Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI
FISIOLOGI SPIROMETRI

OLEH :
KELOMPOK 1
Muhammad Habibie (1911015110003)
Muhammad Luthfi Abraar (1911015210012)
Muhammad Lutfi Akbar (1911015210029)
Erfiza Rahmadati (1911015120002)
Siti Noor Azizah (1911015120008)
Johanna Ignasia (1911015120009)
Ririn Indriani (1911015120010)
Rossa Rinda Putri (1911015220009)
Alia Raudhia Maghfira (1911015220011)
Maslia Rahmah (1911015220023)
Rizki Swastika Puri (1911015220032)
Novia Rahmah (1911015220034)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
I. PENDHAULUAN
Latar Belakang
Respirasi berasal dari kata latin yaitu respirare yang artinya bernafas.
Respirasi terbagi menjadi dua jenis berdasarkan butuh tidaknya O2 dalam
proses respirasi yang berlangsung. Respirasi yang memerlukan O2 disebut
respirasi aerob dan respirasi yang tidak memerlukan O2 disebut respirasi
anaerob. Respirasi umum pada manusia merupakan respirasi aerob.
Respirasi aerob pada manusia merupakan suatu proses pembebasan energi
yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui proses kimia dengan
menggunakan O2. O2 diperlukan oleh sel untuk memecah senyawa organik
menjadi H2O , CO2, dan energi. Energi yang dihasilkan dari proses respirasi
berupa energi kimia yang disebut ATP yang memegang peran penting dalam
kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, dan pertumbuhan
[1]
.
Organ respirasi terdiri atas hidung, faring, trakea, bronkus, bronkiolus,
dan alveolus dalam paru-paru. Hidung adalah bagian yang paling menonjol
pada wajah yang berfungsi menghirup udara pernapasan, menyaring udara
juga berperan dalam resonansi suara. Hidung memiliki rambut-rambut halus
yang berfungsi menyaring udara yang masuk dari debu dan kotoran, dan
lendir untuk menghangatkan dan melembabkan udara. Faring adalah
persimpangan antara rongga mulut ke kerongkongan dan tenggorokan yang
berfungsi mengalirkan udara dari hidung ke trakea. Trakea bercabang
menjadi dua yang disebut bronkus. Bronkus akan bercabang menjadi
bronkuiolus. Pada ujung akhir percabangan bronkiolus terdapat gelembung
udara yang disebut alveolus. Bronkus, bronkiolus, dan alveolus membentuk
struktur yang disebut paru-paru. Paru-paru terletak di dalam rongga dada
dan terdiri atas paru-paru kanan dan kiri [2].

Mekanisme respirasi terdiri atas proses inspirasi dan ekspirasi.


Inspirasi adalah proses masuknya udara ke dalam paru-paru. Masuknya
udara ke dalam paru-paru terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara
atmosfer dan tekanan dalam paru-paru. Inspirasi dimulai dengan proses aktif
kontraksi otot-otot inspirasi yang menaikkan volume intratoraks. Kontraksi
otot dada menyebabkan terangkatnya os. costae sehingga memperbesar
volume rongga dada. Semakin besar volume rongga dada, maka akan
semakin kecil tekanan dalam paru-paru sehingga udara dari luar masuk ke
dalam paru-paru. Akhir inspirasi recoil menarik dada dan kembali ke posisi
paru [1]
Ekspirasi adalah proses keluarnya udara dari dalam paru-paru.
Keluarnya udara dari paru-paru terjadi karena adanya perbedaan tekanan
udara antara atmosfer dan tekanan dalam paru-paru. Ekspirasi dimulai
dengan proses relaksasi otot-otot dada yang menurunkan volume intratoraks.
Relaksasi otot dada menyebabkan menurunnya os costae sehingga
memperkecil volume rongga dada. Semakin kecil volume rongga dada,
maka akan semakin besar tekanan dalam paru-paru sehingga udara di dalam
paru-paru akan terdorong keluar. Otot abdomen turut membantu udara
keluar saat ekspirasi dan memberi kekuatan yang lebih besar untuk
mengosongkan paru, sehingga kekuatan ekspirasi akan bertambah [4].
Udara pernapasan yang keluar dan masuk selama proses respirasi
digolongkan menjadi beberapa jenis dengan volume yang berbeda-beda.
Ada empat volume paru bila semua dijumlahkan sama dengan volume
maksimal paru yang mengembang, masing-masing volume itu adalah:
1. Volume tidal
Volume tidal merupakan volume udara yang diinspirasikan dan di
ekspirasikan di setiap pernapasan normal, jumlahnya kira-kira 500 ml.
2. Volume cadangan inspirasi
Volume cadangan inspirasi merupakan volume tambahan udara yang
dapat dinspirasikan di atas volume tidal normal, biasanya 3.000ml
3. Volume cadangan ekspirasi
Volume cadangan ekspirasi merupakan jumlah udara yang masih
dapat dikeluarkan dengan ekspirasi tidal yang normal, jumlahnya
lebih kurang 1.100 ml.
4. Volume sisa
Volume sisa adalah volume udara yang masih tersisa di dalarn paru
setalah kebanyakan ekspirasi kuat, volume ini rata-rata 1.200 ml.
Ventilasi paru normal hampir sepenuhnya dilakukan leh otot-otot
inspirasi, pada waktu otot inspirasi berelaksasi sifatnya elastis, paru dan
toraks mengempis secara pasif.Bila semua otot berelaksasi kembali ke suatu
keadaan istirahat. Volume udara di dalam paru pada tingkat yang sama
dengan kapasitas sisa fungsional kira-kira 2.300 ml.
Volume respirasi per menit adalah jumlah total udara baru yang masuk
ke dalam saluran pernapasan setiap menit, sama dengan volume tidal
kecepatan respirasi. Volume tidal normal sekitar 500 ml dan kecepatan
respirasi normal 12 kali per menit. Rata-rata volume respirasi per menit
sekitar 6 liter/menit. Seseorang dapat hidup untuk waktu singkat dengan
volume respirasi permenit serendahnya 1,5 liter dan kecepatan respirasi
serendahnya 2-4 kali permenit.
Kecepatan respirasi kadang-kadang mencapai 40-50 kali per menit dan
volume tidal dapat menjadi sama besar dengan kapasitas vital, kira-kira
4.600 ml pada pria dewasa muda. Kecepatan bernapas tinggi tidak dapat
mempertahankan suatu volume tidal yang lebih besar dari setengah kapasitas
vital, dengan mengombinasikan kedua faktor ini laki-laki dewasa muda
mempunyai kapasitas pernapasan maksimum 100-120 liter/menit.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Spirometri adalah metode pengukuran volume statis paru-paru
menggunakan spirometer. Pengukuran volume spirometri meliputi volume
tidal, volume cadangan inspirasi, volume cadangan ekspirasi. Pertama,
subjek diminta untuk bernafas pelan untuk mengukur volume tidal. Volume
tidal normal kira-kira 500 mL dan meliputi volume udara yang mengisi
alveolus ditambah volume udara yang mengisi jalur udara. Selanjutnya,
subjek diminta untuk menarik nafas kuat dan menghembuskan dengan kuat.
Volume yang tampak diatas volume tidal adalah volume cadangan inspirasi,
kira-kira 3000 mL. Volume yang tampak dibawah volume tidal adalah
volume cadangan ekspirasi, kira-kira 1200 mL. Volume yang tersisa setelah
ekspirasi maksimum adalah volume residu, kira-kira 1200 mL dan tidak
dapat diukur dengan spirometri.[6] Faktor yang mempengaruhi nilai
spirometri antara lain umur, jenis kelamin, tinggi badan dan ras. Di samping
itu penyakit yang mempengaruhi nilai spirometri seperti obstruksi saluran
napas, emfisema, fibrosis, tuberkulosis, atelektasis, deformitas dinding dada,
penyakit neuromuskuler, gagal jantung, tumor pada pleura atau parenkim.[5].
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penurunan kapasitas fungsi
paru yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi:

1. Umur
Umur berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya
umur. Semakin tua umur seseorang maka semakin besar kemungkinan
terjadi penurunan fungsi paru.[3]
2. Jenis kelamin
Tingkat penurunan kapasitas latihan fisik pada orangtua yang
sehat, terutama laki-laki, tidak konstan.[5] Hal inn menjelaskan bahwa,
jenis kelamin mempengaruhi kapasitas paru.
3. Riwayat penyakit
Penurunan aktifasi paru pengaruhi pula oleh beberapa penyakit
seperti obstruksi saluran napas, emfisema, fibrosis, tuberkulosis,
atelektasis, deformitas dinding dada, penyakit neuromuskuler, gagal
jantung, tumor pada pleura atau parenkim. [2]
4. Status gizi.
Status gizi diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). [3]
5. Tinggi badan
Rerata tinggi badan subjek dalam penelitian mempengaruhi hasil
dari penelitian. [5]
Faktor eksternal meliputi:
Merokok dapat menurunkan kapasitas vital paru yang lebih besar
pada pria dewasa perokok dibanding dengan pria dewasa non perokok. [3]

III. METODE PRAKTIKUM


Identitas
Probandus I
Nama : Muhammad Habibie
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 17 tahun
Tinggi Badan : 164 cm
Berat Badan : 65 kg

Probandus II
Nama : Muhammad Ikhwannasyir
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 17 tahun
Tinggi badan : 160 cm
Berat Badan : 48 cm

Alat dan Bahan


Alat yang dipergunakan pada percobaaan ini adalah :
- Spirometer BTL-08 Spiro , yang terdiri dari:
main unit , merupakan bagian utama dari rangkaian spirometer BTL-08
pneumotachograph set, terdiri dari pneumotachograph unit, plastic
mouthpiece, dan silicone seal.
- Kapas alkohol, yang digunakan untuk membersihkan mouthpiece sebelum
dan setelah dipakai.

Cara Kerja

1. Persiapkan alat spirometer:


a. Letakkan spirometer pada tempat yang datar dan kuat sehingga tidak
mengganggu jalannya percobaan.
b. Rakit pneumotachograph set, yaitu dengan menghubungkan plastic
mouthpiece dengan pneumotachograph serta memasang silicone seal
untuk mencegah terjadinya kebocoran saat melakukan pemeriksaan.
c. Hubungkan spirometer dengan sumber listrik, tekan tombol power
pada posisi I.

2. Lakukan proses perekaman:


A. Keadaan statik
1) Nyalakan alat dengan menekan tombol on/off.
2) Tekan tombol “relaxed” untuk melakukan tes relaxed spirometry.
Cara: tekan tombol menu = profile set up = relaxed.
3) Tekan tombol “pasien”. Masukkan nama dan data probandus
(tanggal lahir, jenis kelamin, berat dan ras); data ini digunakan
untuk menghitung nilai prediktif yang akan dipakai untuk
analisis hasil pengukuran.
4) Terangkan cara tes dengan jelas kepada probandus.
5) Probandus duduk dengan kepala agak condong ke depan. Sensor
spirometer harus berada pada posisi horizontal.
6) Minta probandus menutup hidung saat proses pengukuran
berlangsung.
7) Mulai pengkuran dengan menekan tombol “start”.
8) Probandus bernapas dengan tenang. Ketika kurva melintasi garis
putus-putus vertikal (saat detik ke 6 dari awal pengukuran),
minta pasien untuk melakukan prosedur EVC (ekspirasi dalam
dan dilanjutkan dengan inspirasi yang lambat hingga maksimum)
dan setelah bernapas santai pendek (sekitar 3 sampai 5 siklus).
Berikutnya probandus diminta untuk melakukan prosedur IVC
(inspirasi dalam dan kemudian ekspirasi dalam sampai semua
udara keluar dari paru-paru). Probandus harus menyelesaikan
kedua prosedur dalam 30 detik (pada layar yang ditandai oleh
ruang antara garis putus-putus vertikal). Probandus bernapas
santai, pengukuran selesai.
9) Akhiri prosedur dengan membiarkannya berhenti secara otomatis
atau menekan tombol “stop”.
10) Tekan tombol “accept” bila prosedur telah dianggap benar.
11) Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Beri waktu probandus
untuk beristirahat (15-30 detik) sebelum pengulangan prosedur
pengukuran.
12) Tekan tombol “print” untuk mencetak hasil percobaan.

B. Maximal voluntary ventilation (MVV)


1) Nyalakan alat dengan menekan tombol on/off.
2) Tekan tombol “mvv” untuk melakukan tes mvv spirometry. Cara:
tekan tombol menu - profile set up - mvv - adjust - spirometry
mode.
3) Tekan tombol “pasien”. Masukkan nama dam data probandus
(tanggal lahir, jenis kelamin, berat dan ras); data ini digunakan
untuk menghitung nilai prediktif yang akan dipakai untuk analisis
hasil pengukuran.
4) Terangkan cara tes dengan jelas kepada probandus.
5) Probandus duduk dengan kepala agak condong ke depan. Sensor
spirometer harus berada pada posisi horizontal.
6) Minta probandus menutup hidung saat proses pengukuran
berlangsung.
7) Mulai pengukuran dengan menekan tombol “start”.
8) Probandus bernapas dengan tenang. Ketika kurva yang
ditampilkan melintasi garis putus-putus pertama (6 detik setelah
mulai pengukuran), probandus bernapas dengan kedalaman dan
frekuensi maksimal, hingga melewatu garis vertikal kedua (21
detik setelah dimulainya pengukuran). Setelah itu, pasien dapat
kembali bernafas biasa. Pertahankan frekuensi napas ideal 90-110
napas per menit selama pengukuran akktual, sesuai dengan
kondisi probandus.
9) Akhiri prosedur dengan membiarkannya berhenti secara otomatis
atau menekan tombol “stop”.
10) Tekan tombol “accept” bila prosedur telah dianggap benar.
11) Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Beri waktu probandus
untuk beristirahat (15-300 detik) sebelum pengulangan prosedur
pengukuran.
12) Tekan tombol “print” untuk mencetak hasil percobaan..
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Judul praktikum kali ini adalah Spirometri. Alat yang dipergunakan
pada percobaaan ini adalah Spirometer BTL-08 Spiro yang terdiri dari
main unit yang merupakan bagian utama dari rangkaian spirometer BTL-
08 pneumotachograph set, terdiri dari pneumotachograph unit, plastic
mouthpiece, dan silicone seal. Selanjutnya kapas alkohol, yang digunakan
untuk membersihkan mouthpiece sebelum dan setelah dipakai.
Cara kerja pada praktikum kali ini adalah pertama-tama siapkan alat dan
bahan. Letakkan spirometer pada tempat yang datar dan kuat sehingga
tidak mengganggu jalannya percobaan. Rakit pneumotachograph set, yaitu
dengan menghubungkan plastic mouthpiece dengan pneumotachograph
serta memasang silicone seal untuk mencegah terjadinya kebocoran saat
melakukan pemeriksaan. Hubungkan spirometer dengan sumber listrik,
tekan tombol power pada posisi I. Lakukan proses perekaman, dilakukan
dengan dua cara yaitu dalam keadaan statik dan Maximal Voluntary
Ventilation (MVV). Cara kerja keadaan statik yaitu Keadaan statik yaitu
nyalakan alat dengan menekan tombol on/off. Tekan tombol “relaxed”
untuk melakukan tes relaxed spirometry. Cara: tekan tombol menu =
profile set up = relaxed. Tekan tombol “pasien”. Masukkan nama dan data
probandus (tanggal lahir, jenis kelamin, berat dan ras); data ini digunakan
untuk menghitung nilai prediktif yang akan dipakai untuk analisis hasil
pengukuran. Terangkan cara tes dengan jelas kepada probandus.
Probandus duduk dengan kepala agak condong ke depan. Sensor
spirometer harus berada pada posisi horizontal. Minta probandus menutup
hidung saat proses pengukuran berlangsung. Mulai pengkuran dengan
menekan tombol “start”. Probandus bernapas dengan tenang. Ketika kurva
melintasi garis putus-putus vertikal (saat detik ke 6 dari awal pengukuran),
minta pasien untuk melakukan prosedur EVC (ekspirasi dalam dan
dilanjutkan dengan inspirasi yang lambat hingga maksimum) dan setelah
bernapas santai pendek (sekitar 3 sampai 5 siklus). Berikutnya probandus
diminta untuk melakukan prosedur IVC (inspirasi dalam dan kemudian
ekspirasi dalam sampai semua udara keluar dari paru-paru). Probandus
harus menyelesaikan kedua prosedur dalam 30 detik (pada layar yang
ditandai oleh ruang antara garis putus-putus vertikal). Probandus bernapas
santai, pengukuran selesai. Akhiri prosedur dengan membiarkannya
berhenti secara otomatis atau menekan tombol “stop”. Tekan tombol
“accept” bila prosedur telah dianggap benar. Lakukan pengulangan
sebanyak 3 kali. Beri waktu probandus untuk beristirahat (15-30 detik)
sebelum pengulangan prosedur pengukuran. Tekan tombol “print” untuk
mencetak hasil percobaan. Faktor-Faktor yang mempengaruhi nilai suatu
hasil akhir dari probandus adalah umur, jenis kelamin, tinggi badan dan
ras. Sedangkan penyakit yang menyebabkan nilai suatu spirometri tidak
normal adalah penyakit obstruksi saluran napas, emfisema, fibrosis,
tuberkulosis, atelektasis, deformitas dinding dada, penyakit
[5]
neuromuskuler, gagal jantung, tumor pada pleura atau parenkim.

Hasil
Tabel Hasil pengukuran relaxed spirometri

No Nama SVC ERV IRV TV


1. M.Habibie 2,75 1,05 0,11 1,17
2. M.Ikhwan 2,36 1,67 0,13 0,83

Tabel Hasil perhitungan MVV

No Nama MVV RR TV
1. M.Habibie 99,48 - 2,30
2. M.Ikhwan 69,61 - 2,37

V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

[1]
Syaifuddin. 2010. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi
untuk Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. EGC, Jakarta.
[2]
Nurmasari., N. Afifah & R. Karno. 2017. Pengembangan Modul
Pembelajaran Sistem Pernafasan Menggunakan Metode Mind
Map untuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Rambah Hilir. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa FKIP Prodi Biologi. 5: 1-7.
[3]
Maria.G.S., J. Muninggar & M.R.I.S.Shanti.2015.Analisis Kapasitas
Paru dan Aliran Udara Pernafasan Manusia Yang Mempunyai
Kebiasaan Merokok dan Tidak Merokok.Jurnal SNFPF.6;57-62
[4]
Hasan. H. & R. Arushita.2017. Perubahan Fungsi Paru Pada Usia
Tua.Jurnal Respirasi.3:52-57
[5]
Ginting, M., F.Yunus & B. Antariksa. 2015. Faal Paru pada Polisi Lalu
Lintas Jakarta Pusat dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. J
Respir Indo. 35: 97-106.
[6]
Costanzo, L. S. 2018. Physiology Sixth Edition. Elsevier, Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai