KELAS : X MIPA 4
NO. ABSEN : 33
Sejarah
Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang hidup menahun. Melati
merupakan genus dari semak dan tanaman merambat dalam keluarga zaitun (Oleaceae). Terdiri dari
sekitar 200 spesies tumbuhan asli daerah beriklim tropis dan hangat dari Eurasia, Australasia dan
Oseania, melati secara luas dibudidayakan untuk aroma khas bunganya yang harum. Di Indonesia,
salah satu jenis melati telah dipilih menjadi "puspa bangsa" atau bunga simbol nasional yaitu melati
putih (Jasminum sambac), karena bunga ini melambangkan kesucian dan kemurnian, serta dikaitkan
dengan berbagai tradisi dari banyak suku di negara ini. Bunga ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari hiasan rambut pengantin perempuan dalam upacara perkawinan berbagai suku di
Indonesia, terutama suku Jawa dan Sunda. Jenis lain yang juga populer adalah melati gambir (J.
officinale). Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah Nusantara. Nama-
nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu atau Riwat (Aceh)[1], Menyuru (Banda), Melur
(Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), Mundu (Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor),
Melati Salam (UMI), Malete (Madura) serta Beruq-beruq(Mandar).
Di Italia, melati casablanca (Jasminum officinalle), yang disebut Spanish Jasmine ditanam tahun 1692
untuk dijadikan parfum. Tahun 1665 di Inggris dibudidayakan melati putih (J. sambac) yang
diperkenalkan oleh Duke Casimo de Medici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati J. parkeri di
kawasan India Barat Laut yang kemudian dibudidayakan di Inggris pada tahun 1923.
Jasminum angulare
Jasminum angustifolium
Jasminum auriculatum
Jasminum azoricum
Jasminum beesianum
Jasminum fruticans
Jasminum grandiflorum
Jasminum humile (Yellow Jasmine)
Bagian Pembibitan
Untuk penyemaian bibit, tancapkan tiap stek pada media semai sekitar 10 hingga 15 cm dari panjang
batang stek, kemudian tutup permukaan wadah penyemaian dengan plastik bening agar udara tetap
lembab. Media penyemaian dapat menggunakan campuran tanah atau pasir bersih dalam wadah pot
besar atau polybag hingga mencapai tinggi 20 hingga 30 cm. Dasar wadah penyemaian harus diberi
lubang-lubang kecil untuk pembuangan air yang berlebihan. Untuk pemeliharaannya, siram
penyemaian/pembibitan dengan air bersih hingga basah, secara berkelanjutan dengan frekuensi 1 – 2
kali sehari.
Usahakan bibit stek mendapatkan cukup sinar matahari di pagi hari. Bila telah berakar cukup kuat
atau saat telah berumur 1 – 23 bulan, pindahkan penyemaian ke dalam lahan atau media yang lebih
besar dengan media berupa campuran tanah, pasir dan pupuk organik dengan perbandingan 1:1:1.
Pemeliharaan tidak hanya dilakukan dengan pemupukan dan penyiraman, namun perawatan dan
perlindungan terhadap hama juga dibutuhkan. Pestisida dengan dosis rendah dapat diberikan mulai
dari saat bibit berumur 3 bulan.
Bagian Penanaman
Bibit semai yang telah siap dan cukup kuat akan dipindahkan ke dalam lahan. Lahan atau lokasi
penanaman harus terlebih dahulu bebas dari gulma atau rumput liar, pepohonan juga batu-batu
sehingga pengelolaan tanah mudah dilakukan. Tanah harus digemburkan terlebih dahulu dengan
dicangkul atau dibajak sedalam 30 – 40 cm dan dibiarkan kering dengan angin selama sekitar 15 hari.
Setelah tanah siap, bedengan dibuat dengan lebar 100-120 cm dan tinggi 30-40 cm dengan jarak
antara bedeng adalah sekitar 40 – 60 cm dengan panjang yang disesuaikan dengan panjang lahan.
Untuk mengkondisikan tanah sesuai dengan media ideal pertumbuhan melati, pengapuran dapat
dilakukan pada tanah dengan tingkat keasaman yang cukup tinggi (pH rendah), sehingga pH tanah
dapat ditingkatkan dan menambah unsur-unsur kalsium dan magnesium. Pengapuran dapat dilakukan
dengan kapur kalsit (CaCO3), dolomit (CaMg(CO3)2), kapur bakar (Quick lime, CaO) atau kapur
hidrat (Slakked lime, Ca(OH)2).
Pemupukan media tanam dapat menggunakan pupuk kandang yang dicampurkan hingga merata
dengan lapisan tanah atas. Pupuk kandang dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 1-3 kg.
Lubang tanam dibuat dengan ukuran sekitar 40 x 40 x 40 cm dengan jarak antar lubang 100 – 150 cm.
Tiap lubang ditanami dengan satu bibit melati. Untuk mempermudah dan memaksimalkan
pertumbuhan, media tanam dapat disiapkan pada musim kemarau atau 1-2 bulan sebelum musim
hujan.
Pemupukan dapat dilakukan secara rutin tiap tiga bulan dan lebih diutamakan ketika melakukan
pemangkasan, saat tanaman berbunga dan ketika tanaman sedang kurang sehat. Jenis pupuk yang
dapat digunakan antara lain adalah pupuk urea, TSP , dan KCl dengan dosis yang disesuaikan dengan
anjuran. Pemupukan dapat dilakukan dengan cara memendam pupuk dalam tanah dengan kedalaman
antara 10 – 15 cm di sekeliling tanaman. Pemberian pupuk dapat meningkatkan produksi melati
terutama bila menggunakan pupuk yang kaya akan unsur fosfat (P).
Pemeliharaan dengan penyulaman dilakukan juga untuk mengganti tanaman yang mati atau tumbuh
tidak normal dengan bibit baru. Teknik penanaman untuk penyulaman sama dengan teknik
penanaman awal ketika memindahkan bibit semai ke media tanam. Penyulaman sebaiknya dilakukan
dalam waktu kurang dari 1 bulan setelah pemindahan bibit semai ke media tanam sehingga
pertumbuhan semua tanaman dapat diseragamkan. Hindari cuaca terlalu panas dan suhu yang terlalu
tinggi saat penyulaman. Lakukan di pagi atau sore hari.
Penyiangan terhadap gulma dan rumput-rumput liar harus secara rutin dilakukan, agar tanaman tidak
perlu bersaing dengan tanaman-tanaman gulma dalam mendapatkan nutrisi dari tanah dan sinar
matahari, sehingga pertumbuhan setiap tanaman melati dapat lebih maksimal.
Untuk semakin meningkatkan produkstivitas tanaman, melati dapat diberikan pupuk dengan
kandungan fosfor (P) yang tinggi seperti dengan pupuk Gandasil B (6-20-30) maupun dengan
Hyponex biru (10-40-15) dengan dosis yang dianjurkan sesuai dengan yang tertulis pada kemasan.
Selain pupu, Zat perangsang tumbuh (ZPT) juga sangat baik untuk pertumbuhan, ZPT yang
dibutuhkan terutama adalah Cycocel (Chloromiguat) untuk meningkatkan dan mempertahankan
kemunculan bunga melati. Untuk pemberiannya, semprotkan Cycocel dengan konsentrasi 5.000 ppm
sebanyak 1.45 kg per tanaman.
Gejala : menyerang daun muda dan tua hinga abnormal atau berlubang- lubang tidak beraturan.
Pengendalian :
Gejala : menyerang bunga hingga berguguran, gagal bermerakan hingga bunga terjadi perubahan
warna dan mati.
Pengendalian :
c. Thrips ( thrips sp )
Gejala : menyerang daun muda dan tua hingga menguning serta daun terdapat bercak berwarna
kehitaman.
Pengendalian :
Gejala : menyerang pada daun muda dan tua hingga mengguning dan juga kering.
Gejala : menyerang pada bagian batang, dan cabang hingga batang tersebut akan memiliki bercak
kecoklatan hingga kehitaman. Sehingga tanaman akan layu dan mati.
Gejala : bunga akan mudah membusuk, dan terjadi perubahan warna coklat mudah hingga kehitaman
serta bunga akan mudah berguguran.
d. Jamur Kupas
Gejala : menyerang pada batang dan cabang tanaman bunga, batang akan mengeluarkan jamur
berwarna keputihan hingga kecoklatan. Serta tanaman akan layu dan juga akan cepat mati.
e. Bercak Daun
Gejala : permukaan daun muda dan tua akan terdapat bercak berwarna kecoklatan hingga kehitaman.
f. Karat Daun
Gejala : permukaan daun akan terdapat bercak berwarna kemerahan dan berbulu, serta daun akan
terjadi perubahan warna menjadi kekuningan dan berkarat.
BAB III
Analisa yang dihitung dalam berwirausaha tanaman hias Melati
Asumsi
Investasi
Peralatan Harga
Sewa pajak Lahan Rp. 6,000,000
Pompa Air Rp. 1,600,000
Mesin hand spryer Rp. 580,000
Selang Rp. 125,000
Sabit Rp. 80,000
Pisau Rp. 50,000
Gunting Rp. 50,000
Golok Rp. 135,000
Cangkul Rp. 120,000
Gerobak dorong Rp. 420,000
Penyiram tanaman gembor Rp. 78,000
Timba Rp. 55,000
Timbangan Rp. 400,000
Keranjang panen Rp. 180,000
Peralatan tambahan Rp. 110,000
Jumlah Investasi Rp. 9,983,000
Biaya Operasional per Bulan
Biaya Tetap
Penyusutan sewa pajak lahan 1/30 x Rp. 6.000.000 Rp. 200,000
Penyusutan pompa air 1/30 x Rp. 1.600.000 Rp. 53,333
Penyusutan mesin hand spryer 1/30 x Rp. 580.000 Rp. 19,333
Penyusutan selang 1/30 x Rp. 125.000 Rp. 4,167
Penyusutan sabit 1/30 x Rp. 80.000 Rp. 2,667
Penyusutan pisau 1/30 x Rp. 50.000 Rp. 1,667
Penyusutan gunting 1/30 x Rp. 50.000 Rp. 1,667
Penyusutan golok 1/30 x Rp. 135.000 Rp. 4,500
Penyusutan cangkul 1/30 x Rp. 120.000 Rp. 4,000
Penyusutan gerobak dorong 1/30 x Rp. 420.000 Rp. 14,000
Penyusutan penyiram tanaman gembor 1/30 x Rp. 78.000 Rp. 2,600
Penyusutan timba 1/30 x Rp. 55.000 Rp. 1,833
Penyusutan timbangan 1/30 x Rp. 400.000 Rp. 13,333
Penyusutan keranjang panen 1/30 x Rp. 180.000 Rp. 6,000
Penyusutan alat tambahan 1/30 x Rp. 110.000 Rp. 3,667
Total Biaya Tetap Rp. 332,767
Biaya Variabel
Bibit melati Rp. 75,000 x 30 = Rp. 2,250,000
Pupuk alami Rp. 60,000 x 30 = Rp. 1,800,000
Pupuk buatan Rp. 50,000 x 30 = Rp. 1,500,000
Karung Rp. 20,000 x 30 = Rp. 600,000
Pestisida hama Rp. 60,000 x 30 = Rp. 1,800,000
Pestisida rumput Rp. 60,000 x 30 = Rp. 1,800,000
Pekerja Rp. 250,000 x 30 = Rp. 7,500,000
Bambu Rp. 30,000 x 30 = Rp. 900,000
Tali Rp. 11,000 x 30 = Rp. 330,000
Polibag Rp. 85,000 x 30 = Rp. 2,550,000
Biaya Variabel Rp. 15,000,000
Untuk memperkecil kendala – kendala pengembangan tanaman melati tersebut, sangat diperlukan
kerja sama dengan berbagai pihak, misalnya bank, koperasi, peneliti dan penjual.