Anda di halaman 1dari 21

Analisa December 21

Teknikal
Saham
Pemula
2016
Price Pattern
PRICE PATTERN

Pattern artinya pola. Dengan demikian, price pattern artinya lebih kurang adalah
pola yang muncul dari pergerakan harga. Inilah implementasi dari salah satu prinsip
dasar analisis teknikal yang berbunyi history repeats itself (sejarah selalu berulang).
Ternyata, dari masa ke masa para trader menyadari bahwa pergerakan harga
membentuk pola-pola tertentu yang cenderung berulang. Berdasarkan pengalaman
sejarah itulah maka para trader di kemudian bisa memperkirakan pergerakan harga
selanjutnya ketika sebuah pola muncul.

Pada dasarnya ada dua jenis pattern, yaitu :

1. Reversal pattern adalah suatu pola yang mengisyaratkan akan adalanya


pembalikan arah tren. Jika pada saat uptrend atau downtrend kemudian pola
ini muncul, maka diperkirakan harga akan bergerak berlawanan dengan arah tren
sebelumnya.

2. Continuation pattern merupakan pola yang memberikan indikasi bahwa harga


akan cenderung meneruskan pergerakan sesuai dengan tren sebelumnya.
Misalnya, kalau pola ini muncul pada saat uptrend maka setelah pola ini
terkonfirmasi maka harga cenderung akan bergerak naik meneruskan uptrend
tersebut. Demikian pula jika pola ini muncul pada saat downtrend, maka harga
pun akan cenderung akan turun meneruskan downtrend tadi.
Reversal Pattern

a. Double top & double bottom

Anda akan memahami kata top sebagai puncak dan bottom sebagai
lembah. Dengan demikian, double top artinya adalah dua puncak sedangkan
double bottom artinya adalah dua lembah.

Pola double top dan double bottom memang terlihat seperti dua puncak
dan dua lembah yang berdampingan. Kedua pola ini cukup mudah dikenali dan
juga memiliki akurasi yang cukup tinggi.

Gambar di atas adalah ilustrasi dari pola double top. Pola ini biasanya muncul di
ujung uptrend dan memiliki indikasi bearish. Perhatikan bahwa ada enam titik yang
ditandai pada gambar tersebut. Anda bisa mengatakan bahwa ada potensi akan
terbentuk pola double top jika harga telah bergerak turun dari titik (3). Ingat, baru
potensi. Ketika titik (4) tembus, barulah Anda bisa mengatakan bahwa pola double top
sudah terbentuk, dengan kata lain: terkonfirmasi. Perhatikan pula bahwa konfirmasi
double top ini sebenarnya adalah tembusnya garis base.

Jika pola tersebut sudah ter-konfirmasi, maka pergerakan harga selanjutnya


adalah potensial bearish. Gambar panah menunjukkan potensi jauhnya potensi bearish
yang mungkin terjadi. Jarak yang mungkin akan ditempuh pergerakan harga adalah
sejauh level puncak ke base. Jadi jika misalnya jarak antara level puncak ke base adalah
100 pips, maka harga akan berpotensi turun 100 pips juga setelah base ditembus.

Namun ada kalanya pullback akan terjadi kembali ke area base sebelum target
pergerakan bearish tecapai. Biasanya, pullback berpotensi akan terjadi ketika harga
sudah setengah jalan menuju target. Jika seandainya target pergerakan adalah 100
pips, maka biasanya pullback akan berpotensi terjadi ketika harga sudah turun sekitar 50
60 pips setelah base tembus. Namun jika pullback yang terjadi kebablasan hingga
tembus lagi ke atas base, maka pola ini dikatakan sudah tidak valid lagi atau fail (gagal).
Double bottom secara sederhana adalah kebalikan dari double top. Pola ini biasa
muncul di ujung downtrend dan memiliki indikasi bullish. Ketika base tembus dan pola
ini terkonfirmasi, maka harga berpotensi bullish, Cara memperkirakan target
peregerakan bullish-nya sama persis dengan double top, hanya saja arahnya ke atas.
Double bottom dikatakan fail jika pullback yang terjadi berlanjut hingga tembus kembali
ke bawah base.

b. Triple top & triple bottom

Kedua pola ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan double top dan
double bottom. Hanya saja, triple top memiliki tiga puncak dan triple bottom
memiliki tiga lembah. Cara mengenali konfirmasinya pun sama, yaitu tembusnya
garis base. Demikian juga dengan cara memperkirakan target pergerakan setelah
pola tersebut terkonfirmasi.

Di bawah ini adalah ilustrasi dari triple top dan triple bottom.
Dari kedua gambar di atas terlihat bahwa ada kemungkinan pullback akan
terjadi ke base dari titik (7), namun perlu diingat bahwa pullback semacam ini
(meskipun cukup sering) tidak selalu terjadi. Selalu, jika base tembus lagi pada saat
pullback.

Catatan: ketiga titik lembah atau puncak tidak harus berada pada level
yang sama persis, namun perbedaannya juga tidak boleh terlalu signifikan. Dengan
kata lain, jika dilihat sekilas, ketiga titik lembah tersebut terlihat selevel. Demikian
juga pada pola double top dan double bottom, level puncak dan lembahnya tidak
harus sama persis
c. Head and Shoulders & Inverse Head and Shoulders

Pola ini juga merupakan pola reversal yang cukup populer karena
akurasinya yang cukup tinggi. Dinamakan head and shoulders karena memang
bentuk polanya seolah-olah membentuk kepala dan bahu. Terkadang pola ini
sering di-salahpersepsikan sebagai triple top atau triple bottom, namun ada
faktor kunci yang membedakan pola ini dengan triple top atau triple bottom.

Mari kita perhatikan pola dasar head and shoulders di bawah ini:

Kalau Anda perhatikan dengan seksama, terlihat bahwa titik (3) pola ini
lebih tinggi daripada titik (1) dan (5). Pada pola triple top, ketiga titik ini
cenderung selevel. Titik puncak yang lebih tinggi itulah yang menjadi head-nya,
sementara titik (1) dan (5) adalah titik shoulders-nya.

Pola head and shoulders ini menjadi pola reversal bearish jika muncul di
ujung sebuah uptrend. Konfirmasinya adalah ketika garis neckline sudah tembus
(titik ke-6). Jika pola ini sudah terkonfirmasi, maka harga cenderung akan
bergerak turun sejauh jarak dari puncak head ke neckline. Pada gambar di atas,
direpresentasikan dengan panah merah.

Pullback juga sering (ingat: tidak selalu) terjadi kembali ke area neckline
sebelum harga kembali bergerak turun untuk mencapai target pergerakan harga.
Pola ini dikatakan fail jika pullback terjadi hingga tembus ke atas neckline.

Kebalikan dari pola head and shoulders adalah pola inverse head and
shoulders. Pola ini merupakan pola reversal bullish yang biasanya muncul di ujung
sebuah downtrend. Konfirmasinya sama persis dengan head and shoulders. Jika
pola ini sudah terkonfirmasi, maka harga cenderung akan bergerak naik sejauh
jarak dari puncak head ke neckline.

Gambar di bawah ini akan membantu untuk menjelaskan pola


inverse head and shoulders:
Continuation Pattern

a. Triangles

Dari namanya, Anda mungkin sudah bisa mengira-ngira bentuk pola ini. Ya, pola ini
memang memiliki bentuk yang mirip dengan segitiga. Pola ini terjadi karena pasar
bergerak sideways dan pertarungan antara bull dan bear seimbang, sehingga
akhirnya grafik pergerakan harga mengerucut dan membentuk mirip segitiga.

Ada tiga jenis triangle:

Symmetrical triangle
Ascending triangle
Descending triangle

Kita akan bahas satu per satu mulai dari symmetrical triangle.

Symmetrical triangle

Meskipun artinya adalah segitiga simetris, namun pada


kenyataannya bentuknya tidaklah selalu simetris. Symmetrical triangle
adalah pola triangle yang memiliki garis support (lower line) dan resistance
(upper line) yang konvergen (kemiringannya berlawanan menuju satu
titik). Agar lebih mudah dipahami, mari kita lihat gambar di bawah ini:
Dari gambar di atas Anda bisa melihat bahwa pola ini terbentuk ketika
pasar sedang bergerak sideways setelah mengalami rally bullish. Istilahnya
adalah berkonsolidasi. Contoh di atas memperlihatkan sebuah symmetrical
triangle yang terbentuk pada saat uptrend.

Sebuah symmetrical triangle paling tidak harus memiliki empat reversal


point (titik pembalikan) yang terdiri dari dua titik puncak dan dua titik lembah.
Gambar di atas memperlihatkan sebuah symmetrical triangle yang memiliki enam
reversal point, yaitu titik 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Konfirmasi dari pola ini adalah
tembusnya upper line (garis bagian atas). Ketika pola ini sudah terkonfirmasi
maka pergerakan selanjutnya adalah naik.

Cara memperkirakan targetnya adalah dengan berpatokan pada baseline


dari symmetrical triangle tersebut, yaitu jarak dari A ke titik 1. Jadi, kalau
misalnya baseline-nya sepanjang 100 pips, maka pergerakan selanjutnya pun
diperkirakan akan sejauh 100 pips.

Cara lain yang bisa dipergunakan untuk memperkirakan target pergerakan


adalah dengan menarik garis yang sejajar dengan lower line, di mana garis
tersebut dimulai dari titik 1.
Sebagaimana pola yang lain, pullback kemungkinan bisa saja akan terjadi.
Pada gambar di atas terlihat pullback terjadi dari titik 7 kembali ke titik 8 yang
berada di area upper line.

Jika Anda perhatikan lagi, garis upper line dan lower line bertemu di satu
titik. Titik tersebut kita sebut sebagai apex. Anda perlu memperhatikan apex
tersebut karena tembusnya upper line yang merupakan konfirmasi dari pola
symmetrical triangle tidak boleh terlalu dekat dengan apex.

Sebagai aturan umum, harga harus sudah menembus upper line pada
jarak kira-kira 2/3 (dua-per-tiga) hingga (tiga-per-empat) dari panjang
polanya. Panjang pola yang dimaksud adalah jarak dari baseline ke apex. Jadi,
kalau penembusan terjadi kurang dari 2/3 atau lebih dari panjang pola,
kemungkinan besar tidak valid.

Selain terjadi pada saat uptrend, symmetrical triangle juga bisa terjadi
pada saat downtrend. Sebenarnya sama saja, hanya saja posisinya berada di
bawah. Kalau pada contoh di atas Anda menantikan tembusnya upper line
sebagai konfirmasi dan harga cenderung akan bergerak naik, maka jika polanya
terjadi pada saat downtrend Anda akan menantikan tembusnya lower line dan
harga cenderung akan bergerak turun. Hanya itu perbedaannya.
Ascending triangle

Pada dasarnya, ascending triangle tidak jauh berbeda dengan symmetrical


triangle dari sisi menganalisanya. Perbedaan kedua pola tersebut hanya pada
bentuknya.

Ascending triangle merupakan continuation pattern yang biasanya muncul pada


saat uptrend. Kemunculan pola ini merupakan pertanda bahwa tekanan bullish
semakin melebihi tekanan bearish secara bertahap.
Seperti halnya symmetrical triangle, pola ascending triangle juga minimal harus
memiliki empat reversal point. Gambar di atas menunjukkan ascending triangle yang
memiliki enam reversal point. Konfirmasi dari pola tersebut adalah tembusnya upper
line yang kemudian berpotensi untuk diikuti oleh pergerakan bullish. Cara
memperkirakan target pergerakan harga juga mirip dengan symmetrical triangle, hanya
saja baseline-nya bukan berpatokan pada titik 1, melainkan berpatokan pada titik 2.

Meskipun pada dasarnya ascending triangle adalah continuation pattern, namun


ia juga bisa menjadi reversal pattern jika terjadi pada saat downtrend. Pada keadaan
seperti itu, tembusnya upper line merupakan konfirmasi bahwa ascending triangle
merupakan pola reversal. Perhatikan gambar berikut untuk mempermudah pemahaman
Anda:

ascending triangle reversal

Pola seperti ini populer dengan nama ascending triangle bottom.

Descending triangle
Kita sudah membicarakan symmetrical triangle dan ascending
triangle. Sepertinya Anda sudah tidak akan kesulitan lagi untuk memahami
jenis triangle yang ke-3, yaitu descending triangle.

Sederhana saja, descending triangle adalah kebalikan dari


ascending triangle. Sederhana kan? Dengan demikian, kalau ascending
triangle adalah pola bullish, maka descending triangle adalah pola bearish.
Descending triangle merupakan continuation pattern yang muncul pada
saat downtrend.

Bagaimana, sederhana kan?

Descending triangle juga bisa berubah menjadi pola reversal jika


muncul pada saat uptrend. Namanya mengalami modifikasi menjadi
descending triangle top. Jadi ceritanya akan seperti pada gambar di bawah
ini:
Descending triangle reversal

b. Flag & pennant

Kita akan membicarakan flag terlebih dahulu. Flag sebenarnya adalah channel
kecil yang muncul setelah rally. Arah channelnya berlawanan dengan arah rally-nya.
Jadi, jika ada down channel kecil yang muncul setelah rally bullish, itu disebut sebagai
bullish flag. Sebaliknya, up channel kecil yang muncul setelah rally bearish disebut
dengan bearish flag.

Mari kita perhatikan gambar berikut:


Ya, begitulah bentuk dasar flag. Sekarang Anda sudah tahu mengapa pola ini
disebut sebagai flag: karena bentuknya mirip dengan bendera (flag) dan tiangnya
(flagpole). Flag direpresentasikan oleh channel kecil sedangkan flagpole-nya adalah titik
a ke b yang terlihat pada gambar di atas.

Pada bearish flag, tembusnya lower line dari up channel adalah konfirmasinya.
Harga cenderung akan bergerak turun jika bearish flag sudah terkonfirmasi.
Sebaliknya, pada bullish flag, konfirmasinya adalah tembusnya upper line dari
down channel. Proyeksi pergerakan harga selanjutnya adalah bullish jika bullish flag
telah terkonfirmasi.

Cara menentukan target pergerakan harga juga sederhana. Anda cukup


mengukur panjang flagpole-nya saja. Sepanjang flagpole itulah jarak yang
termungkinkan untuk ditempuh oleh pergerakan harga. Misalnya, jika panjang flagpole-
nya adalah 100 pips, maka harga cenderung akan bergerak sejauh 100 pips setelah pola
flag-nya terkonfirmasi.

Tetapi pada prakteknya, kebanyakan trader berhenti (menutup posisinya) setelah


harga bergerak setengah jalan sebelum mencapai target. Misalnya jika target adalah
sejauh 100 pips, maka mereka cenderung untuk berhenti di 50 60 pips.

Syarat umum dari flag adalah sebagai berikut:

1. Terjadi rally sebelum channel kecil terbentuk.


2. Channel yang terjadi arahnya harus berlawanan dengan arah rally sebelumnya.
3. Panjang channel (flag) paling tidak sepertiga panjang flagpole.

OK, kita akan membahas pennant sekarang. Pennant pada dasarnya adalah
pengembangan dari pola symmetrical triangle. Hanya saja, pennant didahului oleh rally
yang panjang dan cukup curam. Bisa dikatakan bahwa pennant merupakan hasil kawin
silang antara symmetrical triangle dengan flag.

Oleh karena pennant mirip dengan symmetrical triangle dan flag, maka dengan
sendirinya aturan-aturan yang berlaku pada symmetrical triangle dan flag juga berlaku
pada pennant.
Di bawah ini adalah ilustrasi yang menggambarkan bentuk pennant.

Pennant

c. Wedge formation

Wedge hampir mirip dengan pennant. Hanya saja, kemiringan kedua garis
segitiga-nya searah, dalam arti keduanya mengarah ke atas atau ke bawah.
Derajat kemiringannya memang berbeda, namun searah. Gambar di bawah ini
akan memperjelas definisi wedge.
Kita bisa mengenali wedge dengan memeprhatikan kemiringannya yang
mengarah ke atas atau ke bawah. Sebagai aturan umum; hampir mirip dengan flag;
kemiringan wedge sebagai continuation pattern arahnya berlawanan dengan tren yang
sedang berlangsung. Dengan demikian, falling wedge adalah pola bullish sedangkan
rising wedge adalah pola bearish.

Catatan :

Meskipun pada dasarnya wedge adalah pola continuation, namun wedge bisa juga
berfungsi sebagai pola reversal, akan tetapi kejadian ini jarang terjadi. Falling wedge
bisa menjadi pola reversal bullish jika terjadi di ujung sebuah dowtrend. Sebaliknya, jika
rising wedge muncul pada saat uptrend, maka ia bisa jadi akan menjadi pola reversal
bearish.
d. Rectangle formation

Rectangle formation memiliki banyak nama, namun pola ini sangat mudah
dikenali. Pola ini merepresentasikan jeda yang terjadi di mana harga bergerak
sideways di antara dua garis horizontal yang sejajar.

Rectangles

Rectangle terkadang disebut sebagai trading range atau area kongesti. Apa pun
namanya, pola ini merepresentasikan periode konsolidasi pada sebuah tren, dan
biasanya dilanjutkan dengan pergerakan yang searag dengan tren sebelumnya.

Sebuah rectangle minimal harus memiliki empat reversal point. Pada contoh
gambar di atas, Anda bisa melihat contoh rectangle yang memiliki enam reversal point.
Konfirmasi bullish rectangle adalah pecahnya garis resistance atau upper line,
sedangkah konfirmasi bearish rectangle adalah tembusnya garis support atau lower
line.
e. Continuation head and shoulders pattern

Sebelumnya, kita telah membahas mengenai pola head and shoulders


sebagai pola reversal. Pada pola continuation head and shoulders, pola yang
terbentuk benar-benar sama persis dengan pola head and shoulders. Yang
membedakan adalah poin-poin berikut ini:

1. Pola head and shoulders muncul pada saat downtrend. Tembusnya neckline
merupakan konfirmasi pola continuation head and shoulders.
2. Pola inverse head and shoulders muncul pada saat uptrend. Tembusnya
neckline merupakan konfirmasi pola continuation inverse head and
shoulders.

Continuation head and shoulders

Jadi tidak perlu bingung. Yang perlu Anda ingat hanyalah bahwa pola inverse head and
shoulders memiliki implikasi bullish, sedangkan pola head and shoulders memiliki
implikasi bearish, terlepas dari pada saat tren apa pola tersebut muncul.

Anda mungkin juga menyukai