Anda di halaman 1dari 15

Daftar Materi

 1. Reversal Pattern
 1.1. Double Top & Double Bottom
 1.2. Triple Top & Triple Bottom
 1.3. Head and Shoulders & Inverse Head and Shoulders
 2. Continuation Pattern
 2.1. Triangles
 2.1.1. Symmetrical Triangle
 2.1.2. Ascending Triangle
 2.1.3. Descending Triangle
 2.2. Flag & Pennant
 2.3. Wedge Formation
 2.4. Rectangle Formation
 2.5. Continuation Head and Shoulders Pattern
Maksimalkan pemahaman Anda mengenai price pattern melalui praktik
langsung.

Gunakan akun demo sekarang untuk melatih pemahaman Anda.

OPEN FREE DEMO


Pada dasarnya ada dua jenis pattern, yaitu reversal pattern dan continuation pattern.
Continuation pattern merupakan pola yang memberikan indikasi bahwa harga akan cenderung meneruskan
pergerakan sesuai dengan tren sebelumnya.

Misalnya, kalau pola ini muncul pada saat uptrend maka setelah pola ini terkonfirmasi maka harga
cenderung akan bergerak naik meneruskan uptrend tersebut.

Demikian pula jika pola ini muncul pada saat downtrend, maka harga pun akan cenderung akan turun
meneruskan downtrend tadi.

1. Reversal Pattern
Reversal pattern adalah suatu pola yang mengisyaratkan akan adalanya pembalikan arah tren. Jika pada
saat uptrend atau downtrend kemudian pola ini muncul, maka diperkirakan harga akan bergerak
berlawanan dengan arah tren sebelumnya.
1.1. Double Top dan Double Bottom
Anda akan memahami kata top sebagai puncak dan bottom sebagai lembah. Dengan demikian, double
top artinya adalah dua puncak. Sedangkan double bottom artinya adalah dua lembah.

Pola double top dan double bottom memang terlihat seperti dua puncak dan dua lembah yang
berdampingan. Kedua pola ini cukup mudah dikenali dan juga memiliki akurasi yang cukup tinggi.

Double Top

Double Top

Gambar diatas adalah ilustrasi dari pola double top. Pola ini biasanya muncul di ujung uptrend dan
memiliki indikasi bearish. Perhatikan bahwa ada enam titik yang ditandai pada gambar tersebut. Anda bisa
mengatakan bahwa ada potensi akan terbentuk pola double top jika harga telah bergerak turun dari titik (3).

Ingat, baru potensi.

Ketika titik (4) tembus, barulah Anda bisa mengatakan bahwa pola double top sudah terbentuk. Dengan
kata lain, terkonfirmasi. Perhatikan pula bahwa konfirmasi double top ini sebenarnya adalah tembusnya
garis base.
Jika pola tersebut sudah ter-konfirmasi, maka pergerakan harga selanjutnya adalah potensial bearish.
Gambar panah menunjukkan potensi jauhnya potensi bearish yang mungkin terjadi. Jarak yang mungkin
akan ditempuh pergerakan harga adalah sejauh level puncak ke base.
Jadi, jika misalnya jarak antara level puncak ke base adalah 100 pips, maka harga akan berpotensi turun
100 pips juga setelah base ditembus. Namun ada kalanya pullback akan terjadi kembali ke
area base sebelum target pergerakan bearish tecapai.
Biasanya, pullback berpotensi akan terjadi ketika harga sudah “setengah jalan” menuju target. Jika
seandainya target pergerakan adalah 100 pips, maka biasanya pullback akan berpotensi terjadi ketika harga
sudah turun sekitar 50 – 60 pips setelah base tembus.
Namun jika pullback yang terjadi “kebablasan” hingga tembus lagi ke atas base, maka pola ini
dikatakan sudah tidak valid lagi atau fail (gagal).

Double Bottom

Double Bottom

Double bottom secara sederhana adalah kebalikan dari double top. Pola ini biasa muncul di ujung
downtrend dan memiliki indikasi bullish. Ketika base tembus dan pola ini terkonfirmasi, maka harga
berpotensi bullish.
Cara memperkirakan target peregerakan bullish-nya sama persis dengan double top, hanya saja arahnya ke
atas. Double bottom dikatakan fail jika pullback yang terjadi berlanjut hingga tembus kembali ke
bawah base.

1.2. Triple Top & Triple Bottom


Kedua pola ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan double top dan double bottom. Hanya saja, triple
top memiliki tiga puncak, dan triple bottom memiliki tiga lembah.
Cara mengenali konfirmasinya pun sama, yaitu tembusnya garis base. Demikian juga dengan cara
memperkirakan target pergerakan setelah pola tersebut terkonfirmasi.

Di bawah ini adalah ilustrasi dari triple top dan triple bottom.
Triple Top

Triple Bottom

Dari kedua gambar di atas terlihat bahwa ada kemungkinan pullback akan terjadi ke base dari titik (7).
Namun perlu diingat bahwa pullback semacam ini (meskipun cukup sering) tidak selalu terjadi. Selalu,
jika base tembus lagi pada saat pullback.

Catatan: ketiga titik lembah atau puncak tidak harus berada pada level yang sama persis, namun
perbedaannya juga tidak boleh terlalu signifikan.

Dengan kata lain, jika dilihat sekilas, ketiga titik lembah tersebut terlihat selevel. Demikian juga pada pola
double top dan double bottom, level puncak dan lembahnya tidak harus sama persis.

1.3. Head and Shoulders dan Inverse Head and Shoulders


Pola ini juga merupakan pola reversal yang cukup populer karena akurasinya yang cukup tinggi.
Dinamakan head and shoulders karena memang bentuk polanya seolah-olah membentuk kepala dan bahu.

Terkadang pola ini sering di-salahpersepsikan sebagai triple top atau triple bottom, namun ada faktor kunci
yang membedakan pola ini dengan triple top atau triple bottom.

Head and Shoulders

Mari kita perhatikan pola dasar head and shoulders di bawah ini:

Head and shoulders

Kalau Anda perhatikan dengan seksama, terlihat bahwa titik (3) pola ini lebih tinggi daripada titik (1) dan
(5). Pada pola triple top, ketiga titik ini cenderung selevel. Titik puncak yang lebih tinggi itulah yang
menjadi head-nya, sementara titik (1) dan (5) adalah titik shoulders-nya.
Pola head and shoulders ini menjadi pola reversal bearish jika muncul di ujung sebuah uptrend.
Konfirmasinya adalah ketika garis neckline sudah tembus (titik ke-6).
Jika pola ini sudah terkonfirmasi, maka harga cenderung akan bergerak turun sejauh jarak dari puncak
head ke neckline. Pada gambar di atas, direpresentasikan dengan panah merah.
Pullback juga sering (meskipun tidak selalu) terjadi kembali ke area neckline sebelum harga kembali
bergerak turun untuk mencapai target pergerakan harga. Pola ini dikatakan fail jika pullback terjadi hingga
tembus ke atas neckline.

Inverse Head and Shoulders


Kebalikan dari pola head and shoulders adalah pola inverse head and shoulders. Pola ini merupakan pola
reversal bullish yang biasanya muncul di ujung sebuah downtrend. Konfirmasinya sama persis dengan head
and shoulders.
Jika pola ini sudah terkonfirmasi, maka harga cenderung akan bergerak naik sejauh jarak dari puncak
head ke neckline. Gambar di bawah ini akan membantu untuk menjelaskan pola inverse head and
shoulders:

Inverse Head and Shoulders

Masih Bingung dengan Price Pattern?


Mulai bimbingan langsung dengan trading advisor sekarang juga. Cara
terbaik untuk trading yang lebih mudah dan solusi untuk setiap masalah.
DAFTAR QUICKPRO
2. Continuation Pattern

2.1. Triangles

Dari namanya, Anda mungkin sudah bisa mengira-ngira bentuk pola ini.

Ya, pola ini memang memiliki bentuk yang mirip dengan segitiga. Pola ini terjadi karena pasar bergerak
sideways dan pertarungan antara bull dan bear seimbang.
Sehingga, akhirnya grafik pergerakan harga mengerucut dan membentuk mirip segitiga. Ada tiga
jenis triangle:
1. Symmetrical triangle
2. Ascending triangle
3. Descending triangle
Kita akan bahas satu per satu mulai dari symmetrical triangle.

2.1.1. Symmetrical Triangle


Meskipun artinya adalah segitiga simetris, namun pada kenyataannya bentuknya tidaklah selalu
simetris. Symmetrical triangle adalah pola triangle yang memiliki garis support (lower line) dan resistance
(upper line) yang konvergen (kemiringannya berlawanan menuju satu titik).

Agar lebih mudah dipahami, mari kita lihat gambar di bawah ini:

Dari gambar diatas, Anda bisa melihat bahwa pola ini terbentuk ketika pasar sedang bergerak sideways
setelah mengalami rally bullish. Istilahnya adalah berkonsolidasi.

Contoh di atas memperlihatkan sebuah symmetrical triangle yang terbentuk pada saat uptrend. Sebuah
symmetrical triangle paling tidak harus memiliki empat reversal point (titik pembalikan) yang terdiri dari
dua titik puncak dan dua titik lembah.

Gambar di atas memperlihatkan sebuah symmetrical triangle yang memiliki enam reversal point, yaitu titik
1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Konfirmasi dari pola ini adalah tembusnya upper line (garis bagian atas). Ketika pola ini
sudah terkonfirmasi maka pergerakan selanjutnya adalah naik.
Cara memperkirakan targetnya adalah dengan berpatokan pada baseline dari symmetrical triangle tersebut,
yaitu jarak dari A ke titik 1. Jadi, kalau misalnya baseline-nya sepanjang 100 pips, maka pergerakan
selanjutnya pun diperkirakan akan sejauh 100 pips.

Cara lain yang bisa dipergunakan untuk memperkirakan target pergerakan adalah dengan menarik garis
yang sejajar dengan lower line, di mana garis tersebut dimulai dari titik 1.

Sebagaimana pola yang lain, pullback kemungkinan bisa saja akan terjadi. Pada gambar diatas terlihat
pullback terjadi dari titik 7 kembali ke titik 8 yang berada di area upper line. Jika Anda perhatikan lagi,
garis upper line dan lower line bertemu di satu titik.

Titik tersebut kita sebut sebagai apex.


Anda perlu memperhatikan apex tersebut karena tembusnya upper line yang merupakan konfirmasi dari
pola symmetrical triangle tidak boleh terlalu dekat dengan apex. Sebagai aturan umum, harga harus
sudah menembus upper line pada jarak kira-kira 2/3 (dua-per-tiga) hingga ¾ (tiga-per-empat) dari
panjang polanya.

Panjang pola yang dimaksud adalah jarak dari baseline ke apex.

Jadi, kalau penembusan terjadi kurang dari 2/3 atau lebih dari ¾ panjang pola, kemungkinan besar tidak
valid. Selain terjadi pada saat uptrend, symmetrical triangle juga bisa terjadi pada saat downtrend.

Sebenarnya sama saja, hanya saja posisinya berada di bawah.

Kalau pada contoh di atas Anda menantikan tembusnya upper line sebagai konfirmasi dan harga cenderung
akan bergerak naik, maka jika polanya terjadi pada saat downtrend Anda akan menantikan tembusnya
lower line dan harga cenderung akan bergerak turun.

Hanya itu perbedaannya.

2.1.2. Ascending Triangle

Pada dasarnya, ascending triangle tidak jauh berbeda dengan symmetrical triangle dari sisi menganalisanya.
Perbedaan kedua pola tersebut hanya pada bentuknya. Ascending triangle merupakan continuation pattern
yang biasanya muncul pada saat uptrend.

Kemunculan pola ini merupakan pertanda bahwa tekanan bullish semakin melebihi tekanan bearish secara
bertahap.
Seperti halnya symmetrical triangle, pola ascending triangle juga minimal harus memiliki empat reversal
point. Gambar diatas menunjukkan ascending triangle yang memiliki enam reversal point.

Konfirmasi dari pola tersebut adalah tembusnya upper line yang kemudian berpotensi untuk diikuti oleh
pergerakan bullish. Cara memperkirakan target pergerakan harga juga mirip dengan symmetrical triangle,
hanya saja baseline-nya bukan berpatokan pada titik 1, melainkan berpatokan pada titik 2.

Meskipun pada dasarnya ascending triangle adalah continuation pattern, namun ia juga bisa menjadi
reversal pattern jika terjadi pada saat downtrend. Pada keadaan seperti itu, tembusnya upper line
merupakan konfirmasi bahwa ascending triangle merupakan pola reversal.

Perhatikan gambar berikut untuk mempermudah pemahaman Anda:

ascending triangle reversal

Pola seperti ini populer dengan nama ascending triangle bottom.


2.1.3. Descending Triangle

Kita sudah membicarakan symmetrical triangle dan ascending triangle.

Sepertinya Anda sudah tidak akan kesulitan lagi untuk memahami jenis triangle yang ke-3,
yaitu descending triangle. Sederhana saja, descending triangle adalah kebalikan dari ascending triangle.

Dengan demikian, kalau ascending triangle adalah pola bullish, maka descending triangle adalah pola
bearish. Descending triangle merupakan continuation pattern yang muncul pada saat downtrend.

Bagaimana, sederhana kan?

Descending triangle juga bisa berubah menjadi pola reversal jika muncul pada saat uptrend. Namanya
mengalami modifikasi menjadi descending triangle top. Jadi ceritanya akan seperti pada gambar di bawah
ini:

Descending triangle reversal


2.2. Flag & Pennant

Flag
Kita akan membicarakan flag terlebih dahulu. Flag sebenarnya adalah channel kecil yang muncul setelah
rally. Arah channelnya berlawanan dengan arah rally-nya.
Jadi, jika ada down channel kecil yang muncul setelah rally bullish, itu disebut sebagai bullish flag.
Sebaliknya, up channel kecil yang muncul setelah rally bearish disebut dengan bearish flag.

Mari kita perhatikan gambar berikut:

Ya, begitulah bentuk dasar flag.

Sekarang Anda sudah tahu kan, mengapa pola ini disebut sebagai flag?

Karena, bentuknya mirip dengan bendera (flag) dan tiangnya (flagpole).


Flag direpresentasikan oleh channel kecil sedangkan flagpole-nya adalah titik a ke b yang terlihat pada
gambar di atas. Pada bearish flag, tembusnya lower line dari up channel adalah konfirmasinya.

Harga cenderung akan bergerak turun jika bearish flag sudah terkonfirmasi. Sebaliknya, pada bullish flag,
konfirmasinya adalah tembusnya upper line dari down channel.

Proyeksi pergerakan harga selanjutnya adalah bullish jika bullish flag telah terkonfirmasi. Cara menentukan
target pergerakan harga juga sederhana. Anda cukup mengukur panjang flagpole-nya saja.

Sepanjang flagpole itulah jarak yang termungkinkan untuk ditempuh oleh pergerakan harga. Misalnya, jika
panjang flagpole-nya adalah 100 pips, maka harga cenderung akan bergerak sejauh 100 pips setelah pola
flag-nya terkonfirmasi.

Tetapi pada prakteknya, kebanyakan trader berhenti (menutup posisinya) setelah harga bergerak “setengah
jalan” sebelum mencapai target. Misalnya jika target adalah sejauh 100 pips, maka mereka cenderung
untuk berhenti di 50 – 60 pips.

Syarat umum dari flag adalah sebagai berikut:

1. Terjadi rally sebelum channel kecil terbentuk.


2. Channel yang terjadi arahnya harus berlawanan dengan arah rally sebelumnya.
3. Panjang channel (flag) paling tidak sepertiga panjang flagpole.

Penannt
OK, kita akan membahas pennant sekarang. Pennant pada dasarnya adalah pengembangan dari pola
symmetrical triangle. Hanya saja, pennant didahului oleh rally yang panjang dan cukup curam.

Bisa dikatakan bahwa pennant merupakan hasil kawin silang antara symmetrical triangle dengan flag. Oleh
karena pennant mirip dengan symmetrical triangle dan flag, maka dengan sendirinya aturan-aturan yang
berlaku pada symmetrical triangle dan flag juga berlaku pada pennant.

Di bawah ini adalah ilustrasi yang menggambarkan bentuk pennant.


Pennant

2.3. Wedge Formation


Wedge hampir mirip dengan pennant. Hanya saja, kemiringan kedua garis segitiga-nya searah, dalam arti
keduanya mengarah ke atas atau ke bawah. Derajat kemiringannya memang berbeda, namun searah.
Gambar di bawah ini akan memperjelas definisi wedge.

Kita bisa mengenali wedge dengan memeprhatikan kemiringannya yang mengarah ke atas atau ke bawah.
Sebagai aturan umum; hampir mirip dengan flag – kemiringan wedge sebagai continuation pattern arahnya
berlawanan dengan tren yang sedang berlangsung.

Dengan demikian, falling wedge adalah pola bullish, sedangkan rising wedge adalah pola bearish.
Catatan:
Meskipun pada dasarnya wedge adalah pola continuation, namun wedge bisa juga berfungsi sebagai pola
reversal. Akan tetapi kejadian ini jarang terjadi. Falling wedge bisa menjadi pola reversal bullish jika
terjadi di ujung sebuah dowtrend. Sebaliknya, jika rising wedge muncul pada saat uptrend, maka ia bisa
jadi akan menjadi pola reversal bearish.

2.4. Rectangle formation


Rectangle formation memiliki banyak nama, namun pola ini sangat mudah dikenali. Pola ini
merepresentasikan jeda yang terjadi di mana harga bergerak sideways di antara dua garis horizontal yang
sejajar.
Rectangles

Rectangle terkadang disebut sebagai trading range atau area kongesti. Apa pun namanya, pola ini
merepresentasikan periode konsolidasi pada sebuah tren, dan biasanya dilanjutkan dengan pergerakan yang
searag dengan tren sebelumnya.

Sebuah rectangle minimal harus memiliki empat reversal point. Pada contoh gambar di atas, Anda bisa
melihat contoh rectangle yang memiliki enam reversal point.

Konfirmasi bullish rectangle adalah pecahnya garis resistance atau upper line. Sedangkah konfirmasi
bearish rectangle adalah tembusnya garis support atau lower line.

2.5. Continuation Head and Shoulders Pattern


Sebelumnya, kita telah membahas mengenai pola head and shoulders sebagai pola reversal. Pada
pola continuation head and shoulders, pola yang terbentuk benar-benar sama persis dengan pola head and
shoulders. Yang membedakan adalah poin-poin berikut ini:
1. Pola head and shoulders muncul pada saat downtrend. Tembusnya neckline merupakan konfirmasi
pola continuation head and shoulders.
2. Pola inverse head and shoulders muncul pada saat uptrend. Tembusnya neckline merupakan
konfirmasi pola continuation inverse head and shoulders.

Continuation head and shoulders


Jadi tidak perlu bingung. Yang perlu Anda ingat hanyalah bahwa pola inverse head and shoulders
memiliki implikasi bullish. Sedangkan pola head and shoulders memiliki implikasi bearish, terlepas dari
pada saat tren apa pola tersebut muncul.

Mudah kan? 🙂

Anda mungkin juga menyukai