Anda di halaman 1dari 41

Chart Pattern adalah pola grafik yang terbentuk dari sekumpulan konsep yang terdapat

pada Trendline dan Support & Resistance. Pola ini pun pada dasarnya terbentuk oleh
adanya kesepahaman trader di seluruh penjuru dalam mengidentifikasi dan merespons
situasi maupun kondisi yang terjadi. Sama seperti yang sudah kita bahas pada bab Support
& Resistance, kan? Sehingga, bisa dibilang yang menjadi konsep dasar pada bahasan kita
kali ini adalah Support dan Resistance. Jadi, bagi yang belum paham akan konsep tadi
dan ngeyel kepingin terus lanjut bab ini, tanggung sendiri ya resikonya!

Awalnya, Chart Patterns tidaklah menjadi satu hal yang diperhitungkan dalam analisa
teknikal. Sampai pada tahun 1920-an, seorang akuntan bernama Ralph Nelson Elliot
mengemukakan hasil pengamatannya tentang hubungan antara konsep dasar pada
Support dan Resistace dengan kecenderungan harga membentuk suatu pola. Apa yang
dikemukannya tadi secara tidak langsung memperkuat anggapan yang telah ada
sebelumnya bahwa manusia mempunyai perasaan atau emosi yang sama terhadap suatu
situasi maupun kondisi. Dengan dasar anggapan itu Elliot memperkirakan reaksi manusia
(baca: trader) akan selalu sama sampai kapanpun. Hal inilah yang membuat suatu pola
cenderung berulang sehingga sangat dimungkinkan untuk diprediksi atau—paling
tidak—dipahami kebiasaannya.

Sebetulnya Chart Patterns hanyalah bentuk yang lebih spesifik dari suatu fase pada
sebuah trend. Chart Patterns merangkum seluruh aktivitas perdagangan yang ada secara
perspektif dan formatif. Dikatakan perspektif karena pola yang terbentuk akan sangat
bergantung pada sudut pandang yang melihatnya. Dan, dikatakan formatif karena Chart
Pattern terdiri dari formasiformasi khusus yang terbentuk oleh pergerakan harga.

Berbicara mengenai perspektivitas, pada dasarnya Chart Pattern dapat ditemukan dari
sudut pandang yang bagaimanapun dan seperti apapun. Namun memang, apa yang
diangkat dalam hal ini bukanlah semata-mata perspektivitasnya saja melainkan pula
validitasnya. Tingkat validasi (validitas) Chart Patterns yang dilihat dari sudut pandang
(timeframe) yang luas tentu akan lebih tinggi daripada validitas Chart Patterns yang
terlihat di sudut pandang yang sempit. Validitas Daily Charts akan lebih tinggi daripada
Hourly Charts dan validitas Weekly Charts akan lebih tinggi daripada Daily Charts.
Begitu seterusnya.
Dari segi formasinya Chart Patterns terbagi ke dalam dua kategori, yaitu: pola pembalikan
arah (Reversal Patterns) dan pola berkesinambungan/berkelanjutan (Continuation
Patterns). Seperti apa yang sudah dibahas pada bab TREND, reversal adalah situasi
dimana pergerakan harga mulai berganti arah. Dengan kata lain Reversal Patterns adalah
pola yang mengindikasikan pembalikan arah trend yang sedang berlangsung. Sedangkan
Continuation Patterns, sesuai dengan namanya, adalah pola yang mengindikasikan
terjadinya keberlanjutan sebuah trend yang sedang berlangsung walaupun pada nyatanya
mungkin akan didahului dengan koreksi yang wajar. Pesan terselubung yang dapat Anda
ambil dalam hal ini adalah bagaimana pada nantinya Anda bisa mengindentifikasi dan
memanfaatkan secepat mungkin informasi yang ada dengan pemahaman kedua kategori
Chart Patterns tersebut. Lagi-lagi, hal ini bertujuan bukan hanya demi keuntungan semata,
melainkan keuntungan yang optimal.

Dua kategori Chart Patterns tadi memiliki bentuk-bentuknya masing-masing. Dan,


bentukbentuk yang terdapat pada charts tentu sangat banyak jumlahnya. Namun pada
umumnya, ada beberapa bentuk yang terkenal dikalangan trader. Berikut bentuk-bentuk
yang dimaksud berdasarkan kategorinya:

Reversal Chart Patterns:

• Head and Shoulder


• Inverted Head and Shoulders
• Triple Tops
• Triple Bottoms
• Double Tops
• Double Bottoms

Continuation Chart Patterns:

• Triangles
• Flags
• Pennants
• Rectangles
• Cup and Handle
REVERSAL CHART PATTERNS

Head and Shoulders

OK! Kita awali dengan Head and Shoulders. Pola yang sering disingkat ―HAS‖ ini
merupakan pola yang paling populer di kalangan trader. Sesuai dengan namanya, pola ini
memiliki bentuk yang menyerupai bagian tubuh manusia, yaitu ―kepala‖ dan ―bahu‖.
Selain karena bentuknya yang khas, pola ini menjadi sangat populer karena sangat mudah
ditemui pada pergerakan harga.

Head and Shoulders, dikatakan oleh para pakar analisa teknikal, sebagai pola terkuat dan
memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Mengutip pernyataan Thomas N. Bulkowski (dari
karyanya yang berjudul Encyclopedia of Chart Patterns) yang juga menguatkan pendapat
di atas, Ia menyebutkan dalam penelitiannya terhadap pergerakan 500 jenis saham selama
periode 19911996 (lima tahun) terdapat 431 pola Head and Shoulders yang validasinya
cukup meyakinkan. 25 di antaranya merupakan sinyal konsolidasi sedangkan 406 lainnya
merupakan sinyal reversal. Itu artinya tingkat kegagalan yang terdapat pada pola Head
and Shoulders ini hanyalah sebesar 6-7%.
Gambar di atas adalah ilustrasi pola Head and Shoulders yang di awali dengan trend naik
(bullish/up-trending). Oh ya, sangat penting untuk kita sebelum mengidentifikasi suatu
pola, selalulah perhatikan trend yang mengiringinya.

Seperti yang sudah di bahas pada bab Trendline, pergerakan up-trending chart bisa dilihat
dari ―lembah-lembah‖ (A – C – E) dan ―puncak-puncak‖ (Titik B – D) yang semakin
lama semakin tinggi (Gambar 1). Atau istilahnya memiliki Higher Lows & Higher Highs.
Pola seperti yang diilustrasikan di atas menggambarkan situasi suatu trend naik yang
masih normal (titik A – D). Namun, kemudian menjadi kehilangan momentumnya; yang
juga mengindikasikan adanya pelemahan dari trend yang sedang berlangsung, yaitu up-
trend. Hal tersebut ditunjukkan dengan ketidakmampuan harga membentuk titik puncak
baru (F) yang lebih tinggi (new higher highs) dari puncak sebelumnya (D). Ketika
mendapati hal seperti ini, biasanya kebanyakan dari trader akan lebih memilih untuk wait
and see ketimbang ikut bertransaksi. Sehingga mengakibatkan harga semakin kehilangan
kekuatannya untuk terus bergerak naik. Lembah yang terbentuk sebelum puncak tertinggi
(C) dan lembah yang terbentuk sebelum puncak terakhir (E) nantinya dapat dijadikan
konfirmasi lanjutan untuk kepastian pola ini. Lembah ‗C‘ dan lembah ‗E‘ tersebut jika
kita tarik garis lurus bisa kita manfaatkan sebagai suatu support yang disebut garis leher
(neckline). Dan, jika neckline tersebut berhasil ditembus, bisa dikatakan harga sudah
mulai berpaling dari trend bullish menuju trend bearish.

Lalu bagaimana dengan targetnya? Setelah neckline terkonfirmasi telah tertembus, yang
menjadi target pergerakan harga selanjutnya tentu saja support yang sudah ada
sebelumnya. Seperti yang sudah kita pelajari, menentukan support salah satunya bisa
dengan cara manual, yaitu dengan melihat support yang ada pada riwayat harga dalam
chart lalu menghubungkannya dengan garis. Namun, ada metode yang cukup menarik
dalam hal ini dan dirasa cukup efektif, yaitu dengan mengukur jarak vertikal antara head
(D) pada pola dengan garis leher (neckline) yang terbentuk untuk nantinya dijadikan
sebagai proyeksi target (lihat Gambar 2). Lebih menariknya, ini berlaku tidak hanya pada
pola Head and Shoulders, melainkan juga pada pola Chart Pattern lainnya.
Ingat! Ini hanya berlaku untuk pola Head and Shoulder pada trend bullish yang
pergerakannya jelas. Artinya, perspektivitas sangat berpengaruh dalam hal ini. Sedangkan
untuk melihat trend pergerakan harga yang jelas, Anda harus menggunakan sudut
pandang yang luas pula. Sudut pandang yang luas hanya bisa Anda peroleh dengan
menggunakan timeframe berskala besar (Daily – Monthly). Sehingga seringkali suatu
pola khususnya pola Head and Shoulders ini diidentifikasi dengan menggunakan
timeframe tersebut. Walaupun memang suatu pola dapat ditemukan pada timeframe
berapapun, namun tetap yang harus Anda utamakan adalah validitasnya.

Sebagai contoh, Saya akan menunjukkan grafik pergerakan harga pada bursa Dow Jones
Averages Industrial. Silahkan simak gambar di bawah:
Gambar 3. Pola Head and Shoulders yang terbentuk pada indeks Dow Jones akhir tahun
2007 – awal tahun 2008 dilihat dari timeframe mingguan (weekly charts).

Terbukti, setelah pola Head and Shoulders terkonfirmasi (neckline tertembus), harga
merosot secara signifikan bahkan melebihi target yang berdasarkan proyeksi jarak Head
dan Necklinenya.

Sekadar info (bisa dibuktikan sendiri), pada gambar di atas, setelah pola tersebut
terbentuk, indeks Dow Jones mengalami penurunan hebat. Entah memang kebetulan atau
bagaimana, pada pergerakan Dow Jones tersebut, pola Head and Shoulders muncul
bertepatan dengan resesi yang mendera Amerika Serikat pada tahun 2008 hingga akhir
tahun 2009.

Inverted Head and Shoulders

Ini adalah versi lain dari pola Head and Shoulders. Bentuknya sama percis dengan pola
yang sudah kita pelajari sebelumnya, namun dengan posisi yang terbalik. Jika pada Head
and Shoulders sebelumnya si ―kepala‖ menghadap ke atas, pada pola ini ―kepala‖ atau
head-nya akan menghadap ke bawah. (Seperti orang yang sedang melakukan handstand).

Sama halnya dengan Normal Head and Shoulders, pola ini pun merupakan pola terkuat
dan memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Masih mengutip keterangan Thomas, bahwa
statistik menunjukkan dalam periode yang sama (tahun 1991-1996) terjadi sebanyak 330
kali pola Inverted Head and Shoulders (lebih sedikit jika dibandingkan dengan Head and
Shoulders) dan di antaranya terdapat hanya 5% tingkat kegagalan. Itu artinya, hanya
terjadi sebanyak 16-17 kali sinyal konsolidasi, dan sisanya merupakan sinyal reversal.

Sama seperti mengidentifikasi trend pada umumnya, mengidentifikasi down-trending


charts pun dapat dilihat pada ―puncak-puncak‖ (A – C – E) dan ―lembah-lembah‖ (B –
D) yang semakin lama semakin turun. Istilahnya: Lower Highs & Lower Lows.
Diilustrasikan pada gambar di atas, pergerakan down-trending yang masih normal dari
titik A hingga titik D. Namun, perlahan kehilangan momentumnya yang mengindikasikan
adanya pelemahan trend yang sedang berlangsung, yaitu down-trend. Hal tersebut
ditunjukkan dengan ketidakmampuan harga membentuk titik lembah baru (F) yang lebih
rendah (new lower lows) dari lembah sebelumnya (D). Puncak yang terbentuk sebelum
lembah tercuram (C) dan puncak yang terbentuk sebelum lembah terakhir (E) nantinya
dapat dijadikan sebagai konfirmasi lanjutan atas pembentukan pola ini. Pada puncak C
dan E tersebut, jika kita tarik garis lurus dapat kita jadikan sebagai suatu resistance yang
pula disebut sebagai neckline. Dan, jika neckline tersebut berhasil ditembus, bisa
dikatakan harga sudah mulai berpaling dari trend bearish menuju trend bullish.
Untuk penentuan targetnya pun tidak berbeda dengan pola Head and Shoulders. Target
bisa ditentukan secara manual dengan melihat riwayat harga yang mengandung resistance
untuk dijadikan target atas pergerakan harga mendatang. Namun, bisa pula dengan
memproyeksikan jarak ―Head‖ (D) dan neckline untuk dijadikan target terdekat yang
akan disentuh oleh harga.

Seperti pada gambar berikut:

Dan berikut adalah contoh terbentuknya pola Inverted Head and Shoulders yang Saya
ambil dari pergerakan harga mata uang euro terhadap dolar:

Gambar 6. Pola Inverted Head and Shoulders pada mata uang EUR/USD pertengahan
tahun 2010 dilihat dengan timeframe harian (daily charts).

Di atas adalah contoh empiris terbentuknya pola Inverted Head and Shoulders. Mata uang
euro melambung tinggi terhadap dolar setelah neckline pada pola tersebut tertembus.
Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 7. Euro melambung terhadap dolar setelah pola Inverted Head and Shoulders
terkonfirmasi (yang dilingkari). $EURUSD mencapai nilai tertingginya pasca
pembentukan pola ini pada 5 April 2011 (seperti yang ditunjukkan tanda panah).

Sekali lagi, terbukti pola ini, baik Inverted Head and Shoulders maupun yang normal,
memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Yang jika pola terkonfirmasi, akan ada pembalikan
arah trend yang disebut reversal. Target yang telah diproyeksikan pun—tanpa perlu diurai
dalam gambar— terlihat telah tercapai bahkan jauh melampaui target yang telah
ditentukan berdasarkan metode proyeksi.
Triple Tops

Selanjutnya adalah Triple Tops. Berbicara mengenai jenis-jenis pola yang mengandung
―Top‖ pada penamaannya, sebenarnya pola-pola tersebut hanyalah bentuk dari adanya
pergerakan harga yang stuck / tertahan pada suatu level resistance. Dan, pada pola Triple
Tops ini, pergerakan harga membentuk tiga puncak yang bisa dibilang memiliki tinggi
(top) yang sama karena adanya resistance di area tersebut. Walaupun memang pada
kenyataannya seringkali tops atau ―puncak-puncak‖ yang terbentuk tidak selalu sama
percis (tingginya), namun seperti yang dikemukakan Elaine Yager, Direktur sebuah
perusahaan investasi di Amerika, bahwasannya jika ketiga puncak yang terbentuk masih
dalam area yang berdekatan, maka keadaan seperti itu dapat dikatakan memenuhi kriteria
sebuah pola Triple Tops. Pola yang satu ini merupakan turunan dari pola Head and
Shoulders dan termasuk ke dalam golongan pola yang langka.

Dengan kata lain pola ini sangat jarang ditemui di dalam charts pergerakan harga.

Gambar di atas adalah gambaran umum tentang pola Triple Tops. Terlihat bagaimana
besarnya upaya harga dalam menguji level resistance pada gambar tersebut. Gagalnya
upaya harga yang pertama kali (A) akan mengakibatkan terjadinya pergerakan korektif
dan akan menciptakan sebuah support (dapat juga disebut neckline) ketika pergerakan
korektif tersebut berakhir (B). Harga yang kembali memantul ke atas pasca berakhirnya
pergerakan korektif tadi kemungkinan besar akan tertahan kembali dan dipantulkan lagi
oleh resistance (C). Setelah gagal pada upayanya yang kedua tersebut, harga akan mulai
menguji level support yang terbentuk berdasarkan lembah sebelumnya, yaitu titik B. Jika
support gagal ditembus, harga dipastikan akan mendekat kembali ke level resistance (E).
Namun, jika support tadi tertembus, maka yang terjadi adalah harga hanya membentuk
dua buah puncak atau disebut dengan pola Double Tops (akan dibahas pada bahasan
selanjutnya). Seperti yang kita ketahui bahwa resistance yang sering diuji dan gagal
ditembus merupakan resistance dengan katagori strong (strong resistance). Pada contoh
ini harga telah menguji resistance sebanyak dua kali dan gagal menembus sebelum
membentuk top 3 (E). Sebagaimana mestinya, ketika berhadapan dengan sebuah strong
resistance harga cenderung akan tertahan dan kembali memantul ke level support, seperti
yang digambarkan pada puncak E. Ketika telah tercipta tiga puncak yang tingginya
(relatif) sama, support yang ada akan menjadi ujian terakhir bagi harga. Pada kondisi ini
harga memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menembus support tersebut karena
memang pada kenyataannya jarang sekali (bahkan tidak ada) statistik yang menunjukkan
harga membentuk suatu puncak hingga sebanyak empat kali. Artinya, dapat dipastikan—
atau paling tidak sangat besar kemungkinannya—harga akan menembus level support
yang juga sebagai neckline tersebut.

Sesuai dengan kategorinya sebagai Reversal Chart Pattern, Triple Tops memiliki akurasi
yang cukup tinggi atas sinyal reversal. Harga dipastikan akan berpaling dari trend bullish
menjadi bearish selama beberapa waktu. Kisaran waktunya memang tidak bisa
dipastikan, namun seperti yang kita tahu sebuah trend bisa berlangsung paling singkat
dua minggu sampai dengan enam minggu. Mengenai targetannya pun Triple Tops dapat
mengadopsi metode proyeksi seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Berikut contohnya:
Dan berikut contoh empiris dari pola Triple Tops pada mata uang USDCHF (US$ vs
Swiss Franc):

Perlu saya perjelas bahwa penarikan garis leher (neckline) pada pola ini sangat
bergantung pada subjektivitas seseorang. Namun, beberapa pakar menyarankan untuk
lebih mengutamakan menarik garis horizontal dari lembah yang terbentuk setelah ―top
1″ (titik B pada Gambar 9.) sebagai neckline. Hal ini berlaku tidak hanya pada pola Triple
Tops, melainkan pula pada pola ―Tops‖ lainnya dan bahkan pada pola ―Bottoms‖.
Meskipun demikian, tak jarang trader yang menarik neckline berdasarkan lembah-lembah
yang terbentuk. Saya tidak bisa menyarankan untuk memilih salah satunya. Tapi, lagi-
lagi, silahkan Anda kenali karakter diri terlebih dahulu.

Triple Bottoms

Triple Bottoms adalah kebalikan dari Triple Tops. Bedanya adalah pada pola ini trend
yang mengawalinya haruslah selalu bearish. Jika tidak, maka patut untuk diragukan
validitasnya. Kebalikan dari Triple Tops, Triple Bottoms membentuk tiga buah lembah
yang posisinya berada di dasar sebuah trend bearish. Sama seperti Triple Tops, pola ini
mengindikasikan adanya sinyal reversal dari bearish menjadi bullish. Pola yang
merupakan turunan dari Inverted Head and Shoulders ini pun termasuk ke dalam
golongan pola langka yang sangat jarang ditemui dalam charts.

Cara menentukan garis resistance pada pola ini pun beraneka ragam, namun secara umum
resistance ditentukan dengan menarik garis mendatar (horizontal) pada titik tertinggi di
antara lembah A dan C. Target pada pola ini juga dapat ditentukan dengan
memproyeksikan jarak vertikal pada titik terendah pada lembah dengan resistance /
neckline.

Berikut contoh Triple Bottoms yang terlihat pada mata uang USD/CAD (US$ vs Canada
dollar):
Double Tops

Pola turunan dari Pola Triple Tops ini adalah pola yang memiliki dua buah puncak (top)
pada pembentukannya dan mengindikasikan sinyal reversal dari bullish menjadi bearish.
Idealnya, puncak-puncak yang terbentuk pada pola ini memiliki ketinggian yang sama.
Namun, seperti yang dikatakan Elaine Yager, meskipun memiliki ketinggian yang
berbeda, asalkan masih pada area yang berdekatan, suatu pola dapat dikatakan terbentuk.
Meskipun demikian, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, konfirmasi lebih lanjut atas
validasi suatu pola—khususnya Double Tops—adalah pada penembusan area support dan
resistancenya yang dalam hal ini tidak bukan adalah neckline*.

*Ditegaskan dengan kata ―dalam hal ini‖ karena tidak semua pola dalam Chart Patterns
memiliki neckline. Beberapa pola hanya mengacu pada support dan resistance yang
terbentuk dengan khasnya masing-masing.

Sama halnya dengan pola ―Tops‖ lainnya, Double Tops haruslah diawali dengan
pergerakan uptrending baru bisa dikatakan valid. Jika dibandingkan dengan pola-pola
―Triple‖, statistik untuk pola-pola ―Double‖ lebih banyak jumlahnya. Dengan kata lain,
pola-pola Double lebih sering ditemui dalam charts. Masih menurut Thomas N.
Bulkowski, terdapat 454 formasi Double Tops yang terbentuk dalam periode tahun 1991-
1996. Sebanyak 341 merupakan sinyal reversal, dan 113 lainnya adalah sinyal
konsolidasi. Itu artinya, Double Tops pun dapat dikatakan pola dengan tingkat kegagalan
(failure rate) yang cukup rendah, yaitu sekitar 16-17%. (Sedikit lebih tinggi dibandingkan
pola-pola Triple yang memiliki failure rate hanya sebesar 6-7%).

Namun, dikarenakan intensitasnya yang cukup sering ditemui dalam charts, pola
―Double‖— khususnya Double Tops—seringkali mengecoh para trader; bukannya
reversal, yang terjadi malah harga melanjutkan trend sebelumnya (seperti pada Gambar
15.). Maka dari itu, untuk menghindari jebakan (traps) semacam ini, jangan sekali-kali
Anda masuk dalam posisi yang prematur atau posisi yang belum meyakinkan validasinya.
Konfirmasi validasi pada Double Tops haruslah menunggu support yang terbentuk dari
lembah

(B) tertembus. Ini dapat meminimalisir resiko yang ada seperti kejadian di paragraf
sebelumnya.

Target yang dapat dicapai pun dapat kita perkirakan dengan metode proyeksi, yaitu
dengan memproyeksikan jarak vertikal titik puncak dengan support / neckline.
Berikut saya paparkan contoh pola Double Tops yang terlihat pada mata uang USD/CAD:

Selain pada $USDCAD, pola Double Tops juga sering ditemui pada mata uang ―Major
Pair‖, seperti $EURUSD:
Double Bottoms

Double Bottoms adalah turunan dari pola Triple Bottoms. Pola ini termasuk ke dalam
katagori pola reversal karena mengindikasikan adanya perubahan arah trend dari bearish
menjadi bullish. Sesuai dengan namanya, pola ini membentuk dua buah lembah pada
―dasarnya‖ dan menggunakan resistance sebagai neckline untuk acuan validasinya.
Mengenai hal lainnya, rasanya tidak perlu lagi Saya jabarkan karena apa yang ada pada
Double Bottoms kurang lebih sama dengan Double Tops. Yang membedakan hanyalah
posisinya yang menghadap ke bawah karena didahului oleh pergerakan down-trending.
Ingat! Selalulah perhatikan trend yang mengawalinya. Perhatikan gambar di bawah:

Dan berikut salah satu contoh pola Double Bottoms yang terlihat pada chart:
CONTINUATION CHART PATTERNS

Triangles

Oke, beralihlah kita pada kategori pola-pola keberlanjutan (Continuation Chart Patterns).
Kita awali dengan pola Triangles. Sesuai artinya, pola ini memiliki bentuk menyerupai
segitiga yang jika didiktekan semakin lama semakin menyempit pergerakannya. Sisi atas
dan sisi bawah pada pola ini nantinya dapat digunakan sebagai titik acuan (resistance dan
support). Pola Triangles terbagi lagi ke dalam tiga sub-bagian, yaitu: Symetrical Triangle
(Segitiga

Simetris), Ascending Triangle (Segitiga Mendaki), Descending Triangle (Segitiga


Menurun).

Symetrical Triangle

Symetrical Triangle adalah formasi yang sifatnya netral atau tidak memiliki kecondongan
terhadap keberlanjutan satu trend saja. Artinya, sub-pola ini dapat menjadi sinyal bagi
keberlanjutan trend bearish maupun bullish dengan bentuk yang sama sekali tidak
berbeda. Pola segitiga simetris untuk keberlanjutan trend bullish disebut Bullish
Symetrical Triangle dan untuk keberlanjutan trend bearish disebut Bearish Symetrical
Triangle.

Bullish Symetrical Triangle

Untuk memastikan validasi dari Bullish Symetrical Triangle (BUST) dibutuhkan paling
tidak (minimal) empat titik reversal (A, B, C, dan D pada Gambar 22.). Maksudnya, setiap
sisi, baik sisi atas (resistance) maupun sisi bawah (support), haruslah–paling tidak–
memiliki dua buah titik pullback; A dan C untuk sisi atas, B dan D untuk sisi bawah. Dan,
sesuai dengan namanya pula, sudah semestinya sub-pola jenis ini didahului oleh
pergerakan trend naik (up-trending/bullish).

Secara umum, pola ini terjadi ketika volatilitas harga mulai menurun. BUST seakan-akan
menunjukkan pelemahan atas trend bullish namun kemudian dengan tiba-tiba
melanjutkan trend tersebut dengan volume (power) yang bisa dikatakan lebih besar.

Secara mendasar (berdasarkan Gambar 22.), pola ini terbentuk ketika terjadi koreksi pada
rally yang berakhir di puncak A, kemudian koreksi tadi untuk sementara berakhir dan
melanjutkan rally kembali dari lembah B ke puncak C. Puncak C haruslah lebih rendah
dari puncak sebelumnya untuk validasi pola ini. Setelah itu rally kembali berakhir di
puncak C dan menyebabkan koreksi dari puncak C ke lembah D. Jika sudah begini (sudah
terdapat empat titik reversal/pullback), maka garis yang menggambarkan sisi atas dan
bawah (resistance dan support) sudah boleh digambarkan. Penggambaran garis ini
memang tidak wajib hukumnya, melainkan sunnah. Yang artinya; jika dilakukan
mendapat pahala, dan jika tidak pun tidak apaapa. (Berasa lagi dakwah jadinya gue). Tapi
itu serius kok. Maksudnya dilakukan penarikan garis hanya untuk mempertegas sisi-sisi
yang terbentuk pada pola ini agar lebih mudah dilihat oleh penggunanya. Lalu, untuk
konfirmasi validasi atas pola ini lazimnya harga harus ditutup (closing) di atas atau
menembus resistance.

―Pak, bagaimana dengan targetnya?‖ | ―Ups, hampir Saya lupa.‖ | Target terdekat pada
pola ini pun bisa berdasarkan metode proyeksi. Acuannya adalah jarak lembah pertama
yang terbentuk (B) dengan garis resistance. Seperti ilustrasi di bawah:

Berikut adalah contoh pola BUST yang tampak pada pergerakan harga mata uang euro
terhadap yen jepang:
Setelah pola BUST terbentuk seperti yang ditunjukkan gambar di atas, harga melanjutkan
trend bullishnya sampai pada pertengahan tahun 2008. Seperti yang digambarkan pada
gambar di bawah ini:

Nilai mata uang euro terus melambung terhadap yen Jepang sampai pada pertengahan
bulan Juli, 2008.
Bearish Symetrical Triangle

Sama halnya seperti BUST, Bearish Symetrical Triangle (BEST) pun membutuhkan
paling tidak empat titik reversal/pullback dalam validasinya (titik A, B, C, dan D pada
Gambar 26.). Yang mana, dua titik diantaranya (A-C dan B-D) masing-masing mewakili
setiap sisi (sisi atas dan sisi bawah) pada pola. Satu-satunya perbedaan BEST dengan
BUST adalah pada trend yang mengiringinya. Jika pada BUST diiringi oleh trend bullish,
maka pada pola BEST haruslah diiringi atau diawali oleh trend bearish.

Secara umum, pola ini terjadi ketika volatilitas harga mulai menurun. BEST seakan-akan
menunjukkan pelemahan atas trend bearish namun kemudian dengan tiba-tiba
melanjutkan trend tersebut dengan volume (power) yang bisa dikatakan lebih besar.

Secara mendasar (berdasarkan Gambar 26.), pola ini terbentuk ketika terjadi

pergerakan impulsive** pada ‗rally‘ yang berakhir di puncak A, kemudian impulsive tadi
untuk sementara berakhir dan melanjutkan rally kembali dari puncak B ke lembah C.
Lembah C haruslah lebih tinggi dari lembah sebelumnya untuk validasi pola ini. Setelah
itu rally kembali berakhir di lembah C dan menyebabkan pergerakan impulsive dari
lembah C ke puncak D. Jika sudah begini (sudah terdapat empat titik reversal/pullback),
maka garis yang menggambarkan sisi atas dan bawah (resistance dan support) sudah
boleh digambarkan. Lalu, untuk konfirmasi validasi pola ini harga harus ditutup di bawah
(menembus) support.

**Kata ―impulsive‖ sering digunakan trader untuk mengartikan pergerakan ―korektif


terbalik‖.

Target terdekatnya dapat ditentukan dengan metode proyeksi, yaitu dengan


memproyeksikan puncak pertama yang terbentuk (B) dengan garis support. Seperti pada
ilustrasi di bawah:

Berikut contoh pola BEST yang nampak pada pergerakan mata uang dolar AS terhadap
dolar Kanada:
Barangkali perlu Saya beritahukan terlebih dahulu, bahwa: berbeda dengan pola BUST,
pola BEST lebih sulit ditemukan karena memang setiap pair mata uang atau bursa pasti
memiliki orientasi terhadap penguatan. Sehingga pola BEST yang notabene terbentuk
diawali dengan pergerakan pelemahan menjadi sangat kecil probabilita terbentuknya.

Pada chart usd/cad diatas, walaupun dilihat dari timeframe yang sempit (H1), harga
mampu melanjutkan trend bearishnya sampai beberapa minggu ke depan pasca
terbentuknya pola BEST ini.

Ascending Triangle

Ascending Triangle atau biasa saya sebut ASTRI ini (hehe!) merupakan varian lain dalam
pola Triangles. ASTRI memiliki karakteristik yang berbeda dengan Symetrical Triangle.
Pola ini akan tetap memberikan sinyal bullish tanpa terpengaruh oleh trend sebelumnya.
Artinya, pola ini dapat ditemui baik pada iringan trend bullish maupun bearish. Walaupun
tergolong ke dalam kategori Continuation Chart Patterns, ASTRI terkadang juga menjadi
pertanda terjadinya sebuah reversal. Namun memang, peran ASTRI sebagai Continuation
Chart Pattern lebih sering ditemukan ketimbang sebagai Reversal Chart Pattern.
Gambar di atas menggambarkan meruncingnya resistance dengan support sebagai
gambaran atas penyempitan pergerakan harga yang terjadi akibat semakin kecilnya
tingkat fluktuasi. Lazimnya, formasi ini memiliki puncak-puncak yang sama tinggi (A –
C – E) dengan lembahlembah yang semakin meninggi (B – D – E). Hal tersebut
dikarenakan pergerakan harga yang didominasi oleh kekuatan bullish namun tertahan
pada titik harga tertentu sehingga menyebabkan koreksi berkali-kali. Walaupun Saya
mengilustrasikan pola ini dengan enam kali titik pullback (A-B-C-D-E-F), namun
sebetulnya pola ini hanya membutuhkan minimal empat titik pullback sebagai
validasinya.

Dibutuhkan penembusan atas resistance sebagai konfirmasi pola ini. Dengan kata lain
harga pada sesi tertentu–setelah puncak-puncak yang ada–haruslah ditutup di atas
resistance. Target terdekat yang dapat disentuh harga selanjutnya bisa diperkirakan
dengan memproyeksikan lembah pertama yang terbentuk (B) dengan garis resistance.
Seperti ilustrasi di bawah ini:
Dan inilah Bull ASTRI yang terekam pada charts:

Terlihat setelah resistance tertembus harga bergerak menjauh dan melanjutkan trend
bullishnya. Oh iya, penamaan Bull ASTRI saya tujukan untuk pola ASTRI yang terbentuk
dengan diawali trend bullish. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa ASTRI
juga terkadang ditemui pada iringan trend bearish yang Saya istilahkan dengan Bear
ASTRI. Seperti ilustrasi di bawah ini:

Penargetan yang berlaku pada Bear ASTRI tidaklah berbeda dengan Bull ASTRI. Ia dapat
diperkirakan dengan memproyeksikan jarak vertikal antara lembah B dengan garis
resistance:
Berikut penampakan Bear ASTRI yang tertangkap kamera (#eh?):

Terlihat pada kondisi di atas, harga bergerak berganti arah trend dari bearish menjadi
bullish pasca menembus resistance yang ada pada pola. Dan, di bawah ini adalah
kelanjutan dari gambar 34:

Descending Triangle

Descending Triangle (atau biasa saya sebut DESTRI) merupakan kebalikan dari pola
Ascending Triangle (ASTRI). Pola ini akan tetap memberikan sinyal bearish tanpa pernah
dipengaruhi oleh trend yang mengiringinya. Walaupun termasuk ke dalam golongan
Continuation Chart Pattern, DESTRI pun terkadang menjadi sinyal / pertanda dari sebuah
perubahan arah trend (reversal).
Gambar di atas menggambarkan meruncingnya support dengan resistance sebagai
gambaran atas penyempitan pergerakan harga yang terjadi akibat semakin kecilnya
tingkat fluktuasi. Lazimnya, formasi ini memiliki lembah-lembah yang sama rendah (A
– C – E) dengan puncakpuncak yang semakin merendah (B – D – E). Hal tersebut
dikarenakan pergerakan harga yang didominasi oleh kekuatan bearish namun tertahan
pada titik harga tertentu sehingga menyebabkan impulsi berkali-kali. Walaupun Saya
mengilustrasikan pola ini dengan enam buah titik pullback (A-B-C-D-E-F), namun
sebetulnya dengan hanya minimal empat buah titik pulback validasi pola ini sudah cukup
meyakinkan.

Konfirmasi atas validasi pola ini haruslah menunggu sampai harga ditutup di bawah /
menembus garis support. Dan, metode proyeksi dapat diadopsi dalam penentuan target
terdekat pola ini. Seperti gambar di bawah ini:
Berikut contoh pola Bear DESTRI yang nampak pada charts:

Pasca terbentuknya pola seperti pada Gambar 38., mata uang euro melanjutkan trend
bearishnya terhadap yen. Seperti yang sudah Saya jelaskan, bahwa penamaan Bear
DESTRI dimaksudkan untuk menunjukkan pola DESTRI yang terbentuk diawali dengan
trend bearish sehingga dapat menjadi sinyal keberlanjutan bagi trend tersebut. Sebagai
lawannya, pola DESTRI pun bisa menjadi sinyal perubahan arah trend atau reversal jika
didahului dengan trend bullish. Pola DESTRI yang diawali trend bullish saya istilahkan
sebagai Bull DESTRI. Seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Pasca terbentuknya pola seperti pada Gambar 38., mata uang euro melanjutkan trend
bearishnya terhadap yen. Seperti yang sudah Saya jelaskan, bahwa penamaan Bear
DESTRI dimaksudkan untuk menunjukkan pola DESTRI yang terbentuk diawali dengan
trend bearish sehingga dapat menjadi sinyal keberlanjutan bagi trend tersebut. Sebagai
lawannya, pola DESTRI pun bisa menjadi sinyal perubahan arah trend atau reversal jika
didahului dengan trend bullish. Pola DESTRI yang diawali trend bullish saya istilahkan
sebagai Bull DESTRI. Seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Sama seperti Bear DESTRI, Bull DESTRI pun memerlukan penembusan garis support
untuk konfirmasinya. Selanjutnya target terdekat yang akan disentuh oleh harga bisa kita
perkirakan dengan metode proyeksi seperti gambar berikut:

Contoh Bull Descending Triangle pada charts:


Flags

Dengan mendengar namanya saja mestinya Anda sudah bisa membayangkan bentuk dari
pola ini. Yap, pola yang termasuk Continuation Chart Pattern ini memiliki bentuk
menyerupai bendera. Pola Flags termasuk ke dalam pola yang sering ditemui dalam
charts. Pola ini biasa ditemui pada kondisi trend yang sangat dinamis, yang mana trend
yang mengawalinya memiliki pergerakan yang tegas dan tanpa volatilitas yang berarti.
Seperti pada pola lainnya, pola Flags ditunjukkan dengan dua buah garis yang (relatif)
sejajar dan memiliki kemiringan yang berlawanan dengan trend yang mengawalinya. Pola
flags terbagi menjadi dua berdasarkan trend yang mengawalinya. Pola Flags pada iringan
trend bullish disebut dengan Bullish Flag dan pada iringan trend bearish disebut dengan
Bearish Flag. Seperti pada gambar di bawah ini:

Baik Bullish Flag maupun Bearish Flag, keduanya membutuhkan penembusan garis
resistance / support sebagai konfirmasinya. Bullish Flag membutuhkan penembusan garis
resistance sebagai konfirmasi sedangkan Bearish Flag membutuhkan penembusan garis
support sebagai konfirmasi. Untuk selanjutnya target dapat ditentukan pula dengan
metode proyeksi seperti pola-pola sebelumnya. Check this out:
Berikut ini adalah contoh nyata dari pola Flags:
Pennants

Pennants memiliki banyak kesamaan dengan Flags. Selain sama-sama tergolong


Continuation Patterns, Pennants juga biasa ditemui pada kondisi trend yang dinamis, yang
mana memiliki pergerakan yang tegas dan tanpa volatilitas berarti. Bentuknya yang
hampir mirip dengan pola Triangles membuat pola ini menjadi lebih mudah ditemui.
Pennants terbagi lagi ke dalam dua jenis berdasarkan trend yang mengawalinya. Jika ia
diawali dengan trend bullish, maka disebut dengan Bullish Pennants. Sedangkan untuk
yang diawali trend bearish disebut Bearish Pennants.

Berikut ilustrasinya:
Penembusan garis resistance / support diperlukann untuk konfirmasi lanjutan pola ini.
Selanjutnya target terdekat dapat diperkirakan dengan metode proyeksi, seperti pada
gambar di bawah:

Dan ini salah satu Pennants yang ditemui pada charts:

Rectangles

Pola ini merupakan pola yang paling banyak memiliki sebutan. Rectangles sering pula
disebut sebagaiConsolidation Pattern, Sideways Pattern, Greyness Pattern, Box Pattern,
Trading Range pattern, dsb. Sebutan-sebutan tersebut muncul dikarenakan bentuk dari
pola ini yang cenderung menyamping atau datar / flat. Pergerakan menyamping tadi
adalah gambaran dari pergerakan harga yang tertahan di antara support dan resistance
dengan range yang sempit. Pola ini termasuk Continuation Chart Patterns karena sifatnya
yang memberlanjutkan sebuah trend yang mengawalinya setelah pola ini terkonfirmasi.
Berbicara trend yang mengawali, pola Rectangles terbagi ke dalam dua jenis, yaitu:
Bullish Rectangle dan Bearish Rectangle. Dikatakan Bullish jika trend yang
mengawalinya adalah up-trend, dan dikatakan Bearish jika trend awalnya downtrend.

Untuk memastikan konfirmasi dari pola ini support atau resistance yang ada haruslah
tertembus.

Pada pola Bullish Rectangle konfirmasi yang digunakan adalah penembusan resistance.
Sedangkan pada pola Bearish Rectangle, konfirmasinya ada pada penembusan support.
Seperti yang sudah-sudah, penentuan targetnya dapat memanfaatkan metode proyeksi
sebagai alat memprediksi
Berikut salah satu contoh Rectangles yang terekam pada charts:

Cup and Handle

Terakhir yaitu Cup and Handle. Pola yang sering disingkat ―CnH‖ ini merupakan pola
dengan akurasi sangat tinggi namun sangat sulit atau jarang ditemui pada charts. Sesuai
dengan arti namanya, CnH memiliki bentuk yang sangat khas yang menyerupai
―cangkir‖ dan

―pegangannya‖. Uniknya, pola ini hanya bisa kita temui pada pergerakan harga yang
diawali trend bullish / naik. Meskipun memang tidak menutup kemungkinan bahwa pola
ini dapat terbentuk pada pergerakan harga turun / bearish, namun sampai sejauh ini belum
ada satupun statistik yang menunjukkan hal tersebut.

Sama seperti pada pola lainnya, konfirmasi pada pola CnH pun membutuhkan
penembusan resistance pada ―handle‖nya. Target, untuk selanjutnya, dapat ditentukan
dengan metode proyeksi, seperti pada ilustrasi di bawah ini:
Dan berikut contoh Cup and Handle yang tampak pada charts:

Anda mungkin juga menyukai