Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

OLEH :
Rizky Apriyanti
0105.19.031

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
CIMAHI
2019
HALUSINASI 

1. DEFINISI
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perubahan atau penghiduan, klien merasakan stimulus yang
sebelumnya tidak ada. (Stuart, 2007)
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar,
walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan
bagian dari kehidupan mental penderita yang teresepsi. (Yosep, 2011)
2. FAKTOR PREDIPOSISI
Menurut Yosep (2011), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah :
2.1 Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendanya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stres.
2.2 Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
2.3 Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan
klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien
lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
2.4 Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menujukkan bahwa
faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini.
3. FAKTOR PRESIPITASI
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah:
3.1 Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
3.2 Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3.3 Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
4. MACAM-MACAM HALUSINASI
Menurut Yosep (2011) halusinasi terdiri dari delapan jenis :
4.1 Pendengaran (auditory)
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara
tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang
mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar
perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan.
4.2 Penglihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar
kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan
atau menakutkan seperti melihat monster.
4.3 Penghidu (olfactory)
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya
bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat
stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
4.4 Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
4.5   Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
4.6 Cenesthetic
Merasakan badannya bergerak–gerak dalam suatu ruang atau anggota
badannya.
4.7 Halusinasi hypnagogic, dan hypnopompic
Halusinasi yang terjadi antara tidur dan terjaga

5. MANIFESTASI KLINIK
5.1 Bicara, senyum dan tertawa sendiri
5.2 Tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata
5.3 Sulit untuk konsentrasi
5.4 Curiga, sering merusak (diri sendiri)/orang lain, takut
5.5 Ekspresi muka : tegang, mudah tersinggung
5.6 Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghidu, dan
merasakan sesuatu yang tidak nyata.
5.7 Pembicaraan kacau, kadan tidak masuk akal
5.8 Sulit membuat keputusan

6. FASE DALAM HALUSINASI MELALU EMPAT FASE


6.1 Fase Pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah,
kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang
menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini
menolong
untuk sementara. Klien masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal
pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan
bibir tanpa bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika
sedang asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
6.2   Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran
internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat
berupa bisikan yang tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan
klien merasa tak mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya
dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari
orang lain.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan dengan realitas.
6.3  Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi
terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan
psikotik. Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,
menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya
terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor
dan tidak mampu mematuhi perintah.
6.4  Fase Keempat / conquering/ panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia
yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses
ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon
terhadap perintah kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

7. RENTANG RESPON HALUSINASI

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Menyendiri Kesendirian Manipulasi
Otonomi Menarik Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narsisme
Keadaan Saling tergantung

8. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA FOKUS PENGKAJIAN


1. Masalah Keperawatan
a. Perubahan sensori perceptual, halusinasi
2. Data Fokus Pengkajian
a. Data Subjektif
1) klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
2) klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
3) klien mengatakan mencuium bau tanpa stimulus
4) klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
5) klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
6) klien ingin memukul/melempar barang – barang
b. Data Objektif
1) klien berbicara dan tertawa sendiri
2) klien bersikap seperti mendengar / melihat sesuatu
3) klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
4) diorientasi
3. Diagnosa Keperawatan
Perubahan sensori persepsi : halusinasi
Diagnosa : Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu : Setelah....x pertemuan, SP 1
- mengenali pasien dapat - Bantu pasien mengenal halusinasi (isi, waktu terjadinya frekuensi, situasi
halusinasi yang menyebutkan : pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi)
dialaminya - isi, waktum frekuensi, - latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
- mengontrol situasi, pencetus, perasaan Tahapan tindakannya meliputi :
halusinasinya - mampu memperagakan - jelaskan cara menghardik halusinasi
- mengikuti cara dalam mengontrol - peragakan cara menghardik
program halusinasi - minta pasien memperagakan ulang
pengobatan - pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien
- masukan dalam jadwal kegiatan pasien
Setelah....x pertemuan, SP 2
pasien mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
- menyebutkan kegiatan - Latih berbicara / bercakap dengan orang lain saat halusinasi
yang sudah dilakukan - Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
- memperagakan cara
bercakap – cakap dengan
orang lain
Setelah.....x pertemuan SP 3
pasien mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2)
- menyebutkan kegiatan - Latih kegiatan agar halusinasi tidak muncul
yang sudah dilakukan dan Tahapannya :
- membuat jadwal kegiatan - Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
sehari – hari dan mampu - Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
mempergerakannya - Latih pasien melakukan aktivitas
- Susun jadwal sehari – hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih (dari
bangun pagi sampai tidur malam)
Setelah.....x pertemuan SP 4
pasien mampu : - Tanyakan program pengobatan
- menyebutkan kegiatan - Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa
yang sudah dilakukan - Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program
- menyebutkan manfaat - Jelaskan bila putus obat
dari program pengobatan - Jelaskan cara mendapatkan obat / berobat
- Jelaskan pengobatan (5B)
- Latih pasien minum obat
- Masukkan dalam jadwal harian pasien.
Keluarga mampu : Setelah....x pertemuan SP 1
Merawat pasien di keluarga mampu - identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien
rumah dan menjadi menjelaskan tentang - jelaskan tentang halusinasi
sistem pendukung halusinasi - pengertian halusinasi
yang efektif untuk - jenis halusinasi yang dialami pasien
pasien - tanda dan gejala halusinasi
- cara merawat pasien halusinasi (cara berkomunikasi, pemberian obat dan
pemberian aktivitas kepada pasien)
- sumber – sumber pelayanan kesehatang yang bisa dijangkau
- bermain peran cara merawat
- rencana tidak lanjut keluarga, jadwal keluarga untuk merawat pasien
Setelah....x pertemuan SP 2
keluarga mampu : - evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
- menyelesaikan kegiatan - latih keluarga merawat pasien
yang sudah dilakukan - RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
- memperagakan cara
merawat pasien
Setelah....x pertemuan SP 3
keluarga mampu : - evaluasi kemampuan keluarga (SP 2)
- menyebutkan kegiatan - Latih keluarga merawat pasien
yang sudah dilakukan - RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
- memperagakan cara
merawat pasien serta
mampu membuat RTL
Setelah....x pertemuan SP 4
keluarga mampu : - evaluasi kemampuan keluarga
- menyebutkan kegiatan - evaluasi kemampuan pasien
yang sudah dilakukan - RTL keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E, dkk. 2009. Askep Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta : CV. Trans
Info Media
Stuart dan Laraia, Principles And Practice of Psyciatric Nursing (5Th. Ed) St.
Louis Mosby Year Book 2007
Yosep (2011), Keperawatan Jiwa. Edisi 4, PT Refika Aditama : Bandung
PERILAKU KEKERASAN

1. PENGERTIAN PERILAKU KEKERASAN


Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri maupun orang
lain (Prabowo, 2014)
Perilaku kekerasan yaitu suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku
yang dapat membahayakan diri sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan
barang – barang ( Damaiyanti, 2012)

2.FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
presdisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu ( Probowo, 2014)
a) Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak – kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan yang di tolak, dihina, dianiaya atau sanksi
penganiayaan.
b) Perilaku, renforcoment yang diterima pada saat melakukan kekerasaan,
sedang mengobservasi kekerasaan di rumah atau di luar rumah, semua aspek
ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasaan.
c) Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam ( pasif agresif)
dan kontrol sosial yang tidak pasti terhdap perilaku kekerasaan yang
diterima (permissivee)
d) Bioneurologis, banyak kerusakan sistem limbiik, lobus frontal, lobus
temporal, dan ketidakseimbangan neurotranmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasaan.
3. FAKTOR PRESPITASI
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor
pencetus perilaku kekerasaan adalah sebagai berikut (Sari, 2015)
1. Klien : Kelemahan fisik, keputusaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan
2. Interaksi : Penghinaan,kekerasaan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam, baik internal dari perusahaan dari klien
maupun ekternal dari lingkungan

4.  RENTANG RESPON

Respon Adatif Respon Maldatif


Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasaan
Klien mampu Klien gagal Klien Klien Perasaan
mengungkapka mencapai mengeksperisi mengekpers marah dan
n tanpa tujuan kan secara ikan secara bermusuhan
menyalahkan keputusan/ fisik , tapi fisik tapi yang kuat
orang lain dan saat masih masih dan hilang
memberikan mengungak tekontrol terkontrol control
kegagalan apkan mendorong mendorong hilang amuk
persaannya orang lain orang lain merusak
tidak dengan dengan kehilangan
berdaya dari ancaman ancaman
menyerah

5. MENEFESTASI KLINIS
Menurut Nuraeneh (2012) tanda dan gejala dari perilaku kekerasan, adalah
sebagai berikut:
a. Fisik : Pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah, serta postur tubuh kaku.
b. Verbal : Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor,
bicara dengan nada keras dan kasar,sikap ketus.
c.  Perilaku : Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain,
merusak lingkungan, sikap menentang, dan amuk/agresif.
d.  Emosi : Jengkel, selalu menyalahkan, menuntut, perasaan
terganggu, dan ingin berkelahi.
e. Intelektual : Mendominasi, cerewet atau bawel, meremehkan, suka
berdebat, dan mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
f. Sosial : Penolakan untuk didekati, mengasingkan diri, melakukan
kekerasan, suka mengejek, dan mengkritik.
g. Spiritual : Merasa diri berkuasa, tidak realistik, kreatifitas
terlambat, ingin orang lain memenuhi keinginannya, dan
merasa diri tidak berdosa.  

6. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA FOKUS PENGKAJIAN


1. Masalah Keperawatan
a. Resiko mencenderai diri, orang lain dna lingkungan
b. Perilaku kekerasan/ amuk
2. Data Fokus Pengkajian
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1. Data Subyektif
a. Klien mengatakan benci atau kesel pada seseorang
b. Klien suka membentak dan menyerang orang suka mengusiknya jika
sedang kesal dan marah
c. Riwayat perilaku kekerasaan atau gangguan jiwa lainnya

2. Data Objektif
a. Mata merah, wajah agak merahNada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai, berteriak, menjerik, memukul diri sendiri/orang lain
b. Eksperesi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam
c. Merusak dan melepar barang
d. Perilaku Kekerasaan/ amuk
1. Data Subyektif
a. klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
b. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko mencederai diri, orang lain ddan lingkungan berhubungan dengan waham
Tujuan Kreeteria Hasil Intervensi
Pasien Mampu : Setelah ....x pertemuan pasien mampu : SP 1
 Mengindentifikasi penyebab dan Menyebutkan penyebab tanda gejala dan 1. Indentifikasi penyebab, tanda dan
tanda perilaku akibat perilaku kekerasan gejala serta akibar perilaku
 Menyebutkan jenis perilaku Memperagakan cara fisik 1 untuk kekerasanletih cara fisik 1 : Tarik
kekerasan yang pernah dilakukan mengontrol perilaku kekerasan nafas dalam
 Menyebutkan akibat dari perilaku 2. Masukan dalam jadwal harian
kekerasan yang dilakukan pasien
 Menyebutkan cara mengontrol Setelah ....x pertemuan pasien mampu : SP 2
perilaku kekerasan Menyebutkan kegiatan yang sudah 1. Evaluasi kegiataan yang lalu (SP 1)
 Mengontrol perilaku kekerasan dilakukan 2. Latih caara fisik 2 : Pukul baantal/
dengan cara : Memperagakan cara fisik untuk kasur
 Fisik mengontrol perilaku kekerasan 3. Masukkan dalam jadwal harian
 Sosial/verbal pasien
Setelah ...x pertemuan pasien mampu : SP 3
 Spritual
Menyebutkan kegiatan yang sudah ada 1. Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1
 Terapi psikofarmaka ( patah
Memperagakan cara sosial/verbal untuk dan SP 2)
otot)
mengontrol perilaku kekerasan 2. Latih secara sosial/ verbal
3. Menolak dengan baik
4. Meminta dengan baik
5. Mengungkapkan dengan baik
6. Masukkan dalam jadwal harian
pasien
Setela ...x pertemuan, pasien mampu : SP 4
Menyebutkan kegiatan yang sudah 1. Evaluasi kegiatan yang lalu
dilakukan (SP1,2,3)
Memperagakab cara spritual 2. Latih secara spirotual :
3. Berdoa
4. Shalat
5. Masukkan dalam jadwal harian
pasien
Setelah...x mampu pertemuan pasirn SP 5
Setelah Mmapu : mampu : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,2
Merawat pasien di rumah Memperagakan cara patuh obat &3)
2. Susun jadwal minum obat secara
teratur
3. Masukan dalam jadwal harian
pasien
Setelah ...x pertemuan keluarga mampu SP 1
menjelaskan tanada mampu menjelaskan 1. Indentifikasi masalah yang
tanda san gejala akibat serta mampu diraskana keluarga dalam
memperagakan cara merawat merawat pasien
2. Jelaskan tentang Perilaku
kekerasan
3. Penyebab
4. Akibat
5. Cara meraawat
6. Latih 2 cara merawat
7. RTL keluarga/ jadwal untuk
merawat pasien
Setelah ....x pertemuan keluuarga mampu SP 2
menyebutkan kegiatan yang sudah 1. Evaluasi SP 1
dilakukan dan mampu merawat serta 2. Latih 9 simulasi) 2 cara lain untuk
membuka RTL merawat pasien
3. RTL keluarga./ jadwal keluarga
untuk merawat pasien
Setelah ...x pertemuan keluarga mampu SP 3
menyebutkan kegiatan yang sudah 1. Evaliuasi SP 2 dan SP 2
dilakukkan dan mampu merawat serta 2. Latih langsung ke pasien
dapat membuat RTL 3. RTL keluarga/ jadwal keluarga
untuk merawat pasien

Setelah ...x pertemuan keluarga mampu SP 4


melaksanakan follow up dan rujukan serta 1. Evaluasi SP 1.2 dan 3
mampu menyebutkan kegiatan yang sudah 2. Latih laangsung ke pasien
dilakukan 3. RTL keluarga
4. Follow up
5. Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep dan Aplikasi Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :


Nuha Medika
Makhripah Damaiyanti.(2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda : Refka
Aditama
Nuraenah.(2012). Hubungan Dukungan Keluarga dan Bebas Keluarga dalam
Merawat Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur
Sari K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Trans Info Media
WAHAM

A. PENGERTIAN
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan,
tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
(Depkes RI,2000)
Waham adalah keyakinan seseorang yang bedasarkan penilaian
realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor
pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan,kekerasan, tidak
ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Keliat, 1999).

B. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Genetik, faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam
perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota
keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak
saudara lain).
2. Neurobiologis, adanya gangguan pada konteks pre frontal dan korteks
limbic.
3. Neurotransminter, abnormalitas pada dopamine, serotonin, dan
glutamate.
4. Virus, paparan virus influenza pada trimester III
5. Psikologis, ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli

C. FAKTOR PRESIPITASI
1. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
D. RENTANG RESPON
Adaptif Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Pikiran kadang 1. Gangguan proses


2. Persepsi akurat menyimpang pikir : Waham
3. Emosi konsisten ilusi 2. Halusinasi
dengan 2. Reaksi emsional 3. Kerusakan emosi
pengalaman berlebihan dan 4. Perilaku tidak
4. Perilaku sosial kurang sesuai
5. Hubungan sosial 3. Perilaku tidak 5. Ketidakteraturan
sesuai isolasi sosial
4. Menarik diri
(Keliat, 2009)

E. TANDA DAN GEJALA


1. Menolak makan.
2. Tidak ada perhatian pada perawatan diri
3. Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan.
4. Gerakan tidak terkontrol.
5. Mudah tersinggung.
6. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
7. Menghindar dari orang lain.
8. Mendominasi pembicaraan.
9. Berbicara kasar.
10. Menjalankankegiatan keagamaan secara berlebihan

F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Untuk mendapatkan data waham sesuai dengan jenis wahamnya, harus
dilakukan observasi terhadap perilaku klien sebagai berikut :
a. Waham kebesaran
Menyakini bahwa ia memiliki kebesaranatau kekuasaan khusus,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Waham curiga
Meyakini bahwa seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berualng kali tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak seuai dengan kenyataan.
d. Waham somatik
Menyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang
penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

2. Diagnosa Keperawatan
1. GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir : Waham

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Pasien mampu : Setelah ....x pertemuan, pasien SP 1
- Berorientasi kepada dapat memnuhi kebutuhannya - Identifikasi kebutuhan pasien
realitas secara bertahap - Bicara konteks realita (tidak mendukung atau
- Mampu berinteraksi membantah waham pasien)
dengan orang lain dan - Latih pasien untuk memenuhi kebtuhannya “dasar”
lingkungan - Masukan dalam jadwal harian pasien
- Menggunakan obat Setelah ....x pertemuan, pasien SP 2
dengan prinsip 6 benar mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
- Menyebutkan kegiatan - Identifikasi potensi/kemampuan yang dimiliki
yang sudah dilakukan - Pilih & latih potensi/ kemampuan yang dimiliki
- Mampu menyebutkan serta - Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
memilih kemampuan yang
dimiliki
Setelah ....x pertemuan, pasien SP 3
dapat menyebutkan kegiatan yang - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2)
sudah dilakukan dan mampu - Pilih kemampuan yang dapat dilakukan
memilih kemampuan ain yang - Pilih dan latih potensi kemampuan lain yang dimiliki
dimiliki - Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Keluarga mampu : Setelah ....x pertemuan, keluarga SP 1
- Mengidentifikasi mampu mengidentifikasi masalah - Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien
waham pasien dan menjelaskan cara merawat - Jelaskan proses terjadinya waham
- Memfasilitasi pasien pasien - Jelaskan tentang cara merawat pasien waham
untuk memenuhi - Latih (simulasi) cara merawat
kebutuhannya - RTL keluarga/ jadwal merawat pasien
- Mempertahankan
program pengobatan Setelah ....x pertemuan, keluarga SP 2
pasien secara optimal mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
- Menyebutkan kegiata yang - Latih keluarga cara merawat pasien (langsung ke
sesuai dilakukan pasien)
- Mempu memperagakan - RTL keluarga
cara merawat pasien
SP 3
- Evaluasi kemampuan keluarga
- Evaluasi kemampua pasien
- RTL keluarga
 Follow Up
 Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Purba, dkk, ( 2008 ). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah


Psikososial dan Gangguan jiwa. Medan : USU Press.

Anda mungkin juga menyukai