4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak
Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh
O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa
nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di
bawah ini:
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh
nominaPancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai
berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S P O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S
dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina
dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya
terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi
S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
5. Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian
kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya
bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa
nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa. Berdasarkan maknanya, terdapat
bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam
(Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No. Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian
1. Tempat Di Di kamar, di kota
Ke Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Dari Manado, dari sawah
Pada Pada permukaan
2. Waktu - Sekarang, kemarin
Pada Pada pukul 5 hari ini
Dalam Dalam 2 hari ini
Se- Sepulang kantor
Sebelum Sebelum mandi
Sesudah Sesudah makan
Selama Selama bekerja
sepanjang Sepanjang perjalanan
3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan mobil
4. Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu faham
Untuk Untuk kemerdekaan
Bagi Bagi masa depan
Demi Demi orang tuamu
5. Cara Secara Secara hati-hati
Dengan cara Dengan cara damai
Dengan jalan Dengan jalan berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
7. Similatif Seperti Seperti angin
Bagaikan Bagaikan seorang dewi
Laksana Laksana bintang di langit
8. Penyebab Karena Karena perempuan itu
Sebab Sebab kegagalannya
9. Penyerta Dengan Dengan adiknya
Bersama Bersama orang tuanya
Beserta Beserta saudaranya
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat
sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan
lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket).
Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan,
kepaduan, kelogisan.
B. SARAN
1) Bagi para pendidik
Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan bena tentang bahasa
indnesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar
mengajar teradi komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik
dengan peserta didik.
2) Bagi calon pendidik
Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama
mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak
terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pedidik.
3) Bagi lembaga sekolah
Lembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh terhadap
penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung:
Pustaka Prima.
Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
http:////Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html.
MAKALAH PENGERTIAN KALIMAT, UNSUR-UNSUR
KALIMAT DAN KALIMAT EFEKTIF
PENGERTIAN KALIMAT
Pengertian
Kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat
(P). kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat.
Dengan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan
kalimat dengan frasa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan
tanda seru (!).
Ciri-ciri Kalimat
a. Terdiri atas satu kata atau lebih, lazimnya lebih dari satu kata.
1) S – P
2) S – P – O
3) S – P – O – O
f. Dalam kalimat lisan salah satu unsur atau lebih dari S, P, O , atau K,
dapat dihilangkan.
g. Kalimat dengan kalimat dapat digabung, menjadi kalimat majemuk setara, atau kalimat
majemuk bertingkat, atau kalimat majemuk campuran, atau menjadi paragraf.
Kalimat yang paling sederhana berpola S-P, meskipun ada yang hanya berpola P. Yang paling
kompleks adalah yang berpola S-P-O-Pel-Ket.
Contoh:
Kita telah dapat menentukan pola kalimat dasar itu sendiri. Berdasarkan penelitian para ahli,
pola
1. KB + KK : Mahasiswa berdiskusi.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-
pola
1. Subjek
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat.
Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat
terpelihara strukturnya.
Contoh:
Subyek disertai kata ganti penunjuk, ini, itu, dan tersebut yang ditempatkan di antara subyek
dan predikat, bahkan kata ganti penunjuk itu sendiri dapat bertindak menjadi subyek
Contoh:
Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah
anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda subjek
yang berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.
Contoh:
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan
menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
Contoh:
Icuk Sugiato yang juara dunia bulu tangkis tahun 1983 kalah lagi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering
memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-
kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat berupa
verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.
Contoh:
kata benda)
dibendakan)
¨ Subyek boleh didahului kata tugas, yaitu kata depan dan kata penghubung,
Contoh:
Contoh:
2. Predikat
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek Bagian ini khusus
membicarakan ciri-ciri predikat secara lebih terperinci.
¨ Predikat berupa kata (kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata depan) dan
kelompok kata.
Predikat ditempati oleh lima kelas kata atau kelompok kata sbb.:
Kenaikan rata-rata 5 %.
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas
pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai
apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong
(identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa
numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika
subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak
jelas.
¨ Dapat Diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh
kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau
adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda
predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek
seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau
adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-
kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
a) pernyataan
Contoh:
b) perintah
iii) Dapat berupa kata kerja tanpa imbuhan (aus) seperti: pulang, pergi, gerak, dan
tenang.
Perhatikan baik-baik!
c) Pertanyaan
Peran pertanyaan dinyatakan dengan intonasi menaik dan menurun serta tanda tanya (?) dalam
kalimat tulis.
i) Semua kelas kata atau frasa yang menempati predikat dapat menyatakan pertanyaan
seperti terlihat dalam semua contoh
iv) Kata tanya seperti: apa, siapa, bagaimana, mengapa, di mana, kapan
3 Objek
Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang
sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa
verbal intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan
verbal transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai
berikut.
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata
lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi
unsur objek dalam kalimat transitif.
4. Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini :
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat
pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
¨ Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan
pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak
mendahului predikat.
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi
disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.
5. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu
yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara,
sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang
berupa frasa ditandai oleh preposisi,
seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang
berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung,
seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur
keterangan.
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan
yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat.
Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan
predikat.
¨ Jenis Keterangan
1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata
adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang,
dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan
waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang
berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah,
sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
2. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi,
seperti di, pada, dan dalam.
3.Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara.
Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang
berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak
kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
4. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai
oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab
yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
5. Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai
oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh
konjungtor supaya, agar, atau untuk.
6. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis,
keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (–), atau tanda kurang.
7. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari
keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan
keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti contoh berikut.
Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan
yaitu kata Siswanto.
8. Keterangan Pewatas
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan
hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang memperlihatkan bahwa proses penyampaian oleh
pembicara/penulis dan proses penerimaan oleh pendengar/pembaca berlangsung dengan
sempurna sehingga isi atau maksud yang di sampaikan oleh pembicara/penulis tergambar
lengkap dalam pikiran pendengar/pembaca. Pesan yang diterima oleh pendengar/pembaca
relative sama dengan yang di kehendaki oleh pembicara/penulis.
Syarat-syarat kalimat efektif sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan
yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
1Koherensi (keutuhan)
Koherensi (keutuhan) dalam kalimat terlihat pada adanya keterkaitan makna antardata dalam
kalimat tersebut. Perhatikan contoh dibawah ini.
2 Kesejajaran
Kalimat efekif mempersyaratkan adanya kesejajaran bentuk dan kesejajaran makna. Kesejajaran
bentuk berhubungan dengan struktur kalusa, sedangkan kesejajaran makna berkaitan dengan
kejelasan informasi yang diungkapkan.
3 Pemfokusan
Yang dimaksud dengan pemfokusan adalah pemusatan perhatian terhadap bagian kalimat
tertentu. Pemfokusan itu dilakukan melalui berbagai cara, antara lain melalui pengedepanan dan
pengulangan.
3.1 Pengedepanan
Kalimat yang difokuskan diletakan pada bagian awal kalimat. Perhatikan contoh berikut.
(6) Piala Sudirman seharusnya tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.
Pada cotoh diatas terlihat bahwa bagian awal kalimat merupakan bagian yang difokuskan atau
ditonjolkan. Unsur yang ditonjilkan pada kalimat (6) adalah subjeknya, yaitu Piala Sudirman,
pada kalimat (7) adalah predikat, yaitu sangat memprihatinkan, dan pada kalimat (8) adalah
keterangan, yaitu secara beringas. Unsur yang dikedepankan itu tidak ada menonjol lagi kalau
susunannya diubah menjadi sebagai berikut.
(6a) Seharusnya piala Sudirman tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.
3.2 Pengulangan
Pemfokusan dapat ditempuh pula melalui pengulangan bagian yang difokuskan atau ditekankan,
seperti contoh berikut.
(9) Rajin membaca dan rajin menulis dapat menjamin prestasi belajar demi masa depan.
(10) Pandai bergaul, pandai berbicara, dan pandai membujuk orang adalah modal
utama seorang pialang.
Pengulangan kata rajin pada kalimat (9) dan kata pandai pada kalimat (10) dalam ragam
tertentu tidak dapat dikatakan mubazir karena berfungsi untuk mempertegas pernyataan.
Sebenarnya kata rajin dan pandai dapat saja hanya muncul sekali, tetapi kesannya berbeda.
Bandingkan kalimat (9) dan (10) dengan kalimat (9a) dan (10a) berikut.
(9a) Rajin membaca dan menulis dapat menjadi prestasi belajar masa depan.
(10a) Pandai bergaul, berbicara, dan membujuk orang adalah modal utama seorang pialang.
4 Penghematan
Kalimat efektif ditandai pula dengan penggunaan kata secara hemat. Penghematan penggunaan
kata itu dilakukan, antara lain, dengan cara (a) Tidak mengulang subyek yang sama, (b)
Menghindari pemakaian bentuk ganda, dan (c) Menggunakan kata secara hemat.
Subjek berulang terdapat dalam kalimat majemuk, baik dalam kalimat majemuk setara maupun
kalimat majemuk bertingkat. Dalam hal ini subjeknya harus sama pada kalimat majemuk setara
subjek kalimat pertama sama dengan subjek kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Pada kalimat
majemuk bertingkat subjek anak kalimat sama dengan subjek induk kalimat. Perhatikan kalimat
dibawah ini.
(11) Dia masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian dia duduk di kursi paling depan, lalu dia
asyik membaca novel.
(11a) Dia masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian duduk di kursi paling depan, lalu
asyik membaca novel.
Kalimat (11) adalah kalimat majemuk setara yang terdiri atas tiga kalimat dasar dengan subjek
yang sama, yaitu dia. Pemunculan subjek sebanyak tiga kali tersebut jelas tidak hemat. Oleh
karena itu, subjek kedua dan ketiga tidak perlu hadir sehingga terbentuk kalimat (11a) yang lebih
efektif.
(12) Sejak saya bertempat tinggal di Bogor, saya mempunyai banyak waktu luang.
(12a) Sejak bertempat tinggal di Bogor, saya mempunyai lebih banyak waktu luang.
Pada kalimat (12) terlihat bahwa subjek anak kalimat sama dengan subjek induk kalimat. Karena
subjeknya sama, salah satu subjek tersebut dapat dihilangkan sehingga menjadi kalimat (12a).
Namun, harus diingat bahwa penghilangan subjek di dalam kalimat majemuk bertingkat tidak
boleh dilakukan pada induk kalimat karena kalau urutan diubah akan terjadi seperti (12c).
Penghilangan seperti pada kalimat (12b) dan (12c) dibawah ini harus dihindari.
(12b) * Sejak saya bertempat tinggal di Bogor, mempunyai lebih banyak waktu luang.
(12c) * Mempunyai lebih banyak waktu luang sejak saya bertempat tinggal di Bogor.
Di dalam pemakaian bahasa sehari-hari sering ditemukan pemakaian bentuk ganda yang dapat
digolongkan sebagai bentuk ganda atau bersinonim seperti contoh berikut.
adalah merupakan
agar supaya
seperti misalnya
sangat … sekali
amat sangat
demi untuk
hanya … saja
Tiap-tiap unsur pada pasangan di atas mempunyai arti dan fungsi yang hampir sama di
dalam sebuah kalimat. Oleh karena itu, penggunaan kedua unsur tersebut secara bersama-sama,
terutama dalam bahasa tulis resmi, harus dihindarkan perhatikan contoh di bawah ini :
(13) Bantuan untuk orang miskin itu adalah merupakan wujud kepedulian sosial
masyarakat yang mampu.
(13a) Bantuan untuk orang miskin itu merupakan wujud kepedulian social masyarakat
yang mampu.
(13b) Bantuan untuk orang miskin itu adalah wujud kepedulian social masyarakat yang
mampu.
(14) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar supaya tidak terjadi
banjir.
(14a) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar tidak terjadi banjir.
(14b) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan supaya tidak terjadi banjir.
(15) Kualitas air tanah di daerah permukiman itu sangat baik sekali.
(17) Demi untuk kepentingan rakyat banyak mereka rela berkorban apa saja.
(17a) Demi kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban apa saja.
(17b) Untuk kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban apa saja.
(18) Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka hanya memerlukan
waktu beberapa hari saja.
(18a) Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mereka hanya memerlukan
waktu beberapa hari saja.
Penggunaan bentuk ganda tampak pada contoh (13)- -(18). Dari segi makna dan kerapihan
struktur kalimat, contoh (13)- – (18) itu tidak memperlihatkan adanya masalah kebahasan.
Namun, dari segi kehematan penggunaan kata, pemakaian bentuk ganda itu mengandung
kemubaziran. Oleh karena itu, yang disarankan untuk digunakan adalah contoh (13a) – – (18a)
dan (13b) – – (18b).
Di dalam bahasa Indonesia tidak dikenal bentuk jamak atau tunggal secara tata bahasa.
Katakaryawan,peserta, atau anak, misalnya, dapat bermakna tunggal dan dapat pula bermakna
jamak. Hal itu sangat bergantung pada konteks pemakaiannya. Untuk menyatakan makna
jamak, antara lain, dapat dilakukan dengan pengulangan atau penambahan kata yang
menyatakan makna jamak, seperti para, beberapa, sejumlah, banyak, atau segala. Kedua cara
pengungkapan makna jamak itu tidak digunakan secara bersam-sama. Perhatikan contoh
dibawah ini.
5 Variasi
Penyusunan kalimat perlu memperhatikan variable kalimat karena variasi itu akan memberikan
efek yang berbeda. Pemfokusan dengan mengedepankan unsure yang dianggap penting seperti
yang telah dibicarakan pada bagian 3.1 dapat digolongkansebagai variasi urutan unsur kalimat.
Namun, variasi kalimat bukan hanya itu. Variasi lain yang mempertimbangkan nilai komunikasi
dapat berupa penyusunan kalimat berimbang, kalimat melepas, dan kalimat berklimaks.
Kalimat berklimaks merupakan kebalikan kalimat melepas. Pada kalimat melepas informasi
utamanya terletak pada awal kalimat, sedangkan pada kalimat berklimaks informasi utamanya
terletak pada bagian akhir kalimat. Dengan demikian, kalimat (23) dan (24) di atas dapat diubah
menjadi kalimat berklimaks seperti berikut.
6 Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai
dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan
yang logis/masuk akal.
Contoh:
(26a) Mayat lelaki tua yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah
tersebut. (salah)
(26b) Sebelum meninggal, lelaki tua yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di
daerah tersebut. (benar)
7 Kecermatan
Kecermatan di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.
(27a) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (salah)
(27b) Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (benar)
(28c) Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu menerima hadiah. (benar)
(29a) Dia menerima uang sebanyak tiga puluh lima ribuan. (salah)
(29b) Dia menerima uang sebanyak tiga puluh lima ribu rupiah. (benar)
(29b) Dia menerima uang sebanyak tiga puluh lembar lima ribu rupiah. (benar)
ika kamu seseorang yang hobi menulis, tentunya kamu harus lebih
memperhatikan kalimat demi kalimat yang ditulis. Apa tujuannya?
agar kalimat yang ditulis tidak berbelit-belit dan sudah termasuk
dalam kalimat efektif. Di materi bahasa indonesia kali ini, mari
kupas tuntas tentang syarat-syarat kalimat efektif, jenis, prinsip, ciri-
ciri kalimat efektif, dan beragam contohnya.
Kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh
si pembaca (si penulis dalam bahasa tulis) dapat diterami dan
dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar
dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si penutur atau si
penulis.
Ada 6 syarat atau prinsip yang harus terpenuhi agar bisa tertulis
kalimat yang efektif, apa saja? dibawah ini:
1. Kesatuan
Misalnya:
Misalnya:
Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat
mengikuti acara pertama. (Benar)
Misalnya:
Bahasa Indonesa yang berasal dari bahasa Melayu.(Salah)
Maksudnya yaitu jika pada kata pertama berbentuk verba, maka kata
kedua juga harus berbentuk verba.
Menurut Arifin dan Amran Tasai, kelogisan adalah ide kalimat itu
dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang
berlaku.
Misalnya:
Selain itu, satu contoh lagi koherensi yang rusak karena menyisipkan
sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja
dan objek penderita.
Jika kamu rasa materi tentang kalimat efektif diatas masih belum
lengkap alias masih kurang, silahkan sampaikan lewat kolom
komentar. Semoga membantu.
Referensi:
ridhahhusna.wordpress.com/2015/10/31/kalimat-efektif/
odeliajulita.blogspot.co.id/2012/12/contoh-paragraf-kalimat-efektif-
dan.html
kalimat adalah kesatuan bahasa yang menyampaikan buah pikiran, perasaan, atau hasrat. Walaupun
setiap kalimat mengandung buah pikiran atau maksud sendiri, tetapi semuanya bekerja sama
sebagai pendukung buah pikiran atau gagasan yang akan diutarakan dalam tulisan.