Anda di halaman 1dari 46

MODUL 3

JATUH
KELOMPOK 17
TUTOR: dr. Irmayanti,Sp.PK
KELOMPOK 17

• Ema Magfirah 110 2016 0156


• Eka Risdayani 110 2016 0120
• Eka Dewi Mulyani 110 2016 0003
• Dzul Rizka Razak 110 2016 0039
• Dwi Puji Astuti 110 2016 0075
• Taufik Hidayat Nur 110 2016 0101
• Dwi Deno Zubiranto 110 2016 0038
• Dinda Pratiwi Basri 110 2016 0115
• Dinda Permatasari 110 2016 0094
• Habib Yasin Mahmud 110 2016 0141
SKENARIO 1
Anamnesis : Seorang perempuan umur 65 tahun masuk
rumah sakit dengan keluhan nyeri pada pangkal paha
kanan dan sangat nyeri bila digerakkan sehingga tidak
bisa berjalan. Keadaan ini dialami sejak 5 hari yang lalu
setelah jatuh terduduk oleh karena terpeleset di depan
kamar mandi. Postur penderita sejak 5 tahun terakhir
ini bungkuk ke depan dan kalau berjalan agak pincang
karena mengeluh kedua lutut sering sakit dan bengkak.
SKENARIO 1
Beberapa hari terakhir ini sebelum jatuh, penderita
terdengar batuk-batuk tetapi tidak demam dan sulit
sekali mengeluarkan lendir. Nafsu makan juga sangat
menurun sejak 2 minggu terakhir ini. Riwayat penyakit
selama ini sejak 7 tahun menderita kencing manis
dengan minum obat Glibenklamide 5 mg secara teratur,
tekanan darah tinggi tetapi berobat tidak teratur dan
rematik. Juga pernah serangan stroke 3 tahun lalu.
SKENARIO 1
Pemeriksaan fisik : TD : 170/90 mmHg, N: 92 x/menit,
P: 30 x/menit, S: 37,1o C. Pemeriksaan Auskultasi Paru :
terdengar bunyi ronkhi basah kasar di seluruh lapangan
ke dua paru. Jantung dalam batas normal, hepar &
limpa tak teraba. Tungkai kanan bila digerakkan sangat
terhambat oleh karena kesakitan pada daerah pangkal
paha. Kedua dorsum pedis terlihat edema. BB : 40 kg &
TB : 165 cm.
SKENARIO 1
Pemeriksaan penunjang : Pem. Lab didapatkan kadar
Hb 10,1 gr%, Leukosit 15.700/mm3 GD puasa 138 mg/dl,
GD2jamPP 245 mg/dl, ureum 58 mg/dL, kreatinin 1,5
mg/dL, protein total 5,0 gr/dL, albumin 2,6 gr/dL, asam
urat 8,5 mg/dL.
Kata/Kalimat Kunci
• Seorang perempuan 65 tahun
• Nyeri pangkal paha, nyeri jika digerakkan
• Tidak bisa berjalan sejak 5 hari yang lalu pasca jatuh terduduk
• Sejak 5 tahun bungkuk kedepan dan berjalan agak pincang
• Kedua lutut sering sakit dan bengkak
• Riwayat batuk dan tidak demam, tidak bisa mengeluarkan
lendir
• Nafsu makan menurun
• Menderita DM sejak 7 tahun lalu dengan riwayat minum obat
glibenklamid 5 mg secara teratur
• Hipertensi dan berobat tidak teratur
• Reumatik dan pernah stroke 3 tahun lalu
Pemeriksaan
Hasil Normal Interpretasi
Laboratorium

Hemoglobin 10,1 gr% 13 - 18 gr% Anemia

Leukosit 15.700/mm3 3.200-10.000/mm3 Leukositosis


GDP 138 mg/dl <100 mg/dl Hiperglikemia

GD2PP 245 mg/dl <140 mg/dl Hiperglikemia

Ureum 58 mg/dl 10 - 25 mg/dl Meningkat

Kreatinin 1,5 mg/dl 1,1 mg/dl Meningkat

Protein Total 5,0 gr/dl 6,6 - 8,7 gr/dl Menurun

Albumin 2,6gr/dl 3,5 – 5 gr/dl Hipoalbuminemia

Asam Urat 8,5 mg/dl 2,4 - 6 mg/dl Hiperurisemia


Analisis Skenario
ANAMNESIS:
IDENTITAS PASIEN KELUHAN UTAMA
Perempuan, 65 tahun Nyeri paha kanan

KELUHAN PENYERTA
Kedua lutut sering sakit, dan bengkak, C RIWAYAT MEDIS UMUM
Postur bungkuk ke depan, Berjalan agak Diabetes melitus, Hipertensi, Rematik,
pincang karena sakit lutut, Batuk-batuk Stroke & Riwayat jatuh sebelumnya tidak
tetapi tidak demam dan sulit sekali diketahui
mengeluarkan lendir dan Nafsu makan
juga sangat menurun akhir-akhir ini
RIWAYAT LINGKUNGAN & PENYAKIT
KELUARGA
RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT
Glibenclamid 5 mg Tidak diketahui
Antihipertensi
Analgetik
Analisis Skenario
PEMERIKSAAN FISIS
1. Pemeriksaan Tanda Vital
• Tekanan Darah : 170/90 mmHg  Hipertensi Grade II
• Nadi : 92 x/menit  Normal 60-100 x/menit
• Pernapasan : 30 x/menit  Takipneu( Normalnya 16-24 x/menit)
• Suhu : 37,1o C  Normal (36,5 o C-37,5 o C)
• Berat Badan : 40 kg
• Tinggi Badan : 165 cm
• IMT : BB/TB2 = 40/(1.65)2 = 14,69  underweight

Referensi:
Setiati, S. Gangguan Keseimbangan, Jatuh dan Fraktur dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi IV. Jakarta: Badan penerbit Interna. 2015.p. 3755
Kee L. J. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diognostik Edisi 6. Jakarta: EGC. 2007.
Analisis Skenario
PEMERIKSAAN FISIS

2. Kulit : Menilai turgor, trauma, kepucatan  tidak diketahui


3. Mata : Menilai visus  tidak diketahui
4. Paru : Bunyi tambahan (didapatkan ronki basah kasar di seluruh lapangan
kedua paru)
5. Kardiovaskuler : Menilai Aritmia, bruit karotis, sensivitas sinus karotis  dalam batas
normal

Referensi:
Setiati, S. Gangguan Keseimbangan, Jatuh dan Fraktur dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi IV. Jakarta: Badan penerbit Interna. 2015.p. 3755
Kee L. J. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diognostik Edisi 6. Jakarta: EGC. 2007.
Analisis Skenario
PEMERIKSAAN FISIS

6. Ekstremitas : Penyakit degeneratif, lingkup gerak sendi,


deformitas, fraktur dan masalah podiatrik ( kalus, bunion,
ulserasi, sepatu yang tidak sesuai, kesempitan/kebesaran atau
rusak)  bengkak dan nyeri kedua lutut, edema dorsum pedis.

Referensi:
Setiati, S. Gangguan Keseimbangan, Jatuh dan Fraktur dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi IV. Jakarta: Badan penerbit Interna. 2015.p. 3755
Kee L. J. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diognostik Edisi 6. Jakarta: EGC. 2007.
Analisis Skenario
PEMERIKSAAN FISIS

7. Neurologis : Status mental, tanda fokal, otot (kelemahan, rigiditas,


spastisitas), saraf perifer (terutama sensasi posisi) proprioseptif, refleks, fungsi
saraf kranialis, fungsi serebelum (terutama uji tumit ke tulang kering), gejala
ekstrapiramidal : tremor saat istirahat, bradikinesia, gerakan involunter lain,
keseimbangan dan cara berjalan dengan mengobservasi cara pasien berdiri dan
berjalan (uji get up and go)

Referensi:
Setiati, S. Gangguan Keseimbangan, Jatuh dan Fraktur dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi IV. Jakarta: Badan penerbit Interna. 2015.p. 3755
Kee L. J. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diognostik Edisi 6. Jakarta: EGC. 2007.
Analisis Skenario
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium

• Hemoglobin :10,1 g%  Anemia (12-14 g%)

• Leukosit :15.700/mm3  Leukositosis (4.500-10.000)

• Gula darah puasa : 138 mg/dl  Hiperglikemia (≤126 mg/dl)

• Gula darah post prandial : 245 mg/dl  Hiperglikemia (≤200 mg/dl)

• Protein total : 5,0 gr/dL  Menurun (6-8 gr/dl)

Referensi:
Setiati, S. Gangguan Keseimbangan, Jatuh dan Fraktur dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi IV. Jakarta: Badan penerbit Interna. 2015.p. 3755
Kee L. J. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diognostik Edisi 6. Jakarta: EGC. 2007.
Analisis Skenario
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Albumin : 2,6 gr/dL  Hipoalbuminemia (3,5-5 gr/dl)

• Asam urat : 8,6 mg/dL  Hiperurisemia (3-7 mg/dl)

• Ureum : 58 mg/dL  Meningkat (10-50 mg/dl)

• Kreatinin : 1,5 mg/dL  Meningkat (0,6-0,9 mg/dl)

Referensi:
Setiati, S. Gangguan Keseimbangan, Jatuh dan Fraktur dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi IV. Jakarta: Badan penerbit Interna. 2015.p. 3755
Kee L. J. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diognostik Edisi 6. Jakarta: EGC. 2007.
Analisis Skenario
PEMERIKSAAN PENUNJANG

2. Pemeriksaan radiologi

• Thoraks : terlihat perselubungan homogen pada medial ke dua paru.

• Panggul : untuk melihat adanya fraktur atau dislokasi, dan densitas

tulang yang menurun pada osteoporosis.

Referensi:
Setiati, S. Gangguan Keseimbangan, Jatuh dan Fraktur dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi IV. Jakarta: Badan penerbit Interna. 2015.p. 3755
Kee L. J. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diognostik Edisi 6. Jakarta: EGC. 2007.
DAFTAR MASALAH

Nyeri pada pangkal paha dan kedua Riwayat rematik dan stroke
lutut

Batuk serta sulit keluar lender dan


tidak demam Hiperurisemia

Riwayat diabetes melitus 7 tahun Hipoalbuminemia

Riwayat tekanan darah tinggi


(hipertensi grade II) Anemia
SKALA PRIORITAS
TATALAKSANA AWAL
 Paracetamol 500 mg/hr dosis max 3000
NYERI 1 mg, kodein 10 mg
 Pantau perkembangan nyeri dengan VAS
(visual analgesic scale)
 Tahapan pemberian analgesik pada lansia :
- Analgesik
- Analgesik + opioid tinggi
- Analgesik + opioid tinggi + anti anxietas

TATALAKSANA AWAL
FRAKTUR 2 Tindakan operatif: dilakukan jika
keadaan stabil pemasangan
prothesis moore serta diperlukan
mobilisasi untuk mencegah fraktur

TATALAKSANA AWAL
PNEUMONIA 3 Terapi antibiotik empirik
SKALA PRIORITAS
TATALAKSANA AWAL
HIPERTENSI GRADE 2 4 Diet rendah garam, medika mentosa: ACE Inhibitor,
Angiotensin II Reseptor Blocker, Beta Blocker,
Calcium Antagonist, Diuretic

TATALAKSANA AWAL
DIABETES MELLITUS TIPE 2 5 Lifestyle modification, koreksi dosis obat sebelumnya
jika tidak cocok maka diganti dengan
memberikanglicazid atau hyperglikemik lowering agents
& insulin

Chronic Kidney Disease(CKD) 6


GFR for male: (140 – age) x wt(kg) / (72 x Serum Creatinine)
GFR for female: GFR(females) = GFR(males) x 0.85
Jadi : (140-65) x 40 / (72x 1,5) = 27,7 x 0,85 = 23,611 ml/menit/I,73 m2
Interpretasi : Menurut klasifikasi penyakit ginjal kronik atas derajat kerusakan ginjal
maka didapatkan kerusakan ginjal berat ( GFR 15-29 ml/menit/1,73 m2)
SKALA PRIORITAS
Penatalaksanaan Obat hipertensi. Tekanan darah tinggi dapat menurunkan fungsi ginjal dan mengubah
chronic kidney komposisi elektrolit dalam tubuh. Bagi penderita GGK yang juga disertai hipertensi, dokter
dapat memberikan obat ACE inhibitor atau ARB.
disease
Suplemen untuk anemia. Untuk mengatasi anemia pada penderita GGK adalah suntikan
hormon eritropoietin yang terkadang ditambah suplemen besi.

Obat diuretik. Obat ini dapat mengurangi penumpukan cairan pada bagian tubuh, seperti
tungkai. Contoh obat ini adalah furosemide. Efek samping yang mungkin ditimbulkan
adalah dehidrasi serta penurunan kadar kalium dan natrium dalam darah.

Suplemen kalsium dan vitamin D. Kedua suplemen ini diberikan untuk mencegah kondisi
tulang yang melemah dan berisiko mengalami patah tulang.

Obat kortikosteroid. Obat ini diberikan untuk penderita GGK karena penyakit
glomerulonefritis atau peradangan unit penyaringan dalam ginjal.
SKALA PRIORITAS
TATALAKSANA AWAL
Perubahan gaya hidup, pemberian
HIPERURISEMIA 7 kolsikin/OAINS/Kortikosteroid,
Alopurinol.

TATALAKSANA AWAL
HIPOALBUMINEMIA 8 Makanan yang mengandung protein
seperti susu, yogurt, keju, kacang-
kacangan dibatasi dalam konsumsinya
untuk pasien dialiis karena mengandung
kadar kalium dan phospat yang tinggi,
sera protein hewani seperti
daging,ika,ayam dan telur.
SKALA PRIORITAS
TATALAKSANA AWAL
REMATIK DAN STROKE 9 • Rematik : NSAID oral selektif dan non selektif
COX-2 dosis rendah atau asetominofen (4 gr/hari)

• Stroke : Rehabilitasi ( fisioterapi) dan untuk


preventif berikan ASA : 80-300 mg/hari serta
terapi faktor resikonya.

TATALAKSANA AWAL
ANEMIA 10 Pemberian zat besi seperti fe atau vitamin B12

REFERENSI:
1. Dahlan Z. Pneumonia. Buku Ajar Ilmu penyakit dalam Jilid II edisi VI. Jakarta : Interna Publishing. Hlm 1620. 2014
2. Setiati, S. Gangguan Keseimbangan, Jatuh dan Fraktur dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi IV. Jakarta: Badan penerbit Interna. 2015.p. 3755.
3. Setiati S, Harimurti K, Roosheroe AG. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III.Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia. hlm. 1335-1340.
4. PERKENI (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta. PB PERKENI.
5. H. Hadi Martono (2010), Buku Ajar Boedhi –Darmojo GERIATRI. Jakarta: Penerbit Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku ajar Boedhi-Darmojo. Geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut) hal 191-195.
6. Martono, H, hadi, dkk. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo : GERIATRI (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal 185-189.
PERTANYAAN PENTING
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan jatuh beserta faktor resiko
jatuh berdasarkan skenario ?
2. Jelaskan mengenai teori penuaan!
3. Bagaimana patomekanisme gejala pada skenario?
4. Apa pengaruh jatuh terduduk terhadap keluhan pada skenario?
5. Apakah hubungan antara riwayat penyakit terdahulu dengan
gejala pada skenario?
6. Jelaskan pengaruh obat pada skenario dengan jatuh!
7. Jelaskan hubungan adanya kifosis dengan jatuh pada skenario !
8. Jelaskan pencegahan jatuh berulang pada pasien!
9. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada pasien jatuh?
10.Jelaskan perspektif islam
DEFINISI JATUH

Jatuh merupakan suatu kejadian yang


menyebabkan subyek yang sadar menjadi berada di
permukaan tanah tanpa disengaja, tidak termasuk
jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran,
atau kejang.

Referensi :
Darmojo, boedhi.2015. Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.Jakarta: FK UI.
FAKTOR RISIKO JATUH
Faktor Instrinsik Faktor Ekstrinsik

Kondisi fisik dan Obat-obatan yang


Neuropsikiatri dikonsumsi

FALLS
Penurunan Visus (JATUH) Alat-alat bantu
dan pendengaran berjalan

Lingkungan yang
Perubahan Neuro tidak mendukung
muskuler, gaya (berbahaya)
berrjalan dan refleks
postural

Referensi :
Darmojo, boedhi.2015. Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.Jakarta: FK UI.
Teori Penuaan, ada 3 :

Teori penuaan Teori penuaan


biologik Psikologik
• Teori “genetik clock” •Teori Psikologik
• Mutasi Somatik Kognitif
• Rusaknya sist imun •Teori Kepribadian Teori Penuaan Sosial
tubuh • Kemampuan
• Teori menua kaibat mengatasi masalah
metabolisme
• Kerusakan akibat
radikal bebas

Buku Ajar Boedhi-Darmojo. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 5. Hal 7-18. 2015. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Patomekanisme Gejala Pada Skenario
a) Nyeri bila berjalan pada pangkal paha kanan
Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini
berhubungan dengan proses menua yang fisiologis.

Kekakuan jaringan penghubung Penurunan range of motion (ROM) sendi

Berkurangnya massa otot Penurunan kekuatan otot, terutama menyebabkan kelemahan


ekstremitas bawah
Perlambatan konduksi saraf Menyebabkan
Perpanjangan waktu reaksi
Penurunan visus / lapang pandang
Kerusakan persepsi dalam
Kerusakan proprioseptif
Peningkatan postural sway (goyangan badan)

1. Martono, H, hadi, dkk. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo : GERIATRI (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal 181
2. Boedhi, Darmojo, R. 2009. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) edisi ke-4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambatan
gerak, langkah yang pendek, penurunan irama, dan
pelebaran bantuan basal. Kaki tidak dapat menapak
dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah.
Perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia
susah/terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan
seperti terpeleset, tersandung, kejadian tiba-tiba sehingga
memudahkan jatuh.

1. Martono, H, hadi, dkk. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo : GERIATRI (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal 181
2. Boedhi, Darmojo, R. 2009. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) edisi ke-4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
HUBUNGAN REMATIK DAN JATUH
Rematik

Pasien Penumpukan
berjalan Kristal asam
tertatih- urat di
tatih. persendian

Cairan
Nyeri ketika synovial
berjalan berkurang &
mengental

1. Martono, H, hadi, dkk. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo : GERIATRI (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal 181
2. Boedhi, Darmojo, R. 2009. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) edisi ke-4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
1. Martono, H, hadi, dkk. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo : GERIATRI (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal 181
2. Boedhi, Darmojo, R. 2009. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) edisi ke-4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
HUBUNGAN BATUK,SESAK,DAN ANOREKSIA DENGAN JATUH

1. Martono, H, hadi, dkk. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo : GERIATRI (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal 181
2. Boedhi, Darmojo, R. 2009. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) edisi ke-4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Hubungan Antara Riwayat Penyakit Terdahulu
Dengan Gejala Pada Skenario
Diabetes melitus
Resistensi insulin atau
Peningkatan kadar jangka panjang dapat
Diabetes melitus kerusakan sel beta
glukosa dalam darah menyebabkan
pankreas
komplikasi

pembuluh darah pembuluh darah mata Gangguan bisa terjadi


pembuluh darah ginjal
jantung (penyakit (gangguan pada pembuluh darah
(gagal ginjal)
jantung koroner) penglihatan) otak (stroke)

Gangguan tersebut
serta pembuluh darah dapat berakibat
kaki (luka yang sukar dengan faktor
sembuh/gangren) penyebab jatuh pada
pasien 1. Boedhi, Darmojo, R. 2009. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) edisi
ke-4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. Martono, H.Hadi, Pranarka Kris. Geriatri ilmu kesehatan usia lanjut Edisi 5, Jakarta
: Balai penerbit FKUI, 2014. Hal 399,438,462,537.
Tekanan darah tinggi (Hipertensi)

Maka dari itu dianjurkan


Hipertensi golongan lanjut
Mudahnya terjadi hipotensi untuk selalu mengukur
usia kecenderungan labiltas
postural tekanan darah pada posisi
tekanan darah
tidur maupun tegak

Dapat menyebabkan Pada orang dengan


Apabila hipertensi ini tidak penyakit jantung hipertensif hipertensi pasien sering
terkontrol dan komplikasi pada terget mengeluh sakit kepala atau
organ lainnya. pusing.

Gejala-gejala tersebut dapat


menyebabkan pasien jatuh.
1. Boedhi, Darmojo, R. 2009. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) edisi
ke-4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. Martono, H.Hadi, Pranarka Kris. Geriatri ilmu kesehatan usia lanjut Edisi 5, Jakarta
: Balai penerbit FKUI, 2014. Hal 399,438,462,537.
Rematik
Rematik kelainan yang ditandai oleh peradangan, degenerasi,atau kekacauan metabolik struktur
jaringan ikat terutama sendi dan struktur yang berhubungan Menyebabkan rasa nyeri, kekakuan
atau pembatasan gerak.

Remartik banyak dialami orang lanjut usia dengan berbagai macam kelainan seperti
osteoporosi, osteoatrhtritis, reumatoid artritis, gout, dan psudogout.

Adanya gangguan-gangguan tersebut menyebabkan sakit/nyeri hilang timbul,nyeri setelah


melakukan aktivitas,rasa kaku pada persendian dan kelemahan otot/tulang,

akibatnya pasien sulit berjalan dan tertatih-tatih dan mempunyai resiko jatuh jika berjalan
kurang baik.

1. Boedhi, Darmojo, R. 2009. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) edisi ke-4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. Martono, H.Hadi, Pranarka Kris. Geriatri ilmu kesehatan usia lanjut Edisi 5, Jakarta : Balai penerbit FKUI, 2014. Hal 399,438,462,537.
Batuk,ronki Basah Kasar Pada Kedua Lapangan Paru
Dengan makin lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan
fungsional atas organnya masih besar. Batuk dapat disebabkan karena perubahan anatomi dan
penurunan fungsi fisiologis dari sistem respirasi.

•Perubahan anatomi Penurunan fungsi fisiologis

• peningkatan diameter trachea • kekuatan otot pernapasan


dan saluran napas utama menurun
• membesarnya ductus • ventilasi dan perfusi menurun
alveolaris • menurun (CV,FVC,FEV1)
• berkurangnya kekuatan otot- • Meningkat (FRC,RV)
otot pernapasan
• kekakuan dinding thoraks.

Keadaan tersebut dapat menyebabkan penurunan system imun


sehingga mudah terkena infeksi dan menyebabkan jatuh
Hubungan riwayat penyakit dan obat yang dikonsumsi dengan
terjadinya jatuh
Menopouse

Perubahan
anatomi dan
fisiologi pada Faktor
lansia Intrinsik

jatuh
Hipertensi 0steoporosis

Wanita 65
thn DM Pengaruh gejala
dari pnyakit dan
Fraktur/dislokasi
Gliben efek samping dari
klamid obat yg
Rematik dikonsumsi

Nyeri & tdk


dpt
berjalan
Stroke

Meningkatkan
Penurunan nafsu kemungkinan terjadinya
makan dan penyakit infeksi
underweight (pneumonia )
A. Sulfonilurea
• Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas.
• Efek samping utama adalah hipoglikemi dan peningkatan berat badan.
• Hati-hati menggunakan sulfonilurea pada pasien dengan risiko tinggi
hipoglikemi (orang tua, gangguan faal hati, dan ginjal).

- Manaf, Asman. Hipoglikemia: pendekatan klinis dan penatalaksanaan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II edisi VI. Jakarta : InternaPublishing. 2015
- Soegondo, Sidartawan. Farmakoterapi pada pengendalian glikemia diabetes melitus tipe 2. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II edisi VI. Jakarta : InternaPublishing. 2015
Mekanisme aksi dari glibenklamid :
• Membentuk ikatan dari molekul obat dengan reseptor pada sel beta.
• Ikatan yang terbentuk dapat merangsang keluarnya hormon insulin dari granul-
granul sel beta pulau Langerhans pada pankreas.
• Oleh karena itu, syarat pemakaian gliben klamid pada penderita diabetes mellitus
adalah jika pankreas penderita diabetes masih dapat memproduksi insulin.

- Manaf, Asman. Hipoglikemia: pendekatan klinis dan penatalaksanaan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II edisi VI. Jakarta : InternaPublishing. 2015
- Soegondo, Sidartawan. Farmakoterapi pada pengendalian glikemia diabetes melitus tipe 2. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II edisi VI. Jakarta : InternaPublishing. 2015
- Manaf, Asman. Hipoglikemia: pendekatan klinis dan penatalaksanaan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II edisi VI. Jakarta : InternaPublishing. 2015
- Soegondo, Sidartawan. Farmakoterapi pada pengendalian glikemia diabetes melitus tipe 2. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II edisi VI. Jakarta : InternaPublishing. 2015
HUBUNGAN KIFOSIS DAN JATUH usia dan
osteoporosis

↓kemampuan jaringan secara kekuatan dan kontraksi otot


perlahan-lahan untuk perubahan perubahan bentuk
proses
mengganti/memperbaiki diri fungsional elastisitas dan fleksibilitas otot tulang terutama
menua
dan mempertahankan fungsi otot bagian vertebra
normalnya
kecepatan dan waktu reaksi

proprioception
(kemampuan untuk merasakan posisi Postur tubuh
bagian sendi atau tubuh dalam gerak ) (kifosis)

sendi, tendon, ligamen,


dan kapsul sendi keseimbangan statik (saat
diam seperti duduk, berdiri)
kesulitan untuk
Keseimbangan mengontrol
pd lansia keseimbangan dinamik (saat keseimbangan
melakukan aktivitas)
Referensi:
Sulaiman & Anggriani, 2018. Efek Postur Tubuh Terhadap Keseimbangan Lanjut Usia Di Desa Suka Raya Kecamatan Pancur Batu. Jurnal JUMANTIK, November, 3(2), pp. 128-130.
PENCEGAHAN JATUH BERULANG

1. Identifikasi Faktor Resiko


2. Penilaian Pola Berjalan (Gait)
3. Mengatur/ Mengatasi Faktor Resiko

Referensi : Darmojo, Boedhi. buku Ajar Geriatri. Jakarta: UI Press. Hlm 184. 2009
KOMPLIKASI JATUH
1. Perlukaan (injury)
• Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau
tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena
• Patah tulang (fraktur)
– Pelvis
– Femur
– Humerus
– Lengan bawah
– Tungkai bawah
– Kista
• Hematom subdural

Referensi : Darmojo, Boedhi. buku Ajar Geriatri. Jakarta: UI Press. Hlm 184. 2009
KOMPLIKASI JATUH
2. Perawatan Rumah Sakit
• Komplikasi akibat tidak dapat bergerak (imobilisasi)
• Resiko penyakit – penyakit iatrogenic
3. Disabilitas
• Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik
• Penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri dan pembatasan gerak
4. Resiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan ( nursing home)
5. Suddenly death

Referensi : Darmojo, Boedhi. buku Ajar Geriatri. Jakarta: UI Press. Hlm 184. 2009
PERSPEKTIF ISLAM
Q.S Al-Isra 23-24
PERSPEKTIF ISLAM
Artinya :
23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu
bapak. Jika salah seorang diantaranya atau kedua-duanya sampai
berusianlanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-sekali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”
dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah
kepada keduanya perkataan yang baik.

24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanyan dengan penuh


kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah
keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada
waktu kecil”
Q.S Al-Isra 23-24

Anda mungkin juga menyukai