Anda di halaman 1dari 38

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

2.2.1 Pengertian Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75

Tahun 2014, Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki

peranan dalam sistem kesehatan nasional, khususnya sistem upaya kesehatan.

Bahwa penyelenggaraan puskesmas ditata ulang untuk meningkatkan aksebilitas,

keterjangkauan dan kualitas pelayanan dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat serta mensukseskan program jaminan sosial nasional.

Puskesmas adalahfasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerja.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan

untuk mewujudkan masyarakat yang :

a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehtan bermutu

c. Hidup dalam lingkungan sehat dan

d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik, individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


10

2.1.2 Tujuan dan Tugas Puskesmas.

1. Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang :

a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu

c. Hidup dalam lingkungan yang sehat, dan

d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat (Permenkes RI,2014)

2. Tugas Puskesmas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Permenkes RI,2014).

2.1.3 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Prinsip penyelenggaraan puskesmas meliputi :

a. Paradigma sehat

b. Pertanggungjawaban wilayah

c. Kemandirian masyarakat

d. Pemerataan

e. Teknologi tepat guna

f. Keterpaduan dan kesinambungan (Permenkes RI,2014).

Universitas Sumatera Utara


11

2.1.4 Organisasi Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75

Tahun 2014, Organisasi puskesmas disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota

berdasarkan kategori, upaya kesehatan dan beban kerja puskesmas. Organisasi

puskesmas meliputi :

a. Kepala Puskesmas

Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas seluruh kegiatan di puskesmas

b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha, membawahi beberapa kegiatan diantaranya

sistem informasi puskesmas dan kepegawaian

c. Penanggungjawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat yang

membawahi:

1. Pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS

2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan

3. Pelayanan KIA-KB

4. Pelayanan gizi

5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

d. Penanggungjawab UKP, kefarmasian dan laboratorium, yang membawahi

beberapa kegiatan yaitu :

1. Pelayanan pemeriksaan umum

2. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut

3. Pelayanan KIA-KB

4. Pelayanan gawat darurat

5. Pelayanan gizi

Universitas Sumatera Utara


12

6. Pelayanan persalinan

7. Pelayanan kefarmasian

8. Pelayanan laboratorium

e. Penanggungjawab jaringan pelayanan puskesmas dan jejaring fasilitas

pelayanan kesehatan yang membawahi:

1. Puskesmas pembantu

2. Puskesmas keliling

3. Bidan desa

2.2 Program KIA

2.2.1 Petugas KIA

Berdasarkan UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang dimaksud

dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan di

bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan. Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa tenaga KIA merupakan seseorang yang memiliki pengetahan dan

keterampilan di bidang KIA.

2.2.2 Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)

PWS KIA adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program

KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak

lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan layanan KIA nya masih

Universitas Sumatera Utara


13

rendah. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin,

ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir,

bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri

dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan

informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait untuk tindak lanjut

(Syafrudin,2009).

Menurut WHO, surveilens adalah suatu kegiatan sistematis

berkesinambungan, mulai dari kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan

menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya dijadikan landasan yang esensial

dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi suatu kebijakan kesehatan

masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens dalam kesehatan ibu dan

anak adalah dengan melaksanakan PWS KIA (Satrianegara dan Sitti, 2012).

Tujuan PWS KIA adalah :

1. Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort

2. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara

teratur (bulanan) dan terus menerus.

3. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.

4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target

yang ditetapkan.

5. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani

secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.

6. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang

tersedia dan yang potensial untuk digunakan.

Universitas Sumatera Utara


14

7. Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran dan

mobilisasi sumber daya.

8. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan

pelayanan KIA.

2.2.3 Pengelolaan PWS KIA

Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan

jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan

pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut

(Satrianegara dan Sitti,2012) :

1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di

semua fasilitas kesehatan.

2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten

diarahkan ke fasilitas kesehatan.

3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua

fasilitas kesehatan.

4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua

fasilitas kesehatan.

5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan

neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.

6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat

dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


15

7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua

fasilitas kesehatan.

8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di

semua fasilitas kesehatan.

9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

Beberapa program KIA menurut Madya (2012) adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga

kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan

standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan

(SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik

(umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta

intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan).

Dalam penerapannya terdiri atas:

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan dengan alat timbangan dan

mikrotois.

b. Ukur tekanan darah dengan alat tensimeter.

c. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas) dengan meteran.

d. Ukur tinggi fundus uteri.

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin dengan alat stetostop.

f. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) bila diperlukan dengan alat form skrining.

Universitas Sumatera Utara


16

g. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

h. Test laboratorium (rutin dan khusus).

i. Tatalaksana kasus.

j. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,

hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di

daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berisiko, pemeriksaan yang dilakukan

adalah hepatitis B, HIV, sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.

Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali

selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan

sebagai berikut :

a. Minimal 1 kali pada triwulan pertama.

b. Minimal 1 kali pada triwulan kedua.

c. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin

perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan

penanganan komplikasi. Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan

pelayanan antenatal kepada ibu hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter,

bidan dan perawat.

2. Pertolongan Persalinan

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan

yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan

Universitas Sumatera Utara


17

di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan

dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan.

Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

a. Pencegahan infeksi.

b. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.

c. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih

tinggi.

d. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini.

e. Memberikan Injeksi Vit K1 dan salep mata pada bayi baru lahir.

Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan

persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan.

3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar

pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan.Untuk

deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan

terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan KB pasca. Pelayanan yang

diberikan adalah :

a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu dengan alat tensimeter,

jam dan termometer.

b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).

c. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.

Universitas Sumatera Utara


18

d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.

e. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama segera

setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul

Vitamin A pertama.

f. Pelayanan KB pasca salin adalah pelayanan yang diberikan kepada Ibu yang

mulai menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan (sampai

dengan 42 hari sesudah melahirkan).

4. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar

yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya

3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baikdi fasilitas

kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan

neonatus :

a. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 Jam

setelah lahir.

b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3

sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.

c. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8

sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap

pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat

kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus

Universitas Sumatera Utara


19

terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama

kehidupannya. Pelayanan kesehatan neonatal dasar dilakukan secara

komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dan

pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)

untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :

a. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir

1) Perawatan Tali pusat

2) Melaksanakan ASI Eksklusif

3) Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1

4) Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik5) Pemberian

Imunisasi Hepatitis B-0

b. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM

1) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus,

diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.

2) Pemberian imunisasi hepatitis B-0 bila belum diberikan pada waktu

perawatan bayi baru lahir.

3) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,

pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di

rumah dengan menggunakan buku KIA.

4) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

Universitas Sumatera Utara


20

5. Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh

tenaga kesehatan maupun masyarakat.

Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan

untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi

kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal tetapi tetap

mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh

tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi,

serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan

dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya.

6. Penanganan Komplikasi Kebidanan

Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan

komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuaistandar oleh

tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.

Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan.

Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga

sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh tenaga

kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangani. Untuk

meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan maka

diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan

pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari

polindes/poskesdes, puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24

Universitas Sumatera Utara


21

jam. Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas mampu PONED

meliputi :

a. Pelayanan obstetri :

1) Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.

2) Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan (preeklampsi

dan eklampsi)

3) Pencegahan dan penanganan infeksi.

4) Penanganan partus lama/macet.

5) Penanganan abortus.

6) Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan.

b. Pelayanan neonatus :

1) Pencegahan dan penanganan asfiksia.

2) Pencegahan dan penanganan hipotermia.

3) Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).

4) Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus

ringan sedang.

5) Pencegahan dan penanganan gangguan minum

6) Stabilisasi komplikasi neonatus untuk dirujuk dan transportasi rujukan.

7. Pelayanan Kesehatan Bayi

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang

diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29

hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Pelaksanaannya meliputi

(Depkes,2009):

Universitas Sumatera Utara


22

a. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari sampai 2 bulan.

b. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 sampai 5 bulan.

c. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 sampai 8 bulan.

d. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 sampai 11 bulan.

Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap

pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan

pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan

pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta

peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan

demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan

kesehatan tersebut meliputi :

a. Pemberian imunisasi dasarlengkap(BCG,Polio 1,2,3,4, DPT/HB1,2,3,

Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.

b. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi.

c. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).

d. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda tanda

sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA.

e. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

8. Pelayanan kesehatan anak balita

Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual

berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period

dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta

Universitas Sumatera Utara


23

pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada

masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ

tubuh dan rangsangan pengembangan otak.

Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat

kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita

dapat dicegah dengan teknologi sederhana di tingkat pelayanan kesehatan dasar,

salah satunya adalah dengan menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS) di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan anak balita

meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat.

Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang

meliputi :

a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat

dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat

badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat

badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di

bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.

b. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal

2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan

perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan

kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK

diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar

gedung.

c. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.

Universitas Sumatera Utara


24

d. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita

e. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan

MTBS.

9. Pelayanan KB Berkualitas

Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan

menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan

dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu dan menurunkan

tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2

anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin

mempunyai anak. Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan)

kehamilan. Bagi Pasangan Usia Subur yang ingin menjarangkan dan/atau

menghentikan kehamilan, dapat menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi :

a. KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus).

b. Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).

c. Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan

tubektomi).

2.3 Pencatatan dan Pelaporan PWS KIA

2.3.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok dari PWS

KIA. Data yang dicatat per desa/ kelurahan dan kemudian dikumpulkan di tingkat

puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi. Data yang diperlukan

Universitas Sumatera Utara


25

dalam PWS KIA adalah data sasaran dan data pelayanan. Proses pengumpulan

data sasaran (Karwati dkk, 2011) sebagai berikut :

1) Jenis Data

Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksaan PWS KIA adalah :

a) Data sasaran : jumlah seluruh ibu hamil, jumlah seluruh ibu bersalin,

jumlah ibu nifas, jumlah seluruh bayi, jumlah seluruh anak balita dan

jumlah seluruh PUS.

b) Data pelayanan : jumlah K1, jumlah K4, jumlah persalinan yang ditolong

oleh tenaga kesehatan, jumlah neonates yang mendapatkan pelayanan

kesehatan lengkap (KN lengkap), jumlah ibu hamil, bersalin dan nifas

dengan factor resiko/ komplikasi yang dideteksi oleh masyarakat, jumlah

kasus komplikasi obstetric yang ditangani, jumlah neonates dengan

komplikasi yang ditangani, jumlah bayi 29 hari 12 bulan yang

mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya 4 kali, jumlah anak balita

(12-59 bulan) yang mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya 8

kali,jumlah anak balita sakit yang mendapatkan pelayanan kesehatan

sesuai standard an jumlah peserta KB aktif.

2) Sumber data

Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran (proyeksi) yang dihitung

berdasarkan rumus yang diuraikan dalam indikator pemantauan. Berdasarkan data

tersebut, bidan di desa bersama dukun bersalin/bayi dan kader melakukan

pendataan dan pencatatan sasaran di wilayah kerjanya. Data pelayanan pada

Universitas Sumatera Utara


26

umumnya berasal dari : register kohort ibu, register kohort bayi, register kohort

anak balita dan register kohort KB.

2.3.2 Pencatatan Data

1) Data sasaran

Data sasaran diperoleh sejak saat bidan memulai pekerjaan di

desa/kelurahan. Seorang bidan di desa/kelurahan dibantu para kader dan dukun

bersalin/bayi, membuat peta wilayah kerjanya yang mencakup denah jalan, rumah

serta setiap waktu memperbaiki peta tersebut dengan data baru tentang adanya ibu

yang hamil, nonatus dan anak balita.

2) Data Pelayanan

Bidan di desa/keluarahan mencatat semua detail pelayanan KIA di dalam

kartu ibu, kohort ibu, kartu bayi, kohort bayi, kohort anak balita, kohort KB dan

buku KIA. Pencatatan harus dilakukan segera setelah bidan melakukan pelayanan.

Pencatatan tersebut di perlukan untuk memantau secara intensif dan terus menerus

kondisi dan permasalahan yang ditemukan pada para ibu yang tidak datang

memeriksakan dirinya pada jadwal yang seharusnya, imunisasi yang belum

diterima para ibu, penimbangan anak dan lain lain. Selain hal tersebut bidan di

desa juga mengumpulkan data pelayan yang berasal dari lintas program dan

fasilitas pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya.

Universitas Sumatera Utara


27

2.3.3 Pengolahan Data

Setiap bulan bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam buku

kohort dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan koordinator di

Puskesmas menerima laporan bulanan tersebut dari semua Bidan dan

mengolahnya menjadi laporan dan informasi kemajuan pelayanan KIA bulanan

yang disebut PWS KIA. Informasi per desa/ kelurahan dan per kecamatan tersebut

disajikan dalam bentuk grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap Bidan

Koordinator (Karwati,2011) . Langkah pengolahan data adalah :

1) Pembersihan data : melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir

yang tersedia.

2) Validasi : melihat kebenaran dan ketepatan data.

3) Pengelompokan : sesuai dengan kebutuhan data yang harus dilaporkan.

Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk :

a) Narasi : dipergunakan untuk menyusun laporan atau profil suatu

wilayah kerja, misalnya dalam Laporan PWS KIA yang diserahkan

kepada instansi terkait.

b) Tabulasi : dipergunakan untuk menjelaskan narasi dalam bentuk

lampiran.

c) Grafik : dipergunakan untuk presentasi dalam membandingkan keadaan

antar waktu, antar tempat dan pelayanan. Sebagian besar hasil PWS

disajikan dalam bentuk grafik.

d) Peta: dipergunakan untuk menggambarkan kejadian berdasarkan

gambaran geografis. Puskesmas yang sudah menggunakan komputer

Universitas Sumatera Utara


28

untuk mengolah data KIA maka data dari kartu-kartu pelayanan bidan

di desa/ kelurahan, dimasukkan ke dalam komputer sehingga proses

pengolahan data oleh bidan di desa/kelurahan dan bidan koordinator

Puskesmas akan terbantu dan lebih cepat.

Pembuatan Grafik PWS KIA PWS KIA disajikan dalam bentuk grafik dari

tiap indikator yang dipakai, yang juga menggambarkan pencapaian tiap

desa/kelurahan dalam tiap bulan. Dengan demikian tiap bulannya dibuat 13 grafik,

yaitu :

a. Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-1 (K1)

b. Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-4 (K4)

c. Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)

d. Grafik cakupan kunjungan nifas (KF)

e. Grafik deteksi faktor risiko/ komplikasi oleh masyarakat

f. Grafik penanganan komplikasi obsetrik (PK)

g. Grafik cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1)

h. Grafik cakupan kunjungan neonatal lengkap (KNL)

i. Grafik penanganan komplikasi neonatal (NK)

j. Grafik cakupan kunjungan bayi (KBy)

k. Grafik cakupan pelayanan anak balita (KBal)

l. Grafik cakupan pelayanan anak balita sakit (BS)

m. Grafik cakupan pelayanan KB (CPR).

Universitas Sumatera Utara


29

2.3.4 Pelaporan PWS KIA

Pelaporan Pemantauan kegiatan PWS KIA dapat dilakukan melalui laporan

kegiatan PWS KIA bulanan dengan melihat kelengkapan data PWS KIA

(Wahyuningsih, 2009) yaitu :

1. Hasil Analisis indikator PWS KIA, antara lain : grafik hasil cakupan, hasil

penelusuran dll

2. Rencana tindak lanjut berupa jadwal rencana kegiatan. Data PWS KIA yang

dilaporkan dimasing-masing tingkatan adalah :

a. Di tingkat Desa untuk dilaporkan ke Puskesmas setiap bulan :

- Register KIA

- Rekapitulasi Kohort KB

b. Di tingkat puskesmas untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan

kabupaten/kota setiap bulan :

- LB 3 KIA

- LB 3 Gizi

- LB 3 Imunisasi

- Rekapitulasi Kohort KB

3. Di tingkat kabupaten/propinsi untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan

Propinsi/Departemen Kesehatan setiap 3 bulan :

- Lampiran 1 berisi laporan pelayanan antenatal care

- Lampiran 2 berisi laporan pelayanan persalinan dan nifas

- Lampiran 3 berisi laporan sarana pelayanan kesehatan dasar

- Lampiran 4 berisi laporan kematian ibu dan neonatal

Universitas Sumatera Utara


30

- Lampiran 5 berisi laporan sarana pelayanan kesehatan rujukan

- Lampiran 6 berisi laporan pelayanan Antenatal yang terintegrasi dengan

program lain seperti PMTCT pada Ibu

- Lampiran 7 berisi laporan Keluarga Berencana

- Lampiran 8 berisi laporan diagnosa dan tindakan pasien terhadap

perempuan dan anak yang mengalami kekerasan.

Untuk mempermudah mendapatkan laporan dari tingkat bidan di desa,

puskesmas, kabupaten, maupun propinsi, kini proses pencatatan, pengolahan dan

pelaporan dapat dilakukan secara komputerisasi yang prosesnya dimulai dari

tingkat bidan di desa. Proses komputerisasi ini merupakan proses pengisian kartu

ibu dan kartu bayi secara langsung dari lapangan yang dilakukan oleh bidan di

desa dan diserahkan kepada data operator di tingkat puskesmas.

Setelah data masuk di tingkat Puskesmas dan di olah secara komputerisasi,

Bidan di desa, Bidan koordinator dan kepala Puskesmas dapat dengan mudah dan

langsung melihat data secara cepat setiap bulan dan menggunakan data tersebut

untuk meningkatkan kualitas program KIA. Laporan yang keluar dari tingkat

puskesmas akan diproses sedemikian rupa pula untuk dapat menjadi konsumsi di

tingkat kabupaten, propinsi dan pusat. Secara lengkap proses operasional sistim

komputerisasi dari PWS KIA ini dapat dilihat pada modul operasional

komputerisasi PWS KIA yang ada di dalam Software PWS KIA (Madya, 2012).

Universitas Sumatera Utara


31

2.4 Kepemimpinan

2.4.1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan berkaitan erat dengan kemampuan motivasi, komunikasi

dan hubungan antar manusia, seseorang pemimpin harus memotivasi dirinya

sendiri dan oranglain agar mau bekerja dengan mencapai tujuan. Pemimpin yang

mampu berkomunikasi dan mampu berhubungan manusiawi dengan orang lain

(human raltions) dengan baik dan lebih mudah mempengaruhi dan menggerakkan

orang lain sesuai keinginannya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki

(Siagian,2013).

Tanpa kepemimpinan yang baik, sulit bagi seseorang pemimpin

menjalankan fungsi manajemen dengan mestinya. Perencanaan yang baik,

organisasi yang memadai , anggaran yang besar, sarana dan prasarana yang

lengkap belum menjamin bahwa akan diperoleh hasil kegiatan yang diinginkan

(Siagian,2013).

Menurut George R. Terry kebanyakan pemimpin-pemimpin efektif

merupakan orang-orang yang bermotivasi tinggi dan menetapkan standar-standar

prestasi tinggi bagi mereka sendiri. Mereka ingin mengetahui banyak hal, bersifat

energik dan merasa ditantang oleh problem-problem yang sulit dipecahkan oleh

mereka. Seseorang pemimpin menggugah keinginan seseorang untuk

melaksanakan sesuatu hal. Ia menunjukkan arah yang harus ditempuh dan ia

membina anggota-anggota kelompok ke arah penyelesaian hasil pekerjaan

kelompok. Tiga komponen dalam kepemimpinan yaitu :

Universitas Sumatera Utara


32

a. Pengaruh

Kepemimpinan adalah pengaruh, dimana kepemimpinan terjadi karena

asanya proses pengaruh. Pemimpin mempengaruhi bawahan atau pengikut

kea rah yang diinginkan

b. Legitimasi

Kepemimpinan adalah legitimasi, dimana legitimasi merupakan pengakuan/

pengukuhan atau pengesahan kedudukan pimpinan, dan legitimasi merupakan

juga posisi formal dari kekuasaan (power) dalam organisasi. Pemimpin yang

memiliki legitimasi dapat memengaruhi atau memerintah bawahan/pengikut

dan bawahan/pengikut rela dipengaruhi dan diperintah oleh pemimpin yang

memiliki legitimasi. Bawahan/pengikut melaksanakan perintah dengan baik.

c. Tujuan

Kepemimpinan adalah pencapaian tujuan yaitu : (1) tujuan individu, (2)

tujuan kelompok, (3) tujuan organisasi. Pemimpin dipandang individu

menurut kepuasan individu dalam melaksanakan perintahnya. Dan pemimpin

harus dapat mengusahakan keseimbangan antara tujuan organisasi dengan

keinginan bawahan/pengikut dari hasil yang menyenangkan agar lebih

bergairah untuk bekerja (Soekarso,2015).

2.4.2 Peran/Fungsi Kepemimpinan

Dalam mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan

tersebut harus dijalankan sesuai dengan peran/fungsinya. Peran/Fungsi

kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan

Universitas Sumatera Utara


33

kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada

didalam bukan diluar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian

didalam situasi sosial kelompok atau organisasinya.

Menurut Hasibuan yang dikutip oleh Soekarso (2015) mengemukakan

peran/fungsi kepemimpinan antara lain sebagai berikut:

1. Pengambilan Keputusan

Seorang pemimpin mempunyai keberanian dalam mengambil keputusan,

karena yang bersangkutan:

a. Mengetahui seluk-beluk pekerjaan yang ditanganinya

b. Mempunyai wawasan dan teknik yang tinggi dan sudah terlatih menghadapi

masalah

c. Memahamu benar hal-hal yang menjadi sasaran unit kerjanya

d. Memahami secara lebih mendalam karakter yang dimiliki oleh para

bawahannya

e. Memahami tatahubungan organisasi yang dipimpinnya dengan lingkungan

sekitarnta

f. Memahami segala peraturan yang berlaku yang berkaitan dengan materi

yang diperlukan dalam pengambilan keputusan (Sutrisno,2009)

2. Pengarahan

Suatu kegiatan yang dilakukan pemimpin untuk mengarahkan,

menggerakkan dan memberikan bimbinan kepada bawahan untuk melaksanakan

pekerjaan. Fungsi ini merupakan fungsi pengarahan kegiatan yang telah

Universitas Sumatera Utara


34

dituangkan dalam fungsi pengorganisasian untuk mencapai tujuan organisasi yang

telah dirumuskan pada fungsi perencanaan. Oleh karena itu fungsi ini lebih

menekankan tentang bagaimana mengarahkan dan menggerakkan semua tugas

untuk mencapai tujuan yang disepakati.

Tujuannya:

a. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien

b. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan

c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan

d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja dinamis yang dapat meningkatkan

motivasi dan prestasi kerja (Sutrisno,2009)

3. Pendelegasian

Seorang pemimpin tidak mungkin dapat mengerjakan sendiri seluruh

pekerjaannya, karena keterbatasan waktu dan keterbatasan kemampuannya. Oleh

sebab itu, seorang pemimpin yang bijaksana haruslah mendelegasikan sebagian

tugas dan wewenang kepada bawahannya. Pendelegasian ini diperlukan agar

jalannya organisasi tidak mengalami kemacetan dan terhindar dari bau birokratis.

Dalam pendelegasiaan wewenang, tanggungjawab dipikul bersama antara

yang mendelegasikan dan yang menerima delegasi. Namun pihak yang

mendelegasikan tidak terlepas dari tanggungjawab untuk tercapinya sasaran

pelaksanaan tugas-tugas yang di delegasikan. Pendelegasian wewenang

merupakan jiwa dari pembagian tugas. Tanpa pendelegasian wewenang tidak akan

dapat melakukan tugasnya dengan baik. Oleh karena itu, pembagian tugas harus

Universitas Sumatera Utara


35

diikuti oleh pendelegasian sebagian wewenang kepada pihak yang diberi tugas,

agar mereka mempunyai dasar hokum untuk melakukan tugas itu. Tujuan

pendelegasian sebagai berikut:

a. Agar pemimpin lebih dapat memusatkan pemikirannya pada tugas-tugas pokok

saja

b. Agar tugas yang tepat dikerjakan oleh orang yang lebih tepat sesuai dengan

keahliannya

c. Agar semua pekerjaan berjalan lancar, tanpa tergantung pada kehadiran

pimpinan

d. Untuk lebih dapat mengembangkan potensi dan kemampuan para bawahan

e. Tiap pekerjaan dapat diselesaikan pada jenjang waktu yang tepat, sehingga

dapat ditangani leboh cepat

f. Dalam rangka mendidik dan melatih para bawahan untuk mengemban dan

tanggungjawab yang lebih besar.

Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan seorang pemimpin dalam

mendelegasikan adalah:

a. Sebagian tugas dan wewenang

b. Tetapkan batas-batas tugas yang didelegasikan

c. Yang menerima delegasi harus lah orang yang tepat baik fisik maupun

kemampuannya

d. Pendelegasian harus diikuti dengan pemberian motivasi

e. Bimbinglah yang diberi delegasi wewenang, sehingga ia mengerti dan paham

apa yang didelegasikan

Universitas Sumatera Utara


36

f. Melakukan pengawasan yang wajar terhadap apa yang didelegasikan

g. Meminta laporan pelaksanaan tugas yang didelegasikan secara periodil

(Sutrisno,2009).

4. Motivator

Sebagaimana yang telah dijabarkan pada konsep tentang motivasi yang

tersebut diatas bahwa seorang pemimpin harus dapat sebagai motivator yang

mana seorang pemimpin dapat mendorong bawahannya atau memberikan motif

untuk dapat melakukan sesuai yang kita inginkan dengan cara memenuhi

kebutuhannya guna mencapai tujuan yang kita harapkan.

5. Pengawasan

Pengawasan sebagai suatu kegiatan memperoleh kepastian apakah

pelaksanaan pekerjaan/kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana semula.

Kegiatan pengawasan pada dasarnya membandingkan kondisi yang ada dengan

yang seharusnya terjadi.

Kegiatan pemimpin untuk menilai pelaksanaan tugas-tugas bawahannya.

Jika ada kesenjangan atau penyimpangan diupayakan agar penyimpangan dapat

dideteksi secara dini, dicegah dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi

pengawasan bertujuan agar efisien petugas lebih berkembang, dan efektifitas

tugas-tugas petugas untuk mencapai tujuan program yang lebih terjamin.

Tugas pemimpin dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi

pengawasan perlu memperhatikan bebrapa prinsip sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


37

a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh petugas dan hasilnya mudah

diukur. Misalnya menepati jam kerja tugas-tugas yang diberikan selalu dapat

diselesaikan tepat waktu.

b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya

mencapai tujuan organisasi. Tanpa pengawsan atau pengawasan yanglemah,

berbagai penyalahgunaan wewenang akan terjadi.

c. Standar untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua petugas.

Bila hal ini dilaksanakan, petugas akan dapat lebih meningkatkan rasa

tanggungjawab sehingga penerapan standar pengawasan akan dapat dilakukan

secara lebih objekif (Muninjaya,2004).

6. Pengendalian

Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dalam mewujudkan

melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan. Dengan

melakukan kegiatan tersebut berarti pemimpin berusaha mencegah terjadinya

kekeliruan atau kesalahan setiap perseorangan dalam melaksanakan beban

kerja atau perintah dari pimpinannya. Aktivitas atau kegiatan kepemimpinan

yang bersifat integral itu, pelaksanaannya akan berlangsung sebagai berikut:

a. Pemimpin berkewajiban menjabarkan program kerja yang menjadi

keputudan yang konkrit untuk dilaksanakan, sesuai dengan prioritasnya

masing-masing. Keputusan-ke[utusan itu harus jelas hubungannya dengan

tujuan kelompok/organisasi, agar jelas pua sumbangannya bila diwujudkan

menjadi kegiatan di dalam atau di luar organisasi.

Universitas Sumatera Utara


38

b. Pemimpin harus mampu menterjemahkan keputusan-keputusannya menjadi

instruksi yang jelas, sesuai dengan kemampuan anggota yang

melaksanakannya (Kartono,2010).

2.5 Peranan Bidan Koordinator

A. Peran Sebagai Pelaksana

Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas yaitu tugas mandiri,

tugas kolaborasi dan tugas ketergantungan:

1. Tugas Mandiri

a. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang

diberikan, mencakup :Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan

asuhan klien,

b. Menentukan diagnosis,

c. Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi,

d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun,

e. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan, Membuat rencana tindak lanjut

kegiatan/tindakan,

f. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan/tindakan.

g. Menentukan diagnosis dan prioritas masalah. Mengevaluasi hasil asuhan

kebidanan yang telah diberikan. Membuat rencana tindak lanjut. Membuat

pencatatan dan pelaporan asuhan.

Universitas Sumatera Utara


39

2. Tugas Kolaborasi

a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai

fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga

b. Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan kondisi

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi

c. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas kegawatdaruratan yang

memerlukan tindakan kolaborasi

d. Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatdaruratan dan hasil

kolaborasi serta bekerja sama dengan klien

e. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan melibatkan klien

f. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan

g. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien

h. Membuat pencatatan dan pelaporan

3. Tugas Ketergantungan

a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai

dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga

b. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan tindakan diluar

lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan

c. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas serta sumber-sumber dan

fasilitas untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut bersama klien/keluarga

d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi

pelayanan kesehatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap

Universitas Sumatera Utara


40

e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh

kejadian dan intervensi

4. Peran Sebagai Pengelola

a. Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan

anak untuk meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan

kesehatan diwilayah kerjanya bersama tim kesehatan dan pemuka

masyarakat.

b. Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama masyarakat

c. Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya

kesehatan ibu dan anak serta keluaga berencana (KB) sesuai dengan rencana

d. Mengoordinir, mengawasi, dan membimbing kader, dukun atau petugas

kesehatan lain dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan

ibu dan anak serta KB

e. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat

khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB, termasuk pemanfaatan sumber-

sumber yang ada pada program dan sektor terkait

f. Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat serta

memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.

g. Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktik professional

melalui pendidikan, pelatihan, magang, serta kegiatan-kegiatan dalam

kelompok profesi

h. Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan

Universitas Sumatera Utara


41

Bidan Koordinator berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program

kesehatan dan sektor lain diwilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan

dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada di bawah

bimbingan dalam wilayah kerjanya, mencakup :

1) Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam

memberi asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak

lanjut

2) Membina hubungan baik dengan dukun bayi dan kader kesehatan atau

petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) dan masyarakat

3) Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas

kesehatan lain

4) Memberi asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi

5) Membina kegiatan-kegiatan yang ada dimasyarakat, yang berkaitan dengan

kesehatan

B. Peran Sebagai Pendidik

1. Memberi Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan Pada Klien

2. Melatih dan Membimbing Kader

3. Membimbing peserta didik kebidanan dan keperawatan dalam lingkup

kerjanya

4. Menilai hasil pelatihan dan bimbingan yang telah diberikan

5. Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan

Universitas Sumatera Utara


42

6. Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan serta

bimbingan secara sistematis dan lengkap.

C. Peran Sebagai Peneliti/Investigator

1. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan

2. Menyusun rencana kerja pelatihan

3. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana

4. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi

5. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut

6. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan

program kerja atau pelayanan kesehatan.

2.6 Kinerja

2.6.1 Pengertian Kinerja

Kinerja berasal dari pengertian performance yaitu sebagai hasil kerja atau

prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas,

bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung.

Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara,2009).

Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun

kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat erupakan penampilan individu

maupun kelompok personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada

Universitas Sumatera Utara


43

personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga

kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi ( Ilyas, 2001).

Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan

tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada

ekonomi. Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil

yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan

dan bagaimana cara mengerjakannya(Siagian,2013).

Menurut Mineryang dikutip oleh Sutrisno (2010), menyatakan bahwa

kinerja adalah bagaimana seseorang diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku

sesuai dengan tugas yang diberikan kepadanya. Setiap harapan mengenai

bagaimana seseorang harus berperilaku dalam melaksanakan tugas berarti

menjalankan suatu peran. Jadi kinerja dapat dikatakan berhasil apabila efektivitas

organisasi dapat diwujudkan.

2.6.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Dalam organisasi pelayanan kesehatan, sangatlah penting untuk memiliki

instrument penilaian inerja yang efektif bagi tenaga kerja profesional. Proses

evaluasi kinerja bagi profesional menjadi bagian terpenting dalam upaya

manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi yang efektif.

Menurut Gibson yang dikutip oleh Ilyas (2001), secara teoritis ada tiga

kelompok variabel yang memengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu: variabel

individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel

Universitas Sumatera Utara


44

tersebut memengaruhi kelompok kerja yang pada akhirnya memengaruhi kinerja

personelyang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas.

Variabel Individu : Perilaku Individu Psikologis


1. Kemampuan dan (apa yang dikerjakan) - Persepsi
keterampilan - Sikap
Kinerja
- Mental - Kepribadian
- Fisik (apa yang diharapkan - Belajar
2. Latar belakang ) - Motivasi
- Keluarga
- Tingkat sosial
Variabel Organisasi
- Pengalaman
3. Demografis - Sumber daya
- Umur - Kepemimpinan
- Etnis - Imbalan
- Jenis Kelamin - Struktur
- Desain pekerjaan

Gambar 2.1 Diagram skematis teori perilaku dan kinerja dari Gibson
yang dikutip oleh Ilyas (2001)

Variabel individu dikelompokkan pada sub-variabel kemampuan dan

keterampilan, latar belakang dan demografis. Sub-variabel kemampuan

danketerampilan merupakan faktor utama yang memengaruhi perilaku dan kinerja

individu. Variabel demografis mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan

kinerja individu.

Variabel psikologik terdiri dari sub-variabel persepsi, sikap,

kepribadian,belajar dan motivasi. Variabel ini menurut Ilyas (2001) banyak

dipengaruhioleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan

variabel demografis. Variabel psikologis seperti persepsi, sikap, kepribadian dan

belajarmerupakan hal yang komplek dan sulit untuk diukur, juga menyatakan

sukar mencapai kesepakatan tentang pengertian dari variabel tersebut, karena

Universitas Sumatera Utara


45

seorangindividu masuk dan bergabung dalam organisasi kerja pada usia, etnis,

latarbelakang budaya dan keterampilan berbeda satu dengan yang lainnya.

Variabel organisasi, menurut Gibson yang dikuitp oleh Ilyas (2001) berefek

tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu. Variabel organisasi

digolongkan dalam sub-variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur

dan desain pekerjaan.

Menurut Kapolmen yang dikutip oleh Ilyas (2001), ada empat

determinanutama dalam produktifitas organisasi termasuk didalamnya adalah

prestasi kerja. Faktor determinan tersebut adalah lingkungan, karakteristik

organisasi, karakteristik kerja dan karakteristik individu. Karakteristik kerja dan

karakteristikorganisasi akan memengaruhi karakteristik individu seperti imbalan,

penetapantujuan akan meningkatkan motivasi kerja, sedangkan prosedur seleksi

tenaga kerjaserta latihan dan program pengembangan akan meningkatkan

pengetahuan,keterampilan dan kemampuan dari individu. Selanjutnya variabel

karakteristikkerja yang meliputi penilaian pekerjaan akan meningkatkan motivasi

individuuntuk mencapai prestasi kerja yang tinggi.

Organisasi dapat beroperasi karena kegiatan atau aktivitas yang dilakukan

oleh para karyawan yang ada di dalam organisasi tersebut. Menurut

Sutrisno(2010) faktor-faktor yang mempengaruhi kenerja karyawan adalah

Efektivitas dan Efisiensi ,Otoritas dan tanggungjawab, disiplin dan inisiatif.

Menurut Mangkunegara (2009) mengutip pendapat Keith Davis, faktor yang

mempengaruhi pencapaian kinerja adalah kemampuan (ability) dan faktor

motivasi (motivation) yaitu sebagai berikut: K= M x A, yaitu K adalah kinerja, M

Universitas Sumatera Utara


46

adalah motivasi, dan A adalah ability. Konsep ini menjadi sangat populer dan

sering kali diikuti oleh ahli-ahli lain, menurut teori ini, kinerja adalah interaksi

antara motivasi dengan ability (kemampuan dasar).

Disini tampak jelas bahwa pengertian kinerja itu lebih sempit sifatnya, yaitu

hanya berkenaan dengan apa yang dihasilkan seseorang dari tingkah laku

kerjanya. Biasanya orang yang mempunyai tingkat prestasi tinggi disebut sebagai

orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang tingkat prestasinya rendah,

dikatakan sebagai tidak produktif atau dikatakan kinerjanya rendah.

2.7 Kerangka Pikir

Kerangka pikir penelitian ini dijelaskan pada gambar 2.2

PROSES
INPUT
Pelaksanaan PWS
1. Kebijakan KIA: OUTPUT
2. Tenaga 1. Pengumpulan data
kesehatan pelaksanaan PWS Kelengkapan
3. Anggaran/ KIA pencatatan dan
pendanaan 2. Pencatatan data pelaporan
pelaksanaan PWS PWS KIA
4. Sarana,
KIA
prasarana,
3. Pengolahan data
dan peralatan PWS KIA
4. Pelaporan data
PWS KIA

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai