Anda di halaman 1dari 9

Surat Keterangan Ibu hamil, bepergian dengan pesawat udara

Di Indonesia, perempuan hamil tidak bisa sembarangan naik pesawat. Pada Peraturan
Menteri Perhubungan No. 185 Tahun 2015 disebutkan, ibu hamil wajib menyertakan surat
rekomendasi terbang dari dokter Selain itu, sang ibu juga harus menyerahkan surat
pernyataan usia kehamilan kepada pihak maskapai. Hal ini dilakukan demi keselamatan
sang ibu. Maskapai penerbangan nomor satu di Indonesia Garuda Indonesia,
memberlakukan peraturan yang lebih spesifik yakni :

PERSYARATAN

USIA PERSETUJUAN
KATEGORI LARANGAN
KEHAMILAN MEDICAL FORM OF GARUDA
INFORMATION IDEMNITY SENTRA
FORM (MEDIF) (FOI) MEDIKA
(GSM)

KEHAMILAN DIBAWAH 32 TIDAK TIDAK YA TIDAK


SINGLE ATAU MINGGU DIBUTUHKAN
KEMBAR,
NORMAL, TIDAK
ADA KOMPLIKASI
*)

KEHAMILAN DIBAWAH 32 YA YA **) YA DIBUTUHKAN


DENGAN MINGGU
KOMPLIKASI

KEHAMILAN 32 - 36 YA YA **) YA **) DIBUTUHKAN


SINGLE ATAU MINGGU
KEMBAR,
NORMAL,
DENGAN ATAU
TANPA
KOMPLIKASI

SELURUH LEBIH DARI TIDAK DIIZINKAN MELAKUKAN PERJALANAN


KATEGORI 36 MINGGU

Catatan:
*) Jika seorang ibu hamil terlihat tidak sehat saat check-in, maka MEDIF dan persetujuan dari Garuda
Sentra Medika (GSM) diperlukan
**) Harus diperoleh dan disetujui Garuda Sentra Medika (GSM) minimal 7 hari sebelum
keberangkatan

*)FORM OF IDEMNITY (FOI)/SURAT PERNYATAAN


Form of Indemnity (FOI) atau surat pernyataan tersedia di bandara saat check-in

*)MEDICAL INFORMATION FORM (MEDIF)


MEDIF adalah formulir milik Garuda Indonesia yang berisi informasi rahasia yang memungkinkan
departemen medis maskapai untuk menilai kesehatan penumpang untuk melakukan perjalanan.

Laporan Penyakit Menular


 Diatur dalam UU No. 4 TAHUN 1984 tentang wabah penyakit menular
 Diatur dalam UU No. 82 TAHUN 2014 tentang penanggulangan penyakit menular
 Kepentingan umum yang diutamakan.
 Pasal 50 KUHP : “ Tiada boleh dihukum barang siapa melakukan perbuatan untuk
menjalankan aturan undang-undang”.
UU No. 4 Tahun 1984
Terwujudnya tingkat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi rakyat Indonesia
merupakan salah satu bagian dari tujuan pembangunan nasional. Perkembangan
teknologi, ilmu pengetahuan, dan lalu lintas internasional, serta perubahan lingkungan
hidup dapat mempengaruhi perubahan pola penyakit termasuk pola penyakit yang dapat
menimbulkan wabah dan membahayakan kesehatan masyarakat serta dapat menghambat
pelaksanaan pembangunan nasional. Berdasarkan hal-hal tersebut, Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang
Wabah, tidak sesuai lagi dengan kebutuhan, dan oleh karenanya perlu ditetapkan kembali
ketentuan-ketentuan mengenai wabah dalam suatu Undang-Undang.
Dasar hukum undang-undang ini adalah : Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1)
Undang-Undang Dasar 1945; Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor
II/MPR/1983 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan; Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967
tentang KetentuanKetentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan; dan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah.
Dalam Undang-Undang ini diatur tentang : Jenis Penyakit yang dapat
Menimbulkan Wabah; Daerah Wabah; Upaya Penanggulangan; Hak dan Kewajiban; dan
Ketentuan Pidana
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 22 Juni 1984.
Dengan diundangkannya Undang-Undang ini peraturan pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1968 tentang
Perubahan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah tetap berlaku,
sepanjang peraturan pelaksanaan tersebut belum diganti dan tidak bertentangan dengan
Undang-Undang ini.
- Undang-undang ini terdiri dari 9 Bab dan 17 Pasal.
- Penjelasan 8 hlm.

Visum Et Repertum
1. Pengertian Visum Et Repertum

Pengertian arti harafiah dari Visum et Repertum yakni berasal dari kata “visual”
yang berarti melihat dan “repertum” yaitu melaporkan.Sehingga jika digabungkan dari
arti harafiah ini adalah apa yang dilihat dan diketemukan sehingga Visum et Repertum
merupakan suatu laporan tertulis dari dokter (ahli) yang dibuat berdasarkan sumpah,
mengenai apa yang dilihat dan diketemukan atas bukti hidup, mayat atau fisik ataupun
barang bukti lain,kemudian dilakukan pemeriksaan menurut pengetahuan yang sebaik-
baiknya (Soeparmono,2002:98). Dalam Stbl tahun 1937 No 350 dikatakan bahwa “visa et
reperta para dokter yang dibuat baik atas sumpah dokter yang diucapkan pada waktu
menyelesaikan pelajarannya di Indonesia.

Dalam Surat Keputusan Menteri Kehakiman No.M04/UM/01.06 tahun 1983 pada pasal
10 menyatakan bahwa hasil pemeriksaan ilmu kedokteran kehakiman disebut sebagai
Visum et Repertum. Pendapat seorang dokter yang dituangkan dalam sebuah Visum et
Repertum sangat diperlukan oleh seorang hakim dalam membuat sebuah keputusan dalam
sebuah persidangan.Hal ini mengingat, seorang hakim sebagai pemutus perkara pada
sebuah persidangan,tidak dibekali dengan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan
kedokteran forensik ini.Dalam hal ini, hasil pemeriksaan dan laporan tertulis ini akan
digunakan sebagai petunjuk sebagaimana yang dimaksud pada pasal 184 KUHAP
tentang alat bukti. Artinya, hasil Visum et Repertum ini bukan saja sebagai petunjuk
dalam hal membuat terang suatu perkara pidana namun juga mendukung proses
penuntutan dan pengadilan.

2. Jenis Visum Et Repertum


1) Visum et Repertum Korban Hidup
 Visum et Repertum
Visum et Repertum diberikan kepada korban setelah diperiksa didapatkan lukanya
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan atau
aktivitasnya.
 Visum et Repertum Sementara
Misalnya visum yang dibuat bagi si korban yang sementara masih dirawat di
rumah sakit akibat luka-lukanya akibat penganiayaan.
 Visum et Repertum Lanjutan
Misalnya visum bagi si korban yang lukanya tersebut (Visum et Repertum
Sementara) kemudian lalu meninggalkan rumah sakit ataupun akibat luka-lukanya
tersebut si korban kemudian di pindahkan ke rumah sakit atau dokter lain ataupun
meninggal dunia.
2) Visum et Repertum pada mayat
Visum pada mayat dibuat berdasarkan otopsi lengkap atau dengan kata lain
berdasarkan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam pada mayat.
3) Visum et Repertum Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
4) Visum et Repertum Penggalian Mayat
5) Visum et Repertum Mengenai Umur
6) Visum et Repertum Psikiatrik
7) Visum et Repertum Mengenai Barang Bukti
Misalnya berupa jaringan tubuh manusia, bercak darah, sperma dan sebagainya.
(Peranan Dokter dalam Pembuktian Tindak Pidana,2008 : 51)
3. Dasar Hukum
Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas permintaan
tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap seseorang manusia baik
hidup maupun mati ataupun bagian dari tubuh manusia, berupa temuan dan
interpretasinya, di bawah sumpah dan untuk kepentingan peradilan. Menurut Budiyanto
dkk (Ilmu Kedokteran Forensik,1997) , dasar hukum Visum et Repertum adalah sebagai
berikut :

Pasal 133 KUHAP menyebutkan:

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

Selanjutnya,keberadaan Visum et Repertum tidak hanya diperuntukkan kepada seorang


korban (baik korban hidup maupun tidak hidup) semata, akan tetapi untuk kepentingan
penyidikan juga dapat dilakukan terhadap seorang tersangka sekalipun seperti VR
Psikiatris. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan dalam KUHAP yaitu :

Pasal 120 (1) KUHAP

Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta pendapat orang ahli atau
orang yang memiliki keahlian khusus.

Apabila pelaku perbuatan pidana tidak dapat bertanggung jawab, maka pelaku dapat
dikenai pidana. Sebagai perkecualian dapat dibaca dalam Pasal 44 KUHP sebagai
berikut:
1. Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan
padanya, disebabkan karena jiwanya cacat dalam tubuhnya (gebrekkige ontwikkeling)
atau terganggu karena penyakit (ziekelijke storing), tidak dipidana.
2. Jika ternyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggung jawabkan padanya disebabkan
karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit, maka hakim
dapat memerintahkan supaya orang itu dimasukkan dalam Rumah Sakit Jiwa, paling
lama satu tahun sebagai waktu percobaan.
3. Ketentuan tersebut dalam ayat (2) hanya berlaku bagi Mahkamah Agung, Pengadilan
Tinggi, dan Pengadilan Negeri.

Dalam menentukan adanya jiwa yang cacat dalam tumbuhnya dan jiwa yang terganggu
karena penyakit, sangat dibutuhkan kerjasama antar pihak yang terkait, yaitu ahli dalam
ilmu jiwa (dokter jiwa atau kesehatan jiwa), yang dalam persidangan nanti muncul dalam
bentuk Visum et Repertum Psychiatricum, digunakan untuk dapat mengungkapkan
keadaan pelaku perbuatan (tersangka) sebagai alat bukti surat yang dapat
dipertanggungjawabkan.

Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik pembantu
sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP. Penyidik yang dimaksud di
sini adalah penyidik sesuai dengan pasal 6(1) butir a, yaitu penyidik yang pejabat Polisi
Negara RI. Penyidik ini adalah penyidik tunggal bagi pidana umum, termasuk pidana
yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa manusia. Oleh karena Visum et Repertum
adalah keterangan ahli mengenai pidana yang berkaitan dengan kesehatan jiwa manusia,
maka penyidik pegawai negeri sipil tidak berwenang meminta Visum et Repertum ,
karena mereka hanya mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi
dasar hukumnya masing-masing (Pasal 7(2) KUHAP). Sanksi hukum bila dokter
menolak permintaan penyidik, dapat dikenakan sanki pidana :
Pasal 216 KUHP :

Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasar- kan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau mengga-galkan tindakan guna menjalankan ketentuan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling
banyak sembilan ribu rupiah.

4. Peran dan Fungsi

Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis
dalam pasal 184 KUHP. Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian
suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana VeR menguraikan
segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian
pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti.Visum et
repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan
medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan. Dengan demikian visum et
repertum secara utuh telah menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum sehingga
dengan membaca visum et repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi
pada seseorang, dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada
perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia. Apabila visum et repertum
belum dapat menjernihkan duduk persoalan di sidang pengadilan, maka hakim dapat
meminta keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam
KUHAP, yang memungkinkan dilakukannya pemeriksaan atau penelitian ulang atas
barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasehat
hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan. Hal ini sesuai dengan pasal 180 KUHAP.

Bagi penyidik (Polisi/Polisi Militer) visum et repertum berguna untuk mengungkapkan


perkara. Bagi Penuntut Umum (Jaksa) keterangan itu berguna untuk menentukan pasal
yang akan didakwakan, sedangkan bagi Hakim sebagai alat bukti formal untuk
menjatuhkan pidana atau membebaskan seseorang dari tuntutan hukum. Untuk itu perlu
dibuat suatu Standar Prosedur Operasional Prosedur (SPO) pada suatu Rumah Sakit
tentang tata laksana pengadaan visum et repertum.

5. Struktur dan Isi

Setiap visum et repertum harus dibuat memenuhi ketentuan umum sebagai berikut:
a. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa
b. Bernomor dan bertanggal
c. Mencantumkan kata ”Pro Justitia” di bagian atas kiri (kiri atau tengah)
d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
e. Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu mendeskripsikan temuan
pemeriksaan
f. Tidak menggunakan istilah asing
g. Ditandatangani dan diberi nama jelas
h. Berstempel instansi pemeriksa tersebut
i. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan
j. Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum. Apabila ada lebih
dari satu instansi peminta, misalnya penyidik POLRI dan penyidik POM, dan
keduanya berwenang untuk itu, maka kedua instansi tersebut dapat diberi visum
et repertum masing-masing asli
k. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya, dan
disimpan sebaiknya hingga 20 tahun
1. https://www.garuda-indonesia.com/id/id/garuda-indonesia-experience/on-
ground/traveling-procedures-for-expectant-mothers.page (diakses pada 28 November
2019)
2. UU No 4 tahun 1984 tentang penyakit menular. http://www.dpr.go.id/jdih/index/id/659.
(diakses pada 28 November 2019)
3. Soeparmono,2002. Kedokteran Forensik di Indonesia.
4. Juliana Lubis, 2008.Peranan Dokter dalam Pembuktian Tindak Pidana.
5. Budiyanto,1997.Ilmu Kedokteran Forensik.
6. Sri Ingeten,2008.Peranan Dokter dalam Pembuktian Perkara Pidana.
7. Widy Hargus,2006.Peranan Visum et Repertum dalam Pembuktian Tindak Pidana
Penghilangan nyawa orang dengan Racun.
8. Budi Sampurna,2009.Pengantar Mediko-Legal.
9. Dedi Afandi,2008.Visum et Repertum Pada Korban Hidup.

Anda mungkin juga menyukai

  • Punya Nona Sken C Blok 5
    Punya Nona Sken C Blok 5
    Dokumen1 halaman
    Punya Nona Sken C Blok 5
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Inka
    Inka
    Dokumen1 halaman
    Inka
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Sken C Tutor Blok 5 Kelompok 13
    Sken C Tutor Blok 5 Kelompok 13
    Dokumen2 halaman
    Sken C Tutor Blok 5 Kelompok 13
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Jawaban Tutor Sken C Blok 5
    Jawaban Tutor Sken C Blok 5
    Dokumen2 halaman
    Jawaban Tutor Sken C Blok 5
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Putri Salsabila
    Putri Salsabila
    Dokumen1 halaman
    Putri Salsabila
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • STATUS NEURO
    STATUS NEURO
    Dokumen17 halaman
    STATUS NEURO
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Anmal Ojan
    Anmal Ojan
    Dokumen1 halaman
    Anmal Ojan
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Madon
    Madon
    Dokumen3 halaman
    Madon
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • EMIR Sken C Blok 5
    EMIR Sken C Blok 5
    Dokumen1 halaman
    EMIR Sken C Blok 5
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Laporan PL Ahmad
    Laporan PL Ahmad
    Dokumen8 halaman
    Laporan PL Ahmad
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • TBR Adams Migrain
    TBR Adams Migrain
    Dokumen27 halaman
    TBR Adams Migrain
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Lapjag 20 April SGB
    Lapjag 20 April SGB
    Dokumen25 halaman
    Lapjag 20 April SGB
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • TBR Migraine
    TBR Migraine
    Dokumen11 halaman
    TBR Migraine
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Lapjag 16 April CVD NH
    Lapjag 16 April CVD NH
    Dokumen24 halaman
    Lapjag 16 April CVD NH
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Pencabutan Sip
    Pencabutan Sip
    Dokumen1 halaman
    Pencabutan Sip
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Neurologi Saraf Mulia
    Neurologi Saraf Mulia
    Dokumen106 halaman
    Neurologi Saraf Mulia
    928cb
    100% (2)
  • SPSS
    SPSS
    Dokumen24 halaman
    SPSS
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • RPP 7
    RPP 7
    Dokumen16 halaman
    RPP 7
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • HIPERKES
    HIPERKES
    Dokumen1 halaman
    HIPERKES
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • RTD Diabetes
    RTD Diabetes
    Dokumen7 halaman
    RTD Diabetes
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Absensi Kehadiran Dokter Internsip
    Absensi Kehadiran Dokter Internsip
    Dokumen2 halaman
    Absensi Kehadiran Dokter Internsip
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Vector
    Vector
    Dokumen39 halaman
    Vector
    Anonymous aH8gCZ7zj
    Belum ada peringkat
  • Analisafaktor Factoranalysis
    Analisafaktor Factoranalysis
    Dokumen11 halaman
    Analisafaktor Factoranalysis
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Riwayat KB
    Riwayat KB
    Dokumen1 halaman
    Riwayat KB
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Childhood Autism
    Childhood Autism
    Dokumen9 halaman
    Childhood Autism
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustakaa
    Daftar Pustakaa
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustakaa
    Dina Amalia
    Belum ada peringkat
  • Lampiran SPSS Update 06-10-2020
    Lampiran SPSS Update 06-10-2020
    Dokumen13 halaman
    Lampiran SPSS Update 06-10-2020
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • BAB 2-Revisi
    BAB 2-Revisi
    Dokumen30 halaman
    BAB 2-Revisi
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • RPP 7
    RPP 7
    Dokumen16 halaman
    RPP 7
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat
  • BAB 2-Revisi
    BAB 2-Revisi
    Dokumen30 halaman
    BAB 2-Revisi
    Dani Gemilang Kusuma
    Belum ada peringkat