Anda di halaman 1dari 24

Analisa Februari 16

Teknikal

Nasabah 2018
RHB Sekuritas
Price Pattern PRICE PATTERN

Pattern artinya pola. Dengan demikian, price pattern artinya lebih kurang adalah pola
yang muncul dari pergerakan harga. Inilah implementasi dari salah satu prinsip dasar
analisis teknikal yang berbunyi history repeats itself (sejarah selalu berulang). Ternyata,
dari masa ke masa para trader menyadari bahwa pergerakan harga membentuk pola-pola
tertentu yang cenderung berulang. Berdasarkan “pengalaman sejarah” itulah maka para
trader di kemudian bisa memperkirakan pergerakan harga selanjutnya ketika sebuah pola
muncul.

Pada dasarnya ada dua jenis pattern, yaitu :

1. Reversal pattern adalah suatu pola yang mengisyaratkan akan adalanya


“pembalikan” arah tren. Jika pada saat uptrend atau downtrend kemudian pola ini
muncul, maka diperkirakan harga akan bergerak berlawanan dengan arah tren
sebelumnya.

2. Continuation pattern merupakan pola yang memberikan indikasi bahwa harga


akan cenderung meneruskan pergerakan sesuai dengan tren sebelumnya.
Misalnya, kalau pola ini muncul pada saat uptrend maka setelah pola ini
“terkonfirmasi” maka harga cenderung akan bergerak naik meneruskan uptrend
tersebut. Demikian pula jika pola ini muncul pada saat downtrend, maka harga pun
akan cenderung akan turun meneruskan downtrend tadi.
Reversal Pattern

a. Double top & double bottom

Anda akan memahami kata “top” sebagai “puncak” dan “bottom” sebagai
“lembah”. Dengan demikian, “double top” artinya adalah “dua puncak” sedangkan
“double bottom” artinya adalah “dua lembah”.

Pola double top dan double bottom memang terlihat seperti dua puncak dan dua
lembah yang berdampingan. Kedua pola ini cukup mudah dikenali dan juga memiliki
akurasi yang cukup tinggi.
Gambar di atas adalah ilustrasi dari pola double top. Pola ini biasanya muncul di ujung
uptrend dan memiliki indikasi bearish. Perhatikan bahwa ada enam titik yang ditandai
pada gambar tersebut. Anda bisa mengatakan bahwa ada potensi akan terbentuk pola
double top jika harga telah bergerak turun dari titik (3). Ingat, baru potensi. Ketika titik (4)
tembus, barulah Anda bisa mengatakan bahwa pola double top sudah terbentuk, dengan
kata lain: “terkonfirmasi”. Perhatikan pula bahwa konfirmasi double top ini sebenarnya
adalah tembusnya garis ”base”.

Jika pola tersebut sudah ter-“konfirmasi”, maka pergerakan harga selanjutnya adalah
potensial bearish. Gambar panah menunjukkan potensi jauhnya potensi bearish yang
mungkin terjadi. Jarak yang mungkin akan ditempuh pergerakan harga adalah sejauh level
puncak ke base. Jadi jika misalnya jarak antara level puncak ke base adalah 100 pips, maka
harga akan berpotensi turun 100 pips juga setelah base ditembus.

Namun ada kalanya pullback akan terjadi kembali ke area base sebelum target pergerakan
bearish tecapai. Biasanya, pullback berpotensi akan terjadi ketika harga sudah “setengah
jalan” menuju target. Jika seandainya target pergerakan adalah 100 pips, maka biasanya
pullback akan berpotensi terjadi ketika harga sudah turun sekitar 50 – 60 pips setelah base
tembus. Namun jika pullback yang terjadi “kebablasan” hingga tembus lagi ke atas base,
maka pola ini dikatakan sudah tidak valid lagi atau fail (gagal).
Double bottom secara sederhana adalah kebalikan dari double top. Pola ini biasa muncul
di ujung downtrend dan memiliki indikasi bullish. Ketika base tembus dan pola ini
terkonfirmasi, maka harga berpotensi bullish, Cara memperkirakan target peregerakan
bullish-nya sama persis dengan double top, hanya saja arahnya ke atas. Double bottom
dikatakan fail jika pullback yang terjadi berlanjut hingga tembus kembali ke bawah base.

b. Triple top & triple bottom

Kedua pola ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan double top dan double
bottom. Hanya saja, triple top memiliki tiga puncak dan triple bottom memiliki tiga
lembah. Cara mengenali konfirmasinya pun sama, yaitu tembusnya garis base.
Demikian juga dengan cara memperkirakan target pergerakan setelah pola tersebut
terkonfirmasi.

Di bawah ini adalah ilustrasi dari triple top dan triple bottom.
Dari kedua gambar di atas terlihat bahwa ada kemungkinan pullback akan terjadi ke
base dari titik (7), namun perlu diingat bahwa pullback semacam ini (meskipun cukup
sering) tidak selalu terjadi. Selalu, jika base tembus lagi pada saat pullback.

Catatan: ketiga titik lembah atau puncak tidak harus berada pada level yang sama
persis, namun perbedaannya juga tidak boleh terlalu signifikan. Dengan kata lain,
jika dilihat sekilas, ketiga titik lembah tersebut terlihat selevel. Demikian juga pada
pola double top dan double bottom, level puncak dan lembahnya tidak harus sama
persis

c. Head and Shoulders & Inverse Head and Shoulders

Pola ini juga merupakan pola reversal yang cukup populer karena akurasinya yang
cukup tinggi. Dinamakan head and shoulders karena memang bentuk polanya
seolah-olah membentuk kepala dan bahu. Terkadang pola ini sering di-
“salahpersepsikan” sebagai triple top atau triple bottom, namun ada faktor kunci
yang membedakan pola ini dengan triple top atau triple bottom.

Mari kita perhatikan pola dasar head and shoulders di bawah ini:
Kalau Anda perhatikan dengan seksama, terlihat bahwa titik (3) pola ini lebih tinggi
daripada titik (1) dan (5). Pada pola triple top, ketiga titik ini cenderung selevel. Titik
puncak yang lebih tinggi itulah yang menjadi head-nya, sementara titik (1) dan (5)
adalah titik shoulders-nya.

Pola head and shoulders ini menjadi pola reversal bearish jika muncul di ujung sebuah
uptrend. Konfirmasinya adalah ketika garis neckline sudah tembus

(titik ke-6). Jika pola ini sudah terkonfirmasi, maka harga cenderung akan bergerak turun
sejauh jarak dari puncak head ke neckline. Pada gambar di atas, direpresentasikan
dengan panah merah.

Pullback juga sering (ingat: tidak selalu) terjadi kembali ke area neckline sebelum
harga kembali bergerak turun untuk mencapai target pergerakan harga. Pola ini
dikatakan fail jika pullback terjadi hingga tembus ke atas neckline.

Kebalikan dari pola head and shoulders adalah pola inverse head and shoulders.
Pola ini merupakan pola reversal bullish yang biasanya muncul di ujung sebuah
downtrend. Konfirmasinya sama persis dengan head and shoulders. Jika pola ini
sudah terkonfirmasi, maka harga cenderung akan bergerak naik sejauh jarak dari
puncak head ke neckline.

Gambar di bawah ini akan membantu untuk menjelaskan pola inverse head and shoulders:

Continuation Pattern

a. Triangles

Dari namanya, Anda mungkin sudah bisa mengira-ngira bentuk pola ini. Ya, pola ini
memang memiliki bentuk yang mirip dengan segitiga. Pola ini terjadi karena pasar
bergerak sideways dan pertarungan antara bull dan bear seimbang, sehingga
akhirnya grafik pergerakan harga mengerucut dan membentuk mirip segitiga.

Ada tiga jenis triangle:

• Symmetrical triangle

• Ascending triangle

• Descending triangle

Kita akan bahas satu per satu mulai dari symmetrical triangle.

Symmetrical triangle

Meskipun artinya adalah segitiga simetris, namun pada kenyataannya


bentuknya tidaklah selalu simetris. Symmetrical triangle adalah pola triangle
yang memiliki garis support (lower line) dan resistance (upper line) yang
konvergen (kemiringannya berlawanan menuju satu titik). Agar lebih mudah
dipahami, mari kita lihat gambar di bawah ini:
Dari gambar di atas Anda bisa melihat bahwa pola ini terbentuk ketika pasar
sedang bergerak sideways setelah mengalami “rally” bullish. Istilahnya adalah
“berkonsolidasi”. Contoh di atas memperlihatkan sebuah symmetrical triangle
yang terbentuk pada saat uptrend.

Sebuah symmetrical triangle paling tidak harus memiliki empat reversal point (titik
pembalikan) yang terdiri dari dua titik puncak dan dua titik lembah. Gambar di atas
memperlihatkan sebuah symmetrical triangle yang memiliki enam reversal point,
yaitu titik 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Konfirmasi dari pola ini adalah tembusnya upper line
(garis bagian atas). Ketika pola ini sudah terkonfirmasi maka pergerakan
selanjutnya adalah naik.

Cara memperkirakan targetnya adalah dengan berpatokan pada baseline dari


symmetrical triangle tersebut, yaitu jarak dari A ke titik 1. Jadi, kalau misalnya
baseline-nya sepanjang 100 pips, maka pergerakan selanjutnya pun diperkirakan
akan sejauh 100 pips.
Cara lain yang bisa dipergunakan untuk memperkirakan target pergerakan adalah
dengan menarik garis yang sejajar dengan lower line, di mana garis tersebut dimulai
dari titik 1.
Sebagaimana pola yang lain, pullback kemungkinan bisa saja akan terjadi. Pada
gambar di atas terlihat pullback terjadi dari titik 7 kembali ke titik 8 yang berada di
area upper line.

Jika Anda perhatikan lagi, garis upper line dan lower line bertemu di satu titik. Titik
tersebut kita sebut sebagai apex. Anda perlu memperhatikan apex tersebut karena
tembusnya upper line yang merupakan konfirmasi dari pola symmetrical triangle
tidak boleh terlalu dekat dengan apex.

Sebagai aturan umum, harga harus sudah menembus upper line pada jarak kira-
kira 2/3 (dua-per-tiga) hingga ¾ (tiga-per-empat) dari panjang polanya. “Panjang
pola” yang dimaksud adalah jarak dari baseline ke apex. Jadi, kalau penembusan
terjadi kurang dari 2/3 atau lebih dari ¾ panjang pola, kemungkinan besar tidak
valid.

Selain terjadi pada saat uptrend, symmetrical triangle juga bisa terjadi pada saat
downtrend. Sebenarnya sama saja, hanya saja posisinya berada di bawah. Kalau
pada contoh di atas Anda menantikan tembusnya upper line sebagai konfirmasi dan
harga cenderung akan bergerak naik, maka jika polanya terjadi pada saat
downtrend Anda akan menantikan tembusnya lower line dan harga cenderung
akan bergerak turun. Hanya itu perbedaannya.
Ascending triangle

Pada dasarnya, ascending triangle tidak jauh berbeda dengan symmetrical triangle
dari sisi menganalisanya. Perbedaan kedua pola tersebut hanya pada bentuknya.

Ascending triangle merupakan continuation pattern yang biasanya muncul pada saat
uptrend. Kemunculan pola ini merupakan pertanda bahwa tekanan bullish semakin
melebihi tekanan bearish secara bertahap.
Seperti halnya symmetrical triangle, pola ascending triangle juga minimal harus memiliki
empat reversal point. Gambar di atas menunjukkan ascending triangle yang memiliki enam
reversal point. Konfirmasi dari pola tersebut adalah tembusnya upper line yang kemudian
berpotensi untuk diikuti oleh pergerakan bullish. Cara memperkirakan target pergerakan
harga juga mirip dengan symmetrical triangle, hanya saja baseline-nya bukan berpatokan
pada titik 1, melainkan berpatokan pada titik 2.

Meskipun pada dasarnya ascending triangle adalah continuation pattern, namun ia juga
bisa menjadi reversal pattern jika terjadi pada saat downtrend. Pada keadaan seperti itu,
tembusnya upper line merupakan konfirmasi bahwa ascending triangle merupakan pola
reversal. Perhatikan gambar berikut untuk mempermudah pemahaman Anda:
ascending triangle reversal

Pola seperti ini populer dengan nama ascending triangle bottom.

Descending triangle
Kita sudah membicarakan symmetrical triangle dan ascending triangle.
Sepertinya Anda sudah tidak akan kesulitan lagi untuk memahami jenis triangle
yang ke-3, yaitu descending triangle.

Sederhana saja, descending triangle adalah kebalikan dari ascending


triangle. Sederhana kan? Dengan demikian, kalau ascending triangle adalah
pola bullish, maka descending triangle adalah pola bearish. Descending
triangle merupakan continuation pattern yang muncul pada saat downtrend.
Bagaimana, sederhana kan?

Descending triangle juga bisa berubah menjadi pola reversal jika muncul
pada saat uptrend. Namanya mengalami modifikasi menjadi descending
triangle top. Jadi ceritanya akan seperti pada gambar di bawah ini:

Descending triangle reversal


b. Flag & pennant

Kita akan membicarakan flag terlebih dahulu. Flag sebenarnya adalah channel kecil yang
muncul setelah rally. Arah channelnya berlawanan dengan arah rally-nya. Jadi, jika ada
down channel kecil yang muncul setelah rally bullish, itu disebut sebagai bullish flag.
Sebaliknya, up channel kecil yang muncul setelah rally bearish disebut dengan bearish
flag.

Mari kita perhatikan gambar berikut:


Ya, begitulah bentuk dasar flag. Sekarang Anda sudah tahu mengapa pola ini disebut
sebagai flag: karena bentuknya mirip dengan bendera (flag) dan tiangnya (flagpole). Flag
direpresentasikan oleh channel kecil sedangkan flagpole-nya adalah titik a ke b yang
terlihat pada gambar di atas.

Pada bearish flag, tembusnya lower line dari up channel adalah konfirmasinya.
Harga cenderung akan bergerak turun jika bearish flag sudah terkonfirmasi.
Sebaliknya, pada bullish flag, konfirmasinya adalah tembusnya upper line dari down
channel. Proyeksi pergerakan harga selanjutnya adalah bullish jika bullish flag telah
terkonfirmasi.

Cara menentukan target pergerakan harga juga sederhana. Anda cukup mengukur
panjang flagpole-nya saja. Sepanjang flagpole itulah jarak yang termungkinkan untuk
ditempuh oleh pergerakan harga. Misalnya, jika panjang flagpolenya adalah 100 pips,
maka harga cenderung akan bergerak sejauh 100 pips setelah pola flag-nya terkonfirmasi.
Tetapi pada prakteknya, kebanyakan trader berhenti (menutup posisinya) setelah harga
bergerak “setengah jalan” sebelum mencapai target. Misalnya jika target adalah sejauh
100 pips, maka mereka cenderung untuk berhenti di 50 – 60 pips.

Syarat umum dari flag adalah sebagai berikut:

1. Terjadi rally sebelum channel kecil terbentuk.


2. Channel yang terjadi arahnya harus berlawanan dengan arah rally sebelumnya.

3. Panjang channel (flag) paling tidak sepertiga panjang flagpole.

OK, kita akan membahas pennant sekarang. Pennant pada dasarnya adalah
pengembangan dari pola symmetrical triangle. Hanya saja, pennant didahului oleh rally
yang panjang dan cukup curam. Bisa dikatakan bahwa pennant merupakan hasil kawin
silang antara symmetrical triangle dengan flag.

Oleh karena pennant mirip dengan symmetrical triangle dan flag, maka dengan sendirinya
aturan-aturan yang berlaku pada symmetrical triangle dan flag juga berlaku pada pennant.

Di bawah ini adalah ilustrasi yang menggambarkan bentuk pennant.


Pennant

c. Wedge formation

Wedge hampir mirip dengan pennant. Hanya saja, kemiringan kedua garis segitiga-
nya searah, dalam arti keduanya mengarah ke atas atau ke bawah. Derajat
kemiringannya memang berbeda, namun searah. Gambar di bawah ini akan
memperjelas definisi wedge.
Kita bisa mengenali wedge dengan memeprhatikan kemiringannya yang mengarah ke atas
atau ke bawah. Sebagai aturan umum; hampir mirip dengan flag; kemiringan wedge
sebagai continuation pattern arahnya berlawanan dengan tren yang sedang berlangsung.
Dengan demikian, falling wedge adalah pola bullish sedangkan rising wedge adalah pola
bearish.

Catatan :

Meskipun pada dasarnya wedge adalah pola continuation, namun wedge bisa juga
berfungsi sebagai pola reversal, akan tetapi kejadian ini jarang terjadi. Falling wedge bisa
menjadi pola reversal bullish jika terjadi di ujung sebuah dowtrend. Sebaliknya, jika rising
wedge muncul pada saat uptrend, maka ia bisa jadi akan menjadi pola reversal bearish.
d. Rectangle formation

Rectangle formation memiliki banyak nama, namun pola ini sangat mudah dikenali.
Pola ini merepresentasikan jeda yang terjadi di mana harga bergerak sideways di
antara dua garis horizontal yang sejajar.

Rectangles

Rectangle terkadang disebut sebagai trading range atau area kongesti. Apa pun namanya,
pola ini merepresentasikan periode konsolidasi pada sebuah tren, dan biasanya
dilanjutkan dengan pergerakan yang searag dengan tren sebelumnya.
Sebuah rectangle minimal harus memiliki empat reversal point. Pada contoh gambar di
atas, Anda bisa melihat contoh rectangle yang memiliki enam reversal point. Konfirmasi
bullish rectangle adalah pecahnya garis resistance atau upper line, sedangkah konfirmasi
bearish rectangle adalah tembusnya garis support atau lower line.

e. Continuation head and shoulders pattern

Sebelumnya, kita telah membahas mengenai pola head and shoulders sebagai pola
reversal. Pada pola continuation head and shoulders, pola yang terbentuk benar-
benar sama persis dengan pola head and shoulders. Yang membedakan adalah
poin-poin berikut ini:

1. Pola head and shoulders muncul pada saat downtrend. Tembusnya neckline
merupakan konfirmasi pola continuation head and shoulders.

2. Pola inverse head and shoulders muncul pada saat uptrend. Tembusnya
neckline merupakan konfirmasi pola continuation inverse head and shoulders.
Continuation head and shoulders

Jadi tidak perlu bingung. Yang perlu Anda ingat hanyalah bahwa pola inverse head and
shoulders memiliki implikasi bullish, sedangkan pola head and shoulders memiliki
implikasi bearish, terlepas dari pada saat tren apa pola tersebut muncul.

Anda mungkin juga menyukai