Anda di halaman 1dari 9

KOMBINATORIKA

DISUSUN OLEH:

1. CHANDRA IRAWAN

2. FIRMANSYAH

3. WAHYU OKTARIE B

4. YUSRON SHODIQ SATORI

PALCOMTECH UNIVERSITY

2019
Definisi

Kombinatorial adalah cabang matematika untuk menghitung jumlah penyusunan objek-objek tanpa
harus mengenumerasi semua kemungkinan susunannya.

TEORI KOMBINATORIAL

Teori Kombinatorial merupakan salah satu pokok bahasan Matematika Diskrit yang telah banyak
dikembangkan dan diaplikasikan dalam berbagai bidang. Dalam perkembangan Matematika, dapat
dilihat bahwa kajian kombinatorial sangat menarik bagi sebagian orang. Salah satu contoh
permasalahan yang dapat diselesaikan dengan kombinatorial adalah menghitung banyaknya
kombinasi angka nomor polisi mobil, di mana nomor polisi terdiri atas lima angka dan diikuti dua
huruf, serta angka pertama bukan nol.

Cara paling sederhana untuk menyelesaikan persolan sejenis adalah dengan mengenumerasi semua
kemungkinan jawabannya. Mengenumerasi berarti mencacah atau menghitung satu per satu setiap
kemungkinan jawaban. Akan tetapi enumerasi masih mungkin dilakukan jika jumlah objek sedikit,
sedangkan untuk persoalan di atas, cara enumerasi jelas tidak efisien. Misalnya untuk menjawab
persoalan di atas, apabila kita melakukan enumerasi, maka kemungkinan jawabannya adalah sebagai
berikut:

12345AB

12345AC

12345BC

34567MT

34567ML

dan seterusnya…

1 Kaidah Dasar Menghitung

· Kaidah perkalian (rule of product)

Percobaan 1: p hasil

Percobaan 2: q hasil

Percobaan 1 dan percobaan 2: p × q hasil

· Kaidah penjumlahan (rule of sum)

Percobaan 1: p hasil

Percobaan 2: q hasil

Percobaan 1 atau percobaan 2: p + q hasil


Contoh 1. Ketua angkatan IF 2002 hanya 1 orang (pria atau wanita, tidak

bias gender). Jumlah pria IF2002 = 65 orang dan jumlah wanita = 15 orang. Berapa banyak cara
memilih ketua angkatan?

Penyelesaian: 65 + 15 = 80 cara.

2. aturan penjumlahan

Jika suatu kejadian dapat dikerjakan dengan beberapa cara, tetapi cara-cara ini tidak dapat
dikerjakan pada waktu yang sama.

Jika kejadian tersebut dapat terjadi dengan n1 cara, atau

kejadian tersebut terjadi dengan n2 cara, atau

kejadian tersebut dapat terjadi dengan n3 cara, atau

...................

kejadian tersebut dapat terjadi dengan np cara,

maka kejadian dengan ciri yang demikian dapat terjadi dengan

(n1+n2+n3+...+np) cara.

Contoh 1

Dalam sebuah pantia, wakil dari sebuah jurusan dapat dipilih dari dosen, atau mahasiswa. Jika pada
jurusan tersebut memiliki 37 dosen dan 83 mahasiswa, Berapa banyak cara memilih wakil dari
jurusan tersebut?

Jawab: Ada 37 cara untuk memilih wakil dari sebuah jurusan yang berasal dari kalangan dosen dan
ada 83 cara memilih wakil dari sebuah jurusan yang berasal dari kalangan mahasiswa. Karena pada
jurusan tersebut tidak ada dosen yang berstatus mahasiswa ataupun mahasiswa yang berstatus
dosen, maka berdasarkan aturan penjumlahan, ada37+83=120 cara untuk memilih wakil dari sebuah
jurusan.

3. aturan perkalian

Sebelum memperkenalkan defenisi aturan perkalian dalam kombinatorika (matematika diskrit) ada
baiknya anda perhatikan ilustrasi di bawah ini:

Sebuah event fun-run akan di adakan. Masing masing peserta akan diberikan nomor peserta yang
terdiri dari 5 digit. 2 digit terakhir akan di isi oleh huruf alphabet. Sementara 3 digit awal akan diisi
oleh angka. Berapa banyak kemungkinan seluruh nomor yang bisa dibuat?
Dalam penyelesaian problem seperti di atas maka digunakan aturan perkalian. Secara matematis,
aturan perkalian tersebut bisa didefenisikan menjadi:

Jika sebuah prosedur terdiri dari beberapa kejadian dan dimisalkan

n1 kejadian 1

n2 kejadian 2

n3 kejadian 3

....

np kejadian p

Maka seluruh kejadian total dalam prosedur tersebut dapat dihitung menjadi

n1×n2×n3×...×np.

Perhatikan beberapa contoh soal di bawah ini:

Soal 1: Penomoran kursi di auditorium berbentuk satu huruf disambung dengan bilangan bulat
positif tidak lebih dari 100. Berapa banyak kursi yang dapat dilabeli secara berbeda?

Jawab: Kursi pada auditorium akan dilabeli dengan ketentuan berbentuk satu huruf disambung
dengan bilangan bulat positif tidak lebih dari 100. Banyaknya kejadian pertama untuk melabeli kursi
dengan huruf ada 26 sedangkan pada kejadian kedua untuk melabeli kursi dengan angka sebanyak
100 . Sehingga berdasarkan aturan perkalian, banyaknya cara melabeli kursi pada auditorium dengan
ketentuan tersebut dapat dilakukan sebanyak 26 × 100 = 2600 cara. Jadi, banyaknya kursi yang dapat
dilabeli dengan label yang berbeda ada 2600.

4. Permutasi
Permutasi adalah susunan unsur-unsur yang berbeda dalam urutan tertentu. Pada permutasi urutan
diperhatikan sehingga
Permutasi k unsur dari n unsur adalah semua urutan yang berbeda yang mungkin dari k unsur yang
diambil dari n unsur yang berbeda. Banyak permutasi k unsur dari n unsur ditulis atau .
Permutasi siklis (melingkar) dari n unsur adalah (n-1) !
Cara cepat mengerjakan soal permutasi

dengan penulisan nPk, hitung 10P4


kita langsung tulis 4 angka dari 10 mundur, yaitu 10.9.8.7
jadi 10P4 = 10x9x8x7 berapa itu? hitung sendiri

Contoh permutasi siklis :

Suatu keluarga yang terdiri atas 6 orang duduk mengelilingi sebuah meja makan yang berbentuk
lingkaran. Berapa banyak cara agar mereka dapat duduk mengelilingi meja makan dengan cara yang
berbeda?
Jawab :
Banyaknya cara agar 6 orang dapat duduk mengelilingi meja makan dengan urutan yang berbeda
sama dengan banyak permutasi siklis (melingkar) 6 unsur yaitu :

Contoh soal1) Ada berapa cara bila 4 orang remaja (w,x, y, z) menempati tempat duduk yang akan
disusun dalam suatu susunan yang teratur?

Jawaban:

4P4 = 4!

=4x3×2×1

= 24 cara

5. kombinasi dan permutasi dengan elemen berulang

Soal 1. 12 sosis dibagikan pada 4 orang anak. Berapa banyak cara membagikan 12 sosis tersebut?

Pembahasan:

n= 4 ; k =12

(n+k−1)Ck=(4+12−1)C12=15C12

Atau

(k+n−1)Cn−1=(12+4−1)C4−1=15C3

6. koefiesien binomal

Teorema 1 [Teorema Koefisien Binomial]

Misalkan x dan y adalah variabel, dan n adalah bilangan bulat nonnegatif, maka

(x+y)n=∑j=0n(nj)xn−jyj=(n0)xn+(n1)xn−1y+...+(nn−1)xyn−1+(nn)yn

Bukti: Kita akan menggunakan pembuktian kombinatorik untuk membuktikan teorema ini. Suku -
suku pada hasil penjabaran (x+y)n berbentuk xn−jyj untuk j=0,1,2,...,n. Untuk menghitung banyaknya

suku yang berbentuk xn−jyj, pertama kita perlu memilih (n−j) x dari n faktor. Olehkarenanya
koeefisien dari xn−jyj adalah (nn−j) yang ekuivalen dengan (nj).

Berikut merupakan contoh untuk mengilustrasikan teorema ini.


Contoh 1

Berapakah nilai koefisien dari x12y13 pada ekspansi (x+y)25?

Jawab: Dari teorema binomial, nilai koefisien x12y13 dapat dihitung sebagai berikut

(2513)=25!13!12!=5.200.300

7. segitiga pascal

Manfaat dari segitiga pascal ini adalah salah satunya berguna untuk menyelesaikan soal
perpangkatan dengan lebih cepat, karena kita tidaklah perlu mengalikan satu persatu tetapi dari
segitiga pascal ini kita langsung bisa mengetahui koefisien dari penyelesaian sebuah soal
perpangkatan. Rumus Segitiga Pascal ini digunakan untuk membagi pemangkatan.

Rumus Segitiga Pascal

(a + b)0 = 1

(a + b)1 = a1+ b1

(a + b)2 = a2 + 2.a. b+ b2

(a + b)3 = a3 + 3. a2. b + 3. a. b2+ b3

(a + b)4 = a4 + 4. a3. b + 6. a2. b2 + 4. a. b3 + b4

(a + b)5 = a5 + 5. a4. b + 10. a3. b2 + 10. a2. b3 + 5. a. b4 + b5

(a + b)6 = a6 + 6. a5. b + 15. a4. b + 20. a3. b2 + 15. a2. b3 + 6. a. b4 + b6

Dan seterusnya. Pola ini berlaku jika bilangan merupakan bilangan 2 suku yaitu (a – b)n. Tetapi jika
bentuk bilangan seperti (a – b)n maka pangkat n tetap mengikuti aturan Segitiga Pascal namun untuk
tanda setiap koefisien – akan berubah menjadi + dan sebaliknya. Perhatikan rumus di bawah ini.
(a + b)4 = a4 – 4. a3. b + 6. a2. b2 – 4. a. b3 + b4

(a + b)5 = a5 – 5. a4. b + 10. a3. b2 – 10. a2. b3 + 5. a. b4 – b5

(a + b)6 = a6 – 6. a5. b + 15. a4. b – 20. a3. b2 + 15. a2. b3 – 6. a. b4 + b6

Berikut ini terdapat contoh pengaplikasiannya pada soal.

Pola Segitiga Pascal

Pola segitiga pascal diatas diperlihatkan hingga pangkat ke 6, dan pola tersebut dapat diteruskan
sampai tak terhingga. Untuk mengaplikasikan segitiga pascal di atas perhatikanlah penjelasan di
bawah ini.

(a+b)² = a²+2ab+b²

Perhatikan pola dalam mengerjakan soal pangkat 3 berikut dan perhatikan koefisien untuk pangkat 3
dalam skema segitiga pascal diatas.

(a+b)³ = 1a³bº+3a²b¹+3a¹b²+1aºb³( perhatikan pola pangkatnya )

=a³ + 3a²b + 3ab²+ a³

Pola pangkatnya untuk variabel pertama berjalan dari besar kekecil yaitu dari 3,2,1,0 dan untuk
variabel kedua berjalan dari kecil ke besar yaitu dari 0,1,2,3.

Perhatikan lagi untuk pangkat 4 berikut ini.

(a+b)4 = 1a4 bº + 4a³b¹ + 6a²b² + 4a¹ b³ + 1aºb4

= a4 + 4a³b + 6a²b² + 4ab³ + b4

Jadi dengan memakai pola segitiga pascal ini kita akan menghemat waktu untuk menghitung soal
dengan pangakta yang besar. Misal ada soal (a+b)8 maka jika kita menghitung secara manual akan
memakan waktu dan tenaga yang cukup banyak, karena pasti prosesnya akan panjang.
Tapi dengan adanya segitiga pascal ini kita akan lebih mudah dan lebih cepat menemukan hasilnya,
serta mengurangi resiko keliru dalam menghitung.

8. Prinsip Inklusi dan Eksklusi

Prinsip Inklusi dan Eksklusi merupakan perluasan ide dalam Diagram Venn beserta operasi irisan dan
gabungan, namun dalam pembahasan kali ini konsep tersebut diperluas, dan diperkaya dengan
ilustrasi penerapan yang bervariasi dalam matematika kombinatorik. Kita awali dengan sebuah
ilustrasi:

Sebuah perkuliahan umum dihadiri oleh 20 mahasiswa yang memiliki kegemaran membaca dan 30
mahasiswa yang memiliki kegemaran menulis. Berapa mahasiswa di dalam perkuliahan tersebut
yang memiliki kegemaran membaca atau menulis?

Dari permasalahan ini terlihat bahwa informasi yang diketahui belum memadai. Banyaknya
mahasiswa yang memiliki kegemaran membaca atau menulis hanya dapat diketahui jika banyaknya
mahasiswa yang menggemari kedua kegiatan tersebut diketahui.

Prinsip Inklusi-Eksklusi

Banyaknya anggota himpunan gabungan antara himpunan A dan himpunan B merupakan jumlah
banyaknya anggota dalam himpunan tersebut dikurangi banyaknya anggota di dalam irisannya.
Dengan demikian,

n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)

Contoh 1.

Dalam sebuah program studi pendidikan matematika yang terdiri atas 350 mahasiswa, terdapat 175
mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial dan 225 mahasiswa yang mengambil
mata kuliah analisis kompleks, dan 50 mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan
diferensial dan analisis kompleks. Ada berapa mahasiswa di dalam perkuliahan itu jika setiap
mahasiswa mengambil mata kuliah persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya?

Penyelesaian:

Misalkan A adalah banyaknya mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial dan B
menyatakan mahasiswa yang mengambil mata kuliah analisis kompleks. Maka A B merupakan
himpunan mahasiswa yang mengambil kedua mata kuliah tersebut. Banyaknya mahasiswa di dalam
kelas itu yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya
adalah

n(A ∪ B)= n(A) + n(B) – n(A ∩ B)

= 175 + 225 – 50

= 350

Anda mungkin juga menyukai