Anda di halaman 1dari 3

WOC DENGUE SHOCK SYNDROM (DSS)

Arbovirus Beredar dalam Infeksi virus Mengaktivitas sistem


(melalui nyamuk aedes aegypti) aliran darah dengue(viremia) komplemen

Peningkatan reabsobsi Hipertermi (D.0130) PGE2 Hipotalamus Membentuk dan


Na+ dan H2 O Melepaskan zat C3a, C5a

Permeabilitas Resiko syok Renjatan hipovolemik dan


membran meningkat (hipovolemik) hipotensi
(D.0039)

Agregasi Kerusakan endotel Kebocoran plasma Hipovelemia


Trombosit Pembuluh (D.0023)
( darah

Trombositopeni Merangsang dan mengaktivasi Ke ekstravaskuler


faktor pembekuan

Perdarahan DIC

Paru-paru Hepar Abdomen


Resiko Perfusi Perifer
tidak efektif (D.0015)
Efusi pleura Hepatomegali Asites
Resiko
Perdarahan Hipoksia Jaringan Mual Muntah
(D.0012)
Pola nafas
Asidosis Metabolik tidak efektif
(D.0005) Defisit nutrisi
DEATH (D.0019)
WOC DENGUE SHOCK SYNDROM (DSS)

DEFINISI: Dengue shock syndrome (DSS) adalah sindroma syok yang terjadi pada penderita Dengue Hemoragic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD)
(Sumarmo dkk,2008). Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti (Susilaningrum dkk,2013).

Hipertermi (D.0130) Pola nafas tidak efektif (D.0005) Hipovelemia (D.0023)


SLKI : Termoregulasi membaik (L.14134) SLKI : Pola nafas membaik (L.01004) SLKI : Status cairan membaik (L.03028)
SIKI : Manajemen Hipertermia (I.15506) SIKI : Pemantauan Respirasi (I.01014) SIKI : Manajemen Hipovolemia (I.03116)
1. Identifikasi penyebab hipertermia 1. Monitor pola nafas (frekuensi,kedalaman,usaha 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
2. Monitor suhu tubuh nafas) 2. Monitor intake dan output cairan
3. Monitor haluaran urine 2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis.Gurgling, 3. Hitung kebutuhan cairan
4. Longgarkan atau lepaskan pakaian mengi, wheezing, ronkhi kering) 4. Berikan asupan cairan oral
5. Berikan cairan oral 3. Posisikan semi fowler atau fowler 5. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
6. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika 4. Berikan oksigen, jika perlu 6. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
mengalami hiperhidrolisis 5. Anjurkan teknik batuk efektif (mis.NaCl,RL)
7. Lakukan pendinginan eksternal 6. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, 7. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
8. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit mukolitik, jika perlu (mis.glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
intravena, jika perlu 8. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis
albumin, Plasmanate)
9. Kolaborasi pemberian produk darah

Resiko syok (hipovolemik) (D.0039) Defisit Nutrisi (D.0019) Resiko Perfusi Perifer tidak efektif (D.0015)
SLKI : Tingkat syok menurun (L.03032) SLKI: Status nutrisi membaik (L.03033) SLKI : Perfusi perifer meningkat (L.02011)
SIKI : Pencegahan syok (I.02050) SIKI : Managemen nutrisi (I.08119) SIKI : Perawatan sirkulasi (I.02079)
1. Monitor status kardiopulmonal 1. Identifikasi status nutrisi 1. Periksa sirkulasi perifer
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
2. Monitor status oksigenasi 2. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
3. Identifikasi makanan yang disukai
3. Monitor status cairan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien 3. Monitor panas, kemerahan,nyeri, atau bengkak
4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik pada ekstermitas
5. Berikan okigen untuk mempertahankan 6. Monitor asupan makanan 4. Hindari pemasangan infus atau pengambilan
saturasi oksigen > 94% 7. Monitor berat badan darah di area keterbatasan perfusi
6. Persiapan intubasi dan ventilasi mekanis, 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium 5. Hindari pengukuran tekanan darah pada
jika perlu 9. Lakukan oral hygiene sebelum makan ekstermitas dengan keterbatasan perfusi
7. Jelaskan penyebab/faktor risiko syok 10. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 6. Lakukan hidrasi
8. Jelaskan tanda dan gejala awal syok 11. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
9. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu 12. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
13. Anjurkan posisi duduk jika mampu
WOC DENGUE SHOCK SYNDROM (DSS)

10. Kolaborasi pemberian tranfusi darah, jika 14. Ajarkan diet yang diprogramkan
perlu 15. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
11. Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika 16. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
perlu kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan

Resiko Perdarahan (D.0012)


SLKI : Tingkat perdarahan menurun (L.02017)
SIKI : Pencegahan perdarahan (I.02067)
1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
2. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan sesudah kehilangan darah
3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
4. Monitor koagulasi
5. Pertahankan bed rest selama perdarahan
6. Batasi tindakan invasif, jika perlu
7. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
8. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
9. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
10. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, , jika perlu
11. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

Sumarmo dkk.(2008).Buku Ajar infeksi dan pediatri tropis.Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Susilaningrum dkk.(2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
PPNI.(2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPN.
PPNI.(2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPN.
PPNI.(2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPN.

Anda mungkin juga menyukai