00/FRM-5/SPMI-STFB
Pengumpulan bahan
Determinasi tanaman
Pengolahan tanaman
Pembuatan maserasi
Pembuatan ekstrak
Pembuatan fraksi
Penfisan fitokimia
Penujian kadar
karotenoid
Pemantauan ekstrak
Pemantauan fraksi
Pengujian fraksi
Pengolahan data
PROSEDUR PENGUJIAN
V.1. Penyiapan Bahan dan Determinasi Tanaman
Penyiapan bahan meliputi pengumpulan bahan buah stoberi dan murbei yang digunakan untuk penelitian
diperoleh dari kebun percobaan Manoko Lembang dan determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan
bahwa tanaman yang digunakan telah sesuai dan tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan sampel
dilakukan di Laboratorium Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB.
V.2. Pengolahan Bahan
Pengolahan bahan meliputi sortasi basah, pencucian, pengeringan, sortasi kering dan penyimpanan
(Depkes RI, 1985).
a. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing seperti adanya
tanah, kerikil, rumput, batang, daun dan akar yang telah rusak serta pengotor lainnya dari tanaman.
b. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah atau debu dan pengotor lainnya yang melekat pada
buah stoberi dan murbei, pencucian dilakukan pada air bersih yang mengalir.
c. Perajangan
Perajangan dilakukan dengan pengubahan bentuk tanaman yaitu dengan cara buah stoberi dan murbei
di potong menjadi ukuran yang lebih kecil.
d. Maserasi
maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, selama 3x24 jam pada temperatur suhu ruang. Ekstrak
yang didapat kemudian dipekatkan menggunakan alat penguap berputar hampa udara (rotary
vaporator) sampai didapat ekstrak pekat.
e. Penyimpanan
Ekstrak buah stoberi dan murbei yang sudah terbentuk ekstak kental ditempatkan dalam suatu wadah
tersendiri yang bersih dan sesuai dengan sifat simplisia sehingga tidak berpengaruh terhadap
kandungan zat yang terdapat dalam simplisia dan disimpen di kulkas.
Pijarkan kertas saring beserta sisa penyaringan dalam krus yang sama. Masukkan filtrat kedalam
krus,uapkan dan pijarkan hingga bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan
dalam % b/b (Farmakope Herbal Indonesia, 2009).
berat abu sisa pijar
Kadar abu total = × 100%
berat simplisia
dipanaskan dalam tangas air, jika terbentuk endapan merah muda menunjukan adanya tanin katekat.
Endapan disaring, lalu filtrat dijenuhkan dengan natrium asetat dan ditambahkan besi (III) klorida. Jika
terbentuk warna biru hitam menunjukan adanya tanin galat (Harborne J.b, 1987).
V.6.7 Fenol
Sebanyak 5 mL larutan direaksikan dengan larutan FeCl3 1%. Jika terbentuk warna biru kehitaman
menunjukan adanya senyawa fenolat.
V.7 Penetapan kadar Karotenoid
Setiap ekstrak diencerkan dalam n-heksan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometri
UV-VIS dan absorbansinya diukur pada panjang gelombang 470 nm. Analisis dilakukan sebanyak tiga
kali (triplo) untuk masing-masing ekstrak dengan beta karoten sebagai standar, n-heksan sebagai blanko.
Larutan standar beta karoten 5-70 μg/mL digunakan untuk mendapatkan kurva standar (Thaipong dkk.,
2006). Kadar karotenoid total dihitung terhadap 100 mg ekstrak dan dinyatakan sebagai mg beta carotene
equivalence per 100 mg ekstrak (mg BE/100 mg). Dapat dilihat pada rumus sebagai berikut :
SPF = CF + ∑320
290 𝐸𝐸 (λ) x I x Absorban (λ)
Ket:
CF = Faktor Korelasi (10),
EE = Efisiensi Eriterma,
I = Spektrum Simulasi Sinar Surya.
Buah stoberi (Fragraria vesical L) dan murbei (Morus lacinata L) diperoleh dari kebun percobaan
Manoko Lembang dan di determinasi tanaman dilakukan Laboratorium Sekolah Tinggi Ilmu Hayati ITB.
Dari hasil determinasi menunjukan bahwa tanaman yang digunakan merupakan tanaman Buah stoberi
(Fragraria vesical L) dan murbei (Morus lacinata L) Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini ialah
ekstrak buah segar Stoberi dan Murbei yang disortir terlebih dahulu dan dicuci dengan air untuk
menghilangkan kotoran yang menempel pada buah, kemudian tiriskan.
VI.1 pembuatan ekstrak dan fraksinasi
Serbuk simplisia diekstraksi dengan cara dingin yaitu maserasi menggunakan pelarut etanol 96% selama
3x24 jam bertujuan agar senyawa yang terkandung dalam Buah stoberi (Fragraria vesical L) dan murbei
(Morus lacinata L) tersari lebih banyak. Prinsip metode maserasi yaitu pelarut akan masuk menembus
dinding sel dan masuk kedalam sel, adanya perbedaan konsentrasi kandungan senyawa didalam dan luar
sel ini terjadi difusi. Buah yang digunakan untuk maserasi buah stoberi 2,5 kg dan buah murbei 2,5 kg.
Ekstrak yang didapat dipekatkan menggunakan rotary vaporator dan didapatkan ekstrak kental. Ekstrak
kental yang didapat dilakukan fraksinasi dengan cara ekstraksi cair-cair (ECC), fraksinasi dilakukan untuk
memisahkan senyawa berdasarkan tingkat kepolarannya. Ekstrak kental diambil 20 gram dilarutkan
dengan metanol:air (20:80) lalu dimasukan kedalam corong pisah dan di ECC dengan n-heksana untuk
menarik senyawa yang bersifat non polar, etil asetat untuk menarik senyawa bersifat semi polar masing-
masing 200 mL dengan pengulangan 3 kali. Kemudian didapatkan fraksi metanol:air, fraksi n-heksana dan
fraksi etil asetat, kemudian masing-masing fraksi dipekatkan dan dihitung rendemennya. Didapatkan
rendemen untuk stoberi dan murbei yaitu :
Hasil rendemen ekstrak yang diperoleh dari masing-masing tanaman menunjukan bahwa ekstrak stoberi
memiliki rendemen yang lebih besar di bandingkan murbei. Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruhi
terhadap hasil rendemen ekstrak yang diperoleh seperti metode yang digunakan, pelarut yang digunakan,
proses perajangan, dan proses pemekatan ekstrak.
VI.2 Karakterisasi Simplisia
Karakterisi simplisia merupakan salah satu parameter untuk standarisasi simplisia yang bertjuan untuk
mengetahui mutu suatu simplisia yang digunakan. Pemeriksaannya meliputi kadar abu total, kadar abu
larut air, bobot jenis dan kadar air. Hasil karakterisai ekstrak stoberi (Fragraria vesical L) dan murbei
(Morus lacinata L) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel V.2 Hasil karakterisai ekstrak buah stoberi dan murbei
Hasil Pengamatan (% b/b)
No Uji Karakteristik Ekstrak Ekstrak
Stoberi murbei
1 Kadar abu total 2,75 23
2 Bobot jenis 0,793 0,891
3 Kadar air 0,2 0,1
Penetapan kadar abu bertujuan untuk memberi gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang
berasal dari proses awal sampai diperoleh simplisia baik berasal tanaman maupun selama proses. Kadar
abu larut air ditetapkan untuk memberi gambaran kandungan mineral fisiologis dan Penetapan kadar air
untuk mengetahui jumlah air yang masih terkandung dalam simplisia.
Dari hasil skrining fitokimia pada sampel ekstrak stoberi dan murbei memberikan hasil positif terhadap
golongan alkaloid, saponin, kuinon dan fenol, karena kandungan senyawa pada ekstrak tertarik sempurna
sehingga menunjukan hasil yang positif, dan menunjukan hasil negatif terhadap golongan tannin, flavonoid
dan steroid /teriterpenoid, karena kandungan senyawa pada ekstrak tidak tertaris sempurna sehingga
hasilnya negatif. Hasil skrining fitokimia dapat dilihat pada tabel VI.3.
VI.4 Uji aktivitas tabir surya
Nilai SPF merupakan kemampuan suatu bahan sebagai tabir surya. Tujuan dari tabir surya adalah
mencegah kulit terbakar dan kerusakan kulit lainnya yang disebabkan oleh radiasi sinar UV. Dalam
penelitian ini ekstrak dan fraksi buah stroberi dan murbei dievaluasi dengan spektrofotometri UV. Hasil
pembacaan serapan atau absorbansi dari setiap sampel terdapat pada tabel I dan II. Nilai absorbansi dari
sampel diukur pada panjang gelombang 290-320nm kemudian di hitung nilai SPF nya. Hasil perhitungan
dapat dilihat pada Tabel II :
Dari tabel diperoleh nilai SPF dengan kategori proteksi sedang pada konsentrasi 70 μg/mL yaitu sebesar
6.465. Kemudian perlakuan yang sama dilakukan untuk sampel ekstrak dan fraksi. Sehingga diperoleh
hasil yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Dari hasil tabel kesetaraan,menunjukan daya proteksi benzofenon lebih besar dibandingkan dengan
sampel. Ekstrak buah stoberi konsentrasi 600-1000 μg/mL setara dengan 28-39 μg/mL benzofenon. Fraksi
n-Heksana ekstrak stoberi pada konsentrasi 300-500 μg/mL setara dengan 24-43 μg/mL benzofenon.
Fraksi Etil asetat ekstrak stoberi pada konsentrasi 30-70 μg/mL setara dengan 25-45 μg/mL benzofenon.
Fraksi metanol air ekstrak stoberi konsentrasi 700-900 μg/mL setara dengan 23-32 μg/mL benzofenon.
Ekstrak murbei konsentrasi 300-500 μg/mL setara dengan 25-36 μg/mL benzofenon. Fraksi n-Heksana
ekstrak murbei pada konsentrasi 90-130 μg/mL setara dengan 28-37 μg/mL benzofenon.Fraksi Etil asetat
ekstrak murbei pada konsentrasi 10-50 μg/mL setara dengan 27-50 μg/mL benzofenon. Fraksi metanol air
ekstrak murbei pada konsentrasi 400-600 μg/mL setara dengan 25-32 μg/mL benzofenon. Hal ini
menunjukan daya proteksi sampel lebih kecil dibandingkan dengan benzofenon. Nilai SPF tertinggi dari
sampel terdapat pada fraksi etil asetat ekstrak stoberi pada konsentrasi 40 μg/mL dengan nilai SPF 4,65
Dilihat dari hasil sampel masuk ke rentang proteksi sedang.
VII. kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrak buah
stoberi dan murbei mengandung senyawa fenolik, kuinon, alkaloid dan tanin. Selain itu, ekstrak buah
stoberi dan murbei memiliki aktivitas penangkal radikal bebas yang tertinggi pada fraksi etil asetat murbei
konsentrasi 40 μg/mL dengan nilai SPF 4,65%. Hal tersebut menyatakan semakin besar aktivitas
penangkal radikal bebas ekstrak maka nilai SPF nya juga semakin tinggi, Sehingga ekstrak dapat berperan
sebagai tabir surya dan hasil penelitian ini termasuk ke nilai SPF proteksi sedang.
PUSTAKA
Farnsworth, N. R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants, J. Pharm. Sci., Vol 55, 3,
Hal 225-276.
Harbone, J.B., 1987. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terbitan
2.(Padwinata, K. Penerjemah). ITB, Bandung.
Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hal. 549-553.
Harbone, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan, ITB, Bandung.
Mansur, J, S.; Breder, M. N. R.; Mansur, M. C. A.; Azulay, R. D. (1986); “Dererminacao do fator de
protecao solar por espectrofotometria.” An. Bras. Dermatol., Volume.16, Page 121-124,Rio de
Janeiro.
Pernyataan
Data hasil penelitian yang dilaporkan benar telah dilakukan dan telah melalui proses bimbingan
dengan dosen pembimbing 1 dan 2.
(.....................................)
Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2