OLEH :
1706050084
KUPANG
2019
BAB 1
METABOLISME LEMAK
A. Pendahuluan
Metabolisme lemak adalah proses internal untuk menghancurkan asam lemak,
merupakan bagian penting dari makanan, menjadi komponen-komponen yang dapat
digunakan. Asam lemak mempunyai fungsi untuk membangun protein baru dan untuk
menyimpan energi. Asam lemak akan mengalami oksidasi yang disebut dengan oksidasi
beta. Oksidasi beta merupakan oksidasi utama bagi asam lemak karena pada proses
oksidasi ini akan menghasilkan asetil KoA dan energi dalam bentuk ATP. Terdapat juga
proses lipolisis yaitu proses pemecahan lemak menjadi asam lemak.
Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipid bukan suatu polimer dan tidak
mempunyai satuan yang berulang. Pembagian lipid didasari oleh hidrolisisnya. Lipid
digolongkan menjadi lipid sederhana, lipid majemuk dan sterol.
Lemak disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi sebagai
sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak yang beredar di dalam tubuh
diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan
di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi.
B. Pembahasan
Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak
dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak
mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida
sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tidak tersedia sumber
energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun
jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini
dinamakan lipolisis.
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil
KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan
protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga
dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat
mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai
trigliserida.
Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami
kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis
membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi
menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini
dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan
asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan
kematian.
Lemak dalam tubuh tidak hanya berasal dari makanan yang mengandung lemak,
tetapi dapat pula berasal dari karbohidrat dan protein. Hal ini dapat terjadi karena ada
hubungan antara metabolisme karbohidrat, lemak, protein atau asam amino. Asam lemak
yang terjadi pada proses hidrolisis lemak, mengalami proses oksidasi dan menghasilkan
asetil-KoA. Berikut ini adalah tahap-tahap reaksi:
Pembentukan asil-KoA dari asam lemak berlangsung dengan katalis enzim asil-
KoA sintase (tiokinase).3 Mula asam lemak bereaksi dengan ATP dan enzim
membentuk kompleks enzim-asiladenilat. Molekul asilaadenilat terdiri atas gugus
asil yang berikatan dengan gugus fosfat pada AMP. Molekul ATP dalam reaksi ini
diubah menjadi AMP dan pirofosfat. Kemudian asil AMP bereaksi dengan
koenzim A membentuk asil-KoA. Pirofosfat dengan segera terhidrolisis menjadi 2
gugus fosfat.
Reaksi kedua ialah pembentukan enoil-KoA dengan cara oksidasi. Enzim asil-
KoA dehidrogenase berperan sebagai katalis dalam reaksi ini. Koenzim yang
dibutuhkan dalam reaksi ini ialah FAD yang berperan sebagai akseptor hydrogen.
Dua molekul ATP dibentuk untuk tiap pasang elektron yang ditransportasikan dari
molekul FADH2 melalui transpor elektron.
Reaksi ketiga, enzim enoil-KoA hidratase merupakan katalis yang menghasilkan
L-hidroksiasil koenzim A. Reaksi ini ialah reaksi hidrasi terhadap ikatan rangkap
antara C-2 dan C-3.
Gambar 3.10 :
Transporter asil-KoA melalui membran mitokondria(Glenn,G.,2004)
3. Biosintesis Fosfolipid
Fosfolipid merupakan asam lemak yang terikat kovalen dengan fosfat. Yang terdapat
berbagai jenis fosfolipid di bakteri. Namun yang akan dibahas sekarang adalah fodfolipid yang
umum di jumpai. Struktur fosfolipid membran sel adalah amfibolik, yaitu satu bagian molekul
bermuatan (polar/hidrofilik) dan bagian lain yang tidak bermuatan (polar/hidrofilik). Area
hidrofilik yang berisi fosfat dan hidrofobik yang berisi asam lemak disebut kepala dan ekor.
Beberapa sifat membran sel yang perlu diperhatikan sebagai berikut yaitu membran sel
hanya dapat dilewati oleh air, gas, dan molekul hidrofob kecil. Dimana membran sel mamapu
melakukan kerja seluler, jika terdapat perbedaan muatan (proton dan ion natrium) diseberang-
menyebrang membran sel. Asam lemak yang mengisi area hidrofob harus dalam kondisi cair
(fluid). Kondisi itu untuk mempertahankan fungsi membran sel. Agar fliuditas asam lemak
terjaga, maka karena adanya asam lemak tidak jenuh ( titik beku asam lemak tidak jenuh lebih
rendah dibandingkan asam lemak jenuh) dan asam lemak bercabang.
Biosintesis fosfolipid dimulai dari reduksi dihidroksi aseton fosfat (DHAP) menjadi
gliseraldehid 3-fosfat (G3P). Dua molekul asil ACP mentrasfer gugus asam lemak ke G3P
menghasilkan asam fosfatidat. Reaksi itu dikatalis gliseraldehid 3-fosfat asil transferase. Dimana
asam fosfatidat merupakan fosfolipid pertama yang dihasilkan. Asam fosfatidat di proses lagi
menjadi derivat fosfolipid lainnya, misalnya fosfatidil serin, fosfatidiletanolamin, dan
kardiolipin. Asam fosfatidat kemudian bereaksi dengan sitidin trifosfat ( CTP) menghasilkan
citidin difosfat diasil gliserol ( CDP diasil gliserol) dan pirofosfat. Reaksi tersebut dikatalisis
citidin difosfat digliserida sintase. Penambahan sistein pada citidin difosfat diasil gliserol akan
menghasilkan fosfatidil etanolamin. Secara terpisah , citidin difosfat diasil gliserol bereaksi
dengan gliserol fosfat menghasilkan fosfatidil gliserol fosfat. Reaksi tersebut dikatalisis fosfatidil
gliserol fosfat sintase. Hidrolisis fosfatidil gliserol fosfat menghasilkan fosfatidil gliserol ( dan
melepaskan fosfat). Reaksi tersebut dikatalisis fosfatidil gliserol fosfat fosfatase. Dua molekul
fosfatidil fosfat bereaksi menghasilkan kardiolipin ( difosfatidil gliserol). Reaksi tersebut
dikatalisis kardiolipin sintase.
BAB 2
METABOLISME ASAM AMINO DAN NUKLEOTIDA
A. Pendahuluan
Dalam tubuh mahluk hidup pasti dijumpai asam amino,asam-asam amino terdiri atas
pertama, produksi asam amino dari pembongkaran protein tubuh, digesti protein diet serta
sintesis asam amino di hati. Kedua, pengambilan nitrogen dari asam amino. Sedangkan
ketiga adalah katabolisme asam amino menjadi energi melalui siklus asam serta siklus urea
sebagai proses pengolahan hasil sampingan pemecahan asam amino. Keempat adalah sintesis
protein dari asam-asam amino. Asam amino juga mengalami katabolisme,yang terjadi dalam
2 tahapan yaitu: Transaminasi dan Pelepasan amin dari glutamat menghasilkan ion
ammonium.Semua jaringan memiliki kemampuan untuk men-sintesis asam amino non
esensial, melakukan remodeling asam amino, serta mengubah rangka karbon non asam
amino menjadi asam amino dan turunan lain yang mengandung nitrogen. Dalam kondisi
surplus diet, nitrogen toksik potensial dari asam amino dikeluarkan melalui transaminasi,
deaminasi dan pembentukan urea. Rangka karbon umumnya diubah menjadi karbohidrat
melalui jalur glukoneogenesis, atau menjadi asam lemak melalui jalur sintesis asam lemak.
Berkaitan dengan hal ini, asam amino dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu:
Asam Amino Esensial merupakan Asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh kita
sehingga harus ada di dalam makanan yang kita makan.
Asam Amino Non-Esensial merupakan Asam amino yang dapat disintesis dari asam
amino lain.
Setiap jenis asam amino tersebut dapat mengalami biosintesis.Dalam makalah ini
akan dibahas lebih lanjut tentang macam-macam dan biosintesis pada asam amino.
B. Pembahasan
1. Asam Amino dan Macam-macam Asam Amino
Asam amino adalah sembarang senyawa organik yng memiliki gugus fungsional
karboksilat(-COOH)dan amina(biasanya –NH2).Dalam biokimia seringkali pengertiannya
dipersempit :keduanya terikat pada satu atom karbon (C)yang sama (disebut atom C
“alfa”).Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena
salah satu fungsinya adalah sebagai penyusun protein yang sangat penting dalam
organisme.Struktur asam amino adalah sebagai berikut:
H H O
N C C
H R OH
Jalur metabolik utama dari asam-asam amino terdiri atas pertama, produksi asam
amino dari pembongkaran protein tubuh, digesti protein diet serta sintesis asam amino di
hati. Kedua, pengambilan nitrogen dari asam amino. Sedangkan ketiga adalah
katabolisme asam amino menjadi energi melalui siklus asam serta siklus urea sebagai
proses pengolahan hasil sampingan pemecahan asam amino. Keempat adalah sintesis
protein dari asam-asam amino.
Asam amino juga mengalami katabolisme, ada 2 tahap pelepasan gugus amin dari
asam amino, yaitu:
a. Transaminasi
Katabolisme asam amino terjadi melalui reaksi transaminasi yang melibatkan
pemindahan gugus amino secara enzimatik dari satu asam amino ke asam amino
lainnya. Enzim yang terlibat dalam reaksi ini adalah transaminase atau amino
transaminase. Enzim ini spesifik bagi ketoglutarat sebagai penerima gugus amino
namun tidak spesifik bagi asam amino sebagai pemberi gugus amino. Transaminase
mempunyai gugus prostetik, piridoksal fosfat, pada sisi aktifnya yang berfungsi
sebagai senyawa antara pembawa gugus amino menuju ketoglutarat. Molekul ini
mengalami perubahan dapat balik di antara bentuk aldehidanya (piridoksal fosfat),
yang dapat menerima gugus amino, dan bentuk teraminasinya (piridoksamin fosfat).
Ada sekitar 12 asam amino protein yang mengalami reaksi transaminasi dalam
proses degradasinya. Beberapa asam amino lain mengalami proses deaminasi dan
dekarboksilasi. Enzim aminotransferase memindahkan amin kepada α-ketoglutarat
menghasilkan glutamat atau kepada oksaloasetat menghasilkan aspartat
1) Dengan peran enzim karbamoil fosfat sintase I, ion amonium bereaksi dengan
CO2 menghasilkan karbamoil fosfat. Dalam raksi ini diperlukan energi dari ATP
2) Dengan peran enzim ornitin transkarbamoilase, karbamoil fosfat bereaksi dengan
L-ornitin menghasilkan L-sitrulin dan gugus fosfat dilepaskan
3) Dengan peran enzim argininosuksinat sintase, L-sitrulin bereaksi dengan L-
aspartat menghasilkan L-argininosuksinat. Reaksi ini membutuhkan energi dari
ATP
4) Dengan peran enzim argininosuksinat liase, L-argininosuksinat dipecah menjadi
fumarat dan L-arginin
5) Dengan peran enzim arginase, penambahan H2O terhadap L-arginin akan
menghasilkan L-ornitin dan urea.
Reaksi
biosintesis glutamate
Siklus glukosa-alanin
c. Biosintesis sistein
Sulfur untuk sintesis sistein berasal dari metionin. Kondensasi dari ATP dan
metionin dikatalisis oleh enzim metionin adenosiltransfrease menghasilkan S-
adenosilmetionin (SAM).
Biosintesis S-adenosilmetionin (SAM)
Reaksi transmetilasi melibatkan SAM sangatlah penting, tetapi dalam kasus ini
peran S-adenosilmetionin dalam transmetilasi adalah sekunder untuk produksi
homosistein (secara esensial oleh produk dari aktivitas transmetilase). Dalam
produksi SAM, semua fosfat dari ATP hilang: 1 sebagai Pi dan 2 sebagai Ppi.
Adenosin diubah menjadi metionin bukan AMP.
d. Biosintesis tirosin
Tirosin diproduksi di dalam sel dengan hidroksilasi fenilalanin. Setengah dari
fenilalanin dibutuhkan untuk memproduksi tirosin. Jika diet kita kaya tirosin, hal ini
akan mengurangi kebutuhan fenilalanin sampai dengan 50%.
Fenilalanin hidroksilase adalah campuran fungsi oksigenase: 1 atom oksigen
digabungkan ke air dan lainnya ke gugus hidroksil dari tirosin. Reduktan yang
dihasilkan adalah tetrahidrofolat kofaktor tetrahidrobiopterin, yang dipertahankan
dalam status tereduksi oleh NADH-dependent enzyme dihydropteridine reductase
(DHPR).
f. Biosintesis serin
Jalur utama untuk serin dimulai dari intermediat glikolitik 3-fosfogliserat.
NADH-linked dehidrogenase mengubah 3-fosfogliserat menjadi sebuah asam keto
yaitu 3-fosfopiruvat, sesuai untuk transaminasi subsekuen. Aktivitas aminotransferase
dengan glutamat sebagai donor menghasilkan 3-fosfoserin, yang diubah menjadi serin
oleh fosfoserin fosfatase.
g. Biosintesis glisin
Jalur utama untuk glisin adalah 1 tahap reaksi yang dikatalisis oleh serin
hidroksimetiltransferase. Reaksi ini melibatkan transfer gugus hidroksimetil dari serin
untuk kofaktor tetrahidrofolat (THF), menghasilkan glisin dan N5, N10-metilen-THF.
3. Nukleotida
Nukleotida yang merupakan monomer asam nukleat (building block) memiliki
banyak fungsi dalam metabolisme selular. Sebagai konstituen asam nukleat,
deoxyribonucleic acid (DNA) dan ribonucleic acid (RNA), nukleotida berfungsi sebagai
gudang informasi genetik. Struktur protein dan metabolisme biomolekul dan komponen
selular lainnya merupakan produk informasi yang sudah terprogram dalam nukleotida.
RNA juga terdiri atas nukleotida yang memiliki banyak fungsi. Ribosomal RNA (rRNA)
adalah komponen ribosom yang bertanggungjawab pada sintesis protein. Massenger RNA
(mRNA) merupakan intermediet yang membawa informasi genetik dari suatu gen ke
ribosom. Transfer RNA (tRNA) adalah molekul yang menerjemahkan informasi pada
mRNA untuk menentukan asam amino spesifik. Selain gudang genetik, nukleotida juga
merupakan bagian dari koenzim, donor gugus fosforil (ATP dan GTP), donor gula (UDP
dan GDP-gula) atau donor lipid (CDP-asilgliserol). Bentuk energi pada metabolisme
tubuh tergantung pada adanya transfer gugus fosforil.
Nukleotida memiliki tiga karakteristik komponen yaitu basa nitrogen heterosiklik,
gula pentosa dan gugus fosfat. Molekul nukleotida yang gugus fosfatnya mengalami
hidrolisisdinamakan dengan nukleosida. Basa dan gula pentosa penyusun nukleotida
merupakan bentuk senyawa heterosiklik. Struktur nukleotida dan nukleosida dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Basa nitrogen heterosiklik yang menyusun nukleotida yaitu purin dan pirimidin.
Ada empat basa nitrogen yang merupakan unit pembentuk DNA yaitu adenin (A), guanin
(G), sitosin (C) dan timin (T). Sedangkan pembentuk RNA yaitu adenin (A), guanin (G),
sitosin (C) dan urasil (U). Adenin dan guanin merupakan basa nitrogen jenis purin
sedangkan sitosin, timin dan urasil adalah derivat pirimidin.
Gula pentosa penyusun nukleotida memiliki bentuk furanosa. Dalam nukleotida
penomoran atom karbon pada gula pentosa menggunakan tanda prime (‘). Gula pentose
penyusun asam nukleat yaitu 2-deoxy-D-ribosa dan D-ribosa. Basa nitrogen heterosiklik
terikat secara kovalen dengan pentosa dalam ikatan N-ß-glikosil. Ikatan N-ß-glikosil
terjadi antara karbon 1’ pada pentosa dengan nitrogen nomor 1 pada pirimidin dan
nitrogen nomor 9 pada purin. Gugus fosfat terikat pada karbon 5’ gula pentosa melalui
mekanisme esterifikasi sehingga dinamakan ikatan fosfoester.
BAB 3
METABOLISME SENYAWA ANORGANIK
A. Pendahuluan
Mahkluk hidup dalam kehidupannya memerlukan energi sehingga mahkluk hidup
tersebut dapat melaksanakan berbagai fungsi hidup, dan energi tersebut diperoleh dari hasil
metabolismenya (Lestary 2012).
Metabolisme terjadi pada semua mahluk hidup termasuk kehidupan mikroba.
Metabolisme merupakan proses kimiawi yang dilakukan oleh organisme atau semua reaksi
yang melibatkan transformasi energi kimia di dalam mahluk hidup. Walaupun sangat
beraneka ragam jenis substansi yang berperan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme,
namun terdapat pola dasar metabolisme yang sangat sederhana yaitu terjadi perubahan dari
satu bentuk energi yang kompleks menjadi bentuk energi yang lebih sederhana, sehingga
dapat masuk ke dalam rangkaian metabolik. Metabolisme merupakan serentetan reaksi kimia
yang terjadi dalam sel hidup yang dilakukan untuk menghasilkan energi (Harianulfah 2013).
Sebagian mikroorganisme tidak memiliki klorofil, energi yang digunakannnya berasal
dari oksidasi kimia. Mikroorganisme autotrof merupakan satu kelompok besar
mikroorganisme yang mempunyai kemampuan untuk mengubah senyawa inorganik menjadi
senyawa organik seperti protein, lemak, asam nukleat, dan vitamin (Purnomo 2004).
Mikroorganisme autotrof menggunakan CO2 sebagai sumber karbon untuk sintesis
selnya. Mikroorganisme autotrof memperoleh energi dari oksidasi senyawa inorganik dimana
proses penangkapan energinya sama dengan fosforilasi oksidatif, seperti misalnya elektron
yang dibebaskan dari oksidasi belerang, amoniak, dan lainnya disalurkan melewati rantai-
rantai transpor elektron yang menyebabkan proton menyembul dari membran. Potensial yang
terjadi diubah menjadi ikatan fosfat berenergi tinggi jika proton memasuki sel kembali
melewati saluran proton (Purnomo 2004).
Senyawa inorganik seperti sulfur, nitrat, sulfat, nitrogen, hidrogen, amonia, nitrit dan
besi digunakan mikroorganisme untuk berbagai hal (sebagai sumber energi dan biosintesis).
Pada dasarnya, metabolisme senyawa inorganik terdiri atas 3 jalur, yaitu jalur asimilasi
(biosintesis), jalur disimilasi (sebagai akseptor elektron/katabolisme) dan jalur oksidatif
(sebagai donor elektron) (Purwoko 2007).
Pada jalur asimilasi senyawa inorganik (sulfur dan nitrogen) dikonversi ke senyawa
organik, sehingga menghasilkan senyawa organik bernitrogen atau bersulfur. Pada jalur
disimilasi senyawa inorganik digunakan sebagai akseptor elektron selain oksigen dalam
respirasi anaerob. Pada jalur oksidatif, senyawa inorganik dapat langsung dipakai sebagai
donor elektron, karena terdapat dehidrogenase yang dapat menangkap proton dari senyawa
inorganik, sehingga dapat dihasilkan energi (Purwoko 2007).
B. Pembahasan
Bakteri autotrof adalah kelompok mikroorganisme yang menggunakan karbon
inorganik atau karbon dioksida bebas (CO2) sebagai sumber karbon. Bakteri jenis ini dapat
membuat senyawa organik dari zat-zat inorganik sehingga dapat menyusun makanan sendiri.
Berdasarkan sumber energi yang dipergunakan untuk mensintesis senyawa inorganik, bakteri
autotrof dibedakan menjadi bakteri fotoautotrof dan bakteri kemoautotrof.
Seperti bakteri fotoautotrof, kelompok bakteri kemoautotrof menggunakan CO2
sebagai sumber korban. Akan tetapi untuk mengubah CO2 menjadi material sel diperlukan
energi dan NADPH. Pada bakteri fotoautotrof energi dan NADPH diperoleh dari sinar
matahari, sedangkan pada organisme kemoautotrof diperoleh dari oksidasi senyawa kimia.
Jadi proses pengangkapan energi sama dengan yang terjadi pada fosforilasi oksidatif dimana
elektron yang dihasilkan dari oksidasi sulfur, amino dan lain-lain di transfer melalui
serangkaian tanspor elektron yang menyebabkan keluarnya proton dari sel. Potensial pH
yang terjadi dikonversi di dalam ikatan fosfat yang mengandung energi yang tinggi pada saat
proton tersebut masuk kembali kedalam sel melalui kanal proton. Setelah ATP termasuk, pola
biosintesis dalam sel analog dengan bakteri fotoautotrof (Priani 2003).
Bakteri kemaoautotrof dikelompokkan menjadi beberapa generasi berdasarkan pada
jenis senyawa inorganik yang dioksidasi sebagai sumber energi (Priani 2003) :
1. Bakteri Nitrat
Asimilasi Nitrat
NO3-
2H+ 2e-
H2O
+ -
NO2-
3H 2e
H2O
[NOH]
2H+ 2e-
NH2OH
2H+ 2e-
H2O GS GOGAT
NH3 Glutamin Glutamate
+
Glutamat
Glutamat Alfa-
ketoglutarat
Gambar 6 Asimilasi nitrat (Purwoko 2007)
2. Bakteri Sulfat
Asimilasi sulfat
Sebagian besar mikroorganisme memanfaatkan sulfat (SO42-) sebagai sumber S
yang kemudian dikonversi ke dalam sel dalam asam amino bersulfur, yaitu sistein
(gambar 8). Karena bilangan oksidasi SO42- adalah + 6, sedangkan bilangan oksidasi S2-
adalah -2, maka diperlukan 8 elektron untuk mereduksi sulfat menjadi sulfur, sehingga
dapat dikonversi ke asetil serin yang merupakan prekursor sistein (Purwoko 2007).
Gugus sulfat menggantikan gugus pirofosfat dari ATP, sehingga menghasilkan
adenosin fosfosulfat (APS) yang dikatalisis oleh ATP surfurilase. Fosforilasi tersebut
dikatalisis oleh APS fosfokinase. Reduksi PAPS menjadi sulfit dan AMP-3-P dikatalisis
PAPS reduktase, sedangkan reduksi sulfit menjadi sulfur dikatalisis oleh sulfit reduktase.
AMP-3-P direduksi menghasilkan AMP dan fosfat inorganik. Sulfur menggantikan gugus
asetil pada asetil serin, sehingga menjadi sistein yang dikatalisis oleh asetil serin
sulfurhidrase (Purwoko 2007).
SO42- NADP+
ATP +
NADPH H
Adenosin-℗-SO32-
Adenosin fosfosulfat (APS) 3 NADPH
R S 3 H+
ATP R SH
S 3 NADP+
SH
ADP
4e-, 4H+
4H2 4H2
2 piruvat
hidrogenas
SO42
4e-, 4H+ ATP e
-
CO2 Sit
2 asetil KoA c3
8e- 8H+
APS
2e-
2 asetil fosfat
2 ADP SO32-
6e-
2 ATP
2 asetat
2-
S
Gambar 9 Disimilasi sulfat pada Desulfovibrio (Purwoko 2007)
8 ATP
Gambar 7 Reaksi nitrogenase (Purwoko 2007)
4. Bakteri Hidrogen
Bakteri pengoksidasi hidrogen biasanya bersifat fakultatif anaerob dan dapat
hidup secara autotrof maupun heterotrof. Gas hidrogen yang dioksidasi dapat berasal
dari lingkungan, hasil tambatan nitrogen, dan hasil fermentasi (Purwoko 2007). Beberapa
mikrorganisme pengoksidasi hidrogen dapat tumbuh secara aerob pada media yang
mengandung CO sebagai sumber karbon dan energi, dengan oksigen sebagai akseptor
elektron. Bakteri ini menggunakan hidrogen yang menyediakan energi untuk
pertumbuhan dan fiksasi CO2 (Purwoko 2007).
Banyak mikroorganisme yang menggunakan hidrogen (H2) sebagai sumber
energi. Hidrogen teroksidasi oleh membran-terikat hidrogenase yang menyebabkan
proton dipompa melalui transfer elektron ke berbagai kuinon dan sitokrom. Dalam
banyak mikroorganisme, hidrogenase sitoplasma digunakan untuk menghasilkan energi
yang diurai dalam bentuk NADH, yang kemudian digunakan untuk memperbaiki karbon
dioksida melalui siklus Calvin (Wikipedia 2014). Bakteri pengoksidasi hidrogen anaerob
biasanya termasuk bakteri pereduksi sulfat. Arkhaea metanogen dan pereduksi sulfur
biasanya memanfaatkan hidrogen sebagai donor elektron dalam pertumbuhannya.
Sebagian besar bakteri heterotrof mampu memanfaatkan hidrogen sebagai donor elektron
untuk proses metabolisme, tetapi tidak untuk penambat karbon dioksida. Biasanya
hidrogen dimanfaatkan sebagai donor elektron dan NAD+ sebagai akseptor elektron,
sehingga NADH dapat di oksidasi kembali untuk menghasilkan energi (Purwoko 2007).
5. Bakteri Amonia
Nitrifikasi adalah proses dimana amonia (NH3) dikonversi menjadi nitrat (NO3).
Bakteri yang mampu memanfaatkan amonia sebagai sumber energi disebut bakteri
penitrifikasi. Terdapat 5 genus bakteri penitrifikasi, yaitu Nitrosococcus, Nitrosomonas,
Nitrosospira, Nitrosolobus, Nitrosovibrio. Semuanya adalah bakteri kemolitoautotrof
aerob yang mampu mengasimilasi CO2 melalui siklus calvin. Bakteri penitrifikasi
biasanya hidup di area perbatasan aerob-anaerob, tempat amonia biasanya terdifusi di
daerah perbatasan tersebut (Purwoko 2007).
Nitrosomonas mengoksidasi amonia menjadi hidroksilamin dan air dengan
bantuan amonia monooksigenase (AMO) (gambar 3). Hidroksilamin dipindah dari
sitoplasma ke periplasma yang kemudian dioksidasi oleh hidroksilamin oksidoreduktase
(HAO) menjadi nitrit. Pada reaksi itu dihasilkan 4 elektron dan 4 proton yang ditransfer
ke sitrokrom c554. Dari 4 elektron, 2 elektron ditransfer ke ubikuinon dan selanjutnya
ditransfer ke AMO (elektron dipakai untuk mengoksidasi amonia menjadi hidroksilamin)
dan 2 elektron ditransfer ke sitrokrom c522. Dua elektron dari sitrokrom c554 dipindah ke
sitoplasma melalui sitrokrom aa3 dan diterima oleh oksigen menjadi air. Perpindahan
oksigen oleh aa3 dikopling oleh antiport dengan perpindahan proton. Jadi, pada reaksi ini
sebagian oksigen direduksi menjadi air dan sebagian lagi dikonversi oleh amonia menjadi
hidroksilamin (Purwoko 2007).
Periplasma Membran Sel sitoplasma
NH4OH NH2OH
4H+
H2O H2O
HNO2
AMO
HA
O -
4e
C552
2H+ H2O
Sit aa3
6. Bakteri Nitrit
Nitrit dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri aerob kemolitoautotrof Nitrococcus,
Nitrospina, dan Nitrospira. Nitrobacter merupakan organisme fakultatif autotrof
(Purwoko 2007).
Dua molekul nitrit dioksidasi menjadi nitrat di sitoplasma. Empat elektron hasil
oksidasi nitrit ditangkap oleh nitrit reduktase yang membentang di membran sel. Elektron
kemudian ditransfer ke sitrokom c yang berada di periplasma. Dua elektron dikembalikan
ke sitoplasma melalui sitrokrom aa3 dan diterima oleh oksigen, sehingga menghasilkan
air. Arus perpindahan elektron pada sitrokrom aa 3 biasanya dikopling dengan antiport
perpindahan keluar proton. Proton dikembalikan ke sitoplasma oleh sitrokrom bc 1 yang
membentang di membran sel. Perpindahan proton tersebut dipakai juga oleh sitrokrom
bc1 untuk menaikkan 2 elektron dari sitrokrom c ke ubikuinon. Sejumlah proton kembali
ke sitoplasma melalui NADH-ubikuinon oksidoreduktase. Perpindahan proton tersebut
dipakai juga untuk menaikkan elektron dari ubikuinon ke NADH-ubikuinon
oksidoreduktase dan dipakai untuk mereduksi NAD+ menjadi NADH. Jadi proses
nitrifikasi nitrat merupakan proses defisit ∆P. ∆P dapat menjadi netral dan bahkan surplus
jika NADH dioksidasi melalui respirasi (Purwoko 2007).
2H+
2NADH
yH+
2NAD+
UQ
xH+
Sit bc1
2HO2- + 2H2O
2H+ H2O
Sit aa3
7. Bakteri Sulfur
Oksidasi belerang melibatkan oksidasi senyawa sulfur seperti sulfida (H2S), sulfur
inorganik (S0), dan tiosulfat (S2O2-3) untuk membentuk asam sulfat (H2SO4). Contoh dari
bakteri sulfur-oksidasi adalah Beggiatoa dan Paracoccus. Umumnya, oksidasi sulfida
terjadi secara bertahap, dengan sulfur inorganik yang disimpan di dalam atau di luar sel
sampai dibutuhkan. Sulfida adalah donor elektron yang lebih baik dibandingkan dengan
sulfur inorganik atau tiosulfat, sehingga memungkinkan untuk lebih banyak proton yang
ditranslokasikan melewati membran. Organisme sulfur-oksidasi menghasilkan energi
untuk fiksasi karbon dioksida melalui siklus Calvin menggunakan aliran elektron
terbalik, proses yang membutuhkan energi mendorong elektron terhadap gradien
termodinamika untuk menghasilkan NADH. Senyawa sulfur akan berkurang karena
dikonversi ke sulfit (SO2-3) yang selanjutnya dikonversi menjadi sulfat (SO2-4) oleh enzim
sulfit oksidase. Beberapa organisme, mencapai oksidasi dengan menggunakan kebalikan
dari sistem reduktase APS yang digunakan oleh bakteri pereduksi sulfat. Dalam semua
kasus, energi yang dibebaskan ditransfer ke rantai transpor elektron untuk produksi ATP
dan NADH (Kappler 2000).
Mikroorganisme yang mampu mengoksidasi belerang adalah pengoksidasi sulfur
fotosintetik, pengoksidasi sulfur nonfotosintetik (Beggiatoa, Thiothrix, Thiobacillus dan
arkhaea Sulfolobus). Sulfur biasanya dipakai sebagai sumber energi dan elektron. Sulfur
tersebut adalah hidrogen sulfida (H2S), sulfur (S0), sulfit (HSO3-) dan tiosulfat (S2O3-),
semuanya dioksidasi menjadi sulfat (Purwoko 2007).
Bakteri pengoksida sulfur dapat ditemukan dikolam belerang yang mempunyai
kandungan sulfur tinggi. Kandungan sulfur tinggi juga ditemukan di daerah
pertambangan batu bara, yaitu dalam bentuk pirit (FeS2). Bakteri patogen manusia,
Campylobacter jejuni, juga mampu mengoksidasi sulfur menjadi sulfat (Purwoko 2007).
Bakteri pengoksidasi sulfur biasanya tumbuh pada media rendah oksigen, karena
oksidasi sulfur dapat berlangsung cepat jika oksigen rendah. Mikroorganisme pengoksida
sulfur biasanya autotrof, tetapi dapat berubah menjadi heterotrof, jika terdapat senyawa
karbon organik dalam media (Purwoko 2007).
Oksidasi tiosulfat oleh Thiobacillus versutus dapat dilihat pada gambar 1. Di
periplasma Membran sel sitoplasma
periplasma tiosulfat dioksidasi oleh kompleks multienzim menjadi 2 molekul sulfat yang
H2S2O2 + 5 H2O
menghasilkan 8 elektron dan 8 proton. Proton dilepaskan ke periplasma, sedangkan
elektron ditransfer ke sitokrom c552 membran sel. Kemudian, elektron ditransfer ke
C
sitrokom oksidase dan akhirnya
8e diterima
552 oleh oksigen dan proton menjadi air (H 2O)
(Purwoko 2007).
2 H SO
2 4 Komp
8 H+ multienzim 4 H2O
2 O2
Sit oksidase
8 H+
Gambar 1 Oksidsai tiosulfat oleh Thiobacillus versutus (Purwoko 2007)
Delapan proton masuk ke sitoplasma melalui ATPsintase sehingga menghasilkan
2,67 ATP. Selanjutnya, proton yang berada di sitoplasma bersama 2 molekul oksigen
menerima 8 elektron sehingga menghasilkan 4 molekul air (Purwoko 2007).
Beberapa Thiobacillus mampu melakukan fosforilisasi tingkat substrat pada saat
oksidasi sulfur. Fosforlisasi tingkat substrat dapat terjadi pada level sulfit atau APS
(Purwoko 2007).
SO32- + AMP → 2e- + APS + Pi → ADP + SO42-
Atau
2e- + APS + PPi → ATP + SO42-
Senyawa sulfur lainnya juga dapat di oksidasi menjadi sulfat. Oksidasi sulfur
dapat melalui berbagai jalur, misalnya oksidasi sulfida menjadi polisulfida, oksidasi
langsung tiosulfat menjadi sulfat yang melibatkan 2-enzim multikompleks, oksidasi
S
polisulfida menjadi sulfit, oksidasi langsung sulfit menjadi sulfat, dan oksidasi sulfit
menjadi sulfat yang disertai fosforilisasi tingkat substrat (gambar
2e- 2) (Purwoko 2007).
[S] Sn0
S2O32- 3 H2O
5 H2O AMP
6 H+ + 4e-
10 H+ + 8e- SO32-
2e-
H2O
2 SO42-
2 H+ + 2e-
SO42- Pi
ADP
APS
8. Bakteri Besi
Beberapa mikroorganisme mampu mengoksidasi ion ferri (Fe2+) menjadi ion
ferrat (Fe3+) dengan bantuan oksigen. Oksidasi tersebut dapat berlangsung cepat (pH
netral) dan lambat (pH asam) (Purwoko 2007).
Thiobacillus ferooxidans merupakan obligat autrotrof yang dapat tumbuh secara
heterotrofik tanpa sumber oksidasi besi. Thiobacillus ferooxidans, Gallionell, Leptothrix,
Sulfolobus, Sphaerotilus dan Shewanella oneidensis memiliki kemampuan mengoksidasi
Fe2+ jika ditumbuhkan pada ferri sulfat (FeSO4) (gambar 5) (Purwoko 2007).
Dua molekul Fe2+ dioksidasi menjadi 2 molekul Fe3+ dan 2 elektron oleh komplek
enzim ferrat yang berada di membran luar. Elektron ditransfer ke sitokrom c periplasma
yang berasosiasi dengan rustisianin (protein tembaga). Elektron ditransfer ke sitoplasma
melalui sitrokom oksidase dan dipakai untuk mereduksi oksigen menjadi air. Karena
terjadi perbedaan potensial (di sitoplasma lebih negatif), maka timbul ∆P. Timbulnya ∆P
dipakai untuk arus masuk K+ sehingga dapat menjaga ∆pH. Arus masuk K+ biasanya
melalui antiport yang dikopling dengan pompa proton, sehingga proton dapat masuk
kembali ke sitoplasma melalui ATPsintase yang dapat dipakai untuk sintesis ATP.
Membran luar periplasma Membran sel sitoplasma
NADH
8H2O
NADH xH+
xH+
+
16H + 2SO4 2-
Dehidrogenase
eee NAD+
H2S2 Q
2S0
e e
2H+
yH+ yH+
2+
e Sit bc1
2Fe e
Fe3+ c e
2Fe3+ e 0,5 O2 + 2H+
Sit H2O
rustisianinn oksidase
Cabello P., Roldán M.D., Moreno V. C.. 2004. Nitrate reduction and the nitrogen cycle in
archaea. Microbiology (Reading, Engl.) 150 (Pt 11): 3527–46.
Harianulfah. 2013. Metabolisme Bakteri. http://harianulfah.blogspot.com/2013/04/metabolisme-
karbohidrat.html, diakses pada tanggal 26 Februari 2014
Kappler U., Bennett B., Rethmeier J., Schwarz G., Deutzmann R., McEwan AG., Dahl C.. 2000.
Sulfite : Cytochrome c Oxidoreductase from Thiobacillus novellus. Purification,
Characterization, and Molecular Biology of a Heterodimeric Member of the Sulfite
Oxidase Family. J Biol Chem 275 (18): 13202–12.
Lestary, E., 2012. Proses Metabolisme Pada Bakteri Anaerob.
http://ervianilestary.blogspot.com/2012/12/proses-metabolisme-pada-bakteri-
anaerob.html, diakses pada tanggal 26 Februari 2014
Priani, N.. 2003. Metabolisme Bakteri. Digitized by USU digital library.
Purnomo, B.. 2004. Bahan Kuliah Dasar-dasar Mikrobiologi. Digitized by USU digital library.
Purwoko T. 2007. Fisiologi Mikroba. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Schlegel, H.G. dan Schmidt, K. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta : Gajah Mada University
Press.
Wikipedia. 2014. Microbial Metabolism. http://en.wikipedia.org/wiki/Microbial_metabolism,
diakses pada tanggal 27 Februari 2014