Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM V DAN VI

OSILOSKOP, DIODA CLIPPER DAN CLAMPER

Disusun untuk Memenuhi Matakuliah Elektronika


Dibimbing oleh Bapak I Made Wirawan, S.T., S.S.T, M.T.

Asisten Praktikum:
Muhammad Arif Syarifudin
Muhammad Bagus Arifin

Oleh :
Dwitha Fajri Ramadhani 160533611410
S1 PTI OFF B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
Oktober 2016
OSILOSKOP DAN FUNCTION GENERATOR
1.1 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagian – bagian osiloskop dan function generator
beserta fungsinya
2. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari osiloskop dan function generator
3. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja dari osiloskop dan function generator
4. Mahasiswa dapat memahami penggunaan osiloskop dan function generator

1.2 Pendahuluan
Proses pengukuran dalam elektronika merupakan salah satu prosedur standar yang harus
dilakukan. Karena melalui pengukuran akan diperoleh besaran-besaran yang diperlukan, baik
untuk pengambilan keputusan dan instrumen kontrol maupun hasil yang diinginkan oleh
seorang pengguna(user).
Salah satu alat ukur yang tidak kalah penting untuk diketahui yaitu osiloskop. Osiloskop
adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Dengan menggunakan
osiloskop kita dapat mengetahui besaran – besaran pada siyal listrik seperti tegangan,
frekuensi, periode dan bentuk sinyal dari objek yang diukur. Oleh sebab itu osiloskop mesti
diketahui karena dengan menggunakan osiloskop dapat lebih memudahkan kita dalam
mengukur banyak besaran sekaligus. Selain itu dengan osiloskop kita juga dapat membedakan
gelombang AC dan gelombang DC, serta dapat juga melihat atau mendeteksi gangguan –
gangguan dalam sistim transmisi atau penyaluran seperti gangguan noise.

1.3 Dasar Teori


1.3.1 Osiloskop
1.3.1.1 Pengenalan Osiloskop
Osiloskop atau sering dikenal dengan CRO (Cathode-Ray Oscilloscope = osiloskop sinar
katoda) merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik, beserta
frekuensi dan fasenya, sekaligus menampilkan bentuk sinyal dari tegangan tersebut.
Multimeter dapat juga digunakan untuk mengatur tegangan, namun tidak dapat dipakai untuk
mengamati bentuk dari sinyal tegangan. Di sinilah keunggulan penggunaan CRO dibandingkan
multimeter.
Namun yang harus diperhatikan, nilai tegangan yang terukur dari multimeter merupakan
nilai efektifnya (Veff), sedangkan nilai tegangan yang terukur dari CRO merupakan nilai
puncak (Vpeak), dimana :

2
Pada dasarnya, CRO merupakan pengeplot (plotter) yang menampilkan bentuk sinyal
terhadap waktu (untuk single trace) atau terhadap sinyal lain (untuk dual trace). Karena
menampilkan bentuk sinyal terhadap waktu, maka osiloskop umumnya dipakai untuk
mengamati watak dinamis dari sinyal suatu tegangan.

1.3.1.2 Fungsi Osiloskop


1. Untuk menyelidiki gejala yang bersifat periodik.
2. Untuk melihat bentuk gelombang kotak dari tegangan
3. Untuk menganalisis gelombang dan fenomena lain dalam rangkaian elektronika
4. Dapat melihat amplitudo tegangan, periode, frekuensi dari sinyal yang tidak diketahui
5. Untuk melihat harga-harga momen tegangan dalam bentuk sinus maupun bukan sinus
6. Digunakan untuk menganalisa tingkah laku besaran yang berubah-ubah terhadap
waktu, yang ditampilkan pada layar
7. Mengetahui beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran.
8. Mengukur keadaan perubahan aliran (phase) dari sinyal input
9. Mengukur Amlitudo Modulasi yang dihasilkan oleh pemancar radio dan
generator pembangkit sinyal
10. Mengukur tegangan AC/DC dan menghitung frekuensi

1.3.1.3 Fungsi Bagian Tombol Osiloskop

3
Gambar 1. Osiloskop
Tombol/Sakelar Kontrol dan Indikator Osiloskop berdasarkan gambar diatas adalah seperti
berikut ini :
1. TOMBOL POWER ON/OFF : Untuk menghidupkan dan mematikan Osiloskop
2. LAMPU INDIKATOR : Indikasi Osiloskop dalam keadaan ON (lampu Hidup) atau OFF
(Lampu Mati)
3. ROTATION : Untuk mengatur posisi tampilan garis pada layar agar tetap berada pada
posisi horizontal. Untuk mengatur rotation ini, biasanya harus menggunakan obeng untuk
memutarnya.
4. INTENSITY : Untuk mengatur kecerahan tampilan bentuk gelombang agar mudah
dilihat.
5. FOCUS : Untuk mengatur penampilan bentuk gelombang sehingga tidak kabur
6. CAL : Untuk kalibrasi tegangan peak to peak (VPP) atau tegangan puncak ke puncak.
7. POSITION : Untuk mengatur posisi Vertikal (masing-masing Saluran/Channel memiliki
pengatur POSITION).
8. INV (INVERT) : Saat tombol INV ditekan, sinyal Input yang bersangkutan akan
dibalikan.
9. SAKELAR VOLT/DIV : Untuk memilih besarnya tegangan per sentimeter (Volt/Div)
pada layar Osiloskop. Umumnya, Osiloskop memiliki dua saluran (dual channel) dengan
dua Sakelar VOLT/DIV. Biasanya tersedia pilihan 0,01V/Div hingga 20V/Div.
10. VARIABLE : Untuk mengatur kepekaan (sensitivitas) arah vertikal pada saluran atau
Channel yang bersangkutan. Putaran Maksimum Variable adalah CAL yang berfungsi
untuk melakukan kalibrasi Tegangan 1 Volt tepat pada 1cm di Layar Osiloskop.
11. AC – DC : Pilihan AC digunakan untuk mengukur sinyal AC, sinyal input yang
mengandung DC akan ditahan/diblokir oleh sebuah Kapasitor. Sedangkan pada pilihan
posisi DC maka Input Terminal akan terhubung langsung dengan Penguat yang ada di
dalam Osiloskop dan seluruh sinyal input akan ditampilkan pada layar Osiloskop.
12. GND : Jika tombol GND diaktifkan, maka Terminal INPUT akan terbuka, Input yang
bersumber dari penguatan Internal Osiloskop akan ditanahkan (Grounded).
13. VERTICAL INPUT CH-1 : Untuk Saluran1 (Channel 1)
14. VERTICAL INPUT CH-2 : Untuk Saluran 2 (Channel 2)
15. SAKELAR MODE : Terdiri dari 4 pilihan yaitu CH1, CH2, DUAL dan ADD.
CH1 = Untuk tampilan bentuk gelombang Saluran 1 (Channel 1).
CH2 = Untuk tampilan bentuk gelombang Saluran 2 (Channel 2).

4
DUAL = Untuk menampilkan bentuk gelombang Saluran 1 (CH1) dan Saluran 2 (CH2)
secara bersamaan.
ADD = Untuk menjumlahkan kedua masukan saluran/saluran secara aljabar. Hasil
penjumlahannya akan menjadi satu gambar bentuk gelombang pada layar.
16. x10 MAG : Untuk pembesaran (Magnification) frekuensi hingga 10 kali lipat.
17. POSITION : Untuk penyetelan tampilan kiri-kanan pada layar.
18. XY : Pada fungsi XY ini digunakan, Input Saluran 1 akan menjadi Axis X dan Input
Saluran 2 akan menjadi Axis Y.
19. SAKELAR TIME/DIV : Untuk memilih skala besaran waktu dari suatu periode atau per
satu kotak cm pada layar Osiloskop.
20. TOMBOL CAL (TIME/DIV) : Untuk kalibrasi TIME/DIV
21. VARIABLE : Fungsi Variable pada bagian Horizontal adalah untuk mengatur kepekaan
(sensitivitas) TIME/DIV.
22. GND : GND merupakan Konektor yang dihubungkan ke Ground (Tanah).
23. TOMBOL CHOP DAN ALT :
CHOP adalah menggunakan potongan dari saluran 1 dan saluran 2.
ALT atau Alternate adalah menggunakan saluran 1 dan saluran 2 secara bergantian.
24. HOLD OFF : Untuk mendiamkan gambar pada layar osiloskop.
25. LEVEL atau TRIGGER LEVEL : Untuk mengatur gambar yang diperoleh menjadi
diam atau tidak bergerak.
26. TOMBOL NORM dan AUTO
27. TOMBOL LOCK
28. SAKELAR COUPLING : Menunjukan hubungan dengan sinyal searah (DC) atau bolak
balik (AC).
29. SAKELAR SOURCE : Penyesuai pemilihan sinyal.
30. TRIGGER ALT
31. SLOPE
32. EXT : Trigger yang dikendalikan dari rangkaian di luar Osiloskop.
Penampilan pada Layar (Display)
A. Layar Osiloskop
B. Trace, garis yang digambar oleh Osiloskop yang mewakili sinyal
C. Garis Grid Horizontal
D. Garis Grid Vertical
E. Garis Tengah Horizontal dan Vertikal

5
1.3.1.4 Cara Kerja Osiloskop
Bagian utama dari sebuah CRO adalah tabung sinar katoda (CRT = Cathode-Ray Tube),
sehingga disebut sebagai osiloskop sinar katoda. Komponen CRT adalah pistol elektron
(Electron Gun), pelat pembelok, layar pendar dan tabung kaca pembungkus (lihat gambar 2).
Pistol Elektron akan menembakkan berkas elektron ke arah layar pendar, sehingga nampak di
layar sebagai pendaran sinar ketika elektron menabrak layar. Pada pistol elektron, berkas
eletron ini berasal dari katoda yang dipanasi sehingga elektron dapat melepaskan diri dari atom-
atom material katoda, selanjutnya elektron akan bergerak dipercepat ke arah anoda akibat beda
tegangan yang diberikan antara katoda dan anoda, dari sinilah istilah sinar katoda berasal.

Gambar 2. Rangkaian Kerja CRO atau Osiloskop


Setelah lepas dari pistol elektron, berkas elektron bergerak menuju layar pendar akibat
energi kinetik yang dimilikinya. Sebelum mencapai layar pendar, berkas elektron akan bertemu
dengan dua pasang lempeng pembelok, yaitu sepasang lempeng pembelok arah vertikal dan
sepasang lempeng pembelok arah horizontal. Lempeng pembelok ini berupa logam yang diberi
tegangan, sehingga elektron akan berbelok ketika melewati medan listrik yang dibangkitkan
oleh lempeng ini. Lempeng pembelok arah vertikal dihubungkan dengan pengua vertikal yang
tersambung dengan jalur masukan sinyal, sehingga simpangan pada arah vertikal dari berkas
elektron akan mengikuti bentuk simpangan dari sinyal yang masuk ke CRO. Besarnya
penguatan dapat diatur oleh pengguna CRO melalui tombol VOLT/DIV.
Lempeng pembelok arah horizontal dihubungkan dengan penguat horizontal yang
tersambung dengan generator basis waktu (time base generator) atau disebut juga generator
‘sapuan’ (sweep generator) milik CRO. Generator sapuan ini membangkitkan sinyal berbentuk

6
gigi gergaji sehingga beda tegangan antar lempeng pembelok horizontal mengalami kenaikan
beda tegangan secara linear, kemudian jatuh ke nilai nol dan kembali naik secara linear. Bentuk
sinyal ini menyebabkan berkas elektron akan ‘menyapu’ layar dari tepi kiri ke tepi kanan layar,
kemudian kembali terulang secara terus menerus. Besarnya penguatan pada arah horizontal ini
dapat diatur dengan pengguna CRO melalui tombol TIME/DIV.
Apabila snyal masukannya bersifaf periodik, tampilan yang stabil di layar CRT dapat
dimunculkan dengan memulai sapuan horizontal pada titik yang sama di layar. Untuk
melakukan ini, sampel dari sinyal masukan diteruskan ke rangkaian pemicu (trigger circuit)
yang akan memicu pulsa yang digunakan untuk menyalakan generator sapuan yang selanjutnya
akan memulai sapuan arah horizontal dari arah kiri layar.

1.3.1.5 Cara Penggunaan Osiloskop


Sebelum osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka osiloskop perlu disetel dulu
agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengukuran. Hal hal yang perlu diperhatikan antara
lain adalah:
Pada saat menggunakan osiloskop juga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Memastikan alat yang diukur dan osiloskop ditanahkan (digroundkan), disamping untuk
kemanan, hal ini juga untuk mengurangi suara dari frekuensi radio atau jala-jala.
2. Memastikan probe dalam keadaan baik.
3. Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada di osiloskop.
4. Tentukan skala sumbu Y (tegangan) dengan mengatur posisi tombol Volt/Div pada posisi
tertentu. Jika sinyal masukannya diperkirakan cukup besar, gunakan skala Volt/Div yang
besar. Jika sulit memperkirakan besarnya tegangan masukan, gunakan attenuator 10 x
(peredam sinyal) pada probe atau skala Volt/Div dipasang pada posisi paling besar.
5. Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi sinyal masukan.
6. Gunakan tombol Trigger atau hold-off untuk memperoleh sinyal keluaran yang stabil.
7. Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus.
8. Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya sangat/kurang terang.
Sebelum menghubungkan tombol power pada osiloskop, yakinkan bahwa tombol power
dalam keadaan off. Kemudian hubungkan sumber power, hidupkan dan lakukan waktu
pemanasan satu sampai lima menit sebelum membuat penyesuaian/ stabil.

7
1.3.1.6 Perawatan Osiloskop
Pekerjaan perawatan osiloskop tidak terlepas dari menjaganya agar aman (bagi pemakai
dan alat), terhindar dari kerusakan, tetap akurat dan memiliki usia pemakaian yang lebih lama,
maka hal-hal teknis yang perlu dilakukan adalah :
a. Jangan menggunakannya ketika casing-nya terbuka.
b. Selalu digunakan pada jala-jala listrik yang memiliki 3 kabel (outlet 3 kabel) di mana salah
satunya adalah kabel ground dengan grounding yang mantap.
c. Jangan menghubungkan probe osiloskop dengan bagian yang panas.
d. Jangan menutup lubang ventilasi osiloskop, dan ketika osiloskop digunakan, pastikan
sirkulasi udara ventilasi tersebut lancar.
e. Jangan mengenakan tegangan yang melebihi 400 volt dc atau p-p. 9
f. Hindarkan dari terkena cahaya matahri langsung, kelmbaban dan suhu tinggi, getaran
mekanik, serta medan magnet dan medan listrik kuat (motor, power supply besar,
transformator).
g. Dalam penggunaannya, ground pada probe harus selalu dekat dengan titik yang
diukur/dideteksi (agar terhindar dari efek looping).
h. Selalu memeriksa trace rotation, probe, dan ketepatan kalibrasi dengan cara yang benar.

1.3.1.7 Pengukuran Tegangan dan Pengukuran Tegangan-Frekuensi


Pengukuran tegangan pada osiloskop dilakukan dengan menghitung jumlah div pada
sumbu vertikal dikali dengan volt/div yang digunakan.

Vpp= div vertikal x volt/div ............(1)

Keterangan :
Vpp = tegangan peak to peak (volt)
div vertikal = div pada skala vertikal
volt/div = skala volt/div yang digunakan

Pengukuran perioda dengan menggunakan skala horizontal pada osiloskop.

T = div horizontal x time/div ............(2)

8
f = 1/T ............(3)
atau

T = 1/f ............(4)

Keterangan :
T = perioda (sekon)
div horizontal = div pada sumbu horizontal
time/div = skala time/div yang digunakan
f = frekuensi (Hz)
Contoh :
1. 200 Hz 4 Vpp
Data : 4 div vertikal (volt/div = 1)
5 div horizontal (time/div = 1 ms)
Secara Teori :
T = 1/f
= 1/200 = 0,005 sekon
= 5 ms
Secara Praktikum :
T = div horizontal x time/div
= 5 kotak x 1 ms = 5 ms
Hasil Teori sama dengan hasil praktikum
Gambar 3. Contoh pengukuran tegangan-frekuensi

1.3.2 Function Generator


1.3.2.1 Pengenalan Function Generator
Function Generator adalah alat ukur elektronik yang menghasilkan, atau
membangkitkan gelombang berbentuk sinus, segitiga, ramp, segi empat, dan bentuk
gelombang pulsa.
Function generator terdiri dari generator utama dan generator modulasi.
Generator Utama menyediakan gelombang output sinus, kotak, atau gelombang
segitiga dengan rangkuman frekwensi 0,01 Hz sampai 13 MHz. Generator modulasi
menghasilkan bentuk gelombang sinus, kotak, dan segitiga dengan rangkuman
frekwensi 0,01 Hz sampai 10 kHz. Generator sinyal input dapat digunakan sebagai

9
Amplitudo Modulation (AM) atau Frequency Modulation (FM). Selubung (envelope)
AM dapat diatur dari 0% sampai 100%; FM dapat diatur frekuensi pembawanya hingga
±5%. Function Generator umumnya menghasilkan frekuensi pada kisaran 0,5 Hz sampai 20
Mhz atau lebih tergantung rancangan pabrik pembuatnya. Frekuensi yang dihasilkan dapat
dipilih dengan memutar-mutar tombol batas ukur frekuensi (frequency range).
Amplitudo sinyal yang dapat diatur berkisar antara 0,1V – 20 Vpp (Volt peak to peak
atau tegangan puncak ke puncak) kondisi tanpa beban, dan 0,1 V – 10Vpp (Volt peak to peak
atau tegangan puncak ke puncak) dengan beban sebesar 50Ω.

1.3.2.2 Fungsi Function Generator


A. Function Generator Output, Untuk mendapatkan keluaran (output) bentuk gelombang yang
diinginkan.
B. Sweep Generator Output, Untuk mendapatkan ayunan (sweep) bentuk gelombang yang
diinginkan.
C. Frequency Counter, untuk menghitung frekuensi.

1.3.2.3 Fungsi Bagian Tombol Function Generator

Gambar 4. Function Generator


1. Tombol Power : Power switch digunakan pada function generator.

10
2. Power di indicator : LED digunakan untuk menandai ketika power diterapkan atau
digunakan untuk function generator.
3. Range Switch : Range switch ini terdiri dari 7 pushbuton yang berfungsi sebaai adjustment
frekuensi dari 1 Hz s/d 1 MHz
4. Tombol Function : Tiga tombol yang terhubung menyediakan pilihan bentuk gelombang
yang diinginkan, seperti gelombang pulsa,segitiga, segitiga dan sinusoidal.
5. Pengali (Multiplier) : Adalah potensiometer yang digunakan sebagai faktor pengali dengan
range dangan kalibrasi yang tersedia 0,2 s/d 2,0.
6. Duty Kontrol ( Tugas Pengendali ) : Digunakan untuk mengkalibrasi gelombang output agar
mendapatkan gelombang yang simetris.
7. Pulse Invert : Sebuah push button yang digunakaan untuk membalikkan waktu simetris yang
diset pada duty control. Berikut adalah setting invert switch dan duty control.

Tabel 1. Invert Switch dan Duty Control


8. DC OFFSET (PULL ADJ) : Suatu DC OFFSET kendali disediakan untuk membiarkan DC
tingkat bentuk gelombang OUTPUT yang untuk menjadi di-set seperti diinginkan. Tabel 2 di
bawah menggambarkan pengaruh dari kendali DC OFFSET. Menjepit bentuk gelombang
disebabkan oleh terlalu banyak amplitudo dan terlalu banyak offset.

Tabel 2. Pengaruh Kendali DC OFFSET


9. Amplitudo : Pengatur amplitudo menyediakan 20 db dari attenuation dari bentuk gelombang

11
10. ATT : Ketika tombol ditekan di additor 20 db disediakan oleh pengendali amplitudo,
maksimum dari 40 db dari attenuation di output.
11. Output : Output system ini berupa gelombang persegi, segitiga, sinus, ramp dan gelombang
pulsa lebih dari 20Vpp
12. VCF input : Input voltage controlled frequency (VCF) untuk frekuensi eksternal.
13. Output Pulsa : Output pulsa adalah sinyal output TTL yang pantas mengendalikan IC TTL
logic. Waktu ON dan OFF pulsa output sekitar 10ns. Lebar pengulangan pulsa dapat diatur
sedemikian rupa menggunakan range, multipier dan duty control. Kesimetrisan pulsa
gelombang output dikendalikan dengan cara pengesetan semua table

1.3.2.4 Karakter Output Function Generator


Generator utama dan generator modulasi memberikan lima bentuk gelombang yang
berbeda, antara lain : Sinus, Kotak, Segitiga, Ramp, Pulsa
a. Output Gelombang Sinus
Distorsi harmonik Total (Total harmonic Distortian – THD) gelombang sinus utama,
termasuk gangguan dan harmonik, lebih kecil 0,5% dari 10 Hz. hingga 50 kHz lebih besar
30 dB dibawah dasarnya dari 50 kHz hingga 13 MHz. Distorsi modulasi gelombang
sinus lebih kecil 2% THD dari 10 Hz hingga 10 kHz.
b. Output Gelombang Kotak
Nilai RMS secara simetrik (50%) duty cycle) bentuk gelombang sama dengan nilai
puncak. Waktu naik atau turun lebih kecil 18 ns antara 10% dan 90% gelombang output
kotak p-p. Simpangan dari pengaturan amplitudo akhir bentuk gelombang kotak
setelah overshoot, akan tidak lebih dari ±10% nilai a kh i r. Output Gelombang Segitiga
Nilai RMS bentuk gelombang segitiga adalah 0,557 kali nilai puncak. Ramp segitiga
menyimpang tidak kurang dari 1% dari nilai total puncak ke puncak ramp.
c. Ramp
Output ramp dapat diberikan dari generator utama dengan memilih bentuk
gelombang segitiga dan mengatur knob kontrol simetri. Output ramp generator
utama dapat diubah pada amplitudo dengan knob AMPLITUDO. Output ramp
generator modulasi mempunyai amplitudo yang tetap, yang mana waktu slop dan
retlace dapat diubah dengan knob SYM pada generator modulasi.
d. Pulsa
Pulsa dengan perubahan amplitudo dari 0 V hingga 20 Vp-p pada rangkaian terbuka, yang
memungkinkan pada generator utama. Dengan cara ini memilih siklus tunggal

12
burst mengatur awal (start) pada titik nol (zero point) dengan knob TRIGGER PHASE,
dan menentukan lebar pulsa dengan dial FREQUENCY. Output SYNC dapat <10nsec
waktu waktu pulsa naik dengan mengubah simetri pada generator utama.

1.3.2.5 Cara Kerja Function Generator


Frekuensi pembawa dibangkitkan oleh sebuah osilator LC yang sangat stabil,
menghasilkan sebuah bentuk gelombang sinus yang baik dan tidak memiliki dengung
yang cukup besar atau modulasi derau. Frekuensi osilasi dipilih melalui sebuah
pengontrol rangkuman frekuensi dan sebuah cakera penyetel nonius ( vernier ). Rangkaian
LC dirancang agar memberikan suatu keluaran yang tetap konstan sepanjang setiap
rangkuman frekuensi.
Frekuensi yang masuk memasuki penguat pita lebar, didalam pita lebar terdapat
proses yang dibantu oleh osiloskop untuk mengubah gelombang frekwensi seperti
gelombang sinus, segitiga dan kotak.

1.3.2.6 Cara Penggunaan Function Generator


Untuk penggunaan generator fungsi selalu berhubungan dengan Osiloskop,
untuk pertama sambungkan generator fungsi dengan Osiloskop menggunakan kabel
copling, atur pada Generator fungsi menggunakan sinus, segitiga atau kotak, atur
semua frekuensi amplitudo yang terdapat pada tiap - tiap bagian, jangan lupa juga
untuk mengatur frekuensi menggunakan berapa hz.

1.3.2.7 Perawatan Function Generator


Agar dalam penggunaan generator fungsi tidak merusak peralatan ada beberapa
tips supaya tetap tahan lama:
- Setelah alat selesai digunakan matikanlah jangan dibiarkan menyala.
- Untuk kabelnya gulunglah dengan rapi.
- Simpanlah Generator fungsi ditempat kering untuk menghindari berkaratnya
bagian dalam generator fungsi , dan Hindarkan dari tempat – tempat yang berdebu.

13
1.4 Data dan Analisis (Foto)
1.4.1 Kalibrasi Osiloskop
a. Alat dan Komponen yang digunakan :
1. Osiloskop dual Trace GOS622G : 1 buah
2. Probe : 1 buah
b. Langkah Kalibrasi :
1. Pastikan semua tombol osiloskop pada posisi tengah

2. Pastikan tombol probe pada posisi x1, dan hubungkan probe kanal 1 pada CH1

3. Pasang Kabel Power pada stop kontak.


4. Aktifkan osiloskop dengan menekan tombol power
5. Atur intensitas kurva dengan memutar tombol INTEN
6. Atur fokus kurva dengan memutar tombol FOCUS

14
7. Atur tombol VOLT/DIV pada posisi 1 Volt

8. Atur posisi vertikal kurva dengan memutar POSITION CH1

9. Pasang probe pengait osiloskop pada terminal CAL

10. Atur amplitudo kurva menggunakan tombol vertikal VAR hingga menjadi 2 div
11. Atur lebar kurva menggunakan tombol horizontal VAR hingga menjadi 1ms

12. Lepaskan probe pengait pada terminal CAL


13. Osiloskop siap digunakan untuk pengukuran

1.4.2 Kalibrasi Osiloskop dengan Function Generator


a. Alat dan Komponen yang digunakan :
1. Osiloskop dual Trace GOS622G : 1 buah
2. Probe : 2 buah
3. Function Generator GFG-8216A : 1 buah

15
b. Langkah Kalibrasi :
1. Siapkan function generator
2. Hubungkan kabel power pada stop kontak
3. Tekan tombol power pada function generator

4. Pasang Probe pada terminal Output utama

5. Tekan tombol Frequency Range Selector 1k, dan pilih gelombang sinus

6. Atur amplitudo nya sebesar kurang lebih 1 KHz

7. Siapkan osiloskop yang telah terkalibrasi


8. Hubungkan probe osiloskop dengan probe function generator, dimana probe positif dengan
probe positif dan probe negatif dengan probe negatif
2 Kotak Vertikal x 1 volt
2 Kotak Horizontal x 0,5 ms
Vpp = div vertikal131 x volt/div
= 2 x 1 = 2 Vpp
T = div horizontal x time/div
= 2 x 0,5 = 1 ms = 0,001 s
f = 1/T = 1/0,001 = 1000 Hz
= 1 kHz
9. Osiloskop dan Function Generator siap digunakan untuk pengukuran

16
1.4.3 Tugas Praktikum Pengukuran Sinyal
a. Alat dan Komponen yang digunakan :
1. Osiloskop dual Trace GOS622G : 1 buah
2. Function Generator GFG-8216A : 1 buah
3. Probe : 2 buah
b.1 Langkah Percobaan Sinyal Sinus 150 Hz 5 Vpp
1. Siapkan osiloskop yang telah terkalibrasi
2. Atur volt/div pada posisi 1V dan time/div pada posisi 1 ms
3. Siapkan function generator yang telah terkalibrasi dengan osiloskop
4. Tekan tombol Frequency Range Selector 100, dan pilih gelombang sinus
5. Atur amplitudo nya sebesar kurang lebih 150 Hz
6. Hubungkan probe osiloskop dengan probe function generator, dimana probe positif dengan
probe positif dan probe negatif dengan probe negatif
5 Kotak Vertikal 1 volt
7 Kotak Horizontal 1 ms
Redaman x1 frekusensi 150,87 Hz
Vpp = div vertikal x volt/div
= 5 x 1 = 5 Vpp
T = div horizontal x time/div x redaman
= 7 x 1 x 1 = 7 ms
= 0,007 s
T = 1/f
= 1/150,87 = 0,0067 s
f = 1/T = 1/0,007 = 142,86 Hz

b.2 Langkah Percobaan Sinyal Sinus 2 kHz 5 Vpp


1. Siapkan osiloskop yang telah terkalibrasi
2. Atur volt/div pada posisi 1V dan time/div pada posisi 0,1 ms
3. Siapkan function generator yang telah terkalibrasi dengan osiloskop
4. Tekan tombol Frequency Range Selector 1k, dan pilih gelombang sinus
5. Atur amplitudo nya sebesar kurang lebih 2 kHz
6. Hubungkan probe osiloskop dengan probe function generator, dimana probe positif dengan
probe positif dan probe negatif dengan probe negatif
5 Kotak Vertikal 1 volt
5,2 Kotak Horizontal 0,1 ms
Redaman x1 frekuensi 2 kHz
Vpp = div vertikal x volt/div
= 5 x 1 = 5 Vpp

17
T = div horizontal x time/div x redaman
= 5,2 x 0,1 x 1 = 0,52 ms
= 0,00052 s
T = 1/f
= 1/2000 = 0,0005 s
f = 1/T = 1/0,00052 = 1923,08 Hz

b.3 Langkah Percobaan Sinyal Kotak 100 kHz 3 Vpp


1. Siapkan osiloskop yang telah terkalibrasi
2. Atur volt/div pada posisi 1V dan time/div pada posisi 5 µs
3. Siapkan function generator yang telah terkalibrasi dengan osiloskop
4. Tekan tombol Frequency Range Selector 100k, dan pilih gelombang kotak
5. Atur amplitudo nya sebesar kurang lebih 100 kHz
6. Hubungkan probe osiloskop dengan probe function generator, dimana probe positif dengan
probe positif dan probe negatif dengan probe negatif
3 Kotak Vertikal 1 volt
2 Kotak Horizontal 5 µs
Redaman x1 frekuensi 100,23 kHz
Vpp = div vertikal x volt/div
= 3 x 1 = 3 Vpp
T = div horizontal x time/div x redaman
= 2 x 5 x 1 = 10 µs
= 0,00001 s
T = 1/f
= 1/100230 = 0,000009978 s
f = 1/T = 1/0,00001 = 100000 Hz

b.4 Langkah Percobaan Sinyal Segitiga 650 Hz 4 Vpp


1. Siapkan osiloskop yang telah terkalibrasi
2. Atur volt/div pada posisi 2V dan time/div pada posisi 1 ms
3. Siapkan function generator yang telah terkalibrasi dengan osiloskop
4. Tekan tombol Frequency Range Selector 1k, dan pilih gelombang segitiga
5. Atur amplitudo nya sebesar kurang lebih 650 Hz
6. Hubungkan probe osiloskop dengan probe function generator, dimana probe positif dengan
probe positif dan probe negatif dengan probe negatif
2 Kotak Vertikal 2 volt
1,6 Kotak Horizontal 1 ms
Redaman x1 frekuensi 649,33 Hz
Vpp = div vertikal x volt/div
= 2 x 2 = 4 Vpp

18
T = div horizontal x time/div x redaman
= 1,6 x 1 x 1 = 1,6 ms
= 0,0016 s
T = 1/f
= 1/649,33 = 0,00154 s
f = 1/T = 1/0,0016 = 625 Hz

c. Tabel Pengukuran Sinyal


No Sinyal yang diukur VOLT/DIV TIME/DIV
1 Sinus 150 Hz, 5 Vpp 1 Volt 1 ms
2 Sinus 2 kHz, 5 Vpp 1 Volt 0,1 ms
3 Kotak 100 kHz, 3 Vpp 1 Volt 5 µs
4 Segitiga 650 Hz, 4 Vpp 2 Volt 1 ms

1.5 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan membuktikan bahwa :
- Untuk prosedur menghitung tegangan dan frekuensi yang digunakan adalah osiloskop dan
function generator.
- Function generator digunakan sebagai inputan pada osiloskopnya, dengan mengatur
time/div dan volt/div dan mengamati nilai div pada sumbu x dan sumbu y.
- Sumbu x dan time/div untuk menentukan periode nya.
- Sumbu y dan volt/div untuk menghitung nilai tegangan nya .

1.6 Daftar Pustaka


Kho, Dickson, 2014 Bagian-bagian Osiloskop (Kontrol dan Indikator Osiloskop),
http://teknikelektronika.com/bagian-bagian-osiloskop-kontrol-dan-indikator-osiloskop/,
diakses pada tanggal 29 Oktober 2016, pukul 09:50 WIB

Darmawan, Denny, 2012 Pengenalan Osiloskop (CRO). Yogyakarta : UNY.

Agung, Januar, dkk, 2012 Function Generator,


http://kamplungilmu.blogspot.co.id/2012/03/makalah-function-generator.html, diakses pada
tanggal 30 Oktober 2016 pukul, 12:04 WIB

Aldeska, Jusi, 2015 Osiloskop, http://pribadiasik.blogspot.co.id/2015/07/makalah-


osiloskop.html, diakses pada tanggal 30 Oktober 2016, pukul 12:22 WIB

19
DIODA CLIPPER DAN CLAMPER
2.1 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menguji karakteristik dioda clipper dan clamper
2. Mahasiswa dapat menggambarkan kurva karakteristik v-i dioda
3. Mahasiswa dapat menguji rangkaian clipper dan clamper

2.2 Pendahuluan
Hampir semua peralatan elektronika memerlukan sumber arus searah. Penyearah
digunakan untuk mendapatkan arus searah dari suatu arus bolak-balik. Arus atau tegangan
tersebut harus benar-benar rata tidak boleh berdenyut-denyut agar tidak menimbulkan
gangguan bagi peralatan yang dicatu.
Dioda sebagai salah satu komponen aktif sangat popular digunakan dalam rangkaian
elektronika, karena bentuknya sederhana dan penggunaannya sangat luas. Ada beberapa
macam rangkaian dioda, diantaranya: penyearah setengah gelombang (Half-Wafe Rectifier),
penyearah gelombang penuh (Full-Wave Rectifier), rangkaian pemotong (Clipper), rangkaian
penjepit (Clamper) maupun pengganda tegangan (Voltage Multiplier).
Setelah mengetahui konstruksi ,karakteristik dan model dari diode semikonduktor,
diharapkan mahasiswa dapat memahami pula konfigurasi dengan menggunakan model dalam
aplikasinya dirangkaian elektronik.
Pada kesempatan ini, akan dibahas mengenai penerapan dari beberapa aplikasi diode
tersebut, diantaranya Rangkaian Clipper dan Clamper.

2.3 Dasar Teori


2.3.1 Diode
Diode adalah suatu elemen dasar dari piranti non linear. Diode telah di desain dengan
benyak jenis dan digunakan secara luas dalam bentuk satu atau lainnya di hampir setiap cabang
teknologi kelistrikan. Diode merupakan suatu komponen yang memiliki aplikasi yang sangat
banyak apalagi dalam suatu rangkaian, diode memiliki banyak sekali fungsi seperti yang
dijelaskan pada laporan praktikum 3 dan 4. Fungsi diode yang lain salah satunya adalah sebagai
clipper dan clamper dalam rangkaian.

2.3.2 Dioda Rangkaian Clipper


Rangkaian ini memiliki kemampuan untuk memotong bagian tertentu dari sinyal
masukan tanpa mengganggu bagian sinyal masukan lainnya yang dilewatkan.

20
Rangkaian clipper adalah rangkaian yang digunakan untuk membatasi tegangan agar
tidak melebihi dari suatu nilai tegangan tertentu. Rangkaian ini dapat dibuat dari dioda dan
sumber tegangan DC yang ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.

Rangkaian clipper berfungsi untuk membuang polaritas sinyal. Jika sinyal yang ingin
dibuang adalah sinyal polaritas positif maka digunakan clipper positif. Jika sinyal yang ingin
dibuang adalah polaritas sinyal negatif maka digunakan clipper negatif.

2.3.2.1 Rangkaian Clipper Seri


Rangkaian clipper seri adalah rangkaian clipper yang diodenya berhubungan secara seri
dengan beban. Rangkaian dasar dari clipper seri ini mirip denagan rangkaian penyearah
setengah gelombang. Namun demikian rangkaian ini dapat dibuat dalam berbagai variasi.
Berikut ini adalah petunjuk menganalisa rangkaian clipper seri :

 Bila output rangkaian adalah katoda dioda, maka bagian positif dari sinyal input akan
dilewatkan, dan bagian negatip akan dipotong (berarti clipper negatif).
 Bila output rangkaian adalah anoda dioda, maka bagian negatif dari sinyal input akan
dilewatkan, dan bagian positip akan dipotong (berarti clipper positif).
 Bila ada perhatikan polaritas baterai.
 Gambarlah sinyal output dengan sumbu nol pada level baterai.
 Besarnya clipping atau pemotongan sinyal adalah tegangan batrai + tegangan dioda (0,7
untuk Si, 0,3 untuk Ge atau Vz bila menggunakan dioda zener)

Gambar 2. rangkaian clipper seri negatif


Gambar 1. rangkaian clipper seri positif

2.3.2.2 Rangkaian Clipper Paralel


Rangkaian clipper paralel adalah rangkaian clipper yang diodenya dipasang paralel
dengan beban. Berikut adalah cara menganalisa rangkaian clipper paralel :
 Bila output rangkaian paralel dengan katoda dioda, maka bagian positif dari sinyal
input akan dilewatkan, dan bagian negatif akan dipotong (berarti clipper negatif).
 Bila output rangkaian parallel dengan anoda dioda, maka bagian negatif dari sinyal
input akan dilewatkan, dan bagian positif akan dipotong (berarti clipper positif).

21
 Baterai dalam rangkaian cliper ini berfungsi untuk batas pemotongan atau level
clipping.
 Besarnya clipping atau pemotongan sinyal adalah tegangan batrai + tegangan dioda
(0,7 untuk Si, 0,3 untuk Ge atau Vz bila menggunakan dioda zener)
 Jika terdapat baterai, perhatikan polaritasnya.
 Gambarlah sinyal output dengan sumbu nol sesuai dengan input.

Gambar 3. rangkaian clipper paralel positif


Gambar 4. rangkaian clipper paralel negatif

2.3.2.3 Rangkaian Clipper Positif


Rangkaian clipper yang memotong level dc positif dari suatu bentuk gelombang, ketika
tegangan input sinusoida (Vin) setengah gelombang positif, maka dioda dibias FORWARD,
sehingga arus mengalir pada diode, sehingga tegangan output adalah sebesar 0,7 volt, yaitu
merupakan tegangan barier dari diode.

Gambar 5. Rangkaian Clipper Positif

2.3.2.4 Rangkaian Clipper Negatif


Rangkaian clipper negatif adalah rangkaian clipper yang memotong level dc negatif dari
suatu bentuk gelombang. Ketika tegangan input sinusoida (Vin) setengah gelombang negatif,
maka dioda dibias REVERSE, sehingga arus mengalir ke beban, sehingga tegangan output
adalah sebesar tegangan input.

Gambar 6. Rangkaian Clipper Negatif

22
2.3.2.5 Rangkaian Clipper dengan Bias Positif
Rangkaian clipper bias positif adalah rangkaian clipper yang memotong level dc positif
pada level tertentu sesuai dengan tegangan bias positif yang diberikan. Ketika tegangan input
sinusoida (Vin) setengah gelombang positif, maka dioda akan dibias FORWARD
jika Vin = VBIAS + 0,7 Volt.

Gambar 7. Rangkaian Clipper Bias Positif

2.3.2.6 Rangkaian Clipper dengan Bias Negatif


Rangkaian clipper bias negatif adalah rangkaian clipper yang memotong level dc negatif
pada level tertentu sesuai dengan tegangan bias negatif yang diberikan. Ketika tegangan input
sinusoida (Vin) setengah gelombang negatif, maka dioda akan dibias REVERSE
jika Vin = -VBIAS - 0,7 Volt.

Gambar 8. Rangkaian Clipper Bias Negatif

2.3.3 Dioda Rangkaian Clamper


Rangkaian clamper digunakan untuk menggeser suatu sinyal ke level DC yang lain.
Rangkaian clamper harus mempunyai sebuah kapasitor, dioda, dan resistor. Selain ketiga
komponen tersebut bisa juga menambahkan sebuah baterai untuk memperoleh pergeseran
tegangan tambahan. Nilai R dan C harus dipilih sedemikian rupa sehingga konstanta waktu
RC cukup besar. Hal ini berguna agar kapasitor tidak
membuang tegangan (discharge) pada saat diode
mengalami periode non konduksi (off). Dalam analisis
kapasitor kita anggap mengisis dan membuang semua
dalam 5 kali konstanta waktu. Berikut adalah gambar
rangkaian clamper sederhana :

23
Gambar (a) adalah gambar gelombang kotak yang menjadi sinyal input rangkaian clamper.
Gambar (b) adalah gambar rangkaian pada saat 0 – T/2 sinyal input merupakan positif sebesar
+V, sehingga dioda menghantar (ON). Kapasitor mengisi muatan dengan cepat melalui tahanan
dioda yang rendah.
Gambar (c) adalah kapasitor membuang muatan sangat lambat, karena RC dibuat cukup lama.
Sehingga pengosongan tegangan ini tidak berarti dibanding dengan sinyal output. Sinyal output
merupakan penjumlahan tegangan input –V dan tegangan pada kapasitor V, yaitu sebesar -2V.
Pada gambar ini terlihat bahwa sinyal output merupakan bentuk gelombang kontak yang level
DC nya sudah bergeser ke arah negatif sebesar –V.
Gambar (d) adalah gambar pada saat sinyal output pada R adalah nol.
Gambar (e) adalah saat T/2 – T sinyal input berubah ke negatif sehingga dioda tidak
menghantar (OFF).
Besarnya penggeseran pada rangkaian ini bisa juga divariasi dengan cara menambahkan
sebuah baterai secara seri dengan diode. Disamping itu arah penggeseran juga bisa dibuat ke
arah positif dengan cara membalik arah diode. Berikut adalah contoh rangkaian clamper negatif
dan positif :

Gambar 9. rangkaian clamper positif


Gambar 10. rangkaian clamper negatif

2.4 Data dan Analisis (Foto)


a. Alat dan Komponen yang digunakan :
1. Osiloskop dual Trace GOS622G : 1 buah
2. Function Generator GFG-8216A : 1 buah
3. Probe : 3 buah
4. Resistor 4.7 kΩ : 2 buah
5. Dioda 1N4001 : 1 buah
6. Project Board : 1 buah
7. Kapasitor : 1 buah
8. Kabel Jumper : 1 buah

24
b.1 Langkah Percobaan Clipper Forward Bias
1. Rangkai clipper positif (komponen resistor dan dioda) dengan menggunakan project board

2. Atur Osiloskop channel 1 dan channel 2 pada skala 1 volt/div, dc coupling dan time base
2ms/div.
3. Atur posisi garis sinyal channel 1 dan channel 2 pada level yang sama (zero volts)
4. Nyalakan Function Generator dan atur amplitudo sebesar 6 Vpp pada frekuensi kurang lebih
200 Hz

5. Pasang Probe sesuai dengan gambar rangkaian

6. Hasil Percobaan

25
7. Matikan Osilloskop dan Function Generator
8. Gambar tegangan input CH1 dan output CH2 pada kertas milimeter blok (lampiran)

b.2 Langkah Percobaan Clipper Reverse Bias


1. Rangkai clipper negatif (komponen resistor dan dioda) dengan menggunakan project board

2. Nyalakan kembali Osiloskop dan Function Generator kemudian atur amplitudo sebesar 6
Vpp pada frekuensi kurang lebih 200 Hz

3. Pasang Probe sesuai dengan gambar rangkaian

26
4. Hasil Percobaan

5. Matikan Osilloskop dan Function Generator


6. Gambar tegangan input CH1 dan output CH2 pada kertas milimeter blok (lampiran)

b.3 Langkah Percobaan Clamper


1. Rangkai komponen resistor, kapasitor dan dioda dengan menggunakan project board

2. Atur Osiloskop channel 1 dan channel 2 pada skala 1 volt/div, dc coupling dan time base
20ms/div.
3. Nyalakan kembali Osiloskop dan Function Generator atur amplitudo pada frekuensi kurang
lebih 200 Hz

27
4. Pasang probe sesuai dengan gambar rangkaian

5. Hasil Percobaan

2.5 Tugas
2.5.1 Gambar grafik display oscilloscop pada kertas grafik (lampiran)
2.5.2 Lakukan analisa secara teori terhadap percobaan yang telah dilakukan. Kemudian
bandingkan hasilnya dengan hasil percobaan.
Jawab :
a. Analisa secara teori yaitu rangkaian clipper positif atau forward
bias akan memotong level dc positif pada level tertentu sesuai
tegangan bias positif yang diberikan, seperti gambar disamping.

Sedangkan menurut hasil percobaan kami adalah sebagai berikut :

28
Gambar Sinyal Clipper Forward Bias

b. Analisa secara teori yaitu rangkaian clipper negatif atau reverse bias
akan memotong level dc negatif pada level tertentu sesuai dengan
tegangan bias negatif yang diberikan, seperti gambar disamping.
Sedangkan menurut hasil percobaan kami adalah sebagai berikut :

Gambar Sinyal Clipper Reverse Bias

c. Analisa secara teori yaitu rangkaian yang memberikan offset tegangan dc, jadi tegangan yang
dihasilkan adalah tegangan input ditambah dengan tegangan dc. Rangkaian ini berfungsi untuk
mendorong sinyal masukan pada suatu level tegangan DC tertentu. Hasilnya sebagai berikut :

Gambar Snyal Clamper

29
2.5.3 Buat kesimpulan dari hasil analisa yang telah dilakukan!
Jawab : Dari percobaan diatas, kami menyimpulkan bahwa rangkaian clipper digunakan untuk
memotong suatu sinyal, dimana rangkaian clipper positif akan memotong bagian atas sinyal
dan clipper negatif akan memotong sinyal bagian bawah. Sedangkan Clamper digunakan untuk
menggeser sinyal ke level dc.

2.6 Pertanyaan Pengembangan


2.6.1 Simulasikan dengan salah satu program simulasi masing-masing rangkaian percobaan
yang telah dilakukan!
2.6.1.1 Simulasi Rangkaian Clipper Forward Bias
Rangkaian Simulator Live Wire Rangkaian Simulator EWB

Grafik Simulator Live Wire

Grafik Simulator EWB

30
2.6.1.2 Simulasi Rangkaian Clipper Reverse Bias
Rangkaian Simulator Live Wire Rangkaian Simulator EWB

Grafik Simulator Live Wire

Grafik Simulator EWB

2.6.1.3 Simulasi Rangkaian Clamper


Rangkaian Simulator Live Wire Rangkaian Simulator EWB

31
Grafik Simulator Live Wire

Grafik Simulator EWB

2.7 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan membuktikan bahwa :
- Rangkaian clipper positif atau forward bias akan memotong level dc positif pada level
tertentu sesuai tegangan bias positif yang diberikan
- Rangkaian clipper negatif atau reverse bias akan memotong level dc negatif pada level
tertentu sesuai dengan tegangan bias negatif yang diberikan
- Rangkaian clemper memberikan offset tegangan dc, jadi tegangan yang dihasilkan adalah
tegangan input ditambah dengan tegangan dc
- Rangkaian clipper digunakan untuk memotong suatu sinyal sedangkan clamper digunakan
untuk menggeser sinyal ke level dc.

32
2.8 Daftar Pustaka
Azizah, Nur, 2013 Dioda pada Rangkaian Clipper dan Clamper,
http://nurazizah441.blogspot.co.id/2013/05/dioda-pada-rangkaian-clipper-dan-clamper.html,
diakses pada tanggal 01 November 2016, pukul 20:55 WIB
Coretan Anak Teknik, 2015 Clipper dan Clamper,
http://electrical93.blogspot.co.id/2015/05/clipper-dan-clamper.html, diakses pada tanggal 02
November 2016, pukul 03:41 WIB
Panjaetan, Charles, 2015 Dioda Pada Rangkaian Clipper dan Clamper
http://deltawenbiz.blogspot.co.id/2015/01/dioda-pada-rangkaian-clipper-dan-clamper.html,
diakses pada tanggal 02 November 2016, pukul 04:13 WIB

33

Anda mungkin juga menyukai