LAPORAN PBL
MODUL 4
”INKONTINENSIA URIN"
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 17
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
SKENARIO 1
dengan keluhan selalu mengompol. Keadaan ini dialami sudah sejak 7 bulan lalu
dimana penderita sama sekali tidak dapat menahan bila ingin buang air kecil,
sehingga kadang air seninya berceceran di lantai. Tidak ada keluhan sakit saat
batuk-batuk, banyak lendir kental dan agak sesak nafas, serta nafsu makannya
sangat berkurang, tetapi tidak demam. Penderita mempunyai 9 orang anak yang
terdiri dari 4 laki-laki dan 5 perempuan. Riwayat penyakit selama ini, sejak 13
tahun penderita mengidap dan berobat teratur penyakit kencing manis dengan obat
170/70 mmHg dan duduk 150/70 mmHg, nadi 89x/menit, suhu aksiler 37,1OC,
kasar pada bagian medial paru kanan dan kiri. Jantung, hati dan limpa kesan
dalam batas normal. Berat badan 76 kg dan tinggi badan 154 cm.
13.400 /mm3, GDS 268 mg/dl, ureum 61 mg/dl, kreatinin 1,84 mg/dl, asam urat 9
1
A. KATA SULIT
B. KATA KUNCI
Perempuan 73 tahun
Sejak 7 bulan lalu dimana penderita sama sekali tidak dapat menahan bila
ingin buang air kecil, sehingga kadang air seninya berceceran di lantai.
perempuan
Pemeriksaan
Hasil Normal Interpretasi
Laboratorium
2
10.000/mm3
Sedimen
1-3/lpb 0-3/lpb Normal
Leukosit
C. Analisis Skenario
Anamnesis
telah dialami sejak 7 bulan yang lalu bulan lalu dimana penderita sama
sekali tidak dapat menahan bila ingin buang air kecil, sehingga kadang air
Pada anamnesis, kita mencari tahu kondisi pada saat pasien selalu
- Apakah Ibu pemah mengalami kesulitan untuk buang air kecil karena
3
- Apakah ada perubahan pada kekuatan pancaran urin?
- Berapa banyak air seni yang dikeluarkan pada setiap kali buang air
kecil?
sebelum tuntas?
- Apakah masih terjadi penetesan urin setelah buang air kecil selesai?
adanya darah dalam urin atau rasa nyeri pada abdomen, pinggang,
urin yang masih menetes pada saat buang air kecil sudah selesai
- Apakah dapat bereaksi terhadap tanda-tanda akan buang air kecil dan
3. Keluhan penyerta :
4
- Sejak seminggu yang lalu penderita terdengar batuk-batuk, banyak
a. Diabetes melitus
b. Hipertensi
c. Osteoartritis
Pemeriksaan Fisis
Berat Badan : 76 kg
5
IMT : BB/TB2 = 76/(1.54)2 = 32,06 Kg/m2 Obesitas
Grade 2
diketahui
kedua lutut
mengobservasi cara pasien berdiri dan berjalan (uji get up and go)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
6
b. Leukosit :13.400/mm3 Leukositosis (3.200-10.000/mm3)
(CKD grade 3)
2. Pemeriksaan radiologi
Referensi:
D. Daftar Masalah
1. Menopause
2. Inkontinensia urin
3. Pneumonia
4. Multipara
7
5. Riwayat Diabetes Melitus 13 tahun lalu (Pemeriksaan lab. GDS 268
mg/dl)
6. Hipertensi Grade 2
7. Osteoartritis
8. Hipotensi ortostatik
9. Obesitas Grade 2
11. Hiperurisemia
E. Skala Prioritas
1. Inkontinensia Urin
diketahui bahwa pasien sama sekali tidak dapat menahan bila ingin buang air
kecil, kondisi ini sudah dialami selama 7 bulan. Kondisi ini menunjukkan
bahwa pasien mengalami inkontinensia tipe urgensi dimana pada tipe ini
pasien tidak mampu menahan atau menunda untuk berkemih setelah adanya
sensasi penuh pada kandung kemih atau sensasi untuk berkemih. Sejak
lutut sering bengkak dan sakit. Kondisi batuk pada pasien dapat
sedangkan kondisi bengkak dan sakit pada lutut dapat sebabkan terjadinya
inkontinensia tipe fungsional dimana pada tipe ini terjadi karena adanya
8
gangguan fisik, kognitif atau hambatan situasi dan lingkungan yang
campuran (tipe urgensi, tipe tipe stres dan tipe Fungsional). Adapun
Non farmakologis
risiko yang rendah dengan sedikit efek samping namun memerlukan motivasi
dan kerjasama yang baik dari pasien. Secara umum strategi meliputi edukasi
bladder training, habit training, prompted voiding, dan latihan dasar otot
panggul.
Bladder training merupakan salah stau terapi yang efektif diantara terapi
berkemih yang normal dengan teknik distraksi atau teknik relaksasi sehingga
frekuensi berkemih hanya 6-7 kali per hari ata 3-4 jam sekali. Pasien
9
selanjutnya interval berkemih diperpanjang secara bertahap sampai setiap 2-3
jam.
inkontinensia urin tipe stres atau campuran dan tipe urgensi. Latihan
dilakukan 3-5 kali sehari dengan 15 kontraksi dan menahan hingga 10 detik.
jadwal berkemih sesuai dengan pola berkemih pasien sendiri. Teknik ini
Farmakologis
efek yang baik terhadap inkontinensia urin tipe urge dan stres. Obat-obat
10
Referensi: Setiati S, Pramantara IDP. Inkontinensia Urin dan Kandung Kemih
Hiperaktif. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna
Publishing; 2015:3774
2. Pneumonia
homogen pada medial kedua paru dan pada pemfis pasien ditemukan bunyi
ronkhi basah kasar diseluruh lapangan kedua paru. Kita dapat mencurigai
3. Hipertensi Grade 2
Non Farmakologis
– Berhenti merokok,
– Asupan Na untuk usia < 50 tahun 1500 mg, usia 51-70 tahun 1300 mg &
11
Farmakologis
bahwa si pasien memiliki riwayat DM serta memiliki kadar asam urat yang
resistensi insulin.
angiotensin II. Namun, ARB tidak menimbulkan batuk. Obat ini efektif untuk
reseptornya, yaitu pada reseptor AT1 secara spesifik. Semua kelompok ARB
memiliki afinitas yang kuat ribuan bahkan puluhan ribu kali lebih kuat
penghambatan ini, maka angiotensin II tidak dapat bekerja pada reseptor AT1,
o efek vasodilatasi
12
o penurunan vasopressin
o penurunan aldosteron
Kontraindikasi :
– Hipersensitivitas
– Wanita hamil
Interaksi obat :
– Kontraindikasi : aliskiren
13
inhibitor. Keunggulan ARB dibanding ACE inhibitor adalah ARB tidak
pasien hipertensi dengan diabetes tipe II, dan terbukti menghambat secara
afinitasnya terhadap reseptor AT1 dibanding AT2, dan waktu paruh obat.
hiperurisemia.
4. Diabetes Melitus
5mg secara teratur tapi pada hasil pemeriksaan GDS, hasilnya menunjukkan
melakukan koreksi dosis obat yang diberikan sebelumnya kemudian jika tidak
14
ada perubahan bias kita ganti obatnya. Selain itu beberapa cara penanganan
lifestyle modification :
Pengaturan makan
Latihan
Penyuluhan
2. Biguanid : metformin
4. Thiazolidinedione : pioglitazone
Insulin
buah
6. Cukup cairan.
15
Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik
sebagai berikut:
• Karbohidrat : 60-70%
• Protein : 10-15%
• Lemak : 20-25%
akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan
dengan minyak akan meningkatkan cita rasa dan aroma makanan, yang
sangat penting agar lansia menjadi bergairah untuk makan. Sumber lemak
diupayakan yang berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak
asam lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh. Sebagai sumber
protein sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam (terutama daging dada), tahu dan
tempe, karena tidak banyak mengandung lemak. Asupan serat sangat penting
seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya kaya akan vitamin dan
16
6. Osteoarthritis
Terapi non-farmakologi
Edukasi pasien
Penurunan berat badan mengurangi stres pada lutut atau pinggul yang
olahraga teratur dan diet atau melalui intervensi bedah, dapat meluas
tulang rawan.
Terapi fisik
otot- otot (quadrisep/pangkal paha) dan alat bantu gerak sendi (assistive
Terapi okupasi
menggunakan splint dan alat bantu gerak sendi untuk aktivitas fisik
sehari-hari.
17
Terapi farmakologi
salah satu obat berikut ini, bila tidak terdapat kontraindikasi pemberian
obat tersebut:
18
perdarahan sistem gastrointestinal bagian atas atau dengan adanya
- Cyclooxygenase-2 inhibitor
7. Hiperurisemia
yaitu 8,6 mg/dl normalnya 3-7 mg/dl. Tatalaksana hiperurisemia tanpa gejala
klinis dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, termasuk pola diet
Hindari makanan tinggi purin seperti daging merah dan tinggi protein,
kaldu, hati, ginjal, kerang dan ekstrak ragi. Demikian pula dengan
minuman tinggi purin seperti alkohol dalam bentuk bir dan fortified wines.
Pasien harus terhidrasi dengan baik dengan minum air >2 liter per hari.
gout, namun latihan yang berlebihan dan berisiko trauma sendi wajib
dihindari.
0,5-1 mg/hari selama 6 bulan, atau OAINS dengan dosis rendah jika pasien
19
8. Chronic Kidney Disease
apakah pasien ini telah menderita AKI ( Acute Kidney Injury ) atau CKD
(CKD grade 3)
ml/menit/1,73 m2) pada pasien ini juga diketahui adanya riwayat penyakit
diabetes melitus sejak 13 tahun yang lalu serta ada riwayat hipertensi grade II
, pada pasien diabetes melitus dan hipertensi yang lama dapat menyebabkan
Maka tatalaksana yang dapat diberikan kepada pasien ini adalah observasi
Hipertensi
20
- Tekanan darah seharusnya ditargetkan kurang dari 130mm Hg
Diabetes Melitus
Kontrol glikemik:
mmol/L).
fungsi renal stabil yang tidak berubah selama 3 bulan terakhir (derajat
A).
21
gagal ginjal kronik memiliki faktor risiko umum yang sama dengan
tulang.
9. Obesitas Grade 2
22
Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam tatalaksana obesitas pada
promosi atau yang dibuat oleh penulis yang bukan ahli yang dapat
badan adalah mengurangi jumlah energi yang masuk yang berasal dari
kegiatan fisik.
23
penanggulangan obesitas juga dilakukan pendekatan psikologis untuk
Mereka yang biasa sarapan pagi dengan roti sebagai makanan pokok,
harus diberi diet roti untuk makan pagi. Apabila penderita selalu
tidak dapat diobati, maka yang dapat dilakukan adalah mengurangi atau
tungkai, bisa digunakan stoking elastik. Jika penyebabnya adalah tirah baring
yang lama, penderita bisa mengatasi keadaan inidengan duduk tegak untuk
waktu yang lebih lama setiap harinya. Efedrin atau fenilefrin bisa membantu
tidak memiliki kegagalan jantung atau tekanan darah tinggi sering dianjurkan
24
untuk menambahkan garam pada makanan mereka secara bebas atau
ortostatik sebaiknya banyak minum air dan sedikit atau jangan minum
Referensi:
Hiperaktif. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna
Publishing; 2015:3774.
2018.
dalam. Jilid III.Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Puruhita, niken et all. 2015. Buku ajar boedhi-darmojo geriatri : gizi pada
medscape
25
Desky, BR. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Obesitas Lansia.
Indonesia.
Ikawati, Z., 2004, Pengantar Farmakologi Molekuler: Target aksi obat dan
26
IDENTIFIKASI MASALAH PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
skenario?
6. Jelaskan perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada usia lanjut yang
PEMBAHASAN PERTANYAAN
terlebih dahulu.
Kandung kemih terdiri atas otot polos yang dilapisi bagian dalamnya oleh suatu
jenis epitel khusus. Dahulu diperkiraakan bahwa kandung kemih adalah kantung
inert. Namun, baik epitel maupun otot polos secara aktif ikut serta dalam
27
Luas permukaan epitel yang melapisi bagian dalaam dapat bertambah dan
berkurang oleh proses teratur daur ulang membran sewaktu kandung kemih terisi
itu dinding kandung kemih yang sangat berlipat-lipat menjadi rata sewaktu
membuang urin.
keluar terbuka maka kontraksi kandung kemih akan mengosongkan urin dari
kandunng kemih. Namun, pintu keluar dari kandung kemih dijaga oleh dua
Sfingter adalah cincing otot yang ketika berkontraksi menutup saluran melalui
suatu lubang. Sfingter uretra interna yang terdiri dari otot polos dan karenanya
tidak berada dibawah control volunteer. Sebenarnya bukan suatu otot tersendiri
tetapi merupakan bagian terakhir dari kandung kemih. Meskipun bukan sfingter
sejati namun otot ini melakukan fungsinnya yang sama seperti sfingter. Ketika
28
Dibagian lebih bawah saluran keluar, uretra dilingkari oleh satu lapisan otot
rangka, sfingter uretra eksternus. Sfingter ini diperkuat oleh diafragma pelvis,
suatu lembaran otot rangka yang membentuk dasar panggul dan membantu
sedang kecuali jika mereka dihambat sehingga otot-otot ini terus berkontraksi
secara tonik untuk mencegah keluarnya urin dari uretra. Dalam keadaan normal,,
ketika kandung kemih melemas dan terisi, baik sfingter interna maupun eksternus
menutup untuk menjaga agar urin tidak menetes. Selain itu, karena sfingter dan
diafragma pelvis adalah otot rangka dank arena nya berada di bawah control sadar
terbuka.
Refleks Berkemih
Miksi atau berkemih adalah proses pengosongan kandung kemih yang diatur
oleh dua mekanisme yaitu refleks berkemih dan control volunteer. Refleks
terangsang. Kandung kemih pada orang dewasa bisa menampung hingga 250
ini, semakin besar tingkat pengaktifan reseptor. Serat-serat aferen dari aseptor
29
motorik ke sfingter eksternus. Stimulasi saraf parasimpatis kandung kemih
dihambat. Kini kedua sfingter terbuka dan urin terdorong melalui uretra oleh gaya
yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih. Refleks berkemih ini, yang
bayi. Segera setelah kandung kemih terisi cukup untuk memicu refleks, bayi
berkemih, yang dipelajari selama toilet training pada masa anak-anak dini, dapat
kandung kemih pertama kali mengaktifkan reseptor regang. Jika waktu refleks
miksi tersebut dimulai kurang sesuai untuk berkemih, maka yang bersangkutan
volunteer dari korteks serebri mengalahkan sinyal inhibitorik refleks dari reseptor
30
regang ke neuron-neuron motorik yang terlihat (keseimbangan relative PPE dan
PPI) sehingga otot-otot ini tetap berkontraksi dan tidak ada urin yang keluar.
Berkemih tidak dapat ditahan selamanya. Karena kandung kemih terus terisi
maka sinyal refleks dari reseptor regang meingkat seiring waktu. Akhirnya, sinyal
volunteer sehingga sfingter melemas dan kandung kemih secara tak terkontrol
mengosongkan isinya.
Berkemih juga dapat secara sengaja dimulai, meskipun kandung kemih tidak
pelvis. Turunnya dasar panggul memungkinkan kandung kemih turun yang secara
kandung kemih secara sengaja dapat dibantu oleh kontraksi dinding abdomen dan
Referensi:
Lauralee Sherwood. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.
Hal 594-597
31
1. Jelaskan definisi dan klasifikasi dari inkontinensia urin!
Jawaban :
Definisi
Inkontinensia urin merupakan keluarnya urin tidak disadari dan pada waktu
dibagi menjadi empat tipe, yaitu urgensi, stres, fungsional dan luber (overflow).
Inkontinensia urin (IU) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
dijumpai pada lansia. Hal tersebut jarang disampaikan oleh pasien maupun
keluarga karena dianggap memalukan (tabu) atau wajar terjadi pada lansia
sehingga tidak perlu diobati. IU dinilai bukan sebagai penyakit, melainkan suatu
(menetap):
1) Transient Incontinence
Bersifat sementara dan biasanya hanya berdurasi singkat, sampai faktor yang
dan pada sepertiga orang tua. Secara umum dihubungkan dengan masalah medis,
faktor lingkungan, dan terapi obat. Evaluasi pada pasien terhadap faktor yang
32
kemampuan pasien menahan kencing. Penyebab umum dari Inkontinensia Urin
berkemih.
terapi estrogen.
pengaruh kafein.
33
Inkontinensia urin yang bersifat menetap dan dapat diklasifikasikan
Istilah lain inkontinensia tipe ini adalah over aktivitas detrusor. Gejala
terburu-buru.
tertawa, atau olahraga, jarang terdapat pada pria dan biasanya tidak
Tipe ini ditandai dengan keluarnya urin dalam jumlah sedikit, sering
berkemih dan nokturia. Tipe ini banyak dijumpai pada pria. Penyebab
umum dari inkontinensia urin tipe ini antara lain sumbatan akibat kelenjar
34
Kebocoran urin secara dini akibat ketidakmampuan subjek mencapai toilet
pada waktunya karena gangguan fisik, kognitif atau hambatan situasi dan
yang normal.
campuran.
Referensi:
Desby Juananda DF. Inkontinensia Urin pada Lanjut Usia di Panti Werdha
Jawaban:
a. Jenis kelamin
laki
35
b. Lanjut Usia (68 tahun)
Inkontinensia
c. Riwayat Multipara
proses melahirkan
d. Obesitas
e. Riwayat Pengobatan
ESO dari obat ini dapat terjadi Hipoglikemi oleh karena Peningkatan
Sekresi Insulin oleh sel beta Pankreas. Pada usia lanjut, Hipoglikemi ini
Inkontinensia.
- Obat Hipertensi
stress
36
peningkatan capasitas urin dan berisiko terjadi inkontinensia urin
overflow.
Referensi :
Rejeki andayani. 2015. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Edisi VI.
Internal Publishing.
Buku ajar Boedhi darmojo Geriatri (ilmu kesehatan Usia lanjut). 2015.
Jawaban:
dapat menyebabkan proses berkemih terganggu. Pada usia lanjut baik wanita atau
pria terjadinya perubahan anatomis dan fisiologis dari sistem urogenital bagian
estrogen pada wanita dan hormone androgen pada pria. Perubahan yang terjadi ini
berupa peningkatan fibrosis dan kandungan kolagen pada dinding kandung kemih
yang dapat mengakibatkan fungsi kontraktil dari kandung kemih tidak efektif lagi.
Pada otot uretra dapat terjadi perubahan vaskularisasi pada lapisan submukosa,
atrofi mukosa dan penipisan otot uretra. Dengan keadaan ini menyebabkan
tekanan penutupan uretra berkurang. Otot dasar panggul juga dapat mengalami
perubahan yang terjadi pada sistem urogenital bagian bawah akibat dari proses
37
Referensi :
Geriatri kesehatan usia lanjut Ed. 5 Edit R. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2015.
Hal: 246-262
Jawaban:
Inkontinensia urin lebih sering ditemukan pada wanita yang jumlah anak
banyak. Ada yang mengatakan bahwa jarak antara riwayat persalinan pertama
urin sebesar 30%. Perubahan degeneratif pada sistem persarafan otonomik dari
saluran kemih bagian bawah atau tekanan mekanik yang ditimbulkan oleh
disebabkan baik oleh karena persalinan atau peregangan pada abdomen yang
terlalu lama. Kerusakan jaringan ikat pada persalinan ini dapat mempengaruhi
daya penyangga pada bagian leher kandung kencing yang dapat menyebabkan
Pada wanita dengan riwayat kehamilan 3 kali atau lebih didapatkan angka
kejadian inkontinensia urin yang tinggi. Demikian pula dengan wanita yang
38
memiliki 3 anak atau lebih juga memiliki angka kejadian inkontinensia urin yang
lebih tinggi.
Referensi:
5. Apakah hubungan antara riwayat penyakit terdahulu dan obat dengan keluhan
pada skenario?
Jawaban:
a. Riwayat penyakit
Saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra) memiliki dua fungsi:
dan somatik bekerja bersama untuk menjaga uretra terkontraksi dan otot detrusor
rileks, memungkinkan urin untuk mengisi kandung kemih pada tekanan kandung
berkurang, sehingga terjadi relaksasi pada sfingter uretra dan dasar panggul, dan
kemih.
urin, frekuensi kencing, dan / atau nokturia sekunder akibat kandung kemih dan /
39
atau disfungsi uretra. Kebocoran urin dapat terjadi akibat penyebab nonurologik
Berdasarkan skenario, beberapa penyakit yang diderita pasien terdiri dari diabetes
beberapa gejala seperti batuk-batuk, banyak lendeir kental, agak sesak nafas, serta
inkontinnensia stress.
urin terutama pada perempuan. Tiga puluh tahun yang lalu BMI ditemukan
(UUI); kebocoran kemih involunter disertai dengan atau segera didahului oleh
40
mengurangi gradien kontinens antara kandung kemih dan uretra, yang
menyebabkan tekanan statis lebih tinggi dalam kandung kemih dan dengan
diperlukan untuk memaksa urin melalui uretra. Hal ini dikonfirmasi oleh fakta
Valsalva lebih tinggi pada obesitas dibandingkan pada wanita dengan berat badan
normal.
Penurunan berat badan telah terbukti menjadi terapi lini pertama yang
efektif untuk obesitas terkait UI. Dalam uji klinis, pengobatan penurunan berat
kelompok yang diobati vs 15% pada kelompok kontrol) dan tingkat keparahan
(perbedaan median dalam uji pad setelah perawatan: 19 g ). Namun, ada bukti
bahwa hasil perawatan penurunan berat badan dapat menurun seiring waktu,
berat badan 5–10% yang dicapai oleh program penurunan berat badan juga
mengurangi sebesar 47% ODD untuk mengembangkan UI setelah satu tahun masa
bariatric juga terbukti efektif dalam mengurangi frekuensi dan keparahan episode
41
Faktor risiko yang diakui dan umum untuk inkontinensia urin pada wanita
estrogen oral. Namun, meskipun terdapat bukti adanya hubungan antara diabetes
kandung kemih, perubahan fungsi otot detrusor atau disfungsi urotelial. Namun,
pada saat yang sama peningkatan inkontinensia urin pada wanita dengan
menunjukkan bahwa proses yang tidak diketahui lainnya juga dapat mendasari
b. Riwayat obat
1. Obat antihipertensi
Salah satu efek samping dari pemakaian captopril adalah batuk. Batuk
inkontinensia urin (tipe stress). Onset batuk pada pasien yang mengonsumsi
captopril paling cepat adalah 3 hari dan paling lama adalah 12 bulan, dan jika
42
lama 4 minggu. Sebanyak 2-4% pasien yang mengonsumsi captopril mengalami
batuk. Zat yang menyebabkan terjadinya batuk ini dicurigai bradikinin atau
prostaglandin.
hipoglikemia akibat kerja yang meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta
pancreas. Namun hipoglikemia pada orang tua tidak mudah dikenali akibat tidak
menyebabkan relaksasi otot-otot termasuk otot detrusor. Dan hal ini dapat
Referensi:
43
6. Jelaskan perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada usia lanjut yang
Jawaban:
estrogen pada perempuan dan androgen pada laki-laki. Perubahan anatomic dan
fisiologik saluran saluran urogenital bagian bawah, dapat dilihat pada Tabel. 3
pada dinding kandung kemih terjadi peningkatan fibrosis dan kandungan kolagen
sehingga mengakibatkan fungsi kontraktil tidak efektif lagi, dan mudah terbentuk
tekanan outflow. Pada laki-laki terjadi pengecilan testis dan pembesaran kelenjar
timbulna eritema atau ptekie, pemendekan dan penyempitan ruang vagina serta
kontinen. Melemahnya fungsi dasar panggul disebabkan oleh banyak factor baik
44
Tabel 2. Perubahan – perubahan Fisiologik Terkait Proses Menua pada
Perubahan Morfologi
Trabekulasi ↗
Fibrosis ↗
Saraf autonom ↘
Pembentukan Divertikula
Kapasitas ↘
Kontraksi involunter ↗
Perubahan Morfologi
Komponen selular ↘
Deposit kolagen ↗
Uretra
Perubahan Fisiologi
Tekanan penutupan ↘
Tekanan akhiran ↘
45
Hiperplasi dan membesar
Prostat
Komponen selular ↘
Deposit kolagen ↗
Otot melemah
Referensi : Adi, P.R., 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jilid 3
Dampak proses menua terhadap struktur anatomi dan fisiologis system urogenital
bawah dapat dipahami bahwa usia lanjut merupakan factor contributor terjadinya
a b
46
Referensi :
Adi, P.R., 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jilid 3 Jakarta : Interna
Publishing, p.3776-3777.
Jawaban:
4. Berhenti merokok.
Referensi:
Jawaban:
ٍّ ُ سانًا ِإ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر أ َ َحد ُ ُه َما أ َ ْو ِكال ُه َما فَال تَقُ ْل لَ ُه َما أ
ف َ ْضى َربُّكَ أَال تَ ْعبُد ُوا ِإال ِإيَّاهُ َو ِب ْال َوا ِلدَي ِْن ِإح
َ ََوق
يرا
ً ص ِغ
َ (24)
47
Terjemahannya : "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
48
DAFTAR PUSTAKA
Hiperaktif. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna
Publishing; 2015:3774.
2018.
dalam. Jilid III.Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
8. Puruhita, niken et all. 2015. Buku ajar boedhi-darmojo geriatri : gizi pada
medscape
10. Stigant C, Stevens L, Levin A. Nephrology: 4. Strategies for the care of adults
49
11. Desky, BR. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Obesitas Lansia.
Indonesia.
14. Lauralee Sherwood. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta :
15. Desby Juananda DF. Inkontinensia Urin pada Lanjut Usia di Panti Werdha
17. Rejeki andayani. 2015. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Edisi VI.
Internal Publishing.
18. Buku ajar Boedhi darmojo Geriatri (ilmu kesehatan Usia lanjut). 2015.
50
20. Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono. Inkontinensia urin. Dalam : Buku ajar
Geriatri kesehatan usia lanjut Ed. 5 Edit R. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Age Using IIQ-7 And UDI-6. 2015. Bagian Obstetri dan Ginekologi,
Kandou, Manado.
23. Morandi, Anita, Maffeis, Claudio. Best Practice & Research: Clinical
24. Phelan, S., et.al. Clinical Research in Diabetes and Urinary Incontinence:
25. Adi, P.R., 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jilid 3 Jakarta :
51
52