Anda di halaman 1dari 29

A.

PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF


Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya
secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif
dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau
pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca
dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
B. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia
lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S),
predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia
baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain
(objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir,
atau wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal,
suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis
kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh
sebagai berikut ini:
a. Ayahku sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.
e. Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh
kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa
terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d)
dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada
benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada
kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda.
Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan
kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada
kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah
benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap,
pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal
kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata
tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas
pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis
berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S
karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S.
Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani
resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada
jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
2. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam
keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain
memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi,
status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang
jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian
besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal.
Perhatikan contoh berikut:
a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang tidur siang.
c. Putrinya cantik jelita.
d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e. Kucingku belang tiga.
f. Robby mahasiswa baru.
g. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. Kata meringkik pada
kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat
(b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan
bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota
Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada
kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah
rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk
pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata
pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang
gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada
apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu
pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang
dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-
kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan
baru merupakan kelompok kata atau frasa.
3. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif,
yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pada contoh di bawah ini.
a. Nurul menimang …
b. Arsitek merancang …
c. Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P
yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah
yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam
kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P
dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a. Nenek mandi.
b. Komputerku rusak.
c. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila
kalimatnya dipasifkan.
a. 1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)
2) Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak
Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh
O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa
nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di
bawah ini:
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh
nominaPancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai
berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S P O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S
dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina
dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya
terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi
S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
5. Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian
kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya
bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa
nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa. Berdasarkan maknanya, terdapat
bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam
(Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No. Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian
1. Tempat Di Di kamar, di kota
Ke Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Dari Manado, dari sawah
Pada Pada permukaan
2. Waktu - Sekarang, kemarin
Pada Pada pukul 5 hari ini
Dalam Dalam 2 hari ini
Se- Sepulang kantor
Sebelum Sebelum mandi
Sesudah Sesudah makan
Selama Selama bekerja
sepanjang Sepanjang perjalanan
3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan mobil
4. Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu faham
Untuk Untuk kemerdekaan
Bagi Bagi masa depan
Demi Demi orang tuamu
5. Cara Secara Secara hati-hati
Dengan cara Dengan cara damai
Dengan jalan Dengan jalan berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
7. Similatif Seperti Seperti angin
Bagaikan Bagaikan seorang dewi
Laksana Laksana bintang di langit
8. Penyebab Karena Karena perempuan itu
Sebab Sebab kegagalannya
9. Penyerta Dengan Dengan adiknya
Bersama Bersama orang tuanya
Beserta Beserta saudaranya
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat
sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan
lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
 Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket).
 Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan,
kepaduan, kelogisan.

B. SARAN
1) Bagi para pendidik
Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan bena tentang bahasa
indnesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar
mengajar teradi komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik
dengan peserta didik.
2) Bagi calon pendidik
Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama
mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak
terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pedidik.
3) Bagi lembaga sekolah
Lembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh terhadap
penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung:
Pustaka Prima.
Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
http:////Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html.
MAKALAH PENGERTIAN KALIMAT, UNSUR-UNSUR
KALIMAT DAN KALIMAT EFEKTIF
PENGERTIAN KALIMAT

Pengertian

Kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat
(P). kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat.
Dengan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan
kalimat dengan frasa.

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan
tanda seru (!).

Ciri-ciri Kalimat

a. Terdiri atas satu kata atau lebih, lazimnya lebih dari satu kata.

b. Umumnya dalam susunan:

1) S – P

2) S – P – O

3) S – P – O – O

4) Keterangan hanya sebagai ‘penjelas’ dan tidak mutlak ada.

c. Dimulai dengan huruf besar dan diakhiri dengan titik.

d. Subyek dan predikat dapat dimutasikan.

e. Dalam kalimat tulis, subyek dan predikat harus eksplisit.

f. Dalam kalimat lisan salah satu unsur atau lebih dari S, P, O , atau K,

dapat dihilangkan.
g. Kalimat dengan kalimat dapat digabung, menjadi kalimat majemuk setara, atau kalimat
majemuk bertingkat, atau kalimat majemuk campuran, atau menjadi paragraf.

POLA KALIMAT DASAR

Kalimat yang paling sederhana berpola S-P, meskipun ada yang hanya berpola P. Yang paling
kompleks adalah yang berpola S-P-O-Pel-Ket.

Contoh:

1. S-P: Saya mahasiswa.

2. S-P-O: Rani mendapat hadiah.

3. S-P-Pel: Beliau menjadi ketua koperasi.

4. S-P-Ket: Kami tinggal di Jakarta.

5. S-P-O-Pel: Dia mengirimi ibunya uang.

6. S-P-O-Ket: Riska menyimpan uang di bank.

7. S-P-O-Pel-Ket: Rudy membelikan anaknya boneka tadi siang.

Kita telah dapat menentukan pola kalimat dasar itu sendiri. Berdasarkan penelitian para ahli,
pola

kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

1. KB + KK : Mahasiswa berdiskusi.

2. KB + KS : Dosen itu ramah.

3. KB + KBil : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.

4. KB + (KD + KB) : Tinggalnya di Palembang.

5. KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film.

6. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.

7. KB1 + KB2 : Rustam peneliti.

Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-
pola

dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.


UNSUR-UNSUR KALIMAT

1. Subjek

Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat.
Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat
terpelihara strukturnya.

¨ Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa

Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas


pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang
berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.

Contoh:

Buku itu saya serahkan.

Saya menyerahkan buku itu

¨ Disertai Kata Itu, itu dan tersebut.

Subyek disertai kata ganti penunjuk, ini, itu, dan tersebut yang ditempatkan di antara subyek
dan predikat, bahkan kata ganti penunjuk itu sendiri dapat bertindak menjadi subyek

Contoh:

Perhiasannya anggun. (Meja itu, subyek)

Itu perhiasan anggun. (Itu, subyek)

¨ Didahului Kata Bahwa

Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah
anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda subjek
yang berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.

Contoh:

¨ Mempunyai Keterangan Pewatas Yang

Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan
menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
Contoh:

Icuk Sugiato yang juara dunia bulu tangkis tahun 1983 kalah lagi

bertanding dengan Yang Yang.

¨ Tidak Didahului Preposisi

Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering
memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-
kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.

¨ Berupa Nomina atau Frasa Nominal

Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat berupa
verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.

Contoh:

Pertemuan itu ditunda sampai minggu depan. (Subyek, Pertemuan itu,

kata benda)

Panasnya sangat menyengat. (Subyek, Panasnya, kata keadaan yang

dibendakan)

Mahasiswa yang pemalu itu memenangkan lomba melukis.

(Subyek, Mahasiswa yang pemalu itu, frasa nominal)

¨ Subyek boleh didahului kata tugas, yaitu kata depan dan kata penghubung,

kecuali bahwa. Kata tugas ini berfungsi untuk memperluas kalimat.

Contoh:

Sudah kami ketahui bahwa ia tidak datang.

Telah terbukti bahwa ia mencuri.

Dari hasil laboratorium diketahui bahwa golongan darah mereka sama.

¨ Subyek dapat dihilangkan dalam kalimat majemuk.

Contoh:

Mereka ingin pulang karena (mereka) sudah terlalu letih.


Mereka ingin pulang karena sudah terlalu letih.

Dia bukan dokter melainkan (dia) produser film.

Dia bukan dokter melainkan produser film.

2. Predikat

Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek Bagian ini khusus
membicarakan ciri-ciri predikat secara lebih terperinci.

¨ Predikat berupa kata (kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata depan) dan
kelompok kata.

Predikat ditempati oleh lima kelas kata atau kelompok kata sbb.:

a) Predikat berupa kata benda atau frasa nomina

Mereka itu mahasiswa.

Bapak itu pimpinan perusahaan

b) Predikat berupa kata kerja atau frasa verbal

Mereka belajar di teras rumah.

Dia datang memenuhi janjinya.

c) Predikat berupa kata sifat atau frasa ajektiva.

Mereka malas ke sekolah pagi ini.

Harganya mahal sekali.

d) Predikat berupa kata bilangan atau numeralia.

Kenaikan rata-rata 5 %.

Jumlah penonton sekitar seribu orang.

¨ Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana

Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas
pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai
apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong
(identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa
numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.

Contoh : Mereka sedang berdiskusi.


Pertemuan itu kurang menari

¨ Kata Adalah atau Ialah

Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika
subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak
jelas.

¨ Dapat Diingkarkan

Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh
kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau
adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda
predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.

¨ Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas

Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek
seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau
adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-
kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

Peran dalam predikat

Peran predikat dalam kalimat mengungkapkan tiga informasi, yaitu:

a) pernyataan

Contoh:

Pedagang terkenal itu anak seorang nelayan

(Predikat berupa frasa nominal)

b) perintah

Dalam peran perintah perlu diperhatikan beberapa cacatan penting.

i) Subyek dapat ditiadakan

ii) Setiap kalimat diakhiri dengan tanda seru.

iii) Dapat berupa kata kerja tanpa imbuhan (aus) seperti: pulang, pergi, gerak, dan
tenang.

iv) Partikel lah mempertegas (kalimat) perintah

v) Kata-kata seperti: ayo, silahkan, mari, oke, dilarang,


jangan, dan harap memperhalus peran perintah menjadi ajakan, permohonan, dan larangan,
sepeti contoh:
Harap tenang!

Perhatikan baik-baik!

Jangan dibagikan dahulu!

c) Pertanyaan

Peran pertanyaan dinyatakan dengan intonasi menaik dan menurun serta tanda tanya (?) dalam
kalimat tulis.

Perlu diketahui beberapa hal tentang peran pertanyaan ini.

i) Semua kelas kata atau frasa yang menempati predikat dapat menyatakan pertanyaan
seperti terlihat dalam semua contoh

ii) Partikel kah dapat ditambahkan sebagai penekanan

Contoh: Marahkah dia?

iii) Dengan merubah intonasi, yaitu intonasi menaik atau menurun,

predikat pernyataan dapat menjadi predikat pertanyaan

Contoh: Dia ke sini kemarin. (Pernyataan)

Dia kesini kemarin? (Pertanyaan)

iv) Kata tanya seperti: apa, siapa, bagaimana, mengapa, di mana, kapan

dapat ditambahkan dan intonasi kalimat akan menurun.

Contoh: Apa isi surat ini?

3 Objek

Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang
sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa
verbal intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan
verbal transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai
berikut.

¨ Langsung di Belakang Predikat

Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.

¨ Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif


Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif
menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.

¨ Tidak Didahului Preposisi

Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata
lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.

¨ Didahului Kata Bahwa

Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi
unsur objek dalam kalimat transitif.

4. Pelengkap

Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini :

• Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.

• Menempati posisi di belakang predikat.

• Tidak didahului preposisi.

Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat
pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.

¨ Di Belakang Predikat

Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan
pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.

a) Diah mengirimi saya buku baru.

b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.

Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak
mendahului predikat.

¨ Tidak Didahului Preposisi

Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi
disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.

5. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu
yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara,
sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang
berupa frasa ditandai oleh preposisi,
seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang
berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung,
seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur
keterangan.

¨ Bukan Unsur Utama

Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan
yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.

¨ Tidak Terikat Posisi

Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat.
Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan
predikat.

¨ Jenis Keterangan

Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.

1. Keterangan Waktu

Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata
adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang,
dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan
waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang
berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah,
sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.

2. Keterangan Tempat

Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi,
seperti di, pada, dan dalam.

3.Keterangan Cara

Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara.
Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang
berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak
kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.

4. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai
oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab
yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.

5. Keterangan Tujuan

Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai
oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh
konjungtor supaya, agar, atau untuk.

6. Keterangan Aposisi

Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis,
keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (–), atau tanda kurang.

Perhatikan contoh berikut.

¨ Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.

7. Keterangan Tambahan

Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari
keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan
keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti contoh berikut.

¨ Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.

Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan
yaitu kata Siswanto.

8. Keterangan Pewatas

Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek,


keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas
tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.

¨ Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.

Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan
hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.

KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang memperlihatkan bahwa proses penyampaian oleh
pembicara/penulis dan proses penerimaan oleh pendengar/pembaca berlangsung dengan
sempurna sehingga isi atau maksud yang di sampaikan oleh pembicara/penulis tergambar
lengkap dalam pikiran pendengar/pembaca. Pesan yang diterima oleh pendengar/pembaca
relative sama dengan yang di kehendaki oleh pembicara/penulis.
Syarat-syarat kalimat efektif sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan
yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

1Koherensi (keutuhan)

Koherensi (keutuhan) dalam kalimat terlihat pada adanya keterkaitan makna antardata dalam
kalimat tersebut. Perhatikan contoh dibawah ini.

(1a) Kami pun akhirnya saling memaafkan.

(1b) Saya pun akhirnya saling memaafkan.

(2a) Mereka berbondong-bondong menuju pertunjukan rakyat itu.

(2b) Dia berbondong-bondong manuju pertunjukan rakyat itu.

2 Kesejajaran

Kalimat efekif mempersyaratkan adanya kesejajaran bentuk dan kesejajaran makna. Kesejajaran
bentuk berhubungan dengan struktur kalusa, sedangkan kesejajaran makna berkaitan dengan
kejelasan informasi yang diungkapkan.

3 Pemfokusan

Yang dimaksud dengan pemfokusan adalah pemusatan perhatian terhadap bagian kalimat
tertentu. Pemfokusan itu dilakukan melalui berbagai cara, antara lain melalui pengedepanan dan
pengulangan.

3.1 Pengedepanan

Kalimat yang difokuskan diletakan pada bagian awal kalimat. Perhatikan contoh berikut.

(6) Piala Sudirman seharusnya tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.

(7) Sangat memprihatinkan keadaan perekonomian Indonesia saat itu.


(8) Secara beringas mereka menyerbu pertokoan itu.

Pada cotoh diatas terlihat bahwa bagian awal kalimat merupakan bagian yang difokuskan atau
ditonjolkan. Unsur yang ditonjilkan pada kalimat (6) adalah subjeknya, yaitu Piala Sudirman,
pada kalimat (7) adalah predikat, yaitu sangat memprihatinkan, dan pada kalimat (8) adalah
keterangan, yaitu secara beringas. Unsur yang dikedepankan itu tidak ada menonjol lagi kalau
susunannya diubah menjadi sebagai berikut.

(6a) Seharusnya piala Sudirman tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.

(7a) Keadaan perekonomian Indonesia saat itu sangat memprihatinkan.

(8a) Mereka menyerbu pertokoan itu secara beringas.

3.2 Pengulangan

Pemfokusan dapat ditempuh pula melalui pengulangan bagian yang difokuskan atau ditekankan,
seperti contoh berikut.

(9) Rajin membaca dan rajin menulis dapat menjamin prestasi belajar demi masa depan.

(10) Pandai bergaul, pandai berbicara, dan pandai membujuk orang adalah modal
utama seorang pialang.

Pengulangan kata rajin pada kalimat (9) dan kata pandai pada kalimat (10) dalam ragam
tertentu tidak dapat dikatakan mubazir karena berfungsi untuk mempertegas pernyataan.
Sebenarnya kata rajin dan pandai dapat saja hanya muncul sekali, tetapi kesannya berbeda.
Bandingkan kalimat (9) dan (10) dengan kalimat (9a) dan (10a) berikut.

(9a) Rajin membaca dan menulis dapat menjadi prestasi belajar masa depan.

(10a) Pandai bergaul, berbicara, dan membujuk orang adalah modal utama seorang pialang.

4 Penghematan

Kalimat efektif ditandai pula dengan penggunaan kata secara hemat. Penghematan penggunaan
kata itu dilakukan, antara lain, dengan cara (a) Tidak mengulang subyek yang sama, (b)
Menghindari pemakaian bentuk ganda, dan (c) Menggunakan kata secara hemat.

4.1 Penghilangan Subjek Berulang

Subjek berulang terdapat dalam kalimat majemuk, baik dalam kalimat majemuk setara maupun
kalimat majemuk bertingkat. Dalam hal ini subjeknya harus sama pada kalimat majemuk setara
subjek kalimat pertama sama dengan subjek kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Pada kalimat
majemuk bertingkat subjek anak kalimat sama dengan subjek induk kalimat. Perhatikan kalimat
dibawah ini.

(11) Dia masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian dia duduk di kursi paling depan, lalu dia
asyik membaca novel.

(11a) Dia masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian duduk di kursi paling depan, lalu
asyik membaca novel.

Kalimat (11) adalah kalimat majemuk setara yang terdiri atas tiga kalimat dasar dengan subjek
yang sama, yaitu dia. Pemunculan subjek sebanyak tiga kali tersebut jelas tidak hemat. Oleh
karena itu, subjek kedua dan ketiga tidak perlu hadir sehingga terbentuk kalimat (11a) yang lebih
efektif.

Penghilangan subjek kalimat majemuk bertingkat terlihat pada kalimat berikut.

(12) Sejak saya bertempat tinggal di Bogor, saya mempunyai banyak waktu luang.

(12a) Sejak bertempat tinggal di Bogor, saya mempunyai lebih banyak waktu luang.

Pada kalimat (12) terlihat bahwa subjek anak kalimat sama dengan subjek induk kalimat. Karena
subjeknya sama, salah satu subjek tersebut dapat dihilangkan sehingga menjadi kalimat (12a).
Namun, harus diingat bahwa penghilangan subjek di dalam kalimat majemuk bertingkat tidak
boleh dilakukan pada induk kalimat karena kalau urutan diubah akan terjadi seperti (12c).
Penghilangan seperti pada kalimat (12b) dan (12c) dibawah ini harus dihindari.

(12b) * Sejak saya bertempat tinggal di Bogor, mempunyai lebih banyak waktu luang.

(12c) * Mempunyai lebih banyak waktu luang sejak saya bertempat tinggal di Bogor.

4.2 Penghilangan Bentuk Ganda

Di dalam pemakaian bahasa sehari-hari sering ditemukan pemakaian bentuk ganda yang dapat
digolongkan sebagai bentuk ganda atau bersinonim seperti contoh berikut.

adalah merupakan

agar supaya

seperti misalnya

sangat … sekali
amat sangat

demi untuk

hanya … saja

Tiap-tiap unsur pada pasangan di atas mempunyai arti dan fungsi yang hampir sama di
dalam sebuah kalimat. Oleh karena itu, penggunaan kedua unsur tersebut secara bersama-sama,
terutama dalam bahasa tulis resmi, harus dihindarkan perhatikan contoh di bawah ini :

(13) Bantuan untuk orang miskin itu adalah merupakan wujud kepedulian sosial
masyarakat yang mampu.

(13a) Bantuan untuk orang miskin itu merupakan wujud kepedulian social masyarakat
yang mampu.

(13b) Bantuan untuk orang miskin itu adalah wujud kepedulian social masyarakat yang
mampu.

(14) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar supaya tidak terjadi
banjir.

(14a) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar tidak terjadi banjir.

(14b) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan supaya tidak terjadi banjir.

(15) Kualitas air tanah di daerah permukiman itu sangat baik sekali.

(15a) Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu sangat baik.

(15b) Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu baik sekali.

(16) Persoalan yang dibicarakannya amat sangat penting.

(16a) Persoalan yang dibicarakannya amat penting.

(16b) Persoalan yang dibicarakannya sangat penting.

(17) Demi untuk kepentingan rakyat banyak mereka rela berkorban apa saja.

(17a) Demi kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban apa saja.

(17b) Untuk kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban apa saja.

(18) Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka hanya memerlukan
waktu beberapa hari saja.

(18a) Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mereka hanya memerlukan
waktu beberapa hari saja.
Penggunaan bentuk ganda tampak pada contoh (13)- -(18). Dari segi makna dan kerapihan
struktur kalimat, contoh (13)- – (18) itu tidak memperlihatkan adanya masalah kebahasan.
Namun, dari segi kehematan penggunaan kata, pemakaian bentuk ganda itu mengandung
kemubaziran. Oleh karena itu, yang disarankan untuk digunakan adalah contoh (13a) – – (18a)
dan (13b) – – (18b).

4.3 Penghematan Penggunaan Kata

Di dalam bahasa Indonesia tidak dikenal bentuk jamak atau tunggal secara tata bahasa.
Katakaryawan,peserta, atau anak, misalnya, dapat bermakna tunggal dan dapat pula bermakna
jamak. Hal itu sangat bergantung pada konteks pemakaiannya. Untuk menyatakan makna
jamak, antara lain, dapat dilakukan dengan pengulangan atau penambahan kata yang
menyatakan makna jamak, seperti para, beberapa, sejumlah, banyak, atau segala. Kedua cara
pengungkapan makna jamak itu tidak digunakan secara bersam-sama. Perhatikan contoh
dibawah ini.

(19) *Beberapa rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.

(19a) Beberapa rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.

(19b) Rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.

(20) *Karyawan harus menaati segala ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.

(20a) Karyawan harus menaati segala ketentuan yang berlaku di kantor.

(20b) Karyawan harus menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.

5 Variasi

Penyusunan kalimat perlu memperhatikan variable kalimat karena variasi itu akan memberikan
efek yang berbeda. Pemfokusan dengan mengedepankan unsure yang dianggap penting seperti
yang telah dibicarakan pada bagian 3.1 dapat digolongkansebagai variasi urutan unsur kalimat.
Namun, variasi kalimat bukan hanya itu. Variasi lain yang mempertimbangkan nilai komunikasi
dapat berupa penyusunan kalimat berimbang, kalimat melepas, dan kalimat berklimaks.

5.1 Kalimat Berimbang


Yang dimaksud dengan kalimat berimbang adalah kalimat yang mengandung beberapa informasi
yang kadarnya sama atau seimbang karena sama-sama penting. Contohnya adalah sebagai
berikut.

(21) Fajar telah menyingsing dan burung-burung pun mulai berkicau.

5.2 Kalimat Melepas

Kalimatmelepas berbeda dari kalimat berimbang. Kalimat berimbang mengandung informasi


yang setara, sedangkan kalimat melepas mengandung informasi yang tidak setara. Di dalam
kalimat melepas terdapat informasi utama dan informasi tambahan. Informasi utamanya
diletakkan pada bagian awal kalimat dan informasi tambahan diletakkan pada posisi berikutnya
sehingga seakan-akan informasi tambahan itu dilepas begitu saja. Karena derajat informasinya
tidak sama, jenis kalimat yang digunakan bukan kalimat majemuk setara, melainkan kalimat
majemuk bertingkat. Agar penjelasan ini lebih mudah dipahami, kalimat berimbang (21) dan
(22) di atas, diubah menjadi kalimat melepas seperti berikut.

(23) Fajar telah menyingsing saat burung-burung mulai berkicau.

5.3 Kalimat Berklimaks

Kalimat berklimaks merupakan kebalikan kalimat melepas. Pada kalimat melepas informasi
utamanya terletak pada awal kalimat, sedangkan pada kalimat berklimaks informasi utamanya
terletak pada bagian akhir kalimat. Dengan demikian, kalimat (23) dan (24) di atas dapat diubah
menjadi kalimat berklimaks seperti berikut.

(23a) Saat burung-burung mulai berkicau, fajar menyingsing.

6 Kelogisan

Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai
dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan
yang logis/masuk akal.

Contoh:

(25a) Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (salah)

(25b) Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (benar)

(26a) Mayat lelaki tua yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah
tersebut. (salah)
(26b) Sebelum meninggal, lelaki tua yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di
daerah tersebut. (benar)

7 Kecermatan

Kecermatan di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.

(27a) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (salah)

(27b) Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (benar)

(28c) Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu menerima hadiah. (benar)

(29a) Dia menerima uang sebanyak tiga puluh lima ribuan. (salah)

(29b) Dia menerima uang sebanyak tiga puluh lima ribu rupiah. (benar)

(29b) Dia menerima uang sebanyak tiga puluh lembar lima ribu rupiah. (benar)
ika kamu seseorang yang hobi menulis, tentunya kamu harus lebih
memperhatikan kalimat demi kalimat yang ditulis. Apa tujuannya?
agar kalimat yang ditulis tidak berbelit-belit dan sudah termasuk
dalam kalimat efektif. Di materi bahasa indonesia kali ini, mari
kupas tuntas tentang syarat-syarat kalimat efektif, jenis, prinsip, ciri-
ciri kalimat efektif, dan beragam contohnya.

Daftar Isi [hide]


 Pengertian Kalimat Efektif
 Ciri-Ciri Kalimat Efektif
 Syarat Kalimat Efektif
o 1. Kesatuan
o 2. Kehematan
o 3. Keparalelan
o 4. Kelogisan
o 5. Kepaduan (Koherensi)
o 6. Ketepatan
 Contoh Kalimat Efektif dalam Paragraf
Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang disusun berdasarkan kaidah-


kaidah yang berlaku, seperti unsur-unsur penting yang harus
dimiliki setiap kalimat (subjek dan predikat); memperhatikan ejaan
yang disempurnakan; serta cara memilih kata (diksi) yang tepat
dalam kalimat. Kalimat yang memenuhi kaidah-kaidah tersebut
jelas akan mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar.
(Sumber: Wikipedia)

Terdapat juga pendapat dari JS badudu mengenai pengertian


kalimat efektif, yaitu:

Kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh
si pembaca (si penulis dalam bahasa tulis) dapat diterami dan
dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar
dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si penutur atau si
penulis.

Selain itu terdapat juga beberapa pengertian lain:

Jenis kalimat yang dapat memberikan efek tertentu dalam


komunikasi. Efek yang dimaksudkan disini adalah kejelasan
informasi.
Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata mubazir, tetapi juga
tidak kekurangan kata.

Ciri-Ciri Kalimat Efektif

Beberapa ciri kalimat efektif yang kami kumpulkan, diantaranya:

 Memakai diksi yang tepat.


 Mempunyai unsur pokok atau penting, minimal Subjek Predikat
(SP).
 Taat kepada tata aturan ejaan yang disempurnakan (EYD) yang
berlaku.
 Melakukan penekanan ide pokok.
 Mengacu kepada penghematan penggunaan kata.
 Memakai kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
 Memakai variasi struktur kalimat.
 Memakai kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran
yang logis dan sistematis.
 Mewujudkan koherensi yang baik dan kompak.
 Memperhatikan pararelisme.
 Merupakan komunikasi yang berharkat.
 Diwarnai kehematan.
 Didasarkan pada pilihan kata yang baik.

Syarat Kalimat Efektif

Ada 6 syarat atau prinsip yang harus terpenuhi agar bisa tertulis
kalimat yang efektif, apa saja? dibawah ini:
1. Kesatuan

Menurut Amran Tasai dan Arifin, kesatuan adalah keseimbangan


antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang digunakan.
Kesatuan gagasan kalimat ini diperlihatkan oleh kesepadanan yang
kompak dan kepaduan pikiran yang baik.

Ciri-ciri yang kesatuan:

a. Adanya subjek dan predikat yang jelas.

Hindari menggunakan kata depan (di, ke, sebagai, dll) sebelum


subjek.

Contoh kalimat kesatuan:

Di rumah adat para petua mendiskusikan masalah kejahatan yang


terjadi. (Salah)

Para tetua adat mendiskusikan masalah kejahatan yang terjadi di


rumah adat. (Benar)

b. Tidak terdapat subjek ganda

Misalnya:

Pembangunan jalan itu kami dibantu oleh warga desa. (Salah)

Dalam membangun jalan itu, kami dibantu oleh warga desa.


(Benar)

c. Tidak menggunakan kata penghubung intrakalimat dalam


kalimat tunggal

Misalnya:

Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti


acara pertama (Salah)

Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat
mengikuti acara pertama. (Benar)

d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang

Misalnya:
Bahasa Indonesa yang berasal dari bahasa Melayu.(Salah)

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.(Benar)


2. Kehematan

Menurut Finoza, kehematan adalah usaha menghindari pemakaian


kata yang tidak perlu. Hemat disini berarti tidak menggunakan kata-
kata mubazir, tidak menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak,
dan tidak mengulang subjek. Dengan menghemat kata, kalimat
menjadi padat dan berisi.

Contoh kalimat kehematan:

Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu. (Salah)

Karena tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu. (Benar)

Presiden SBY menghadiri Rapin ABRI hari Senin (Salah)

Presiden SBY menghadiri rapat ABRI Senin itu. (Benar)

Dia hanya membawa badannya saja (Salah)

Dia membawa badannya saja / Dia hanya membawa badannya.


(Benar)

Para tamu-tamu (Salah)

Para tamu/ Tamu-tamu. (Benar)


3. Keparalelan

Menurut Amran Tasai dan Arifin, keparalelan merupakan kesamaan


bentuk yang digunakan dalam kalimat itu.

Maksudnya yaitu jika pada kata pertama berbentuk verba, maka kata
kedua juga harus berbentuk verba.

Materi terkait: Verba Transitif dan Intransitif Serta Contohnya

Contoh kalimat keparalelan:

Sang tutor menjelaskan, memaparkan, dan penerapan sebuah


aplikasi pada para praktikan. (Salah)
Sang tutor menjelaskan, memaparkan, dan menerapkan sebuah
aplikasi pada para praktikan. (Benar).
4. Kelogisan

Menurut Arifin dan Amran Tasai, kelogisan adalah ide kalimat itu
dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang
berlaku.

Contoh kalimat efektif kelogisan:

Waktu dan tempat kami persilahkan. (Salah)

Bapak dosen kami persilahkan. (Benar)


5. Kepaduan (Koherensi)

Menurut Finoza, koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu


antara unsur-unsur pembentukan kalimat.

Merupakan syarat dari kalimat efektif agar diharapakan nantinya


setiap informasi yang diterima tidak terpecah-pecah.

Ciri-ciri di contoh koherensi dibawah ini yaitu koherensi yang rusak


karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.

Misalnya:

Ikan memakan adik tadi pagi (Salah)

Adik memakan ikan tadi pagi (Benar)

Selain itu, satu contoh lagi koherensi yang rusak karena menyisipkan
sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja
dan objek penderita.

Contoh kalimat kepaduan:

Mereka membahas daripada kehendak rakyat. (Salah)

Mereka membahas kehendak rakyat. (Benar)


6. Ketepatan

Menurut Finoza, ketepatan adalah kesesuaian atau kecocokan


pemakaian unsur-unsur yang membentuk suatu kalimat sehingga
tercipta pengertian yang bulat dan pasti.

Contoh kalimat ketepatan, misalnya dibawah ini tentang kesalahan


dalam penggunaan tanda koma:

Sidik lupa bagaimana cara melukis, mengecat dan berjahitan.


(Salah)

Sidik lupa bagaimana cara melukis, mengecat, dan menjahit.(Benar)

Contoh Kalimat Efektif dalam Paragraf

Akan yuksinau.id berikan terlebih dahulu contoh kalimat tidak efektif


dalam paragraf:

Saya ini adalah mahasiswa Universitas Gajah Mada, kebetulan saya


kontrak rumah di daerah Stasiun Tugu. Jadi untuk pergi kuliah saya
harus menggunakan transportasi umum yaitu, Trans Jogja. Selain
saya, Banyak para mahasiswa Gajah Mada yang tinggal di daerah
Stasiun Tugu yang menggunakan fasilitas Trans Jogja sebagai
sarana transportasi.

Contoh kalimat yang sudah dibenarkan sehingga menjadi kalimat


efektif:

Saya adalah mahasiswa Universitas Gajah Mada. Saya kontrak


rumah di daerah Stasiun Tugu. Untuk pergi kuliah, saya
menggunakan transportasi umum yaitu, Trans Jogja. Selain saya,
banyak mahasiswa Gajah Mada yang tinggal di Stasiun Tugu
menggunakan fasilitas Trans Jogja sebagai sarana transportasi.

Jika kamu rasa materi tentang kalimat efektif diatas masih belum
lengkap alias masih kurang, silahkan sampaikan lewat kolom
komentar. Semoga membantu.

Referensi:

ridhahhusna.wordpress.com/2015/10/31/kalimat-efektif/
odeliajulita.blogspot.co.id/2012/12/contoh-paragraf-kalimat-efektif-
dan.html

kalimat adalah kesatuan bahasa yang menyampaikan buah pikiran, perasaan, atau hasrat. Walaupun
setiap kalimat mengandung buah pikiran atau maksud sendiri, tetapi semuanya bekerja sama
sebagai pendukung buah pikiran atau gagasan yang akan diutarakan dalam tulisan.

Anda mungkin juga menyukai