Laporan Praktikum 5 Dan 6 Elektronika-Os PDF
Laporan Praktikum 5 Dan 6 Elektronika-Os PDF
Asisten Praktikum:
Muhammad Arif Syarifudin
Muhammad Bagus Arifin
Oleh :
Dwitha Fajri Ramadhani 160533611410
S1 PTI OFF B
1.2 Pendahuluan
Proses pengukuran dalam elektronika merupakan salah satu prosedur standar yang harus
dilakukan. Karena melalui pengukuran akan diperoleh besaran-besaran yang diperlukan, baik
untuk pengambilan keputusan dan instrumen kontrol maupun hasil yang diinginkan oleh
seorang pengguna(user).
Salah satu alat ukur yang tidak kalah penting untuk diketahui yaitu osiloskop. Osiloskop
adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Dengan menggunakan
osiloskop kita dapat mengetahui besaran – besaran pada siyal listrik seperti tegangan,
frekuensi, periode dan bentuk sinyal dari objek yang diukur. Oleh sebab itu osiloskop mesti
diketahui karena dengan menggunakan osiloskop dapat lebih memudahkan kita dalam
mengukur banyak besaran sekaligus. Selain itu dengan osiloskop kita juga dapat membedakan
gelombang AC dan gelombang DC, serta dapat juga melihat atau mendeteksi gangguan –
gangguan dalam sistim transmisi atau penyaluran seperti gangguan noise.
2
Pada dasarnya, CRO merupakan pengeplot (plotter) yang menampilkan bentuk sinyal
terhadap waktu (untuk single trace) atau terhadap sinyal lain (untuk dual trace). Karena
menampilkan bentuk sinyal terhadap waktu, maka osiloskop umumnya dipakai untuk
mengamati watak dinamis dari sinyal suatu tegangan.
3
Gambar 1. Osiloskop
Tombol/Sakelar Kontrol dan Indikator Osiloskop berdasarkan gambar diatas adalah seperti
berikut ini :
1. TOMBOL POWER ON/OFF : Untuk menghidupkan dan mematikan Osiloskop
2. LAMPU INDIKATOR : Indikasi Osiloskop dalam keadaan ON (lampu Hidup) atau OFF
(Lampu Mati)
3. ROTATION : Untuk mengatur posisi tampilan garis pada layar agar tetap berada pada
posisi horizontal. Untuk mengatur rotation ini, biasanya harus menggunakan obeng untuk
memutarnya.
4. INTENSITY : Untuk mengatur kecerahan tampilan bentuk gelombang agar mudah
dilihat.
5. FOCUS : Untuk mengatur penampilan bentuk gelombang sehingga tidak kabur
6. CAL : Untuk kalibrasi tegangan peak to peak (VPP) atau tegangan puncak ke puncak.
7. POSITION : Untuk mengatur posisi Vertikal (masing-masing Saluran/Channel memiliki
pengatur POSITION).
8. INV (INVERT) : Saat tombol INV ditekan, sinyal Input yang bersangkutan akan
dibalikan.
9. SAKELAR VOLT/DIV : Untuk memilih besarnya tegangan per sentimeter (Volt/Div)
pada layar Osiloskop. Umumnya, Osiloskop memiliki dua saluran (dual channel) dengan
dua Sakelar VOLT/DIV. Biasanya tersedia pilihan 0,01V/Div hingga 20V/Div.
10. VARIABLE : Untuk mengatur kepekaan (sensitivitas) arah vertikal pada saluran atau
Channel yang bersangkutan. Putaran Maksimum Variable adalah CAL yang berfungsi
untuk melakukan kalibrasi Tegangan 1 Volt tepat pada 1cm di Layar Osiloskop.
11. AC – DC : Pilihan AC digunakan untuk mengukur sinyal AC, sinyal input yang
mengandung DC akan ditahan/diblokir oleh sebuah Kapasitor. Sedangkan pada pilihan
posisi DC maka Input Terminal akan terhubung langsung dengan Penguat yang ada di
dalam Osiloskop dan seluruh sinyal input akan ditampilkan pada layar Osiloskop.
12. GND : Jika tombol GND diaktifkan, maka Terminal INPUT akan terbuka, Input yang
bersumber dari penguatan Internal Osiloskop akan ditanahkan (Grounded).
13. VERTICAL INPUT CH-1 : Untuk Saluran1 (Channel 1)
14. VERTICAL INPUT CH-2 : Untuk Saluran 2 (Channel 2)
15. SAKELAR MODE : Terdiri dari 4 pilihan yaitu CH1, CH2, DUAL dan ADD.
CH1 = Untuk tampilan bentuk gelombang Saluran 1 (Channel 1).
CH2 = Untuk tampilan bentuk gelombang Saluran 2 (Channel 2).
4
DUAL = Untuk menampilkan bentuk gelombang Saluran 1 (CH1) dan Saluran 2 (CH2)
secara bersamaan.
ADD = Untuk menjumlahkan kedua masukan saluran/saluran secara aljabar. Hasil
penjumlahannya akan menjadi satu gambar bentuk gelombang pada layar.
16. x10 MAG : Untuk pembesaran (Magnification) frekuensi hingga 10 kali lipat.
17. POSITION : Untuk penyetelan tampilan kiri-kanan pada layar.
18. XY : Pada fungsi XY ini digunakan, Input Saluran 1 akan menjadi Axis X dan Input
Saluran 2 akan menjadi Axis Y.
19. SAKELAR TIME/DIV : Untuk memilih skala besaran waktu dari suatu periode atau per
satu kotak cm pada layar Osiloskop.
20. TOMBOL CAL (TIME/DIV) : Untuk kalibrasi TIME/DIV
21. VARIABLE : Fungsi Variable pada bagian Horizontal adalah untuk mengatur kepekaan
(sensitivitas) TIME/DIV.
22. GND : GND merupakan Konektor yang dihubungkan ke Ground (Tanah).
23. TOMBOL CHOP DAN ALT :
CHOP adalah menggunakan potongan dari saluran 1 dan saluran 2.
ALT atau Alternate adalah menggunakan saluran 1 dan saluran 2 secara bergantian.
24. HOLD OFF : Untuk mendiamkan gambar pada layar osiloskop.
25. LEVEL atau TRIGGER LEVEL : Untuk mengatur gambar yang diperoleh menjadi
diam atau tidak bergerak.
26. TOMBOL NORM dan AUTO
27. TOMBOL LOCK
28. SAKELAR COUPLING : Menunjukan hubungan dengan sinyal searah (DC) atau bolak
balik (AC).
29. SAKELAR SOURCE : Penyesuai pemilihan sinyal.
30. TRIGGER ALT
31. SLOPE
32. EXT : Trigger yang dikendalikan dari rangkaian di luar Osiloskop.
Penampilan pada Layar (Display)
A. Layar Osiloskop
B. Trace, garis yang digambar oleh Osiloskop yang mewakili sinyal
C. Garis Grid Horizontal
D. Garis Grid Vertical
E. Garis Tengah Horizontal dan Vertikal
5
1.3.1.4 Cara Kerja Osiloskop
Bagian utama dari sebuah CRO adalah tabung sinar katoda (CRT = Cathode-Ray Tube),
sehingga disebut sebagai osiloskop sinar katoda. Komponen CRT adalah pistol elektron
(Electron Gun), pelat pembelok, layar pendar dan tabung kaca pembungkus (lihat gambar 2).
Pistol Elektron akan menembakkan berkas elektron ke arah layar pendar, sehingga nampak di
layar sebagai pendaran sinar ketika elektron menabrak layar. Pada pistol elektron, berkas
eletron ini berasal dari katoda yang dipanasi sehingga elektron dapat melepaskan diri dari atom-
atom material katoda, selanjutnya elektron akan bergerak dipercepat ke arah anoda akibat beda
tegangan yang diberikan antara katoda dan anoda, dari sinilah istilah sinar katoda berasal.
6
gigi gergaji sehingga beda tegangan antar lempeng pembelok horizontal mengalami kenaikan
beda tegangan secara linear, kemudian jatuh ke nilai nol dan kembali naik secara linear. Bentuk
sinyal ini menyebabkan berkas elektron akan ‘menyapu’ layar dari tepi kiri ke tepi kanan layar,
kemudian kembali terulang secara terus menerus. Besarnya penguatan pada arah horizontal ini
dapat diatur dengan pengguna CRO melalui tombol TIME/DIV.
Apabila snyal masukannya bersifaf periodik, tampilan yang stabil di layar CRT dapat
dimunculkan dengan memulai sapuan horizontal pada titik yang sama di layar. Untuk
melakukan ini, sampel dari sinyal masukan diteruskan ke rangkaian pemicu (trigger circuit)
yang akan memicu pulsa yang digunakan untuk menyalakan generator sapuan yang selanjutnya
akan memulai sapuan arah horizontal dari arah kiri layar.
7
1.3.1.6 Perawatan Osiloskop
Pekerjaan perawatan osiloskop tidak terlepas dari menjaganya agar aman (bagi pemakai
dan alat), terhindar dari kerusakan, tetap akurat dan memiliki usia pemakaian yang lebih lama,
maka hal-hal teknis yang perlu dilakukan adalah :
a. Jangan menggunakannya ketika casing-nya terbuka.
b. Selalu digunakan pada jala-jala listrik yang memiliki 3 kabel (outlet 3 kabel) di mana salah
satunya adalah kabel ground dengan grounding yang mantap.
c. Jangan menghubungkan probe osiloskop dengan bagian yang panas.
d. Jangan menutup lubang ventilasi osiloskop, dan ketika osiloskop digunakan, pastikan
sirkulasi udara ventilasi tersebut lancar.
e. Jangan mengenakan tegangan yang melebihi 400 volt dc atau p-p. 9
f. Hindarkan dari terkena cahaya matahri langsung, kelmbaban dan suhu tinggi, getaran
mekanik, serta medan magnet dan medan listrik kuat (motor, power supply besar,
transformator).
g. Dalam penggunaannya, ground pada probe harus selalu dekat dengan titik yang
diukur/dideteksi (agar terhindar dari efek looping).
h. Selalu memeriksa trace rotation, probe, dan ketepatan kalibrasi dengan cara yang benar.
Keterangan :
Vpp = tegangan peak to peak (volt)
div vertikal = div pada skala vertikal
volt/div = skala volt/div yang digunakan
8
f = 1/T ............(3)
atau
T = 1/f ............(4)
Keterangan :
T = perioda (sekon)
div horizontal = div pada sumbu horizontal
time/div = skala time/div yang digunakan
f = frekuensi (Hz)
Contoh :
1. 200 Hz 4 Vpp
Data : 4 div vertikal (volt/div = 1)
5 div horizontal (time/div = 1 ms)
Secara Teori :
T = 1/f
= 1/200 = 0,005 sekon
= 5 ms
Secara Praktikum :
T = div horizontal x time/div
= 5 kotak x 1 ms = 5 ms
Hasil Teori sama dengan hasil praktikum
Gambar 3. Contoh pengukuran tegangan-frekuensi
9
Amplitudo Modulation (AM) atau Frequency Modulation (FM). Selubung (envelope)
AM dapat diatur dari 0% sampai 100%; FM dapat diatur frekuensi pembawanya hingga
±5%. Function Generator umumnya menghasilkan frekuensi pada kisaran 0,5 Hz sampai 20
Mhz atau lebih tergantung rancangan pabrik pembuatnya. Frekuensi yang dihasilkan dapat
dipilih dengan memutar-mutar tombol batas ukur frekuensi (frequency range).
Amplitudo sinyal yang dapat diatur berkisar antara 0,1V – 20 Vpp (Volt peak to peak
atau tegangan puncak ke puncak) kondisi tanpa beban, dan 0,1 V – 10Vpp (Volt peak to peak
atau tegangan puncak ke puncak) dengan beban sebesar 50Ω.
10
2. Power di indicator : LED digunakan untuk menandai ketika power diterapkan atau
digunakan untuk function generator.
3. Range Switch : Range switch ini terdiri dari 7 pushbuton yang berfungsi sebaai adjustment
frekuensi dari 1 Hz s/d 1 MHz
4. Tombol Function : Tiga tombol yang terhubung menyediakan pilihan bentuk gelombang
yang diinginkan, seperti gelombang pulsa,segitiga, segitiga dan sinusoidal.
5. Pengali (Multiplier) : Adalah potensiometer yang digunakan sebagai faktor pengali dengan
range dangan kalibrasi yang tersedia 0,2 s/d 2,0.
6. Duty Kontrol ( Tugas Pengendali ) : Digunakan untuk mengkalibrasi gelombang output agar
mendapatkan gelombang yang simetris.
7. Pulse Invert : Sebuah push button yang digunakaan untuk membalikkan waktu simetris yang
diset pada duty control. Berikut adalah setting invert switch dan duty control.
11
10. ATT : Ketika tombol ditekan di additor 20 db disediakan oleh pengendali amplitudo,
maksimum dari 40 db dari attenuation di output.
11. Output : Output system ini berupa gelombang persegi, segitiga, sinus, ramp dan gelombang
pulsa lebih dari 20Vpp
12. VCF input : Input voltage controlled frequency (VCF) untuk frekuensi eksternal.
13. Output Pulsa : Output pulsa adalah sinyal output TTL yang pantas mengendalikan IC TTL
logic. Waktu ON dan OFF pulsa output sekitar 10ns. Lebar pengulangan pulsa dapat diatur
sedemikian rupa menggunakan range, multipier dan duty control. Kesimetrisan pulsa
gelombang output dikendalikan dengan cara pengesetan semua table
12
burst mengatur awal (start) pada titik nol (zero point) dengan knob TRIGGER PHASE,
dan menentukan lebar pulsa dengan dial FREQUENCY. Output SYNC dapat <10nsec
waktu waktu pulsa naik dengan mengubah simetri pada generator utama.
13
1.4 Data dan Analisis (Foto)
1.4.1 Kalibrasi Osiloskop
a. Alat dan Komponen yang digunakan :
1. Osiloskop dual Trace GOS622G : 1 buah
2. Probe : 1 buah
b. Langkah Kalibrasi :
1. Pastikan semua tombol osiloskop pada posisi tengah
2. Pastikan tombol probe pada posisi x1, dan hubungkan probe kanal 1 pada CH1
14
7. Atur tombol VOLT/DIV pada posisi 1 Volt
10. Atur amplitudo kurva menggunakan tombol vertikal VAR hingga menjadi 2 div
11. Atur lebar kurva menggunakan tombol horizontal VAR hingga menjadi 1ms
15
b. Langkah Kalibrasi :
1. Siapkan function generator
2. Hubungkan kabel power pada stop kontak
3. Tekan tombol power pada function generator
5. Tekan tombol Frequency Range Selector 1k, dan pilih gelombang sinus
16
1.4.3 Tugas Praktikum Pengukuran Sinyal
a. Alat dan Komponen yang digunakan :
1. Osiloskop dual Trace GOS622G : 1 buah
2. Function Generator GFG-8216A : 1 buah
3. Probe : 2 buah
b.1 Langkah Percobaan Sinyal Sinus 150 Hz 5 Vpp
1. Siapkan osiloskop yang telah terkalibrasi
2. Atur volt/div pada posisi 1V dan time/div pada posisi 1 ms
3. Siapkan function generator yang telah terkalibrasi dengan osiloskop
4. Tekan tombol Frequency Range Selector 100, dan pilih gelombang sinus
5. Atur amplitudo nya sebesar kurang lebih 150 Hz
6. Hubungkan probe osiloskop dengan probe function generator, dimana probe positif dengan
probe positif dan probe negatif dengan probe negatif
5 Kotak Vertikal 1 volt
7 Kotak Horizontal 1 ms
Redaman x1 frekusensi 150,87 Hz
Vpp = div vertikal x volt/div
= 5 x 1 = 5 Vpp
T = div horizontal x time/div x redaman
= 7 x 1 x 1 = 7 ms
= 0,007 s
T = 1/f
= 1/150,87 = 0,0067 s
f = 1/T = 1/0,007 = 142,86 Hz
17
T = div horizontal x time/div x redaman
= 5,2 x 0,1 x 1 = 0,52 ms
= 0,00052 s
T = 1/f
= 1/2000 = 0,0005 s
f = 1/T = 1/0,00052 = 1923,08 Hz
18
T = div horizontal x time/div x redaman
= 1,6 x 1 x 1 = 1,6 ms
= 0,0016 s
T = 1/f
= 1/649,33 = 0,00154 s
f = 1/T = 1/0,0016 = 625 Hz
1.5 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan membuktikan bahwa :
- Untuk prosedur menghitung tegangan dan frekuensi yang digunakan adalah osiloskop dan
function generator.
- Function generator digunakan sebagai inputan pada osiloskopnya, dengan mengatur
time/div dan volt/div dan mengamati nilai div pada sumbu x dan sumbu y.
- Sumbu x dan time/div untuk menentukan periode nya.
- Sumbu y dan volt/div untuk menghitung nilai tegangan nya .
19
DIODA CLIPPER DAN CLAMPER
2.1 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menguji karakteristik dioda clipper dan clamper
2. Mahasiswa dapat menggambarkan kurva karakteristik v-i dioda
3. Mahasiswa dapat menguji rangkaian clipper dan clamper
2.2 Pendahuluan
Hampir semua peralatan elektronika memerlukan sumber arus searah. Penyearah
digunakan untuk mendapatkan arus searah dari suatu arus bolak-balik. Arus atau tegangan
tersebut harus benar-benar rata tidak boleh berdenyut-denyut agar tidak menimbulkan
gangguan bagi peralatan yang dicatu.
Dioda sebagai salah satu komponen aktif sangat popular digunakan dalam rangkaian
elektronika, karena bentuknya sederhana dan penggunaannya sangat luas. Ada beberapa
macam rangkaian dioda, diantaranya: penyearah setengah gelombang (Half-Wafe Rectifier),
penyearah gelombang penuh (Full-Wave Rectifier), rangkaian pemotong (Clipper), rangkaian
penjepit (Clamper) maupun pengganda tegangan (Voltage Multiplier).
Setelah mengetahui konstruksi ,karakteristik dan model dari diode semikonduktor,
diharapkan mahasiswa dapat memahami pula konfigurasi dengan menggunakan model dalam
aplikasinya dirangkaian elektronik.
Pada kesempatan ini, akan dibahas mengenai penerapan dari beberapa aplikasi diode
tersebut, diantaranya Rangkaian Clipper dan Clamper.
20
Rangkaian clipper adalah rangkaian yang digunakan untuk membatasi tegangan agar
tidak melebihi dari suatu nilai tegangan tertentu. Rangkaian ini dapat dibuat dari dioda dan
sumber tegangan DC yang ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.
Rangkaian clipper berfungsi untuk membuang polaritas sinyal. Jika sinyal yang ingin
dibuang adalah sinyal polaritas positif maka digunakan clipper positif. Jika sinyal yang ingin
dibuang adalah polaritas sinyal negatif maka digunakan clipper negatif.
Bila output rangkaian adalah katoda dioda, maka bagian positif dari sinyal input akan
dilewatkan, dan bagian negatip akan dipotong (berarti clipper negatif).
Bila output rangkaian adalah anoda dioda, maka bagian negatif dari sinyal input akan
dilewatkan, dan bagian positip akan dipotong (berarti clipper positif).
Bila ada perhatikan polaritas baterai.
Gambarlah sinyal output dengan sumbu nol pada level baterai.
Besarnya clipping atau pemotongan sinyal adalah tegangan batrai + tegangan dioda (0,7
untuk Si, 0,3 untuk Ge atau Vz bila menggunakan dioda zener)
21
Baterai dalam rangkaian cliper ini berfungsi untuk batas pemotongan atau level
clipping.
Besarnya clipping atau pemotongan sinyal adalah tegangan batrai + tegangan dioda
(0,7 untuk Si, 0,3 untuk Ge atau Vz bila menggunakan dioda zener)
Jika terdapat baterai, perhatikan polaritasnya.
Gambarlah sinyal output dengan sumbu nol sesuai dengan input.
22
2.3.2.5 Rangkaian Clipper dengan Bias Positif
Rangkaian clipper bias positif adalah rangkaian clipper yang memotong level dc positif
pada level tertentu sesuai dengan tegangan bias positif yang diberikan. Ketika tegangan input
sinusoida (Vin) setengah gelombang positif, maka dioda akan dibias FORWARD
jika Vin = VBIAS + 0,7 Volt.
23
Gambar (a) adalah gambar gelombang kotak yang menjadi sinyal input rangkaian clamper.
Gambar (b) adalah gambar rangkaian pada saat 0 – T/2 sinyal input merupakan positif sebesar
+V, sehingga dioda menghantar (ON). Kapasitor mengisi muatan dengan cepat melalui tahanan
dioda yang rendah.
Gambar (c) adalah kapasitor membuang muatan sangat lambat, karena RC dibuat cukup lama.
Sehingga pengosongan tegangan ini tidak berarti dibanding dengan sinyal output. Sinyal output
merupakan penjumlahan tegangan input –V dan tegangan pada kapasitor V, yaitu sebesar -2V.
Pada gambar ini terlihat bahwa sinyal output merupakan bentuk gelombang kontak yang level
DC nya sudah bergeser ke arah negatif sebesar –V.
Gambar (d) adalah gambar pada saat sinyal output pada R adalah nol.
Gambar (e) adalah saat T/2 – T sinyal input berubah ke negatif sehingga dioda tidak
menghantar (OFF).
Besarnya penggeseran pada rangkaian ini bisa juga divariasi dengan cara menambahkan
sebuah baterai secara seri dengan diode. Disamping itu arah penggeseran juga bisa dibuat ke
arah positif dengan cara membalik arah diode. Berikut adalah contoh rangkaian clamper negatif
dan positif :
24
b.1 Langkah Percobaan Clipper Forward Bias
1. Rangkai clipper positif (komponen resistor dan dioda) dengan menggunakan project board
2. Atur Osiloskop channel 1 dan channel 2 pada skala 1 volt/div, dc coupling dan time base
2ms/div.
3. Atur posisi garis sinyal channel 1 dan channel 2 pada level yang sama (zero volts)
4. Nyalakan Function Generator dan atur amplitudo sebesar 6 Vpp pada frekuensi kurang lebih
200 Hz
6. Hasil Percobaan
25
7. Matikan Osilloskop dan Function Generator
8. Gambar tegangan input CH1 dan output CH2 pada kertas milimeter blok (lampiran)
2. Nyalakan kembali Osiloskop dan Function Generator kemudian atur amplitudo sebesar 6
Vpp pada frekuensi kurang lebih 200 Hz
26
4. Hasil Percobaan
2. Atur Osiloskop channel 1 dan channel 2 pada skala 1 volt/div, dc coupling dan time base
20ms/div.
3. Nyalakan kembali Osiloskop dan Function Generator atur amplitudo pada frekuensi kurang
lebih 200 Hz
27
4. Pasang probe sesuai dengan gambar rangkaian
5. Hasil Percobaan
2.5 Tugas
2.5.1 Gambar grafik display oscilloscop pada kertas grafik (lampiran)
2.5.2 Lakukan analisa secara teori terhadap percobaan yang telah dilakukan. Kemudian
bandingkan hasilnya dengan hasil percobaan.
Jawab :
a. Analisa secara teori yaitu rangkaian clipper positif atau forward
bias akan memotong level dc positif pada level tertentu sesuai
tegangan bias positif yang diberikan, seperti gambar disamping.
28
Gambar Sinyal Clipper Forward Bias
b. Analisa secara teori yaitu rangkaian clipper negatif atau reverse bias
akan memotong level dc negatif pada level tertentu sesuai dengan
tegangan bias negatif yang diberikan, seperti gambar disamping.
Sedangkan menurut hasil percobaan kami adalah sebagai berikut :
c. Analisa secara teori yaitu rangkaian yang memberikan offset tegangan dc, jadi tegangan yang
dihasilkan adalah tegangan input ditambah dengan tegangan dc. Rangkaian ini berfungsi untuk
mendorong sinyal masukan pada suatu level tegangan DC tertentu. Hasilnya sebagai berikut :
29
2.5.3 Buat kesimpulan dari hasil analisa yang telah dilakukan!
Jawab : Dari percobaan diatas, kami menyimpulkan bahwa rangkaian clipper digunakan untuk
memotong suatu sinyal, dimana rangkaian clipper positif akan memotong bagian atas sinyal
dan clipper negatif akan memotong sinyal bagian bawah. Sedangkan Clamper digunakan untuk
menggeser sinyal ke level dc.
30
2.6.1.2 Simulasi Rangkaian Clipper Reverse Bias
Rangkaian Simulator Live Wire Rangkaian Simulator EWB
31
Grafik Simulator Live Wire
2.7 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan membuktikan bahwa :
- Rangkaian clipper positif atau forward bias akan memotong level dc positif pada level
tertentu sesuai tegangan bias positif yang diberikan
- Rangkaian clipper negatif atau reverse bias akan memotong level dc negatif pada level
tertentu sesuai dengan tegangan bias negatif yang diberikan
- Rangkaian clemper memberikan offset tegangan dc, jadi tegangan yang dihasilkan adalah
tegangan input ditambah dengan tegangan dc
- Rangkaian clipper digunakan untuk memotong suatu sinyal sedangkan clamper digunakan
untuk menggeser sinyal ke level dc.
32
2.8 Daftar Pustaka
Azizah, Nur, 2013 Dioda pada Rangkaian Clipper dan Clamper,
http://nurazizah441.blogspot.co.id/2013/05/dioda-pada-rangkaian-clipper-dan-clamper.html,
diakses pada tanggal 01 November 2016, pukul 20:55 WIB
Coretan Anak Teknik, 2015 Clipper dan Clamper,
http://electrical93.blogspot.co.id/2015/05/clipper-dan-clamper.html, diakses pada tanggal 02
November 2016, pukul 03:41 WIB
Panjaetan, Charles, 2015 Dioda Pada Rangkaian Clipper dan Clamper
http://deltawenbiz.blogspot.co.id/2015/01/dioda-pada-rangkaian-clipper-dan-clamper.html,
diakses pada tanggal 02 November 2016, pukul 04:13 WIB
33