Anda di halaman 1dari 14

1

KALIMAT

Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan
predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna.
Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda
seru.
A. Unsur Kalimat
Adalah jabatan kata atau peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O),
pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya
terdiri atas dua unsur, yakni S dan P. Unsur lain (O, Pel, dan Ket) dapat wajib hadir atau tidak
wajib hadir dalam suatu kalimat. Pengisi S, P, O, Pel, Ket dalam kalimat tidak hanya berupa
kata, tetapi dapat juga berupa frasa.
Contoh S, P, O, Pel, Ket berbentuk frasa, yaitu pembawa acara yang kocak (itu) :
(S) Pembawa acara yang kocak itu // membeli // bunga.
S P O
(P) Indra // pembawa acara yang kocak.
S P
(O) Tika // menelpon // pembawa acara yang kocak itu.
S P O
(Pel) Pesulap itu // menjadi // pembawa acara yang kocak.
S P Pel
(Ket) Tika // pergi // dengan pembawa acara yang kocak itu.
S P Ket
1. Subjek
Adalah bagian kalimat yang menunjuk pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, atau
suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh
kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.
Contoh :
Ayahku sedang melukis.(f. benda)
Meja direktur besar. (f.benda)
Yang berbaju batik dosen saya. (klausa)
Membangun jalan layang sangat mahal. (f. verbal)
2

2. Predikat
Adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan
bagaimana S (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberi tahu
tindakan atau perbuatan S, predikat dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau
jati diri S. Termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah
sesuatu yang dimiliki S. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas
verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal.
Contoh : Putrinya cantik jelita.
Kucingnya belang tiga.
Kota Jakarta dalam keadaan aman.

3. Objek
Adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nomina,
frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu
verba yang menuntut wajib hadirnya O. Verba transitif biasanya ditandai oleh kehadiran
sufiks –kan dan –i serta prefiks meng-.

Contoh : Arsitek merancang …… (rumah).


Ibu menggoreng …… (ayam)
Ika mengunjungi Rina.

Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan.


Contoh : Adik mandi.
Ika makan.

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Contoh :
Ibu membeli baju. (O)
Baju (S) dibeli ibu.
3
4. Pelengkap
Adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel umumnya di belakang P yang
berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan
O juga sama, yaitu dapat berupa nominal atau klausa. Namun antara O dan Pel terdapat
perbedaan.
Contoh :
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O

b. Banyak orsospol berlandaskan Pancasila.


S P Pel

Kedua kalimat aktif yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila, jika
hendak dipasifkan, ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila
sebagai O, yaitu : Pancasila dibacakan oleh Ketua MPR.
S P O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindahkan ke depan menjadi S
dalam kalimat pasif. Contoh: Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Selain diisi oleh frasa nominal, Pel dapat pula diisi oleh frasa adjektival dan frasa
preposisional. Di samping itu, letak Pel tidak selalu persis di belakang P. Kalau dalam
kalimatnya terdapat O, letak Pel adalah di belakang O.

Contoh : Mayang mendongengkan Rayhan cerita Si Kancil.


Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5. Keterangan
Adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang
lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O dan Pel. Posisinya bersifat
manasuka, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa
nominal, adverbial, klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli
membagi keterangan atas sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998: 3660), yaitu:
4
Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum dari kulkas. (Ket. tempat)
Lia memotong roti dengan pisau (Ket. alat)
Anak yang baik itu rela berkorban demi orang tuanya. (Ket. tujuan)
Polisi menyelidiki masalah itu dengan hati-hati. (Ket. cara)
Amir pergi dengan teman-teman sekolahnya. (Ket. penyerta)
Mahasiswa hukum itu berdebat bagaikan pengacara. (Ket. similatif)
Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus. (Ket. penyebaban)
Murid-murid TK berpegangan satu sama lain. (Ket. kesalingan)
Rustam sekarang sedang belajar. (Ket. waktu)

B. Pola Kalimat Dasar


Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur kalimat yang dibentuk dengan lima unsur
kalimat, yaitu S, P, O, Pel, Ket. Namun pola kalimat yang paling sederhana adalah yang
bertipe S,P, sedangkan O,Pel, Ket merupakan tambahan yang berfungsi melengkapi dan
memperjelas arti kalimat.
Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya ada enam tipe kalimat yang dapat
dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia, yaitu:

Fungsi
Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan
Tipe

1. S-P Orang itu sedang tidur - - -


Saya mahasiswa - - -
2. S-P-O Ayahnya Membeli mobil - -
Rani Mendapat baru - -
hadiah
3. S-P-Pel Beliau Menjadi - ketua koperasi -
Pancasila Merupakan - dasar negara -
kita
4. S-P-Ket Kami Tinggal - - di Jakarta
Kecelakaan Terjadi - - tahun 1999
5
itu
5. S-P-O- Dia Mengirimi ibunya uang -
Pel Dian Mengambil adiknya air minum -
6. S-P-O- Pak Raden Menyimpan uang - di bank
Ket Beliau memperlakukan kami - dengan baik

1. Kalimat Dasar Tipe S-P


Dalam kalimat bertipe S-P, verba transitif atau frasa verbal lazim sebagai pengisi P. akan
tetapi, ada pula pengisi P itu berupa nomina, adjektiva, frasa nominal, dan frasa
adjektival, seperti contoh:

S P
a. Lina tersenyum
b. Lina, anak Pak Hadi, tersenyum manis.
c. Kenalan saya dosen filsafat.
d. Para pengungsi terlantar.

2. Kalimat Dasar Tipe S-P-O


Predikat dalam kalimat bertipe S-P-O diisi oleh verba transitif yang memerlukan dua
pendamping, yakni S (di sebelah kiri) dan O (di sebelah kanan). Contoh:

S P O
a. Tamu negara bertemu dengan tokoh LSM terkenal.\
b. Tika membawa buku.

3. Kalimat Dasar Tipe S-P-Pel


Kalimat ini mempunyai P yang memerlukan pendamping, yakni S (di sebelah kiri) dan
Pel (di sebelah kanan). Contoh:

S P Pel
a. Negara kita berlandaskan hukum.
6
b. Gamelan merupakan ciri kesenian tradisional.

4. Kalimat Dasar Tipe S-P-Ket


Kalimat ini mempunyai P yang memerlukan dua pendamping yang berupa S (di sebelah
kiri) dan Ket (di sebelah kanan).

S P Ket
a. Tika tinggal di Tenggarong.
b. Apel didatangkan dari Malang.
5. Kalimat Dasar Tipe S-P-O-Pel
S (di sebelah kiri), O dan Pel (di sebelah kanan)

S P O Pel
a. Yuni membelikan adiknya sepeda mini yang bagus.
b. Petani menanami sawahnya sayur-sayuran.

6. Kalimat Dasar Tipe S-P-O-Ket


Pendamping P yaitu S (di sebelah kiri), O dan Ket (di sebelah kanan)

S P O Ket
a. Mereka memperlakukan saya dengan sopan.
b. Pemerintah menaikkan harga BBM mulai tanggal 1 Juni 2004.

KATA, FRASA, DAN KLAUSA SEBAGAI PEMBENTUKAN KALIMAT


Kalimat Kata Frasa Klausa
Kenalan saya dosen filsafat kenalan saya; kenalan saya dosen
S P dosen filsafat filsafat
Tamu negara bertemu dengan tamu negara; bertemu dengan tokoh
tokoh LSM terkenal.
7
bertemu dengan; LSM terkenal
tokoh LSM
terkenal
Keputusan hakim sesuai keputusan sesuai dengan tuntutan
dengan tuntutan jaksa hakim; jaksa
sesuai dengan;
tuntutan jaksa
Pertengkaran itu terjadi tiga Terjadi pertengakaran terjadi tiga malam yang
malam yang lalu itu; lalu
tiga malam yang
lalu
Mahasiswa mengirimi jaksa mahasiswa; jaksa agung; mengirimi jaksa agung
agung ayam betina mengirimi Ayam betina ayam betina
Melani memasukkan Melani; bungkusan itu; Memasukkan bungkusan
bungkusan itu Memasukkan ke dalam mobil itu ke dalam mobil
ke dalam mobil.

C. Jenis Kalimat
Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut (a) jumlah klausa
pembentuknya, (b) fungsi isinya, (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek
predikatnya.
1. Jenis kalimat menurut jumlah klausanya
a. Kalimat tunggal
Adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Kalimat tunggal hanya mengandung
unsur kalimat yang serba tunggal.

Contoh :
S P
Kami mahasiswa Unikarta.
Jawaban anak pintar itu sangat tepat.
Sapi-sapi sedang merumput.
8
Mobil orang kaya itu ada delapan.
b. Kalimat majemuk
Adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih.

Contoh: Seorang manajer harus mempunyai wawasan yang luas dan


S P1 O1
harus menjunjung tinggi etika profesinya.
P2 O2

1) Kalimat majemuk setara


Mempunyai ciri (1) dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal, (2) kedudukan
tiap kalimat sederajat.
Penghubung atau konjungtor yang menghubungkan klausa-klausa dalam kalimat
majemuk setara jumlahnya ada beberapa. Konjungtor itu menunjuk beberapa jenis
hubungan dan menjalankan beberapa fungsi.

PENGHUBUNG KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK SETARA


Jenis Hubungan Fungsi Kata Penghubung
Penjumlahan menyatakan penjumlahan atau gabungan dan, serta, baik, maupun
kegiatan, keadaan, peristiwa, dan proses
9

pertentangan menyatakan apa yang dinyatakan dalam tetapi, sedangkan, bukannya,


klausa pertama bertentangan dengan melainkan
klausa kedua

pemilihan menyatakan pilihan di antara dua atau


kemungkinan

perurutan menyatakan kejadian yang berurutan lalu, kemudian

Contoh:
Erni mengonsep surat itu dan Rini mengetiknya.
Ida rajin membaca, baik sewaktu menjadi mahasiswa, maupun setelah bekerja.
Para peserta lomba sudah mulai datang, sedangkan panitia belum siap.
Kamu tinggal di sini, atau ikut dengan saya.
Ia berjalan menyusuri lorong, lalu membuka pintu, kemudian masuk mengendap-
endap.

2) Kalimat majemuk bertingkat


Derajat klausa pembentuknya tidak setara karena klausa kedua merupakan
perluasan dari klausa pertama. Konjungtor yang menghubungkan klausa-klausa
kalimat yaitu:

PENGHUBUNG ANTAR KLAUSA


DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT
10
Jenis Fungsi Kata Penghubung
Hubungan
1. Waktu Klausa bawahan menyatakan waktu sejak, sedari, sewaktu,
terjadinya peristiwa atau keadaan yang sementara, seraya, setelah,
dinyatakan dalam klausa utama sambil, sehabis, sebelum,
ketika, tatkala, hingga, sampai

2. syarat Klausa bawahan menyatakan syarat atau jika (lau), seandainya,


pengandaian terlaksananya apa yang andaikata, andaikan, asalkan,
disebut dalam klausa utama kalau, apabila, bilamana,
manakala
3. tujuan Klausa bawahan menyatakan satu tujuan
atau harapan dari apa yang disebut dalam agar, supaya, untuk, biar
klausa utama

4. konsesif Klausa bawahan memuat pernyataan yang walau (pun), meski (pun),
tidak akan mengubah apa yang dinyatakan sekalipun, biar (pun), kendati
dalam klausa utama (pun), sungguh (pun)

5. perbandingan Memperlihatkan perbandingan antara seperti, bagaikan, laksana,


pernyataan pada klausa utama dengan sebagaimana, daripada, alih-
pernyataan pada klausa bawahan alih, ibarat

6. penyebaban Klausa bawahan menyatakan sebab atau sebab, karena, oleh karena
alasan terjadinya sesuatu yang dinyatakan
dalam klausa utama

7. pengakibatan Klausa bawahan menyatakan akibat dari sehingga, sampai-sampai,


apa yang dinyatakan dalam klausa utama maka

8. cara Klausa bawahan menyatakan cara


pelaksanaan dan alat dari apa yang dengan, tanpa
dinyatakan oleh klausa utama
11

Klausa bawahan menyatakan adanya


9. kemiripan kenyataan yang mirip dengan keadaan
yang sebenarnya seolah-olah, seakan-akan

Contoh:
Dia datang ketika kami sedang rapat.
Anda harus bekerja keras agar dapat berhasil.
Gelombang itu sangat dahsyat sehingga menghancurkan kota itu.
Petani berusaha meningkatkan panen dengan menggunakan bibit unggul.
Kota ini akan teratur andaikata masyarakatnya mempunyai disiplin yang tinggi.

2. Jenis kalimat menurut fungsinya


a. Kalimat berita (deklaratif)
Adalah kalimat yang dipakai oleh penutur untuk menyatakan suatu berita kepada
mitra komunikasinya. Bentuk kalimat berita bersifat bebas, yang penting isinya
merupakan pemberitaan. Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi menurun dan pada
bahasa tulis kalimatnya bertanda baca akhir titik.
Contoh:
Perayaan HUT RI ke-60 berlangsung meriah.
Pembagian beras gratis di kampungku dilakukan kemarin pagi.
Mahasiswa Fakultas Hukum akan melakukan penyuluhan hukum bulan depan.

b. Kalimat tanya (interogatif)


Adalah kalimat yang dipakai oleh penutur untuk memperoleh informasi atau reaksi
berupa jawaban yang diharapkan dari mitra komunikasinya. Pada bahasa lisan kalimat
ini berintonasi akhir naik dan pada bahasa tulis kalimatnya diakhiri dengan tanda
tanya. Selain hadir tanda tanya, dalam kalimat tanya sering pula hadir kata tanya
bagaimana, kapan, bilamana, di mana, yang mana, siapa, apa(kah).
Contoh:
Apakah buku ini milik saudara?
Kapan kakakmu berangkat ke Jakarta?
12
Siapa tokoh pendiri Taman Siswa?

c. Kalimat perintah (imperatif)


Dipakai jika penutur ingin menyuruh atau melarang orang berbuat sesuatu. Pada
bahasa lisan kalimat ini berintonasi akhir menurun dan pada bahasa tulis kalimat ini
diakhiri dengan tanda seru ataupun tanda titik. Ada beberapa macam kalimat perintah
yaitu:
a) Kalimat
perintah halus.
Tolonglah bawa sepeda motor ini ke bengkel.
Silakan kamu pergi ke belakang.
b) Kalimat
perintah
langsung.
Pergilah kamu sekarang!
Mari kita nyanyi bersama-sama!
c) Kalimat
perintah
larangan
langsung.
Janganlah kamu pergi sekarang!
d) Kalimat
perintah
larangan halus.
Terima kasih karena Anda tidak merokok!
e) Kalimat
perintah
permintaan.
Minta perhatian, anak-anak!
f) Kalimat
perintah
permintaan/per
mohonan.
13
Mohon hadiah ini Adik terima.
g) Kalimat
perintah ajakan
dan harapan.
Ayolah, kita belajar!
h) Kalimat
perintah
pembiaran.
Biarkan(lah) dia di sini sebentar.

d. Kalimat seru (ekslamatif)


Dipakai oleh penutur untuk mengungkapkan perasaan emosi yang kuat, termasuk
kejadian yang tiba-tiba dan memerlukan reaksi spontan. Pada bahasa lisan kalimat ini
berintonasi naik dan pada bahasa tulis ditandai dengan tanda seru atau tanda titik pada
akhir kalimatnya.
Contoh:
Aduh, perut saya sakit!
Wah, pintar benar anak ini!
Alangkah besarnya bangunan itu.
14

Anda mungkin juga menyukai