Anda di halaman 1dari 16

PENATALAKSANAAN

Anak dengan dehidrasi berat harus diberi rehidrasi intravena secara cepat
yang diikuti dengan terapi rehidrasi oral.

1. Mulai berikan cairan intravena segera. Pada saat infus disiapkan, beri
larutan oralit jika anak bisa minum
• Catatan: larutan intravena terbaik adalah larutan Ringer Laktat.
2. Beri 100 ml/kg larutan yang telah dipilih dan dibagi sesuai tabel
3. Nilai dan tangani dehidrasi seperti penanganan diare akut lainnya.
4. Beri pengobatan antibiotik oral yang sensitif untuk strain Vibrio
cholerae, di daerah tersebut. Pilihan lainnya adalah: tetrasiklin,
doksisiklin, kotrimoksazol, eritromisin dan kloramfeniko
5. Berikan zinc segera setelah anak tidak muntah lagi
Dibawah umur 6 bulan : 1Τ2 tablet (10mg)/hari
Anemia berat
Transfusi darah diperlukan jika:
- Hb < 4 g/dl
- Hb 4-6 g/dl dan anak mengalami gangguan pernapasan
atau tanda gagal jantung
Pada anak gizi buruk, transfusi harus diberikan secara
lebih lambat dan dalam volume lebih kecil dibanding
anak sehat. Beri:
- Darah utuh (whole blood), 10 ml/kgBB secara lambat
selama 3 jam
- Furosemid, 1 mg/kg IV pada saat transfusi dimulai
Tatalaksana umum malnutrisi energi protein
Hal-hal yang harus diperhatikan:

• Jangan berikan Fe sebelum minggu ke-2 (Fe


diberikan pada fase stabilisasi)
• Jangan berikan cairan intravena kecuali syok
atau dehidrasi berat
• Jangan berikan protein terlalu tinggi pada fase
stabilisasi
• Jangan berikan diuretic pada penderita
kwashiorkor
1. Mencegah dan mengatasi hipoglikemi
• Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila
penyediaannya memungkinkan.
• Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat,
berikan 50 ml larutan glukosa atau gula 10% (1 sendok
teh gula dalam 50 ml air) secara oral atau melalui NGT.
• Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2–3 jam, siang dan
malam selama minimal dua hari.
• Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di
luar jadwal pemberian F-75.
• Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa
10% secara intravena (bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau
larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml dengan NGT.
• Beri antibiotik.
2. Mencegah dan mengatasi hipotermia

– Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan


rehidrasi lebih dulu).
– Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk
kepalanya). Tutup dengan selimut hangat dan
letakkan pemanas (tidak mengarah langsung
kepada anak) atau lampu di dekatnya, atau
letakkan anak langsung pada dada atau perut
ibunya (dari kulit ke kulit: metode kanguru). Bila
menggunakan lampu listrik, letakkan lampu pijar
60 W dengan jarak 60 cm dari tubuh anak.
– Beri antibiotik sesuai pedoman.
3. Mencegah dan mengatasi dehidrasi

• Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus


dehidrasi berat dengan syok.
• Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih
lambat disbanding jika melakukan rehidrasi pada anak
dengan gizi baik.
• Beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
• Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10 ml/kgBB/jam
berselang-seling dengan F-75 dengan jumlah yang sama,
setiap jam selama 10 jam.
• Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau,
volume tinja yang keluar dan apakah anak muntah.
• Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam
• Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia
< 1 th: 50-100ml setiap buang air besar, usia ≥ 1 th: 100-200
ml setiap buang air besar.
4. Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit

• Untuk mengatasi gangguan elektrolit


diberikan Kalium dan Magnesium, yang sudah
terkandung di dalam larutan Mineral-Mix yang
ditambahkan ke dalam F-75, F-100 atau
ReSoMal
• Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi
• Siapkan makanan tanpa menambahkan garam
(NaCl).
5. Mengobati infeksi
• Antibiotik spektrum luas
• Vaksin campak jika anak berumur ≥ 6 bulan
dan belum pernah mendapatkannya, atau jika
anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah
diberi vaksin sebelum berumur 9 bulan.
• Tunda imunisasi jika anak syok.
6. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro

Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu:


• Multivitamin
• Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1
mg/hari)
• Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
• Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
• Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan
naik (mulai fase rehabilitasi)
7. Memberikan makanan untuk stabilisasi dan
transisi

Sifat utama yang menonjol dari pemberian makan awal adalah:


• Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah
osmolaritas maupun rendah laktosa
• Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan
parenteral
• Energi: 100 kkal/kgBB/hari
• Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari
• Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100
ml/kgBB/hari)
• Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan
bahwa jumlah
• F-75 yang ditentukan harus dipenuhi seperti di bawah ini:
8. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar
• Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula
tumbuh-kejar (F-100) (fase transisi):
• Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75
selama 2 hari berturutan.
• Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian
sampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal
ini terjadi ketika pemberian formula mencapai 200 ml/kgBB/hari.
• Dapat pula digunakan bubur atau makanan pendamping ASI yang
dimodifikasi sehingga kandungan energi dan proteinnya sebanding dengan
F-100.
• Setelah transisi bertahap, beri anak:
• Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi pastikan
anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak
mengandung cukup energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-
terapeutik-siap-saji (ready to use therapeutic food = RUTF) yang
mengandung energi sebanyak 500 kkal/sachet 92g dapat digunakan pada
fase rehabilitasi.
9. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang

• ungkapan kasih sayang


• lingkungan yang ceria
• terapi bermain terstruktur selama 15–30
menit per hari
• aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat
• keterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya
menghibur, memberi makan, memandikan,
bermain)
10. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah
• Berikan contoh kepada orang tua:
• Menu dan cara membuat makanan kaya energi
dan padat gizi serta frekuensi pemberian makan
yang sering.
• Terapi bermain yang terstruktur
• Sarankan:
• Melengkapi imunisasi dasar dan/atau ulangan
• Mengikuti program pemberian vitamin A
(Februari dan Agustus)
Referensi:
- Pudjiadi Solihin. Penyakit KEP (Kurang Energi dan Protein) dari Ilmu Gizi Klinis pada Anak edisi keempat, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, 2005
- Departement of Child and Adolescent Health and Development. Severe Malnutrition in Management of The Child With a Serious Infection or
Severe Malnutrition, World Health Organization, 2004
- Tim Adaptasi Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jilid 1. Jakarta : Depkes RI. 2010
- Depkes (2011). Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Diunduh dari : http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/BUKU-GIZI-BURUK-I-
2011.pdf. Tanggal Akses : 02 Mei 2019.

Anda mungkin juga menyukai