham adalah keyakinan seseorang yang bedasarkan penilaian
realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor
pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan,kekerasan, tidak
ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Keliat, 1999).
B. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Genetik, faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam
perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota
keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak
saudara lain).
2. Neurobiologis, adanya gangguan pada konteks pre frontal dan korteks
limbic.
3. Neurotransminter, abnormalitas pada dopamine, serotonin, dan
glutamate.
4. Virus, paparan virus influenza pada trimester III
5. Psikologis, ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli
C. FAKTOR PRESIPITASI
1. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
D. RENTANG RESPON
Adaptif Maladaptif
F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Untuk mendapatkan data waham sesuai dengan jenis wahamnya, harus
dilakukan observasi terhadap perilaku klien sebagai berikut :
a. Waham kebesaran
Menyakini bahwa ia memiliki kebesaranatau kekuasaan khusus,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Waham curiga
Meyakini bahwa seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berualng kali tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak seuai dengan kenyataan.
d. Waham somatik
Menyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang
penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Diagnosa Keperawatan
1. GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir : Waham