Anda di halaman 1dari 16

No. Dok : 02.104.

00/FRM-5/SPMI-STFB

LAPORAN KEMAJUAN 1/2/3


PENELITIAN TUGAS AKHIR II

Nama RAZAN MAHDA LINA


NPM 21131007
Program Studi/ Semester S1 FARMASI
Rubi BIOLOGI FARMASI
Judul TA PENETAPAN KADAR KAROTENOID DAN
AKTIVITAS TABIR SURYA DARI EKSTRAK DAN
FRAKSI BUAH STOBERI (Fragraria Vescal L) DAN
MURBEI (Morus lacinata L)
1. R. Herni Kusriani, M.Si., Apt.
Pembimbing
2. Asep Roni, M.Si., Apt.

Form Laporan Kemajuan Penelitian Tugas Akhir 2 stfb


No. Dok : 02.104.00/FRM-5/SPMI-STFB

TIME LINE PENELITIAN

Februari Maret April Mei Paraf pembimbing


Penelitian
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengumpulan bahan

Determinasi tanaman

Pengolahan tanaman

Pembuatan maserasi

Pembuatan ekstrak

Pembuatan fraksi

Penfisan fitokimia

Penujian kadar
karotenoid

Pemantauan ekstrak

Pemantauan fraksi

Pengujian tabir surya

Pengujian fraksi

Pengolahan data

Form Laporan Kemajuan Penelitian Tugas Akhir 2 stfb


No. Dok : 02.104.00/FRM-5/SPMI-STFB

PROSEDUR PENGUJIAN
V.1. Penyiapan Bahan dan Determinasi Tanaman
Penyiapan bahan meliputi pengumpulan bahan buah stoberi dan murbei yang digunakan untuk penelitian
diperoleh dari kebun percobaan Manoko Lembang dan determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan
bahwa tanaman yang digunakan telah sesuai dan tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan sampel
dilakukan di Laboratorium Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB.
V.2. Pengolahan Bahan
Pengolahan bahan meliputi sortasi basah, pencucian, pengeringan, sortasi kering dan penyimpanan
(Depkes RI, 1985).
a. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing seperti adanya
tanah, kerikil, rumput, batang, daun dan akar yang telah rusak serta pengotor lainnya dari tanaman.
b. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah atau debu dan pengotor lainnya yang melekat pada
buah stoberi dan murbei, pencucian dilakukan pada air bersih yang mengalir.
c. Perajangan
Perajangan dilakukan dengan pengubahan bentuk tanaman yaitu dengan cara buah stoberi dan murbei
di potong menjadi ukuran yang lebih kecil.
d. Maserasi
maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, selama 3x24 jam pada temperatur suhu ruang. Ekstrak
yang didapat kemudian dipekatkan menggunakan alat penguap berputar hampa udara (rotary
vaporator) sampai didapat ekstrak pekat.
e. Penyimpanan
Ekstrak buah stoberi dan murbei yang sudah terbentuk ekstak kental ditempatkan dalam suatu wadah
tersendiri yang bersih dan sesuai dengan sifat simplisia sehingga tidak berpengaruh terhadap
kandungan zat yang terdapat dalam simplisia dan disimpen di kulkas.

Form Laporan Kemajuan Penelitian Tugas Akhir 2 stfb


No. Dok : 02.104.00/FRM-5/SPMI-STFB

V.3 Pembuatan Ekstrak


Proses ekstraksi dilakukan terhadap simplisia yang sudah dihaluskan. Metode ekstraksi yang digunakan
adalah maserasi. Simplisia yang sudah dihaluskan kemudian ditambahkan pelarut etanol 96% sampai
simplisia terendam. Proses maserasi dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali setiap masing-masing 24 jam,
ditempatkan dalam wadah yang terlindung dari cahaya. Sambil sesekali diaduk. Kemudian disaring
menggunakan kain saring dan dipekatkan dengan menggunakan alat rotary vaporator hingga diperoleh
ekstrak kental.
𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙
Rendemen = 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑋 100%

V.4 Pembuatan Fraksi


Ekstrak kental yang diperoleh ditimbang, kemudian ekstrak dilarutkan terlebih dahulu dengan campuran
metanol-air (40:160) yang ditempatkan dalam corong pisah, kedalamnya ditambahkan pelarut n-heksan
dengan pembanding 2:2, kocok secara perlahan hingga tercampur, kemudian didiamkan hingga tepat
memisah menjadi 2 fase yang terdiri dari fase n-heksan dan fase metanol-air. Fase n-heksan dipisahkan
sedangkan fraksi metanol-air difraksinasi kembali hingga 3 kali. Fraksi n-heksan yang telah didapat
dipekatkan menggunakan rotary vaporator. Fraksi metanol-air di fraksinasi kembali menggunakan etil
asetat dengan perbandingan 2:2, proses fraksinasi dilakukan hingga 3 kali sehingga diperoleh fase etil
asetat dan metanol-air yang masing-masing dipekatkan dengan rotary vaporator. Dari fraksi didapatkan 3
fraksi yaitu fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi metanol-air. Fraksi yang digunakan untuk uji
penetapan kadar karotenoid dan aktivitas tabir surya adalah fraksi heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi
metanol-air. Fraksi kental tersebut ditimbang dan dihitung rendemennya menggunakan rumus berikut:
fraksi kental
Rendemen = berat ekstrak kental 𝑥 100%

V.5 Karakteristik Ekstrak


V.5.1 Penetapan Kadar Abu Total
Timbang seksama 0,2 gram bahan uji yang telah dihaluskan dan masukan kedalam krus silikat yang telah
dipijar dan ditara, pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan dan ditimbang. Jika dengan cara
ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, aduk, saring melalui kertas saring bebas abu.

Form Laporan Kemajuan Penelitian Tugas Akhir 2 stfb


No. Dok : 02.104.00/FRM-5/SPMI-STFB

Pijarkan kertas saring beserta sisa penyaringan dalam krus yang sama. Masukkan filtrat kedalam
krus,uapkan dan pijarkan hingga bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan
dalam % b/b (Farmakope Herbal Indonesia, 2009).
berat abu sisa pijar
Kadar abu total = × 100%
berat simplisia

V.5.2 Bobot Jenis


Gunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan air
yang baru dididihkan pada suhu 25ᵒC. Atur hingga suhu ektrak cair lebih kurang 20ᵒC, masukan kedalam
piknometer atau suhu piknometer yang telah di isi hingga suhu 25ᵒC, buang kelebihan ekstrak cair dan
ditimbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi. Bobol ekstrak
dengan bobot air, dalam piknometer pada suhu 25ᵒC.
V.6 Skrining Fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan untuk menentukan komponen bioaktif yang terdapat pada ekstrak buah
stoberi dan murbei. Penapisan fitokimia yang dilakukan terdiri dari alkaloid, steroi/triterpenoid, flavonoid,
saponin, kuinon, tanin.
V.6.1 Uji Saponin
Masukan 0,5 gram serbuk sampel kedalam tabung reaksi, tambahkam 10 mL air panas, dinginkan. Kocok
kuat-kuat selama 10 detik (jika zat yang diperiksa berupa sediaan cair, encerkan 1 mL sediaan yang
diperiksa dengan 10 mL air dan dikocok kuat-kuat selama 10 detik). Terbentuk buih putih stabil selama
tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm. Tambahkan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang
menunjukan adanya saponin dalam simplisia uji (Farnsworth, 1966).
V.6.2 Uji Kuinon
Sebanyak 1 gram sampel dalam 100 mL air panas didihkan selama 5 menit dan dan disaring sehingga
diperoleh filtrat. Ke dalam 5 mL filtrat ditambahkan beberapa tetes larutan natrium hidroksida 1 N, jika
terbentuk warna merah menunjukan adanya kuinon. Namun dapat terjadi reaksi positif palsu dengan tanin.
Maka pemerikasaan dilanjutkan dengan penambahan gelatin kemudian endapannya disaring dan filtratnya
ditambahkan natrium hidroksida 1 N. Bila tetap terbentuk warna merah maka menunjukan adanya kuinon
(Farnsworth, 1966).

Form Laporan Kemajuan Penelitian Tugas Akhir 2 stfb


No. Dok : 02.104.00/FRM-5/SPMI-STFB

V.6.3 Uji Alkaloid


Ditimbang 5 gram sampel. Tambahkan 1 mL HCl 2N dan 9 mL air, panaskan di atas penangas air selama
2 menit, dinginkan dan saring sehingga diperoleh filtrat.Pindahkan masing 3 tetes filtrat pada kaca arloji
(gunakan 2 kaca arloji). Tambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat LP. Bila terjadi endapan berwarna coklat
sampai hitam maka serbuk simplisia mengandung alkaloid. Jika dengan pereaksi mayer terbentuk endapan
menggumpal berwarna putih atau kuning yang larut dalam metanol maka ada kemungkinan terdapat
alkaloid. Jika pada pada kedua percobaan tidak terjadi endapan, maka simplisia tidak mengandung
alkaloid. Sisa pelarut dikocok dengan 3 mL ammonia P dan 10 mL campuran eter – kloroform (3:1).Ambil
fase organik, tambahkan natrium sulfat anhidrat P, saring. Uapkan filtrat di atas tangas air, larutkan sisa
dalam sedikit asam klorida 2 N tambahkan pereaksi alkaloid (Mayer, Dragendorff, Bouchardat, asam
silikowolframat, asam fosfomolibdat). Jika terbentuk endapan sekurang-kurangnya dengan 2 pereaksi
tersebut, hal itu menunjukkan bahwa serbuk simplisia mengandung alkaloid (Depkes RI, 1989).

V.6.4 Uji Steroid/triterpenoid


Sebanyak 1 gram sampel dimaserasi dengan 20 mL eter selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat sebanyak 5 mL
diuapkan dalam cawan penguap kedalam residu tambahkan pereaksi Liebermann-Burchard, terbentuknya
warna merah yang berubah menjadi warna hijau, kemudian menjadi ungu dan akhirnya biru, menunjukan
adanya steroid/triterpenoid (Depkes RI, 1995).

V.6.5 Uji Flavonoid


Sebanyak 1 gram sampel dalam 100 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan disaring sehingga
diperoleh filtrat. Kemudian, sebanyak 5 mL filtrat dalam tabung reaksi tambahkan sedikit serbuk
magnesium dan 2 mL asam klorida-etanol (1:1), kemudian dikocok dengan 10 mL amil alkohol. Reaksi
positif ditunjukan dengan terbentuknya warna jingga, kuning, atau merah pada lapisan amil alkohol
(Farnsworth, 1966).
V.6.6 Uji Tanin
Sebanyak 1 gram sampel dalam 100 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan disaring sehingga
diperoleh filtrat. Masing-masing filtrat sebanyak 5 mL kedalam 3 tabung reaksi, ke dalam tabung pertama
ditambahnkan besi (III) klorida. Timbulnya warna hijau violet atau hitam menunjukan adanya tanin.
Selanjutnya 5 mL larutan sampel ditambahkan peraksi Steasny (formaldehid-asamklorida = 1:2) dan

Form Laporan Kemajuan Penelitian Tugas Akhir 2 stfb


No. Dok : 02.104.00/FRM-5/SPMI-STFB

dipanaskan dalam tangas air, jika terbentuk endapan merah muda menunjukan adanya tanin katekat.
Endapan disaring, lalu filtrat dijenuhkan dengan natrium asetat dan ditambahkan besi (III) klorida. Jika
terbentuk warna biru hitam menunjukan adanya tanin galat (Harborne J.b, 1987).
V.6.7 Fenol
Sebanyak 5 mL larutan direaksikan dengan larutan FeCl3 1%. Jika terbentuk warna biru kehitaman
menunjukan adanya senyawa fenolat.
V.7 Penetapan kadar Karotenoid
Setiap ekstrak diencerkan dalam n-heksan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometri
UV-VIS dan absorbansinya diukur pada panjang gelombang 470 nm. Analisis dilakukan sebanyak tiga
kali (triplo) untuk masing-masing ekstrak dengan beta karoten sebagai standar, n-heksan sebagai blanko.
Larutan standar beta karoten 5-70 μg/mL digunakan untuk mendapatkan kurva standar (Thaipong dkk.,
2006). Kadar karotenoid total dihitung terhadap 100 mg ekstrak dan dinyatakan sebagai mg beta carotene
equivalence per 100 mg ekstrak (mg BE/100 mg). Dapat dilihat pada rumus sebagai berikut :

𝑏𝑒𝑡𝑎𝑘𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 μg/mL X vol pelarut (ml) X 103 X 100


Kadar Karotenoid : 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)

V.8 Penentuan Aktivitas Tabir Surya


a. Pembuatan Larutan Standar Benzofenon
Dibuat larutan standar benzofenon 10 μg/mL dengan 2,5 mg benzofenon dilarutkan dalam etanol
96% 25 mL kocok hingga homogen, kemudian dibuat seri konsentrasi dengan berbagai konsentrasi
yaitu 2 μg/mL, 4 μg/mL, 8 μg/mL, 10 μg/mL.
b. Pengukuran Seri Konsentrasi Ekstrak Uji
Masing-masing sampel ekstrak buah strawberry dan blackberry dibuat larutan induk 1000 μg/mL,
dengan melarutkan 25 mg sampel dengan pelarut etanol 96% dalam labu takar 25 mL, kemudian
dibuat seri konsentrasi 300 μg/mL, 400 μg/mL, 500 μg/mL, 600 μg/mL, dan 700 μg/mL.
c. Pengukuran Absorbansi
Serapan dibaca pada Spektrofotometer UV λ 290-320 nm (interval 5 nm).aktivitas tabir surya
ditentukan dengan perhitungan sun protection factor (SPF). Pada standar benzofenon dilakukan
perlakuan yang sama dengan sampel.

Form Laporan Kemajuan Penelitian Tugas Akhir 2 stfb


No. Dok : 02.104.00/FRM-5/SPMI-STFB

d. Penentuan Nilai SPF


Nilai SPF dapat ditentukan secara in vitro dengan menggunakan metode Spektrofotometri UV
Visibel Spektrum data serapan sampel ditentukan dalam rentang panjang gelombang 290nm - 320
nm pada tiap kenaikan 5 nm dengan larutan etanol sebagai blanko. Data didapat kemudian diolah
dengan persamaan (Mansur,et,al 1986) .

SPF = CF + ∑320
290 𝐸𝐸 (λ) x I x Absorban (λ)

Ket:
CF = Faktor Korelasi (10),
EE = Efisiensi Eriterma,
I = Spektrum Simulasi Sinar Surya.

Form Laporan Kemajuan Penelitian Tugas Akhir 2 stfb


No. Dok : 02.104.00/FRM-5/SPMI-STFB

HASIL & PEMBAHASAN


VI. Hasil dan Pembahasan
Bahan yang digunakan meliputi buah segar Stoberi dan Murbei, bahan kimia untuk ekstraksi berupa etanol,
penapisan fitokimia (skrining fitokimia), dan uji aktivitas tabir surya dan penetapan kadar antosianin.
Pengumpulan bahan khususnya untuk bahan alam di ambil dari daerah penangkaran tanaman obat Manoko
Lembang dan pengolahannya meliputi sortasi basah, pencucian, pengeringan, sortasi kering dan
perajangan. Determinasi tanaman dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Hayati ITB.

Buah stoberi (Fragraria vesical L) dan murbei (Morus lacinata L) diperoleh dari kebun percobaan
Manoko Lembang dan di determinasi tanaman dilakukan Laboratorium Sekolah Tinggi Ilmu Hayati ITB.
Dari hasil determinasi menunjukan bahwa tanaman yang digunakan merupakan tanaman Buah stoberi
(Fragraria vesical L) dan murbei (Morus lacinata L) Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini ialah
ekstrak buah segar Stoberi dan Murbei yang disortir terlebih dahulu dan dicuci dengan air untuk
menghilangkan kotoran yang menempel pada buah, kemudian tiriskan.
VI.1 pembuatan ekstrak dan fraksinasi
Serbuk simplisia diekstraksi dengan cara dingin yaitu maserasi menggunakan pelarut etanol 96% selama
3x24 jam bertujuan agar senyawa yang terkandung dalam Buah stoberi (Fragraria vesical L) dan murbei
(Morus lacinata L) tersari lebih banyak. Prinsip metode maserasi yaitu pelarut akan masuk menembus
dinding sel dan masuk kedalam sel, adanya perbedaan konsentrasi kandungan senyawa didalam dan luar
sel ini terjadi difusi. Buah yang digunakan untuk maserasi buah stoberi 2,5 kg dan buah murbei 2,5 kg.
Ekstrak yang didapat dipekatkan menggunakan rotary vaporator dan didapatkan ekstrak kental. Ekstrak
kental yang didapat dilakukan fraksinasi dengan cara ekstraksi cair-cair (ECC), fraksinasi dilakukan untuk
memisahkan senyawa berdasarkan tingkat kepolarannya. Ekstrak kental diambil 20 gram dilarutkan
dengan metanol:air (20:80) lalu dimasukan kedalam corong pisah dan di ECC dengan n-heksana untuk
menarik senyawa yang bersifat non polar, etil asetat untuk menarik senyawa bersifat semi polar masing-
masing 200 mL dengan pengulangan 3 kali. Kemudian didapatkan fraksi metanol:air, fraksi n-heksana dan
fraksi etil asetat, kemudian masing-masing fraksi dipekatkan dan dihitung rendemennya. Didapatkan
rendemen untuk stoberi dan murbei yaitu :

Form Laporan Kemajuan Penelitian Tugas Akhir 2 stfb


No. Dok : 02.104.00/FRM-5/SPMI-STFB

Tabel VI.1 Rendemen Ekstrak dan Fraksi


Buah stoberi Buah murbei
Ekstrak Ekstrak
sampel Rendemen Rendemen
kental kental
(%) (%)
(gram) (gram)
buah 116 4,640 156 6,240
Fraksi n heksan 0,058 0,29 0,27 1,35
Fraksi etil asetat 0,15 0,785 0,459 2,295
Fraksi metano 21,702 108,51 17,675 88,375
air

Hasil rendemen ekstrak yang diperoleh dari masing-masing tanaman menunjukan bahwa ekstrak stoberi
memiliki rendemen yang lebih besar di bandingkan murbei. Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruhi
terhadap hasil rendemen ekstrak yang diperoleh seperti metode yang digunakan, pelarut yang digunakan,
proses perajangan, dan proses pemekatan ekstrak.
VI.2 Karakterisasi Simplisia
Karakterisi simplisia merupakan salah satu parameter untuk standarisasi simplisia yang bertjuan untuk
mengetahui mutu suatu simplisia yang digunakan. Pemeriksaannya meliputi kadar abu total, kadar abu
larut air, bobot jenis dan kadar air. Hasil karakterisai ekstrak stoberi (Fragraria vesical L) dan murbei
(Morus lacinata L) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel V.2 Hasil karakterisai ekstrak buah stoberi dan murbei
Hasil Pengamatan (% b/b)
No Uji Karakteristik Ekstrak Ekstrak
Stoberi murbei
1 Kadar abu total 2,75 23
2 Bobot jenis 0,793 0,891
3 Kadar air 0,2 0,1

Penetapan kadar abu bertujuan untuk memberi gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang
berasal dari proses awal sampai diperoleh simplisia baik berasal tanaman maupun selama proses. Kadar
abu larut air ditetapkan untuk memberi gambaran kandungan mineral fisiologis dan Penetapan kadar air
untuk mengetahui jumlah air yang masih terkandung dalam simplisia.

Form Laporan Kemajuan Penelitian Tugas Akhir 2 stfb


No. Dok : 02.104.00/FRM-5/SPMI-STFB

VI.3 Skrining Fitokimia


Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan golongan senyawa metabolit sekunder yang
terkandung dalam tanaman. Golongan senyawa dalam ekstrak dapat dilihat dengan perubahan warna
setelah sampel ditambahkan pereaksi spesifik untuk setiap uji kualitatif yang meliputi alkaloid, flavonoid,
saponin, kuinon, tanin dan steroid/triterpenoid. Diperoleh hasil skrining fitokimia yaitu :
VI.3 Hasil Skrining Fitokimia ekstrak buah stoberi dan murbei.
Hasil Pengamatan
No Uji Skrining Ekstrak Ekstrak
Stoberi murbei
1 Alkaloid + +
2 Flavonoid - -
3 Saponin + +
4 Kuinon + +
5 Tanin - -
6 Steroid/
- -
triterpenoid
7 fenol + +
Keterangan : + = Mengandung golongan senyawa yang di uji
- = Tidak mengandung golongan senyawa yang di uji

Dari hasil skrining fitokimia pada sampel ekstrak stoberi dan murbei memberikan hasil positif terhadap
golongan alkaloid, saponin, kuinon dan fenol, karena kandungan senyawa pada ekstrak tertarik sempurna
sehingga menunjukan hasil yang positif, dan menunjukan hasil negatif terhadap golongan tannin, flavonoid
dan steroid /teriterpenoid, karena kandungan senyawa pada ekstrak tidak tertaris sempurna sehingga
hasilnya negatif. Hasil skrining fitokimia dapat dilihat pada tabel VI.3.
VI.4 Uji aktivitas tabir surya
Nilai SPF merupakan kemampuan suatu bahan sebagai tabir surya. Tujuan dari tabir surya adalah
mencegah kulit terbakar dan kerusakan kulit lainnya yang disebabkan oleh radiasi sinar UV. Dalam
penelitian ini ekstrak dan fraksi buah stroberi dan murbei dievaluasi dengan spektrofotometri UV. Hasil
pembacaan serapan atau absorbansi dari setiap sampel terdapat pada tabel I dan II. Nilai absorbansi dari

Form Laporan Kemajuan Penelitian Tugas Akhir 2 stfb


No. Dok : 02.104.00/FRM-5/SPMI-STFB

sampel diukur pada panjang gelombang 290-320nm kemudian di hitung nilai SPF nya. Hasil perhitungan
dapat dilihat pada Tabel II :

Gambar I : Kurva Kalibrasi Benzofenon

Tabel I : Nilai SPF Benzofenon


konsentrasi Nilai SPF
30 2.795
40 4.019
50 4.754
60 5.645
70 6.469

Dari tabel diperoleh nilai SPF dengan kategori proteksi sedang pada konsentrasi 70 μg/mL yaitu sebesar
6.465. Kemudian perlakuan yang sama dilakukan untuk sampel ekstrak dan fraksi. Sehingga diperoleh
hasil yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel II : Aktivitas Tabir Surya stoberi dan Kesetaraan Benzofenon


Aktivitas Tabir Surya
Kesetaraan
Sampel Konsentrasi Nilai SPF
Benzopenon
600 2,79 28,321
700 2,9 29,547
Ekstrak Stoberi 800 3,2 32,893
900 3,66 38,024
1000 3,77 39,245
Fraksi n Heksan 300 2,47 24,756
Form Laporan Kemajuan Penelitian Tugas Akhir 2 stfb
No. Dok : 02.104.00/FRM-5/SPMI-STFB

350 2,65 26,767


400 3,24 33,338
450 4,04 42,259
500 4,17 43,700
30 2,53 25,421
40 2,77 28,09
Fraksi Etil
50 3,33 34,34
Asetat
60 3,75 38,80
70 4,32 45,37
700 2,33 23,19
750 2,43 24,30
Fraksi Metanol 800 2,58 25,97
850 2,69 27,20
900 3,17 32,55

Tabel II : Aktivitas Tabir Surya murbei dan Kesetaraan Benzofenon (lanjutan)

Aktivitas Tabir Surya


Kesetaraan
Sampel Konsentrasi Nilai SPF
Benzopenon
300 2,57 25,97
350 2,75 28,06
Ekstrak Murbei 400 2,95 30,10
450 3,23 33,22
500 3,51 36,34
90 2,84 28,878
100 3 30,662
Fraksi n-Heksan 110 3,2 32,891
120 3,37 34,787
130 3,58 37,128
10 2,7 27,317
20 3,61 37,11
Fraksi etil asetat 30 3,19 32,816
40 4,65 49,056
50 4,8 50,729
400 2,52 25,311
450 2,39 23,816
Fraksi metanol 500 2,67 26,983
550 2,74 27,763
600 3,14 32,222

Form Laporan Kemajuan Penelitian Tugas Akhir 2 stfb


No. Dok : 02.104.00/FRM-5/SPMI-STFB

Dari hasil tabel kesetaraan,menunjukan daya proteksi benzofenon lebih besar dibandingkan dengan
sampel. Ekstrak buah stoberi konsentrasi 600-1000 μg/mL setara dengan 28-39 μg/mL benzofenon. Fraksi
n-Heksana ekstrak stoberi pada konsentrasi 300-500 μg/mL setara dengan 24-43 μg/mL benzofenon.
Fraksi Etil asetat ekstrak stoberi pada konsentrasi 30-70 μg/mL setara dengan 25-45 μg/mL benzofenon.
Fraksi metanol air ekstrak stoberi konsentrasi 700-900 μg/mL setara dengan 23-32 μg/mL benzofenon.
Ekstrak murbei konsentrasi 300-500 μg/mL setara dengan 25-36 μg/mL benzofenon. Fraksi n-Heksana
ekstrak murbei pada konsentrasi 90-130 μg/mL setara dengan 28-37 μg/mL benzofenon.Fraksi Etil asetat
ekstrak murbei pada konsentrasi 10-50 μg/mL setara dengan 27-50 μg/mL benzofenon. Fraksi metanol air
ekstrak murbei pada konsentrasi 400-600 μg/mL setara dengan 25-32 μg/mL benzofenon. Hal ini
menunjukan daya proteksi sampel lebih kecil dibandingkan dengan benzofenon. Nilai SPF tertinggi dari
sampel terdapat pada fraksi etil asetat ekstrak stoberi pada konsentrasi 40 μg/mL dengan nilai SPF 4,65
Dilihat dari hasil sampel masuk ke rentang proteksi sedang.

VII. kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrak buah
stoberi dan murbei mengandung senyawa fenolik, kuinon, alkaloid dan tanin. Selain itu, ekstrak buah
stoberi dan murbei memiliki aktivitas penangkal radikal bebas yang tertinggi pada fraksi etil asetat murbei
konsentrasi 40 μg/mL dengan nilai SPF 4,65%. Hal tersebut menyatakan semakin besar aktivitas
penangkal radikal bebas ekstrak maka nilai SPF nya juga semakin tinggi, Sehingga ekstrak dapat berperan
sebagai tabir surya dan hasil penelitian ini termasuk ke nilai SPF proteksi sedang.

Form Laporan Kemajuan Penelitian Tugas Akhir 2 stfb


No. Dok : 02.104.00/FRM-5/SPMI-STFB

PUSTAKA
Farnsworth, N. R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants, J. Pharm. Sci., Vol 55, 3,
Hal 225-276.
Harbone, J.B., 1987. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terbitan
2.(Padwinata, K. Penerjemah). ITB, Bandung.
Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hal. 549-553.
Harbone, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan, ITB, Bandung.
Mansur, J, S.; Breder, M. N. R.; Mansur, M. C. A.; Azulay, R. D. (1986); “Dererminacao do fator de
protecao solar por espectrofotometria.” An. Bras. Dermatol., Volume.16, Page 121-124,Rio de
Janeiro.

Form Laporan Kemajuan Penelitian Tugas Akhir 2 stfb


No. Dok : 02.104.00/FRM-5/SPMI-STFB

Pernyataan
Data hasil penelitian yang dilaporkan benar telah dilakukan dan telah melalui proses bimbingan
dengan dosen pembimbing 1 dan 2.

(.....................................)

Bandung, Maret 2018

Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2

(R. Herni Kusriani, M.Si., Apt.) (Asep Roni, M.Si.,Apt.)

Form Laporan Kemajuan Penelitian Tugas Akhir 2 stfb

Anda mungkin juga menyukai