Anda di halaman 1dari 1

Siapa Yang Menyimpan Surat Ijin Praktik Dokter Asli,

Bagi Dokter Yang Melakukan Praktik Kedokteran di Rumah Sakit ?

Setiap dokter dan dokter gigi (selanjutnya: dokter) yang melakukan praktik kedokteran di
Indonesia wajib memiliki surat izin praktik (SIP) (UU No 29/2004 tentang Praktik Kedokteran
selanjutnya:UUPK, Pasal 36), dengan demikian maka setiap dokter yang melakukan praktik
kedokteran di Rumah Sakit (RS) wajib memiliki SIP di RS tersebut (UU No 44 /2009 tentang
Rumah Sakit – selanjutnya: UURS, Pasal 13 ayat (1).
SIP dikeluarkan berdasarkan tempat praktik, oleh karena itu maka pengajuan pembuatan
SIP dokter yang akan melakukan praktik kedokteran di RS, harus disertai keterangan dari
Pimpinan RS, bahwa dokter tersebut benar akan melakukan praktik kedokteran di RS tersebut
(UUPK Pasal 38 ayat (1) huruf b.). Setelah terbit SIP dokter untuk praktik di RS, Pimpinan RS
wajib memasukannya kedalam daftar dokter yang melakukan praktik kedokteran di RS tersebut.
Pimpinan RS dilarang mengizinkan dokter yang tidak memiliki SIP untuk melakukan
praktik kedokteran di RS (UUPK Ps 42), jika Pimpinan RS dengan sengaja mengizinkan dokter
melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki SIP di RS tersebut, dipidana denda paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). (UUPK Ps 80 ay (1))

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka tanggungjawab keberadaan dokter


melakukan praktik kedokteran di RS ada pada Pimpinan RS, dibuktikan dengan keabsahan SIP
dokter yang dikeluarkan oleh Institusi yang berhak untuk mengeluarkan SIP dokter.
Oleh karena itu maka SIP dokter yang asli (bukan foto kopi) seharusnya disimpan oleh RS, dan
pihak RS membuat berita acara peyimpanan SIP dokter asli dan menyerahkannnya kepada dokter.
Pihak RS harus bertanggungjawab untuk menyimpan dan memelihara SIP dokter yang asli dan
berkewajiban mengingatkan dokter untuk memperbahrui SIP, bila masa berlaku SIP hampir habis.

Apabila ada pihak-pihak yang mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan


keabsahan keberadaan dokter melakukan praktik kedokteran di RS, maka yang harus menghadapi
adalah Pimpinan RS dan bukan dokter.

Bandung, 23 November 2019

Tammy J, Siarif, dr.; S.H.; M.H.Kes.


Fakultas Hukum - Universitas Katolik Parahyangan Bandung.

Anda mungkin juga menyukai