PROGRAM STELLA
Abstrak
Dampak paling nyata akibat pembangunan sarana dan prasarana fisik di perkotaan adalah berkurangnya Ruang
Terbuka Hijau (RTH) dan meningkatnya konsumsi energi fosil yang menghasilkan emisi CO2. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kemampuan RTH eksisting yang dikelola oleh DKP Kota Surabaya dalam menyerap emisi CO2
Analisis ini dilakukan menggunakan Program Stella yang merupakan permodelan berbasis flow chart.
Kemudian dilakukan upaya peningkatan daya serap CO2 RTH yang terbagi menjadi dua skenario yaitu skenario I
dengan mengoptimalkan luas pohon pelindung, skenario II dengan merekomendasikan RTH Publik yang belum
dikelola oleh DKP Kota Surabaya dan menambah RTH baru di lahan yang tersedia untuk RTH.
Dari hasil analisis, emisi CO2 yang dihasilkan di Surabaya Utara sebesar 490,859.21 ton/tahun dan di Surabaya
Timur sebesar 1,187,392.08 ton/tahun sedangkan kemampuan RTH eksisting dalam menyerap emisi CO2 di Surabaya
Utara sebesar 2,456.04 ton/tahun (0.50%) dan di Surabaya Timur sebesar 9,885.48 ton/tahun (0.83%). Upaya
1
peningkatan daya serap CO2 skenario I dan II mampu meningkatkan daya serap CO2 menjadi sebesar 5,580.28
ton/tahun (1.14%) di wilayah Surabaya Utara dan 13,384.76 ton/tahun (1.13%) di wilayah Surabaya Timur.
Kata Kunci : Emisi CO2, Ruang Terbuka Hijau (RTH), Program Stella
Abstract
The most obvious impacts from construction of physical facilities and infrastructure in urban areas are
reduced Green Open Space and increasing consumption of fossil energy that produce CO2 emissions. The aim of this
study is to analyze the adequacy of Green Open Space managed by DKP city of Surabaya in absorbing CO2 emissions
Analysis were performed by using Program Stella which is a software for modeling based on flow charts. Then
do the analyzing CO2 absorption by Green Open Space after the two scenarios in order to increase the CO2 absorption.
The scenarios are optimizing the trees area on existing Green Open Space and the mix of recommendation to manage
Green Open Space which has not been managed yet by DKP city of Surabaya and the addition of new Green Open
Space.
The analysis shows that the CO2 emissions generated in the North of Surabaya is 490,859.21 tons/year and in
the East of Surabaya is 1,187,392.08 tons/year, whereas the ability of the existing green open space to absorb CO2
emissions in North of Surabaya is 2,456.04 tons CO2/year (0.50%) and in East of Surabaya is 9,885.48 tons CO2/year
(0.83%). The first and second scenario in increasing the CO2 absorption results the improvement of CO2 absorption to
the size of 5,580.28 tons CO2/year (1.14%) at the North of Surabaya and 13,384.76 tons CO2/year (1.13%) at the East
of Surabaya.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Hal ini terlihat dengan
maupun jasa. Ekonomi kota yang tumbuh telah mendorong peningkatan kebutuhan energi yang
pada akhirnya menyebabkan bertambahnya buangan sisa energi. Aktivitas transportasi, industri,
2
jasa, dan kegiatan lainnya yang meningkat, telah pula meningkatkan buangan sisa kegiatan-kegiatan
Dampak yang paling nyata akibat pesatnya kegiatan pembangunan sarana dan prasarana fisik
Kota Surabaya saat ini adalah berkurangnya Ruang Terbuka Hijau dan meningkatnya konsumsi
energi fosil. Ini memungkinkan lingkungan hidup kota menjadi tercemar. Pencemaran udara yang
disertai dengan meningkatnya kadar CO2 di udara akan menjadikan lingkungan kota yang tidak
sehat dan dapat menurunkan kesehatan manusia, oleh karena itu konsentrasi gas CO2 di udara harus
diupayakan tidak terus bertambah naik. Salah satu cara untuk mereduksi CO2 di daerah perkotaan
adalah mengurangi emisi karbon dan membangun Ruang Terbuka Hijau (Dahlan, 1992).
minyak jenis solar dan bensin yang melepas banyak gas hydrocarbon dan CO2 ke udara.
Peningkatan kontribusi pencemaran udara terutama jumlah emisi karbon dioksida ini seharusnya
juga diimbangi dengan penambahan tanaman hijau yang cukup supaya terjadi keseimbangan
Menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Ruang Terbuka Hijau
(RTH) minimal harus memiliki luasan 30% dari luas total wilayah dengan porsi 20% sebagai RTH
publik. RTH publik seluas minimal 20% dimaksudkan agar proporsi RTH minimal dapat lebih
Sedangkan saat ini luas RTH yang dimiliki Surabaya baru sekitar 12 % dari 20 % luas RTH yang
Berdasarkan fakta tersebut maka dilakukan penelitian untuk menganalisis apakah RTH di
Surabaya Utara dan Timur telah mencukupi untuk menyerap emisi CO2 yang dihasilkan dari
kegiatan transportasi, industri dan permukiman serta menganalisis bagaimana kemampuan daya
serap CO2 RTH dalam menyerap emisi CO2 yang dihasilkan setelah dilakukan pengoptimalan
luasan pohon pelindung RTH dan penambahan RTH. Analisis ini dilakukan dengan program Stella,
3
yakni pemodelan berbasis flow chart dan simulasi komputer yang dapat mempermudah seorang
peneliti untuk melakukan sistem identifikasi masalah, merumuskan masalah, menentukan prosedur
penelitian yang terdiri dari kumpulan elemen yang saling berinteraksi sehingga menghasilkan
hubungan sebab akibat. Program Stella ini digunakan karena dapat menggunakan beberapa variabel
secara bersamaan dan dapat menampilkan model simulasi pendekatan berupa mind mapping
Permasalahan
1. Bagaimana kemampuan RTH eksisting dalam menyerap emisi CO2 yang dihasilkan dari
kegiatan transportasi, industri dan permukiman di wilayah Surabaya Utara dan Timur?
2. Bagaimanakah pemetaan tingkat emisi CO2 yang dihasilkan dan kemampuan daya serap CO2
3. Bagaimanakah kemampuan daya serap CO2 RTH setelah dilakukan upaya peningkatan daya
Tujuan
1. Menganalisis kemampuan RTH eksisting dalam menyerap emisi CO2 yang dihasilkan dari
kegiatan transportasi, industri dan permukiman di wilayah Surabaya Utara dan Timur.
2. Memetakan tingkat emisi CO2 yang dihasilkan dan kemampuan daya serap CO2 RTH eksisting
3. Menganalisis bagaimana kemampuan daya serap CO2 RTH setelah dilakukan upaya
4
Batasan Masalah
1. Data survey untuk perhitungan ulang emisi CO2 dari penelitian terdahulu yang akan dianalisis
hanya dari kegiatan transportasi, industri dan permukiman di wilayah Surabaya Utara dan
Timur.
2. Emisi CO2 yang dihitung pada kegiatan permukiman dan industri hanya emisi CO2 primer
karena emisi CO2 sekunder pada kegiatan permukiman dan industri berupa listrik, yang artinya
sumber emisi CO2 berada di sumber pembangkit seperti PLTU yang tidak berada pada wilayah
penelitian.
3. Emisi CO2 dalam penelitian ini dihitung berdasarkan model box yang artinya emisi CO2 yang
dihitung dalam penelitian ini adalah asumsi beban maksimum pada wilayah studi karena pada
kenyataannya CO2 akan terdispersi dengan adanya angin yang membawa CO2 tersebar di
atmosfer
4. Data RTH eksisting yang dimaksud dalam penelitian ini adalah RTH Publik yang dikelola oleh
5. Data RTH eksisting di wilayah Surabaya Utara dan Timur yang digunakan hanyalah data
mengenai taman kota dan jalur hijau karena menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5
Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di kawasan
Perkotaan, diantara 20% RTH Publik yang seharusnya dimiliki kawasan perkotaan 12,5%
adalah taman dan 6% adalah jalan sehingga taman kota dan jalur hijau dianggap memiliki
6. Upaya peningkatan daya serap CO2 yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dengan dua
skenario, yakni
a) Mengoptimalkan luas pohon pelindung yang ditanam pada RTH eksisting sesuai pada
persyaratan luas minimum tanaman hijau pada RTH yang tercantum dalam Peraturan Daerah
5
b) Merekomendasikan RTH yang belum dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Surabaya dan penambahan RTH baru di lahan yang masih tersedia mengacu pada RTRW
8. Tanaman dalam RTH eksisting yang dianalisis untuk mencukupi penyerapan emisi CO2 hanya
pohon pelindung saja karena pohon pelindung mempunyai kemampuan menyerap CO2 paling
Landasan Teori
Emisi karbon dioksida adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke
udara. Emisi CO2 biasanya dinyatakan dalam setara ton karbon dioksida (CO2). Sumber – sumber
emisi CO2 ini sangat bervariasi, tetapi dapat digolongkan menjadi 4 macam sebagai berikut:
Mobile Transportation (sumber bergerak) antara lain: kendaraan bermotor, pesawat udara, kereta
Stationary Combustion (sumber tidak bergerak) antara lain: perumahan, daerah perdagangan,
tenaga dan pemasaran industri, termasuk tenaga uap yang digunakan sebagai energi oleh industri.
Industrial Processes (proses industri) antara lain: proses kimiawi, metalurgi, kertas dan
penambangan minyak.
Solid Waste Disposal (pembuangan sampah) antara lain: buangan rumah tangga dan
6
Emisi CO2 dapat pula dikategorikan menjadi:
Emisi Langsung
Emisi ini merupakan emisi yang keluar langsung dari aktifitas atau sumber dalam ruang batas
Emisi ini merupakan hasil dari aktifitas di dalam ruang batas yang ditetapkan. Contohnya
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-
gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran
bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan
Energi yang masuk ke bumi mengalami: 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di
atmosfer, 25% diserap awan, 45% diadsorpsi permukaan bumi dan 5% dipantulkan kembali oleh
permukaan bumi.
7
Energi yang diadsoprsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan
permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan
dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek
rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di
Menurut Afdal (2007) pengikatan CO2 dari atmosfer dapat melalui beberapa cara, yaitu:
• Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesis yang mengubah gas CO2 menjadi
• Pada permukaan laut di daerah kutub, temperatur yang lebih rendah menyebabkan gas CO2
lebih mudah larut. Selanjutnya, CO2 yang terlarut tersebut akan terbawa ke lapisan air yang
• Pada laut bagian atas dengan produktivitas tinggi, organisme membentuk memanfaatkan CO2
Samudera juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengurangi peningkatan
konsentrasi CO2 di atmosfer. Disolusi air laut memberikan kesempatan yang besar untuk
menenggelamkan CO2 antropogenik, hal ini disebabkan CO2 mempunyai daya larut yang tinggi. Di
samping itu, CO2 juga memisahkan diri ke dalam ion-ion dan berinteraksi dengan unsur pokok air
laut. Berikut adalah siklus karbon dioksida yang dapat dilihat pada Gambar 2.
8
Gambar 2 Daur Global CO2
Gambar 2 menunjukkan bahwa tingkat penyerapan CO2 oleh vegetasi hanya sekitar 0.05%,
sedangkan 1.75% tetap berada di atmosfer dan 98.20% larut dalam lautan.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan, penyediaan RTH
• Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat.
• Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang
terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat.
• Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas
lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap
dipertahankan keberadaannya.
Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota,
baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain
yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus
9
Target luas sebesar 30% dari luas wilayah kota dapat dicapai secara bertahap melalui
pengalokasian lahan perkotaan secara tipikal sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3 berikut.
Ada empat hal utama yang harus diperhatikan dalam rencana pembangunan dan
pengembangan RTH yang fungsional suatu wilayah perkotaan menurut Makalah Lokakarya
1. Luas RTH minimum yang diperlukan dalam suatu wilayah perkotaan di-tentukan secara
10
RTH berluas minimum merupakan RTH berfungsi ekologis yang ber-lokasi, berukuran, dan
berbentuk pasti, yang melingkup RTH publik dan RTH privat. Dalam suatu wilayah
perkotaan maka RTH publik harus berukuran sama atau lebih luas dari RTH luas minimal,
dan RTH privat merupakan RTH pendukung dan penambah nilai rasio terutama dalam
3. Sruktur dan pola RTH yang akan dikembangkan (bentuk, konfigurasi, dan distribusi).
Menurut Pemerintah Kota Surabaya Tahun 2010, Rencana ruang terbuka hijau dimaksudkan untuk
meningkatkan keindahan lingkungan kota dan sekaligus mendukung pelestarian lingkungan kota.
4. Gerakan sejuta pohon yang disosialisasikan melalui beberapa media terhadap seluruh
lapisan masyarakat.
Untuk mensukseskan kegiatan ruang terbuka hijau diwujudkan dengan menetapkan kebijakan
1. Pembebasan atau penyediaan lahan untuk memperluas RTH di Kota Surabaya.Penataan dan
2. Penyediaan lahan untuk fasilitas makam dan peningkatan kualitas pengelolaan makam.
prasarana lingkungan, utilitas umum, dan fasilitas sosial khususnya RTH dan makam.
4. Sosialisasi dalam rangka peningkatan partisipasi atau peran masyarakat dalam penyediaan
11
Penyerapan Karbon Dioksida Oleh Tanaman (Pohon)
Tanaman merupakan penyerap karbon dioksida (CO2) di udara. Bahkan beberapa diantara
tanaman-tanaman itu mempunyai kemampuan besar untuk menyerap karbon dioksida (CO2). Pohon
trembesi (Samanea saman), dan Cassia (Cassia sp) merupakan salah satu contoh tumbuhan yang
atau energi yang dibutuhkan tanaman tersebut. Dalam fotosintesis tersebut tumbuhan menyerap
karbon dioksida (CO2) dan air yang kemudian di rubah menjadi glukosa dan oksigen dengan
bantuan sinar matahari. Kesemua proses ini berlangsung di klorofil. Kemampuan tanaman sebagai
penyerap karbondioksida akan berbeda-beda. Banyak faktor yang mempengaruhi daya serap karbon
dioksida. Diantaranya ditentukan oleh mutu klorofil. Mutu klorofil ditentukan berdasarkan banyak
sedikitnya magnesium yang menjadi inti klorofil. Semakin besar tingkat magnesium, daun akan
Penelitian Endes N. Dahlan memberikan hasil bahwa trembesi (Samanea saman) terbukti
menyerap paling banyak karbon dioksida. Dalam setahun, trembesi mampu menyerap 28,488.39 kg
karbon dioksida. Selain pohon trembesi, didapat juga berbagai jenis tanaman yang mempunyai
kemampuan tinggi sebagai tanaman penyerap karbon dioksida (CO2). Pohon-pohon itu diantaranya
adalah cassia, kenanga, pingku, beringin, krey payung, matoa, mahoni, dan berbagai jenis tanaman
lainnya. Daftar tanaman yang mempunyai daya serap karbon dioksida dapat dilihat pada Tabel 1.
12
Tabel 1 Kemampuan Pohon Menyerap Karbon Dioksida
Hutan yang mempunyai berbagai macam tipe penutupan vegetasi memiliki kemampuan atau
daya serap terhadap karbon dioksida yang berbeda. Tipe penutupan vegetasi tersebut berupa pohon,
semak belukar, padang rumput, sawah. Daya serap berbagai macam tipe vegetasi terhadap karbon
13
Program STELLA
Program STELLA merupakan perangkat lunak untuk pemodelan berbasis flow chart. Stella
baik untuk menyusun model maupun berinteraksi dengan model. Stella juga bisa diartikan sebagai
salah satu Metode atau Cara atau Prosedur dari suatu penelitian yang dapat mempermudah seorang
peneliti untuk melakukan sistem identifikasi masalah, merumuskan masalah, menentukan prosedur
penelitian yang digunakan secara rinci, penggunaan desain yang tepat serta melaporkan hasil-
hasilnya yang dapat dipertanggung jawabkan. Alat penyusun model yang tersedia dalam Stella
adalah :
1. Stocks, yang merupakan hasil suatu akumulasi; fungsinya untuk menyimpan informasi
2. Flows, berfungsi seperti aliran, yaitu menambah dan mengurangi stock; arah anak panah
menunjukkan arah aliran tersebut, aliran bisa satu arah maupun dua arah
3. Converters, berfungsi luas; dapat digunakan untuk menyimpan konstanta, input bagi suatu
persamaan, melakukan kalkulasi dari berbagai input lainnya atau menyimpan data dalam
bentuk grafis (tabulasi x dan y); secara umum fungsinya adalah untuk mengubah suatu input
2010).
Berikut ini adalah gambar dari alat penyusun model yang tersedia dalam Stella.
14
Dengan alat penyusun model seperti di atas, program Stella akan mampu menjalankan
model dinamis dalam menganalisis jenis pohon pelindung dan luas area RTH yang diperlukan guna
memenuhi kebutuhan penyerapan emisi karbon dioksida yang telah diskenariokan dengan input,
nilai parameter, keterkaitan parameter antar aspek, dan output yang telah ditetapkan.
Bahasa dalam Software Stella akan menerjemahkan perkiraan hubungan antar variabel ke
dalam suatu set peralatan yang menggambarkan keseluruhan sistim berpikir yang ada, sehingga
dapat dengan mudah dipahami, disempurnakan dan selanjutnya dapat dikembangkan menjadi suatu
model mental yang lebih akurat. Fungsi Software Stella adalah menciptakan suatu model, dan dari
model tersebut selanjutnya dapat dilakukan simulasi, analisis dan komunikasi. Cara program Stella
Suatu tahap menerjemahkan pola pikir ke dalam bentuk peta yang disebut Level Peta/Model
(Model Level/Map), yang dilanjutkan dengan proses pengurutan dan penghitungan angka-
angka masukan.
2. Simulating
Suatu tahap di mana program melakukan proses terpola dalam bentuk grafik atau tabel,
setelah dilakukan intervensi pada angka dalam tabel-tabel atau pada grafik yang ada.
3. Analyzing
Tahap di mana program menunjukkan alternatif hasil perubahan dari adanya intervensi
4. Communicating
Suatu proses transformasi hasil kerja program secara informatif, yang menggambarkan
secara sederhana dan mudah dimengerti oleh pada pengguna (Jumali, 2009).
15
METODOLOGI PENELITIAN
METODE
16
Langkah kerja pada penelitian ini adalah:
Data Sekunder
• Data RTH eksisting (taman dan jalur hijau) di wilayah Surabaya Utara dan
Timur
• Data Survey Traffic Counting Dinas Perhubungan Kota Surabaya Tahun 2010
• Peta RTRW Kota Surabaya Tahun 2013
• Peta Administrasi Kota Surabaya
• Peta Jalan Kota Surabaya
• Jumlah KK per Kecamatan di Surabaya Utara dan Timur Tahun 2010
Data Primer
• Jenis, jumlah dan diameter rata-rata tajuk pohon pelindung yang
ada di RTH eksisting (taman kota dan jalur hijau) di wilayah
Surabaya Utara dan Timur
Perhitungan
Daya Serap CO2 masing-masing Sampel RTH
&
Rata-rata Daya Serap CO2 untuk masing-masing jenis RTH
Emisi CO2 yang dihitung pada penelitian ini adalah emisi CO2 yang berasal dari kegiatan industri,
permukiman dan transportasi per kecamatan di Wilayah Surabaya Utara dan Timur. Hasil
perhitungan emisi CO2 total untuk semua Kecamatan di Wilayah Surabaya Utara dan Timur dapat
Tabel 3 Emisi Total CO2 Tiap Kecamatan di Wilayah Surabaya Utara dan Timur
Emisi CO2
Total Emisi Total Emisi
Permukiman Industri Transportasi
Wilayah Kecamatan
ton ton ton ton
ton CO2/tahun
CO2/bulan CO2/bulan CO2/bulan CO2/bulan
Pabean
1,389.77 - 6,893.60 8,285.02 99,420.26
Cantikan
Surabaya Semampir 5,577.29 - 4,076.90 9,651.93 115,823.20
Utara Krembangan 1,242.51 - 8,479.73 9,719.44 116,633.31
Kenjeran 1,758.17 - 6,977.26 8,737.30 104,847.58
Bulak 439.60 - 4,072.59 4,511.24 54,134.86
Tambaksari 2,590.00 - 8,670.36 11,262.86 135,154.26
Gubeng 5,210.14 - 14,643.31 19,855.40 238,264.81
Rungkut 1,766.56 43.20 17,554.41 19,365.33 232,383.95
Tenggilis
Surabaya 962.82 - 9,248.77 10,211.05 122,532.59
Mejoyo
Timur
Gunung Anyar 652.15 - 6,969.37 7,621.53 91,458.42
Dari Tabel 3 dapat dibuat ranking dan pengelompokan emisi CO2. Ranking emisi CO2 per
kecamatan ini diurutkan dari emisi terendah hingga tertinggi, kemudian dikelompokkan berdasarkan
variasi emisi CO2 yang dihasilkan dan ditentukan range emisinya. Pengelompokan emisi CO2 ini
bertujuan agar mempermudah pemetaan emisi CO2. Hasil ranking dan pengelompokan ini dapat
18
Tabel 4 Hasil Rangking dan Pengelompokan Total Emisi CO2 per Kecamatan di Surabaya
Untuk menghitung kemampuan daya serap CO2 Ruang Terbuka Hijau eksisting pada
masing-masing blok emisi CO2 per kecamatan di wilayah Surabaya Utara dan Timur dilakukan
Untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan daya serap CO2 oleh RTH yang ada di tiap
kecamatan di wilayah Surabaya Utara dan Timur ini, dilakukan perhitungan statistik guna
menentukan jumlah sampel RTH yang disurvey. Hasil perhitungan dan pemilihan taman
selengkapnya untuk jumlah sampel RTH untuk tiap kelompok emisi dipaparkan dalam Tabel 5
berikut.
19
Tabel 5 Penentuan Sampel RTH Tiap Kelompok Emisi
Perhitungan Daya Serap CO2 RTH Eksisting dilakukan dengan pendekatan sistem dinamik
menggunakan Program Stella. Sebelum menghitung daya serap CO2 RTH eksisting perlu
dilakukan perhitungan daya serap CO2 tiap sampel RTH terlebih dahulu. Untuk hasil analisis
daya serap CO2 RTH eksisting tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
20
Tabel 6 Penyerapan CO2 Oleh RTH Eksisting
Perhitungan Berdasarkan
Jumlah dan Jenis Pohon Pelindung Luas Area Pohon Pelindung
Pabean
99,420.26 81 0.08 745.56 0.75
Cantikan
Semampir 115,823.20 157.56 0.14 391.08 0.34
Surabaya
Utara Krembangan 116,633.31 422.40 0.36 1,144.44 0.98
Dari hasil perhitungan menggunakan Program Stella, dapat diranking emisi CO2 total yang
dihasilkan per kecamatan dan dilakukan pemetaan blok total emisi CO2 beserta kemampuan
penyerapan emisi CO2 RTH per kecamatan seperti yang terlihat pada Tabel 7 berikut.
21
Gambar 7 Pemetaan
Dalam penelitian ini ada dua skenario yang digunakan untuk menambah kemampuan daya
1. Skenario I
Mengoptimalkan luas pohon pelindung di RTH eksisting sesuai dengan luas minimum tanaman
hijau untuk RTH pada peraturan perundangan yang berlaku (Peraturan Daerah Kota Surabaya
2. Skenario II
• Merekomendasikan RTH yang belum dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Surabaya.
• Menambah RTH baru di lahan yang tersedia sesuai rencana penggunaan lahan RTH pada
22
Skenario I - Mengoptimalkan Luas Pohon Pelindung di RTH Eksisting
Untuk mengoptimalkan luas pohon pelindung RTH eksisting direncanakan prosentase yang
berbeda dari setiap jenis RTH sesuai dengan persyaratan minimum luas lahan tertanami tumbuhan
hijau pada Peraturan Daerah Kota Surabaya no. 7 tahun 2002, yakni:
Sehingga dapat direncanakan prosentase luas minimal pohon pelindung pada tiap jenis RTH adalah
sebagai berikut:
Perhitungan mengoptimalkan luas pohon pelindung di tiap jenis RTH dilakukan sesuai
dengan kelompok emisi CO2. Kemampuan daya serap CO2 RTH eksisting setelah pengoptimalan
Tabel 8 Daya Serap CO2 RTH Eksisting Setelah Pengoptimalan Luas Pohon Pelindung
%Penyerapan Daya Serap CO2 oleh RTH Setelah %Penyerapan CO2 oleh RTH
Emisi Total (ton Daya Serap CO2 oleh RTH
Wilayah Kecamatan CO2 oleh RTH Pengoptimalan Luas Pohon Pelindung (ton Setelah Pengoptimalan Luas Pohon
CO2/tahun) Eksisting (ton CO2/tahun)
Eksisting CO2/tahun) Pelindung
Pabean Cantikan 99,420.26 745.56 0.75 802.44 0.81
Semampir 115,823.20 391.08 0.34 396.12 0.34
Surabaya
Krembangan 116,633.31 1,144.44 0.98 1,152.84 0.99
Utara
Kenjeran 104,847.58 138.72 0.13 138.72 0.13
Bulak 54,134.86 36.24 0.07 41.16 0.08
Total Surabaya Utara 490,859.21 2,456.04 0.50 2,531.28 0.52
Tambaksari 135,154.26 501.84 0.37 503.64 0.37
Gubeng 238,264.81 4,816.44 2.02 4,831.44 2.03
Rungkut 232,383.95 1,370.16 0.59 1,370.16 0.59
Surabaya
Tenggilis Mejoyo 122,532.59 1,528.44 1.25 1,566.36 1.28
Timur
Gunung Anyar 91,458.42 0.00 0.00 0.00 0.00
Sukolilo 178,871.41 1,085.16 0.61 1,089.72 0.61
Mulyorejo 188,726.64 583.44 0.31 583.44 0.31
Total Surabaya Timur 1,187,392.08 9,885.48 0.83 9,944.76 0.84
23
Skenario II
Pada skenariao dua ini ada dua upaya yang dilakukan untuk menambah kemampuan daya
serap CO2 yaitu, merekomendasikan RTH yang belum dikelola oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan (DKP) Kota Surabaya dan menambah RTH baru di lahan yang tersedia sesuai rencana
penggunaan lahan RTH pada peta RTRW Surabaya 2013. Hasil perhitungan peningkatan daya
serap CO2 skenario II di tiap kecamatan menggunakan program Stella selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 9.
(Rekomendasi Pengelolaan RTH yang Belum Dikelola dan Penambahan RTH Baru)
Dari kedua upaya peningkatan daya serap CO2 yang telah dilakukan yaitu skenario I dan
skenario II, dapat dilakukan perhitungan peningkatan daya serap CO2 total dari kedua skenario
tersebut. Hasil perhitungan peningkatan daya serap CO2 total dapat dilihat pada Tabel 10.
24
Tabel 10 Peningkatan Daya Serap CO2 Skenario I + Skenario II
Daya Serap CO2 Daya Serap CO2 oleh RTH Skenario II (ton Daya Serap CO2 oleh %Penyerapan
%Penyerapan Daya Serap CO2 oleh
Emisi Total (ton oleh RTH CO2/tahun) RTH Skenario I + CO2 oleh RTH
Wilayah Kecamatan CO2 oleh RTH RTH Skenario I (ton
CO2/tahun) Eksisting (ton Skenario II (ton Skenario I +
Eksisting CO2/tahun) Rekomendasi RTH RTH Baru sesuai
CO2/tahun) belum dikelola RTRW 2013 CO2/tahun) Skenario II
Pabean Cantikan 99,420.26 745.56 0.75 802.44 460 0 1,262.44 1.27
Semampir 115,823.20 391.08 0.34 396.12 653 0 1,049.12 0.91
Surabaya
Krembangan 116,633.31 1,144.44 0.98 1,152.84 542 0 1,694.84 1.45
Utara
Kenjeran 104,847.58 138.72 0.13 138.72 499 0 637.72 0.61
Bulak 54,134.86 36.24 0.07 41.16 163 732 936.16 1.73
Total Surabaya Utara 490,859.21 2,456.04 0.50 2,531.28 2,317 732 5,580.28 1.14
Tambaksari 135,154.26 501.84 0.37 503.64 439 0 942.64 0.70
Gubeng 238,264.81 4,816.44 2.02 4,831.44 172 0 5,003.44 2.10
Rungkut 232,383.95 1,370.16 0.59 1,370.16 458 1,432 3,260.16 1.40
Surabaya
Tenggilis Mejoyo 122,532.59 1,528.44 1.25 1,566.36 423 0 1,989.36 1.62
Timur
Gunung Anyar 91,458.42 0.00 0.00 0.00 118 0 118.00 0.13
Sukolilo 178,871.41 1,085.16 0.61 1,089.72 354 0 1,443.72 0.81
Mulyorejo 188,726.64 583.44 0.31 583.44 44 0 627.44 0.33
Total Surabaya Timur 1,187,392.08 9,885.48 0.83 9,944.76 2,008 1,432 13,384.76 1.13
Sumber: Hasil Perhitungan
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa dengan penjumlahan upaya peningkatan daya serap CO2
pada skenario I dan skenario II terjadi perubahan kemampuan daya serap CO2. Peningkatan daya
serap CO2 yang terjadi di wilayah Surabaya Utara adalah dari daya serap CO2 sebesar 2,456.04
ton/tahun (0.50%) berubah menjadi 5,580.28 ton/tahun (1.14%), sedangkan peningkatan daya serap
CO2 yang terjadi di wilayah Surabaya Timur adalah dari daya serap CO2 sebesar 9,885.48 ton/tahun
Hasil upaya peningkatan daya serap CO2 RTH pada penjumlahan skenario I dan skenario II
ini masih sangat kecil jika dibandingkan dengan emisi CO2 yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan
ruang lingkup pada penelitian ini adalah model box yang artinya emisi CO2 yang didapat dalam
penelitian ini adalah asumsi beban maksimum pada wilayah studi karena pada kenyataannya CO2
akan terdispersi dengan adanya angin yang membawa CO2 tersebar di atmosfer. Selain itu sesuai
dengan siklus CO2, penyerapan CO2 oleh vegetasi hanya sekitar 0,05%, dimana nilai ini tidak jauh
berbeda dari hasil perhitungan, 1,75% tetap berada di atmosfer dan 98,20% larut dalam lautan
(Odum, 1996).
25
KESIMPULAN
1. Daya serap CO2 oleh RTH eksisting di Surabaya Utara mampu menyerap 2,456.04 ton/tahun
(0.50%) dari emisi total CO2 yang dihasilkan di Surabaya Utara yaitu sebesar 490,859.21
ton/tahun, sedangkan total penyerapan CO2 oleh RTH eksisting di Surabaya Timur mampu
menyerap 9,885.48 ton/tahun (0.83%) dari emisi total CO2 yang dihasilkan di Surabaya
2. Emisi CO2 tertinggi berada di Kecamatan Gubeng dengan emisi CO2 sebesar 238,264.81
ton/tahun dan emisi CO2 terendah berada di Kecamatan Bulak dengan emisi CO2 sebesar
54,134.86 ton/tahun. Sedangkan kecamatan yang memiliki RTH eksisting dengan daya
serap CO2 tertinggi adalah Kecamatan Gubeng dengan daya serap CO2 sebesar 4,816.44
ton/tahun dan kecamatan yang memiliki RTH eksisting dengan daya serap CO2 terendah
adalah Kecamatan Gunung Anyar dengan daya serap CO2 sebesar 0 ton/tahun.
meningkatkan daya serap CO2 menjadi 2,531.28 ton/tahun (0.52%) di wilayah Surabaya
b. Merekomendasikan pengelolaan RTH yang belum dikelola oleh DKP Surabaya dan
penambahan RTH baru. Upaya ini mampu meningkatkan daya serap CO2 menjadi
5,505.04 ton/tahun (1.12%) di wilayah Surabaya Utara dan 13,325.48 ton/tahun (1.12%)
c. Upaya peningkatan daya serap CO2 total pada skenario I dan skenario II mampu
meningkatkan daya serap CO2 menjadi 5,580.28 ton/tahun (1.14%) di wilayah Surabaya
26
SARAN
1. Dilakukan penelitian lanjutan dengan menghitung daya serap CO2 untuk perdu dan rumput.
2. Dilakukan penelitian lanjutan untuk menghitung kemampuan daya serap CO2 RTH privat
karena RTH privat juga memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penyerapan CO2.
DAFTAR PUSTAKA
Afdal. 2007. Siklus Karbon dan Karbon Dioksida di Atmosfer dan Samudera. Oseana Vol. XXXII
No. 2: 29-41
<URL:http://alamendah.wordpress.com/2010/09/01/tanaman-penyerap-karbondioksida>
Anonim. 2002. Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 7 Tahnu 2002 tentang Pengelolaan Ruang
Terbuka Hijau
Anonim. 2006. Makalah Lokakarya IPB tentang Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan
Anonim. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman
Dahlan, E. N. 1992. Hutan Kota: untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup.
Dahlan, E. N. 2007. Analisis Kebutuhan Luasan Hutan Kota Sebagai Sink Gas CO2 Antropogenik
Dari Bahan BAkar Minyak dan Gas Di Kota Bogor Dengan Pendekatan Sistem Dinamik.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. 2010. Lokasi dan Luas Taman Kota di Surabaya
27
Jumali, M.A. 2009. Mengenal Software Stella. <URL:http://prof-
pinter.blogspot.com/2009/08/mengenal-sofware-stella.html>
Prasetyo, L.B., U. Rosalina, D. Murdiyarso, G. Saito dan H. Tsuruta. 2002. Integrating Remote
Sensing and GIS for Estimating Aboveground Biomass and Green House Gases Emission.
<URL:http://aa-Surabaya.blogspot.com/2010_03_01_archive.html>
Razak, A. 2010. Kajian Yuridis Carbon Trade dalam Penyelesaian Efek Rumah Kaca. Makalah
Suhedi, F. 2005. Emisi CO2 dari Konsumsi Energi Domestik. Pusat Litbang Permukiman
28