PENDAHULUAN
1
2. Pengelolaan Hama Terpadu
Mengurangi dan mengefisienkan penggunaan pestisida.
Memadukan secara kompaitabel berbagai teknik pengendalian hama termasuk pengendalian
kimiawi dan pengendalian hayati.
2
BAB II
1. Perkembangan Konsep
PHT IPM Konsep pengelolaan ekosistem pertanian yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
PHT muncul dan berkembang setelah praktek dominansi pestisida kimiawi yang menimbulkan
dampak samping.
Barlet (1956) integrated control = kimiawi + hayati.
Stern (1959) Integrated Pest Control (IPC).
1970 IPC Integrated Pest Management (IPM).
2. Definisi
Smith & Reynold (1966) system pengelolaan Populasi hama yang memanfaatkan semua
teknik pengendalian yang sesuai secara kompaitabel untuk mengurangi populasi hama dan
mempertahankannya tetap pada aras kerusakan ekonomi.
Smith (1978) pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk pengelolaan populasi
hama dengan memanfaatkan beraneka ragam taktik pengendalian secara kompaitabel dalam satu
kesatuan koordinasi pengelolaan.
FAO (2002) suatu pengelolaan hama yang dilakukan dalam konteks lingkungan terkait dan
dinamika populasi hama, memanfaatkan semua teknik dan metode pengendalian yang sesuai serta
mempertahankan populasi hama pada bawah aras ekonomi.
3
5. Prinsip Dasar Pengelolaan Hama Terpadu
Pemahaman ekosistem pertanian.
Biaya manfaat pengendalian hama.
Toleransi tanaman terhadap kerusakan.
Lestarikan dan manfaatkan musuh alami.
Budidaya tanaman sehat.
Pemberdayaan petani.
Pemasyarakatan konsep PHT.
b. Komponen PHT
Pengendalian kultur teknik.
Pengendalian hayati.
Pengendalian kimiawi.
Pengendalian dengan varietas tahan.
Pengendalian fisik dan mekanis.
Pengendalian dengan peraturan.
4
7. Pengelolaan Hama Sebagai Pengembangan Pengendalian Hama
5
9. Peranan Penelitian dalam Penerapan PHT
BAB III
2. Pengelompokan Hama
6
BAB IV
Akhir abad ke-18 dan permulaan abad 19 teknik pengendalian hama dengan tanaman tahan
di kenal di Amerika.
1792 diketahui varietas gandum “underhill” tahan terhadap lalat hessian.
Keberhasilan pertama di Perancis dan eropa menanam tanaman anggur berasal dari amerika
tahan terhadap hama kutu Phylloxera.
Secara teoritik teknik pengendalian ini perkembangannya lamban
Perkembangan teknik ini dipercepat setelah peletakanteori-teori dasar oleh Reginald Painter dari
Universitas Kansas 1951 menerbitkan buku “Insect Resistance In Crops”
Serangga Herbivora :
Dapat hidup di berbagai habitat Euritopik.
Serangga pemakan segala jenis pakan Eurifagik.
Serangga spesipik secara habitat Stenotopik.
Serangga spesifik secara pakan Stenogafik.
7
3. Mekanisme Ketahanan Tanaman
8
Tanaman Tahan ==> tanaman yang tingkat kerusakannya lebih sedikit daripada tanaman lain
dalam keadaan tingkat populasi hama dan lingkungan yang sama.
Sifat Ketahanan Tumbuhan : 1) Ketahanan Genetik. 2) Ketahanan Ekologik..
1) Ketahanan Genetik
Menurut Painter :
Ketidaksukaan (nonpreferences).
Antibiotis.
Toleran.
2) Ketahanan Ekologik
Pengelakan Inang (Host Evasion).
Ketahanan Dorongan.
Inang Luput dari Serangan.
9
5. Kelebihan dan Kekurangan Varietas Tahan Hama Konvensional
Kelebihan :
1) Penggunaannya praktis secara ekonomik menguntungkan.
2) Sasaran sengendalian spesifik.
3) Efektifitas pengendalian bersifat kumulatif dan persisten.
4) Kompatibilitas dengan komponen pht lainnya.
5) Dampak negatif terhadap lingkngan terbatas
Kelebihan :
1) Efektif mengandalikan hama sasaran dan pengurangan kehilangan hasil.
2) Penurunan penggunaan pestisida kimia.
3) Penurunan biaya pengendalian.
4) Pengendalian hama secara selektif.
5) Penuruanan populasi hama dalam areal yang luas.
10
BAB V
PENGENDALIAN KIMIAWI
Pengelompokan Pestisida
Penggolongan Insektisida
Toksisitas Pestisida
Resistensi Serangga terhadap Insektisida
Resurgensi Hama Setelah Perlakuan
Insektisida
Masalah Residu Insektisida
1. Pengelompokan Pestisida
1) Arakasida
2) Bakterisida
3) Fungisida
4) Insektisida
5) Larvisida
6) Nematisida
7) Pestisida
Secara Harfiah Pestisida; Pest = “hama” dan cida = “pembunuh”.
Insektisida; Insekta = “serangga” dan Cida = “pembunuh”.
Begitupun untuk jenis pestisida lain ini memiliki sifat spesifikasi dalam upaya pengendalian
hama sehingga kurang efektif jika digunakan untuk semua permasalahan hama.
11
Pengelompokkan Pestisida Berdasarkan Hama yang Dikendalikan :
2. Penggolongan Insektisida
12
Penggolongan Insektisida Berdasar Pengaruh pada Hama :
3. Toksisitas Pestisida
Pestisida bersifat toxic bukan hanya bagi hama saja, tapi juga bagi serangga musuh alami, binatang
lain, dan komponen lingkungan hidup.
Bahaya sifat inheren pestisida yang menyebabkan pengaruh merusak atau meracuni
lingkungan.
Risiko probabilitas keracunannya manusia akibat pestisida.
Serangga resisten adalah populasi serangga suatu spesies yang biasanya peka terhadap suatu
insektisida tertentu menjadi tidak peka.
Resurgensi hama adalah peristiwa peningkatan populasi hama sasaran yang mencolok sehingga
jauh melampaui ambang ekonomik.
Pencemaran oleh pestisida dalam wujud adanya residu pestisida yang tertinggal di lingkungan fisik
dan biotik sekitar kita. Bahan racun di lingkungan fisik dan biotik di sekitar kita.
13
7. Pestisida Nabati
Pestisida nabati/botani insektisida alami dari organ tanaman atau hasil dari tanaman.
Contoh : piretin dari chrysanthemum, linalool dari lavender, azadirachtin dari mimba, metil
eugenol dari selasih, dll.
14
15
BAB VI
16
selalu berhasil. Misalnya, penggunaan pestisida ditengarai menurunkan populasi musuh alami,
sehingga kekuatan penekanan pada organisme pengganggu menjadi berkurang. Penelitian terkini
juga mengungkapkan kompleksitas hubungan antar organisme, termasuk kompetisi antar jenis
predator, yang dapat mempengaruhi keberhasilan penekanan populasi organisme pengganggu oleh
musuh alami.
17
BAB VI
PENGENDALIAN HAYATI
Harry Smith penurunan populasi serangga sebagai aksi/kinerja dari musuh alaminya.
De Bach aksi dari parasit, predator, atau pathogen dalam usahamemelihara kepadatan populasi
organisme lain pada tingkat terendah bila dibandingkan ketidak beradaan agensia.
Van Driesche dan Bellow penggunaan parasitoid, predator, pathogen, antagonis atau
kompetitor yang dapat menekan populasi hama sehingga menurunkan populasi hama dan
menurunkan tingkat kerusakan bila dibandingkan jika musuh alami tidak ada.
Ellenberg penggunaan organisme untuk menekan kepadatan populasi atau kerusakannya
menurun bila dibandingkan dengan ketidakhadiran musuh alami.
18
19
20
21
2. Teknik Pengendalian Hayati
Konservasi
“Modification of the environment or existing practice to protect and enhace specific natural
enemies or other organisms to reduces the effect of Pests.”
Modifikasi lingkungan dan praktik budi daya yang sudah ada bertujuan untuk melindungi dan
meningkatkan jumlah dan peran musuh alami atau organisme lain untuk mengurangi dampak hama.
Tujuan :
Bertujuan untuk konservasi dan meningkatkan dampak musuh alami yang telah ada pada areal
pertanaman.
Meminimalisasi dampak negatif penggunaan pestisida :
1) Semprot jika perlu.
2) Monitoring populasi hama.
3) Hindari kontak musuh alami dengan pestisida.
4) Pilih insektisida yang tepat.
5) Uji efikasi pestisida.
6) Hitung efek samping pestisida.
Augmentasi
“Melepaskan musuh alami yang sudah diproduksi massal dalam jumlah besar dengan tujuan
menambah populasi musuh alami di habitat.”
Dilakukan apabila populasi musuh alami di alam sangat rendah.
Dua metode yang dikenal yaitu inokulasi dan inundasi.
1) Inokulasi dilakukan apabila musuh alami di areal pertanaman tidak bertahan lama dari satu
waktu ke waktu musim tanam berikutnya.
22
“The intentional release of a living organism as biological control agents with
expectation that it will multiply and control the pest an extended period, but not it will
do so permanently.”
“Rilis disengaja dari organisme hidup sebagai agen pengendalian hayati dengan harapan
bahwa itu akan berkembang biak dan mengendalikan hama periode yang diperpanjang,
tetapi tidak akan melakukannya secara permanen.”
2) Inundasi adalah pelepasan musuh alami dalam jumlah massal atau secara sekaligus sehingga
dapat menurunkan populasi hama secara cepat.
“The use living organism control pests when control is achieved exclusively by
organism themselves that have been released.”
Introduksi
“……. The intentional introduction of an exotic biological control for permanen establishment and
long term pest control…”
Melepas musuh alami eksotik ke lingkungan baru sehingga secara permanen dan mampu
mengendalikan populasi hama dalam jangka panjang.
Dilakukan jika tidak ada spesies musuh alami yang mampu secara efektif mengontrol populasi
hama.
Tujuan pendekatan ini sangat spesifik, yaitu melepas musuh alami eksotik ke dalam
lingkungan baru.
Tujuan Akhir enemy relelease hypothesis mengembalikan keseimbangan alami seperti
pada habitat aslinya.
Keuntungan pengendalian hayati klasik :
- Mengeksploitasi proses alami dan tidak berhubungan dengan penggunaan pestisida.
- Pembiayaan hanya diperlukan pada awal introduksi.
- Strategi pengendalian permanen dan jangka panjang
- Tidak membahayakan kesehatan manusia, produksi tanaman, organismemenguntungkan
yang lain.
23
Kerugian Pengendalian hayati klasik :
- Bukan merupakan metode eradikasi.
- Program jangka panjang.
- Sulit diprediksi dampaknya.
1) Predator
Binatang yang memangsa binatang lain.
Predator : Artropoda dan Vertebrata.
Karakteristik umum predator :
Membunuh dan memakan mangsa lebih dari satu jenis.
Relatif lebih besar dari mangsa.
Sifat Predasi pada stadia dewasa dan pradewasa.
Pradewasa dibantu organ sensorik dan lokomotorik.
Memakan langsung mangsanya terkecuali tabuhan.
Predator
Two-edges-sword
Perkembangan Serangga :
Hemimetabola Nimfa (tidak sempurna) pradewasa dan dewasa sebagai predator.
Holometabola Larva (Sempurna) hanya imago.
24
Cara predator memakan mangsa
Mandibulata memotong dan menghancurkan mangsa.
Rostrum (stilet) menusuk dan menghisap.
Ordo Predator
Ordo Coleoptera
Sayap Depan Keras Menanduk, Sayap belakang membraneus.
Bentuk : bulat, oval, oval memanjang, oval melebar, ramping memanjang, pipih.
Tipe mulut : Penggigit/Pengunyah.
Family Coccinellidae.
Family Carabidae.
Family staphynilidae.
Ordo Hemiptera
Ordo Neuroptera
25
Ordo Mantodea
Ordo Diptera
Ordo Hymenoptera
Kelas Arachnida
2) Parasitoid
Serangga parasitik yang hidup pada atau di dalam tubuh suatu serangga (atau arthropoda lain)
sebagai inang yang lebih besar dan akhirnya membunuh inang tersebut.
26
Perbandingan parasitoid dengan parasit :
27
Kategori parasitoid Berdasarkan fase tubuh inang :
Parasitoid Telur : Menyerang fase telur ex: Trichogramma sp.
Parasitoid Larva : menyerang fase larva ex : Cotesia glomerata.
Parasitoid Telur-Larva : menyerang dari mulai fase telur sampai fase larva ex : Holcothorax
testaceipes.
Parasitoid Larva-Kepompong : Meletakan telur pada fase larva dan berkembang sampai fase
kepompong.
Parasitoid Kepompong : Menyerang fase kepompong.
Parasitoid Serangga Dewasa : Menyerang serangga dewasa saja.
28
29
30
31
4. Patogen
A. Patogen Serangga
Patogen umumnya merugikan.
Patogen berguna :
Mendegradasi racun.
Memproduksi nutrient bagi tanaman.
Mengendalikan gulma.
Antagonis terhadap pathogen penyakit tumbuhan.
Menyebabkan penyakit pada serangga.
32
2) Vertikal transmission
Patogen rentan terhadap lingkungan: Kekeringan, temperatur tinggi, frezzing dan factor lainnya.
Kemampuan stadia aktif pathogen untuk bertahan : pengembangan microbial insektisida
Bioinsektisida - - Menyerang hama tertentu
Tidak bersifat toxic bagi manusia.
Penurunan aktivitas di lapangan.
Tidak persisten.
Patogenesis Entomopatogen
1) Kontak Inang tanpa stadia mobile pasif spora cendawan oleh hujan,angin
atau serangga.
2) Jumlah kontak pathogen-inang dideterminasikan oleh spatial pattern dari propagul pathogen
relative pada distribusi spasial inang dan survival propagul dengan waktu.
3) Pada system pertanian, pathogen bisa tersebar melalui irigasi.
4) Kontak propagul dengan inang Horizontal transmission.
5) Transmisi secara vertical Mother to offspring.
Penetrasi Inang
Propagul kontak dengan inang.
Penetrasi.
Bakteri, virus, protozoa masuk melalui midgut.
Chewing type (pengunyah) menelan makanan yang terkontaminasi.
Sucking type (penghisap) relative lebih aman.
33
Vertical Transmisi
34
Cendawan, bakteri, protozoa mampu mengalami stadia dorman (Resting stage).
Transmisi vertical : transovarial dan transovum
Transovarial telur sudah terserang pathogen saat masih pada induknya.
Transovum terserang saat telur kontak dengan alam.
Nematoda Entomopatogen
Nematoda Entomopatogen (NEP) Agen pengendali hayati family Steinernematidae
dan Heterorhabditidae.
Membunuh serangga dengan bantuan bakteri yang diperoleh dari simbiotik mutualistic
dalam saluran pencernaannya (intestine).
Xenorhabdus berasosiasi dengan Heterorhabditisi sp.
NEP diisolasi menggunakan larva ngengat lilin Galleria mellanolla.
Strategi NEP mencari inang
1) Sit and wait (ambusher) serangga inang yang aktif bergerak akan terinfeksi.
2) Pencarian inang (cruiser) aktif bergerak dalam tanah mencari inang yang tidak aktif
bergerak.
NEP memiliki keunggulan dibanding pestisida kimia :
1) Kemampuan mencari dan membunuh inang dengan cepat (24-48 jam).
2) Survive dan recycling di dalam tanah.
35
3) Aman terhadap lingkungan.
4) Mudah diproduksi secara massal.
5) Mudah diaplikasikan menggunakan alat semprot standard.
Cendawan Entomopatogen
Menginfeksi langsung dengan mempenetrasi kutikula.
Pada kondisi yang favourable, spora akan berkecambah mempenetrasi kutikula dan masuk ke
hemocoel.
Cendawan bereproduksi pada hemocoel dari bentuk yeast-like hifa. Hemocoel terisi oleh
tubuh hifa. Serangga akan mati dan cendawan melanjutkan siklus dalam fase saprofitik.
Zygomicota
Ordo Entomophthoralea memiliki banyak spesies cendawan serangga.
Memiliki resting spores, dinding tebal untuk survive.
Spora infektif sebagai konidia primer (berumur pendek).
Resting spore diproduksi ketika serangga inang mati, survive pada lingkungan yang tidak
menguntungkan, terutama musim dingin.
Musim semi, resting spore akan berkecambah dan membentuk konidia infektif.
Ascomycota
Sebagai Cendawan Entomopatogen.
Cendawan Ascomycota dan Deutromycota (imperfecti).
Cendawan Beauveria, Metarhizium, Nomurea, Verticillium dan Paecilomycetes.
Konidia infektif melekat pada kutikula serangga inang yang peka, berkecambah, dan
membentuk tabung kecambah, menembus kutikula serangga inang menuju hemocoel,
cendawan akan memperbanyak diri dengan tunas (budding) tubuh hifa sampai seluruh ruang
hemocoel terisi hifa hingga penuh dan serangga inang mati.
Virus Entomopatogenik
Virus Organisme non-seluler mengandung DNA atau RNA.
Virus parasite interselular obligat.
Memperbanyak genom DNA atau RNA dalam sel inang.
Terbungkus partikel virion infektif.
36
Baculovirus
Terdiri dari Nuclear polyhedrosis virus (NPV) dan granulosis Virus (GV).
Infeksi baculovirus terjadi ketika polyhedral atau granule tertelan serangga inang yang peka,
yang selanjutnya akan terlarut dalam isi saluran pencernaan.
Virion dikeluarkan ketika polyhedra pecah
Virion akan memasuki sel midgut seperti pada tubuh lemak, epidermis, dan sel darah.
Infeksi bavulovirus wilting diseases jaringan tubuh inang menjadi likuid dan infeksi
pada epidermis menyebabkan tubuh inang melting, melepas partikel virus ke alam.
Sering menyerang Lepidoptera, sawfly dan larva nyamuk
Granulosis Viruses
Mirip secara struktur dan pathogenesis seperti NPV.
Ditemukan pada Lepidoptera.
Virion singly occluded dalam tubuh oklusi yang kecil granula
Tipe genetic dari GV :
1) Menginfeksi sel midgut dan hanya pada tubuh lemak Looper trichoplusiani.
2) Diisolasi dari codling moth, Cydia pomonella.
3) Hanya ditemukan pada Grapeleaf skeletonizer, Harrisina brillian.
Microsporadia
Patogen penting pada serangga.
Eukariotik, terkecil, sopra uniseluler, tidak punya mitokondria, obligat parasite intraseluler.
37
Taksonomi status secara tradisional masuk dalam protozoa, berdasarkan bukti biologi lebih
dekat ke cendawan primitive.
Mempunyai filament polar, menusuk sel dalam dinding midgut.
Spora masuk ke sitoplasma sel dan memulai reproduksi vegetatif.
Transmisi dapat terjadi secara horizontal karena tertelan,vertical atau keduanya atau inokulasi
secara mekanis oleh parasitoid.
Survival serangga inang tergantung dosis, stadia serangga terinfeksi, virulensi dan kebugaran
serangga inang.
Menyebabkan penyakit kronis.
Memberi pengaruh berupa penurunan kesuksesan ganti kulit pada dewasa, mereduksi
longevitas dan fekunditas.
Spora infektif terbentuk dalam ribuan atau jutaan per inang tergantung spora dan inang.
B. Patogen Tanaman
Penyakit tanaman malfungsi sel dan jaringan tanaman, menghasilkan luka kontinu yang
berkembang menjadi gejala.
Penyakit tanaman Virus, fungi, bakteri pathogen.
Patogen obligat berkembang pada organisme hidup (biothrophs).
Patogen Fakultatif hidup pada jaringan mati.
Menyerang seluruh organ tanaman.
38
Kompetisi sumber daya
Terjadi ketika dua mikroba membutuhkan sumberdaya yang jumlahnya terbatas.
Kompetisi sumberdaya Nutrisi (karbon dan nitrogen).
Kompetisi lingkungan terjadi jika kondisi lingkungan terbatas.
Mikroba non patogenik dapat dijadikan competitor mikroba pathogen berkoloni.
Parasitisme :
Beberapa mikroba menyerang secara langsung mikroba lain dan menjadikannya sebagai
nutrisi.
Membutuhkan kontak langsung antar mikroba hiperparasitisme.
Trichoderma penetrasi dinding sel jamur atau mempenetrasi hifa.
Gliocladium Verens Parasitik yang juga bersifat antibiotik.
Antibiosis
Antibiotik senyawa organik yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat
mengganggu pertumbuhan dan aktivitas metabolism mikroorganisme lain.
Antibiosis mikroba yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba lain dengan
antibiotic yang diproduksinya, yang mengakibatkan organisme lain akan mati karena selnya
mengalami endolisis dan sel sitoplasma menjadi hancur.
Agrobacterium radiabacter Agrobacterium tumifaciens.
Diproduksi saat nutrient melimpah di mikro habitat.
39
Mikoriza
Jamur yang berasosiasi pada perakaran tanaman.
Tumbuh secara eksternal pada perakaran ektomikoriza.
Tumbuh dalam perakaran endomikoriza.
Mikoriza mengambil nutrisi dari perakaran tanaman, dan mikoriza membantu tanaman dalam
penyerapan nutrisi akar.
Pembibitan pinus pathogen chromis.
Kapas yang menunjukkan ketahanan terhadap Verticillium dahlia.
Aplikasi pengendalian hayati diinokulasi antagonis ada biji yang akan ditanam.
Pengendalian hayati terhadap pathogen akar memperlakukan seluruh akar dengan
antagonis sebelum ditanam.
Phlebiopsis gigantea sukses melindungi dan mengendalikan penyakit pada pinus yang telah
dipotong atau ditebang.
Jamur dan bakteri juga dikembangkan untuk melindungi buah dari pembusukan setelah panen
dan selama penyimpanannya. (yeast antagonis baik pada buah).
Strategi pengendalian hayati pada daun sangat jarang dilakukan karena merupakan daerah
pertanaman yang mendapatkan aplikasi fungsida.
40
41