Dalam proses berkemih yang normal dikendalikan oleh mekanisme volunter dan
volunter. Sfingter uretra eksternal dan otot dasar panggul yang berada dibawah kontrol
mekanisme volunter. Sedangkan pada otot detrusor kandung kemih dan sfingter uretra
internal berada pada bawah kontrol sistem saraf otonom. Ketika otot detrusor berelaksasi
maka terjadinya proses pengisian kandung kemih dan sebaliknya jika otot ini berkontraksi
maka proses berkemih (pengosongan kandung kemih) akan berlangsung. Dengan kontraksi
otot detrusor kandung kemih disebabkan dengan aktivitas saraf parasimpatis, dimana
aktivitas itu dapat terjadi karena dipicu oleh asetilkoline. Ketika terjadi perubahan -
perubahan pada mekanisme normal ini maka dapat menyebabkan proses berkemih terganggu.
Pada usia lanjut baik wanita atau pria terjadinya perubahan anatomis dan fisiologis dari
sistem urogenital bagian bawah. Perubahan tersebut akan berkaitan dengan menurunnya
kadar hormone estrogen pada wanita dan hormone androgen pada pria. Perubahan yang
terjadi ini berupa peningkatan fibrosis dan kandungan kolagen pada dinding kandung kemih
yang dapat mengakibatkan fungsi kontraktil dari kandung kemih tidak efektif lagi. Pada otot
uretra dapat terjadi perubahan vaskularisasi pada lapisan submukosa, atrofi mukosa dan
penipisan otot uretra. Dengan keadaan ini menyebabkan tekanan penutupan uretra berkurang.
Otot dasar panggul juga dapat mengalami perubahan merupakan melemahnya fungsi dan
kekuatan otot. Secara keseluruhan perubahan yang terjadi pada sistem urogenital bagian
bawah akibat dari proses menua sebagai faktor kontributor terjadinya Inkontinensia urin.
Refrensi :
Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono. Inkontinensia urin. Dalam : Buku ajar Geriatri kesehatan
usia lanjut Ed. 5 Edit R. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2015. Hal: 246-262