Anda di halaman 1dari 41

BAB 1

PENDAHULUAN

 Kerusakan tanaman menjadi bagian pertanian.


 Hambatan usaha mengeksploitasi ekosistem pertanian.
 Keberadaan hama merugikan.
 Mendorong pengembangan metode pengendalian.
 Dominansi pestisida.
 Didasari dari pengendalian secara mekanik.
 Pengendalian hama di dunia dan Indonesia beralih ke pestisida.
 Optimisme pengendalian hama dan peningkatan produktivitas pertanian akibat keberhasilan
pestisida.

1. Efek Samping Penggunaan Pestisida


 Hama resisten,
 Petani keracunan pestisida,
 Residu pestisida pada hasil pertanian,
 Perusakan pada agen pengendali hayati dan serangga polinator,
 Polusi pada air tanah, dan
 Menurunkan biodiversitas serta mempunyai pengaruh negatif pada hewan bukan target termasuk
mamalia, burung, dan ikan (agne et al.,1995)
 Serta terjadinya resurgensi, munculnya hama sekunder, dan kontaminasi lingkungan akibat dari
ddt dan sejenisnya (kusnaedi, 2001).

1
2. Pengelolaan Hama Terpadu
 Mengurangi dan mengefisienkan penggunaan pestisida.
 Memadukan secara kompaitabel berbagai teknik pengendalian hama termasuk pengendalian
kimiawi dan pengendalian hayati.

3. Wereng Coklat Pemicu PHT


 1978-179 letusan wereng coklat padi  ratusan hektar
 1984 BIMAS mengklaim berhasil swasembada beras
 1985-1986 letusan lokal wereng coklat di pulau jawa
 1986 terbit inpres no 3 th 1986 tonggak sejarah PHT Melarang penggunaan 57 formulasi
insektisida dan menerapkan PHT utk pengendalian hama tanaman padi

4. Program Nasional PHT


 Pemerintah melaksanakan program pelatihan petugas lapangan dan petani padi secara nasional.
 Metode  pendidikan partisipatori / orang dewasa.
 Lokasi tertentu, jadwal teratur, kurikulum baku  Sekolah Lapangan PHT (SLPHT)
 Hasil SLPHT  Petani lebih mandiri, aktif dan inovatif dalam mengelola ekosistem pertanian
tanpa tergantung pada penggunaan pestisida kimia.

5. PHT Teknologi dan PHT Ekologi


 SLPHT Indonesia diakui dunia dan FAO.
 SLPHT model FAO utk Asia, Afrika dan Amerika Latin.
 PHT melalui sekolah  PHT Ekologi.
 PHT makro dan klasik  PHT Teknologi.
 PHT banyak dianjurkan oleh banyak negara dan organisasi internasional  FAO, WHO, UNEP.
 PHT sebagai konsep, paradigm dan metode pengelolaan ekosistem dan pengendalian hama.

2
BAB II

KONSEP PHT DAN PENGEMBANGAN

1. Perkembangan Konsep
 PHT IPM Konsep pengelolaan ekosistem pertanian yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
 PHT muncul dan berkembang setelah praktek dominansi pestisida kimiawi yang menimbulkan
dampak samping.
 Barlet (1956) integrated control = kimiawi + hayati.
 Stern (1959) Integrated Pest Control (IPC).
 1970 IPC Integrated Pest Management (IPM).

2. Definisi
 Smith & Reynold (1966) system pengelolaan Populasi hama yang memanfaatkan semua
teknik pengendalian yang sesuai secara kompaitabel untuk mengurangi populasi hama dan
mempertahankannya tetap pada aras kerusakan ekonomi.
 Smith (1978) pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk pengelolaan populasi
hama dengan memanfaatkan beraneka ragam taktik pengendalian secara kompaitabel dalam satu
kesatuan koordinasi pengelolaan.
 FAO (2002) suatu pengelolaan hama yang dilakukan dalam konteks lingkungan terkait dan
dinamika populasi hama, memanfaatkan semua teknik dan metode pengendalian yang sesuai serta
mempertahankan populasi hama pada bawah aras ekonomi.

3. Mengapa Harus PHT?


 Kegagalan pemberantasan hama konvensional.
 Kesadaran akan kualitas hidup dan lingkungan hidup.
 Pola perlindungan tanaman.
 Kebijakan pemerintah.
 Peningkatan daya saing produk.

4. Paradigma Baru PHT


PHT tidak hanya mencakup perpaduan teknologi pengendalian dan pengelolaan ekosistem
pertanian, tetapi juga peningkatan kualitas SDM petani.

3
5. Prinsip Dasar Pengelolaan Hama Terpadu
 Pemahaman ekosistem pertanian.
 Biaya manfaat pengendalian hama.
 Toleransi tanaman terhadap kerusakan.
 Lestarikan dan manfaatkan musuh alami.
 Budidaya tanaman sehat.
 Pemberdayaan petani.
 Pemasyarakatan konsep PHT.

6. Unsur-unsur Dasar dan Komponen PHT


a. Unsur-unsur PHT
Pengendalian alami.
Pengendalian sampel.
Aras ekonomik.
Ekologi dan biologi.

b. Komponen PHT
Pengendalian kultur teknik.
Pengendalian hayati.
Pengendalian kimiawi.
Pengendalian dengan varietas tahan.
Pengendalian fisik dan mekanis.
Pengendalian dengan peraturan.

4
7. Pengelolaan Hama Sebagai Pengembangan Pengendalian Hama

8. Strategi Penerapan PHT

5
9. Peranan Penelitian dalam Penerapan PHT

BAB III

HAMA DAN DINAMIKA POPULASI HAMA

1. Herbivora sebagai Hama

2. Pengelompokan Hama

3. Perkembangan Populasi Hama

6
BAB IV

PENGENDALIAN DENGAN TANAMAN TAHAN HAMA

1. Sejarah dan Perkembangan

 Akhir abad ke-18 dan permulaan abad 19 teknik pengendalian hama dengan tanaman tahan
di kenal di Amerika.
 1792 diketahui varietas gandum “underhill” tahan terhadap lalat hessian.
 Keberhasilan pertama di Perancis dan eropa menanam tanaman anggur berasal dari amerika
tahan terhadap hama kutu Phylloxera.
 Secara teoritik teknik pengendalian ini perkembangannya lamban
 Perkembangan teknik ini dipercepat setelah peletakanteori-teori dasar oleh Reginald Painter dari
Universitas Kansas 1951 menerbitkan buku “Insect Resistance In Crops”

2. Hubungan antara Serangga dan Tanaman Inang

 Serangga Herbivora :
 Dapat hidup di berbagai habitat Euritopik.
 Serangga pemakan segala jenis pakan Eurifagik.
 Serangga spesipik secara habitat Stenotopik.
 Serangga spesifik secara pakan Stenogafik.

 Hubungan taksonomi tanaman inang, serangga :


 Monofag serangga dengan 1 atau sedikit inang yang segenus.
 Oligofag serangga dengan beberapa inang sefamili.
 Polifag inangnya banyak jenis dari family atau ordo yang berbeda.

7
3. Mekanisme Ketahanan Tanaman

 Senyawa Kimia yang Khas Berfungsi dalam Komunikasi Antar Organisme

8
 Tanaman Tahan ==> tanaman yang tingkat kerusakannya lebih sedikit daripada tanaman lain
dalam keadaan tingkat populasi hama dan lingkungan yang sama.
 Sifat Ketahanan Tumbuhan : 1) Ketahanan Genetik. 2) Ketahanan Ekologik..
1) Ketahanan Genetik
 Menurut Painter :
 Ketidaksukaan (nonpreferences).
 Antibiotis.
 Toleran.
2) Ketahanan Ekologik
 Pengelakan Inang (Host Evasion).
 Ketahanan Dorongan.
 Inang Luput dari Serangan.

4. Pengembangan Varietas Tahan dengan Bioteknologi

9
5. Kelebihan dan Kekurangan Varietas Tahan Hama Konvensional

 Kelebihan :
1) Penggunaannya praktis secara ekonomik menguntungkan.
2) Sasaran sengendalian spesifik.
3) Efektifitas pengendalian bersifat kumulatif dan persisten.
4) Kompatibilitas dengan komponen pht lainnya.
5) Dampak negatif terhadap lingkngan terbatas

 Keterbatasan atau permasalahan :


1) Waktu dan biaya pengembangan.
2) Keterbatasan sumber ketahanan.
3) Timbulnya biotipe hama.
4) Sifat ketahanan yang berlawanan.

6. Kelebihan dan Kekurangan Tanaman Transgenik

 Kelebihan :
1) Efektif mengandalikan hama sasaran dan pengurangan kehilangan hasil.
2) Penurunan penggunaan pestisida kimia.
3) Penurunan biaya pengendalian.
4) Pengendalian hama secara selektif.
5) Penuruanan populasi hama dalam areal yang luas.

 Keterbatasan atau permasalahan :


1) Resistensi hama terhadap toksin.
2) Pengaruh tanaman transgenik terhadap organisme bukan sasaran.
3) Penguragan keanekaragaman hayati.
4) Variasi hasil.
5) Kepekaan terhadap jenis hama lain.
6) Pengembalian investasi tidak terjamin.
7) Resiko bagi kesehatan.
8) Ketergantungan pada industri benih transgenik.

10
BAB V

PENGENDALIAN KIMIAWI

 Pengelompokan Pestisida
 Penggolongan Insektisida
 Toksisitas Pestisida
 Resistensi Serangga terhadap Insektisida
 Resurgensi Hama Setelah Perlakuan
 Insektisida
 Masalah Residu Insektisida

1. Pengelompokan Pestisida

1) Arakasida
2) Bakterisida
3) Fungisida
4) Insektisida
5) Larvisida
6) Nematisida
7) Pestisida
 Secara Harfiah Pestisida; Pest = “hama” dan cida = “pembunuh”.
 Insektisida; Insekta = “serangga” dan Cida = “pembunuh”.
 Begitupun untuk jenis pestisida lain ini memiliki sifat spesifikasi dalam upaya pengendalian
hama sehingga kurang efektif jika digunakan untuk semua permasalahan hama.

11
Pengelompokkan Pestisida Berdasarkan Hama yang Dikendalikan :

2. Penggolongan Insektisida

12
Penggolongan Insektisida Berdasar Pengaruh pada Hama :

3. Toksisitas Pestisida

 Pestisida bersifat toxic bukan hanya bagi hama saja, tapi juga bagi serangga musuh alami, binatang
lain, dan komponen lingkungan hidup.
 Bahaya sifat inheren pestisida yang menyebabkan pengaruh merusak atau meracuni
lingkungan.
 Risiko probabilitas keracunannya manusia akibat pestisida.

4. Resistensi Serangga Terhadap Insektisida

Serangga resisten adalah populasi serangga suatu spesies yang biasanya peka terhadap suatu
insektisida tertentu menjadi tidak peka.

5. Resurgensi Hama Setelah Perlakuan Insektisida

Resurgensi hama adalah peristiwa peningkatan populasi hama sasaran yang mencolok sehingga
jauh melampaui ambang ekonomik.

6. Masalah Residu Insektisida

Pencemaran oleh pestisida dalam wujud adanya residu pestisida yang tertinggal di lingkungan fisik
dan biotik sekitar kita. Bahan racun di lingkungan fisik dan biotik di sekitar kita.

13
7. Pestisida Nabati

 Pestisida nabati/botani insektisida alami dari organ tanaman atau hasil dari tanaman.
 Contoh : piretin dari chrysanthemum, linalool dari lavender, azadirachtin dari mimba, metil
eugenol dari selasih, dll.

14
15
BAB VI

SEJARAH PENGENDALIAN HAYATI

1. Sejarah Pengendalian Hayati di Luar Negeri


a. Sejarah pengendalian hayati hampir sama tuanya dengan upaya awal manusia untuk bercocok
tanam. Misalnya, pada tahun 300-an M tercatat bangsa Cina sudah menggunakan semut rangrang
(Oecophylla smaragdina) untuk melindungi tanaman jeruk Mandarin dari hama. Mereka
memasang bambu diantara pohon jeruk, sehingga semut tersebut dapat berpindah dan bergerak
antar tanaman. Semut mampu berkolonisasi, sehingga akhirnya semut itu akan menurunkan
serangan hama dari ordo Lepidoptera.
b. Petani kurma di Yaman menggunakan semut predator yang dikumpulkan dari gunung untuk
mengendalikan hama yang berupa semut herbivora di perkebunan kurma yang berada di dataran
rendah.
c. Burung mynah (Gracula religiosa) dari India untuk mengendalikan belalang Nomadacris
septemfasciata di Mauritius.
d. Musuh alami pertama yang dilaporkan digunakan di Eropa tahun 1776, yaitu penggunaan predator
kepik Picromerus bidens (L) untuk mengendalikan tinggi bedbug-Cimycidae.
e. Awal tahun 1800 Erasmus Darwin memberikan penyuluhan kepada petani agar di rumah kaca
menggunakan lalat syrphid dan kumbang koksi untuk mengendalikan kutu daun.
f. Pelepasan parasitoid dari satu lokasi ke lokasi lain di Amerika dilakukan oleh CV Riley yang
melepas parasitoid kumbang moncong Conotrachelus nenuphar yaitu Aphytis mytilaspidis di antara
dua kota di Illinois.
g. Pieris rapae. Importasi Trichogramma spp. dari USA ke Kanada untuk mengendalikan telur
sawfly Nematus ribesii.
h. Di dunia Barat, kesuksesan praktek pengendalian hayati dicapai pada akhir abad ke-19, yaitu
dengan kesuksesan kumbang Rodolia cardinalis menekan perkembangan populasi hama kutu
kapas, Icerya purchasi di California.
i. Pada tahun 1869 Icerya purchasi masuk ke California dan pada tahun 1886 mampu
menghancurkan industri jeruk. Untuk mengendalikan hama tersebut didatangkan dua musuh
alaminya dari Australia yaitu kumbang koksi/kumbang vedalia Rodolia cardinalis dan parasitoid
larva Chryptochaetum iceryae.
j. mengendalikan kutu perisai Pesudaulacapsis pentagona.
k. Selanjutnya, semenjak awal abad ke-20, upaya pengendalian hayati sudah mulai memperhatikan
sisi ekologis dan ekonomis dari agroekosistem. Pasalnya, upaya pemanfaatan musuh alami tidak

16
selalu berhasil. Misalnya, penggunaan pestisida ditengarai menurunkan populasi musuh alami,
sehingga kekuatan penekanan pada organisme pengganggu menjadi berkurang. Penelitian terkini
juga mengungkapkan kompleksitas hubungan antar organisme, termasuk kompetisi antar jenis
predator, yang dapat mempengaruhi keberhasilan penekanan populasi organisme pengganggu oleh
musuh alami.

2. Sejarah Pengendalian Hayati di Indonesia


a. Masa Pendudukan Belanda :
1) Serangan kutu putih Ceratovacuna lamigera dikendalikan dengan parasit lokal Encarsia
flavoscutelum. Bila ada daerah yang terserang maka akan diintroduksi kutu putih yang
terparasit dari tempat lain.
2) Augmentasi lalat tachinid asal Jatiroto, Diatraephaga striatalis dan parasitoid telur
Trichogramma australicum dan T. Japonicum untuk mengendalikan penggerek batang tebu.
b. Tahun 1931: Introduksi Diadegma fenetralis dari Eropa untuk mengendalikan hama tanaman kubis
Plutella xylostella, tetapi tidak berhasil. Kemudian diintroduksi lagi D. Semiclausum dari Inggris.
c. Tahun 1920: Van der Goot mengintroduksi kumbang coccinelid Cryptolaemus montrouzieri untuk
mengendalikan kutu coccidae pada lamtoro Ferrisia virgata, Sirsak Coccid planococcus dan P. Citri
(kutu dompolan pada tanaman kopi). Pada tahun 1928, sekitar 2000 kumbang ini diintroduksikan
ke Toraja untuk mengendalikan kutu pada kopi. Tahun 1929 diintroduksikan ke Siantar untuk
mengendalikan kutu pada tanaman kopi. Tahun 1939 ke Kuala Tungkal untuk mengendalikan
coccid pada tanaman kelapa.
d. Tahun 1938: Dilakukan introduksi Cryptognatha nodiceps dari daerah tropis Amerika untuk
mengendalikan Aspidiotus detructor pada tanaman kelapa.
e. Karena terjadi serangan Artona catoxantha, dilakukan introduksi lalat tachinid Bessa remota.
Diintroduksi juga ke Fiji untuk mengendalikan Levuana iridiscens dari Malaysia. Pada populasi A.
Catoxantha juga ditemukan parasitoid hymenoptera, Apanteles artonae dan Argyrophylax
fumipennis.
f. Tahun 1923: Diintroduksi braconid, Heterospilus coffeicola dari Afrika Barat untuk mengendalikan
hama bubuk buah kopi, Hypothenemus hampei.
g. Macrocentrus homonae adalah braconid yang umum ditemukan di jawa. Tahun 1935 braconid
diintroduksikan ke Srilangka dari jawa untuk mengendalikan Tea tortrix (Homona coffearia)
h. Lefmansia bicolor, parasit telur pada Sexava nubile yang umum ditemukan di Maluku. Tahun 1925
Leefmann mentransfer parasit tersebut dari Ambon ke Talaud.

17
BAB VI

PENGENDALIAN HAYATI

1. Definisi Pengendalian Hayati

 Harry Smith penurunan populasi serangga sebagai aksi/kinerja dari musuh alaminya.
 De Bach aksi dari parasit, predator, atau pathogen dalam usahamemelihara kepadatan populasi
organisme lain pada tingkat terendah bila dibandingkan ketidak beradaan agensia.
 Van Driesche dan Bellow penggunaan parasitoid, predator, pathogen, antagonis atau
kompetitor yang dapat menekan populasi hama sehingga menurunkan populasi hama dan
menurunkan tingkat kerusakan bila dibandingkan jika musuh alami tidak ada.
 Ellenberg penggunaan organisme untuk menekan kepadatan populasi atau kerusakannya
menurun bila dibandingkan dengan ketidakhadiran musuh alami.

18
19
20
21
2. Teknik Pengendalian Hayati

 Konservasi
“Modification of the environment or existing practice to protect and enhace specific natural
enemies or other organisms to reduces the effect of Pests.”
Modifikasi lingkungan dan praktik budi daya yang sudah ada bertujuan untuk melindungi dan
meningkatkan jumlah dan peran musuh alami atau organisme lain untuk mengurangi dampak hama.

Tujuan :

 Bertujuan untuk konservasi dan meningkatkan dampak musuh alami yang telah ada pada areal
pertanaman.
 Meminimalisasi dampak negatif penggunaan pestisida :
1) Semprot jika perlu.
2) Monitoring populasi hama.
3) Hindari kontak musuh alami dengan pestisida.
4) Pilih insektisida yang tepat.
5) Uji efikasi pestisida.
6) Hitung efek samping pestisida.

 Augmentasi
“Melepaskan musuh alami yang sudah diproduksi massal dalam jumlah besar dengan tujuan
menambah populasi musuh alami di habitat.”
 Dilakukan apabila populasi musuh alami di alam sangat rendah.
 Dua metode yang dikenal yaitu inokulasi dan inundasi.
1) Inokulasi dilakukan apabila musuh alami di areal pertanaman tidak bertahan lama dari satu
waktu ke waktu musim tanam berikutnya.

22
 “The intentional release of a living organism as biological control agents with
expectation that it will multiply and control the pest an extended period, but not it will
do so permanently.”
 “Rilis disengaja dari organisme hidup sebagai agen pengendalian hayati dengan harapan
bahwa itu akan berkembang biak dan mengendalikan hama periode yang diperpanjang,
tetapi tidak akan melakukannya secara permanen.”

2) Inundasi adalah pelepasan musuh alami dalam jumlah massal atau secara sekaligus sehingga
dapat menurunkan populasi hama secara cepat.
 “The use living organism control pests when control is achieved exclusively by
organism themselves that have been released.”

 Introduksi
“……. The intentional introduction of an exotic biological control for permanen establishment and
long term pest control…”
Melepas musuh alami eksotik ke lingkungan baru sehingga secara permanen dan mampu
mengendalikan populasi hama dalam jangka panjang.
 Dilakukan jika tidak ada spesies musuh alami yang mampu secara efektif mengontrol populasi
hama.
 Tujuan pendekatan ini sangat spesifik, yaitu melepas musuh alami eksotik ke dalam
lingkungan baru.
 Tujuan Akhir enemy relelease hypothesis mengembalikan keseimbangan alami seperti
pada habitat aslinya.
 Keuntungan pengendalian hayati klasik :
- Mengeksploitasi proses alami dan tidak berhubungan dengan penggunaan pestisida.
- Pembiayaan hanya diperlukan pada awal introduksi.
- Strategi pengendalian permanen dan jangka panjang
- Tidak membahayakan kesehatan manusia, produksi tanaman, organismemenguntungkan
yang lain.

23
 Kerugian Pengendalian hayati klasik :
- Bukan merupakan metode eradikasi.
- Program jangka panjang.
- Sulit diprediksi dampaknya.

3. Agensia Pengendali Hayati

1) Predator
 Binatang yang memangsa binatang lain.
 Predator : Artropoda dan Vertebrata.
 Karakteristik umum predator :
 Membunuh dan memakan mangsa lebih dari satu jenis.
 Relatif lebih besar dari mangsa.
 Sifat Predasi pada stadia dewasa dan pradewasa.
 Pradewasa dibantu organ sensorik dan lokomotorik.
 Memakan langsung mangsanya terkecuali tabuhan.
 Predator
 Two-edges-sword
 Perkembangan Serangga :
 Hemimetabola Nimfa (tidak sempurna) pradewasa dan dewasa sebagai predator.
 Holometabola Larva (Sempurna) hanya imago.

 Kemampuan menangkap mangsa :


 Senyawa kimia.
 Mekanisme pertahanan (prey defense).

24
 Cara predator memakan mangsa
 Mandibulata memotong dan menghancurkan mangsa.
 Rostrum (stilet) menusuk dan menghisap.

 Cara predator mmenemukan mangsa :


 Random searching Podius maculaventris.
 Pencarian Langsung Carabidae, Salticidae.
 Pencarian Aktif Robberfly dan Odonata.
 Sergapan Belalang Sembah.
 Jebakan Antlion (Neuroptera).
 Ketertarikan Lightning Bugs.

 Ordo Predator
 Ordo Coleoptera
 Sayap Depan Keras Menanduk, Sayap belakang membraneus.
 Bentuk : bulat, oval, oval memanjang, oval melebar, ramping memanjang, pipih.
 Tipe mulut : Penggigit/Pengunyah.
 Family Coccinellidae.
 Family Carabidae.
 Family staphynilidae.
 Ordo Hemiptera

 Ordo Neuroptera

25
 Ordo Mantodea

 Ordo Diptera

 Ordo Hymenoptera

 Kelas Arachnida

2) Parasitoid

Serangga parasitik yang hidup pada atau di dalam tubuh suatu serangga (atau arthropoda lain)
sebagai inang yang lebih besar dan akhirnya membunuh inang tersebut.

 Karakteristik umum parasitoid :


1) Menghancurkan inangnya selama perkembangannya.
2) Inang termasuk dalam kelas taksonomi yang sama (serangga).
3) Stadia dewasa hidup bebas dan hanya stadia pradewasa yang parasitik.
4) Berkembang hanya pada satu individu inang selama stadia pradewasa.
5) Dinamika populasi mirip dengan serangga predator.

26
 Perbandingan parasitoid dengan parasit :

 Kategori parasitoid Sifat parasitisme :


 Superparasitisme parasitoid meletakan lebih dari satu telur pada satu inang.
 Multiparasitisme dua atau lebih spesies parasitoid menyerang satu inang.

 Kategori parasitoid Perletakan telur/Penyerangan inang :


 Ektoparasitoid/ parasitoid eksternal: berada di luar tubuh inangnya.
 Endoparasitoid/ parasitoid internal: di dalam tubuh inangnya.

 KOINOBIONT / KOINOPHYTIC parasitoid yang membiarkan inangnya tetap hidup


setelah terparasit.
 IDIOBIONT / IDIOPHYTIC parasitoid yang inangnya mengalami paralisis permanen
atau terbunuh setelah terparasit

 Kategori parasitoid Berdasarkan urutan menyerang inang :


 Parasitoid primer : inangnya serangga hama/lain.
 Parasitoid sekunder/hiperparasit : inangnya parasitoid.
 Pro-ovigenik Telur dapat diletakan tanpa harus menunggu berkembang dulu.
 Synovigenik Memiliki sedikit telur yang masak mengonsumsi haemolin
host feeding.
 Kategori parasitoid Berdasarkan :
 Parasitoid soliter: hanya satu individu parasitoid muncul dari satu inang.
 Parasitoid gregarious: banyak individu parasitoid muncul dari satu inang.

27
 Kategori parasitoid Berdasarkan fase tubuh inang :
 Parasitoid Telur : Menyerang fase telur ex: Trichogramma sp.
 Parasitoid Larva : menyerang fase larva ex : Cotesia glomerata.
 Parasitoid Telur-Larva : menyerang dari mulai fase telur sampai fase larva ex : Holcothorax
testaceipes.
 Parasitoid Larva-Kepompong : Meletakan telur pada fase larva dan berkembang sampai fase
kepompong.
 Parasitoid Kepompong : Menyerang fase kepompong.
 Parasitoid Serangga Dewasa : Menyerang serangga dewasa saja.

 Sistem Navigasi Parasitoid :

28

29

30
31
4. Patogen

Patogen Mikroorganisme Infeksio yang membuat luka atau membunuh inangnya.

A. Patogen Serangga
 Patogen umumnya merugikan.
 Patogen berguna :
 Mendegradasi racun.
 Memproduksi nutrient bagi tanaman.
 Mengendalikan gulma.
 Antagonis terhadap pathogen penyakit tumbuhan.
 Menyebabkan penyakit pada serangga.

 Cara Patogen masuk ke dalam inang :


1) Passsive entry
2) Active entry

 Cara perpindahan/transmisi penyakit ke serangga :


1) Horizontal transmission

32
2) Vertikal transmission
 Patogen rentan terhadap lingkungan: Kekeringan, temperatur tinggi, frezzing dan factor lainnya.
 Kemampuan stadia aktif pathogen untuk bertahan : pengembangan microbial insektisida
 Bioinsektisida - - Menyerang hama tertentu
 Tidak bersifat toxic bagi manusia.
 Penurunan aktivitas di lapangan.
 Tidak persisten.

 Patogenesis Entomopatogen
1) Kontak Inang tanpa stadia mobile pasif spora cendawan oleh hujan,angin
atau serangga.
2) Jumlah kontak pathogen-inang dideterminasikan oleh spatial pattern dari propagul pathogen
relative pada distribusi spasial inang dan survival propagul dengan waktu.
3) Pada system pertanian, pathogen bisa tersebar melalui irigasi.
4) Kontak propagul dengan inang Horizontal transmission.
5) Transmisi secara vertical Mother to offspring.

 Penetrasi Inang
 Propagul kontak dengan inang.
 Penetrasi.
 Bakteri, virus, protozoa masuk melalui midgut.
 Chewing type (pengunyah) menelan makanan yang terkontaminasi.
 Sucking type (penghisap) relative lebih aman.

33

 Vertical Transmisi

 Reproduksi dalam jaringan inang


 Reproduksi virus terjadi pada tubuh lemak dan epitelium midgut.
 Yang lain umumnya bereproduksi pada semua jaringan.

 Keluarnya propagul pathogen dari inang atau cadaver


 Progeni dari pathogen harus kontak dengan inang lain untuk melanjutkan siklus hidup.
 Vertikal transmission kontak dengan cara kontaminasi telur kemudian didefositkan ke
lingkungan.
 Sebagian pathogen propagul dilepas secara bebas.

 Penyebaran dan Persistensi Propagul Patogen di lingkungan


 Propagul tersebar dan persisten di alam.
 Hujan dan angin membantu proses transmisi horizontal.

34
 Cendawan, bakteri, protozoa mampu mengalami stadia dorman (Resting stage).
 Transmisi vertical : transovarial dan transovum
 Transovarial telur sudah terserang pathogen saat masih pada induknya.
 Transovum terserang saat telur kontak dengan alam.

 Organisme uniseluler tanpa nucleus dan memiliki dinding


 Bakteri Patogen serangga :
 Spore-forming bacteria menghasilkan spora yang resisten terhadap lingkungan
ekstrem. Ex : Bacillus, paenibacillus (aerobic), clostridium (anaerobic).
 Isolat Bacillus thuringensis var Vakurstaki membunuh ulat (Lepidoptera).
 Isolat Bt. Israelensis membunuh larva nyamuk (diptera).
 Bt sulat sutera (1901), ulat Anagasta kuehniella (1911).
 Bt saat tertelan akan memroduksi Kristal protein (δ-endotoksin) akan larut dalam basa pada
saluran pencernaan (midgut). Molekul protoksin menempel dan membuat pores pada dinding
gut ketidakseimbangan osmotic bengkak, pecah.
 Non-Spore-forming bacteria pathogenesis rendah, tetapi tinggi dalam hemocoel ex :
Enterobacteria dan pseudomonidiaceae
 Serratia marcencens masuk lewat mulut bersama makanan menyerang uret.
 Melissococus pluton penyakit larva lebah madu.

 Nematoda Entomopatogen
 Nematoda Entomopatogen (NEP) Agen pengendali hayati family Steinernematidae
dan Heterorhabditidae.
 Membunuh serangga dengan bantuan bakteri yang diperoleh dari simbiotik mutualistic
dalam saluran pencernaannya (intestine).
 Xenorhabdus berasosiasi dengan Heterorhabditisi sp.
 NEP diisolasi menggunakan larva ngengat lilin Galleria mellanolla.
 Strategi NEP mencari inang
1) Sit and wait (ambusher) serangga inang yang aktif bergerak akan terinfeksi.
2) Pencarian inang (cruiser) aktif bergerak dalam tanah mencari inang yang tidak aktif
bergerak.
 NEP memiliki keunggulan dibanding pestisida kimia :
1) Kemampuan mencari dan membunuh inang dengan cepat (24-48 jam).
2) Survive dan recycling di dalam tanah.

35
3) Aman terhadap lingkungan.
4) Mudah diproduksi secara massal.
5) Mudah diaplikasikan menggunakan alat semprot standard.

 Cendawan Entomopatogen
 Menginfeksi langsung dengan mempenetrasi kutikula.
 Pada kondisi yang favourable, spora akan berkecambah mempenetrasi kutikula dan masuk ke
hemocoel.
 Cendawan bereproduksi pada hemocoel dari bentuk yeast-like hifa. Hemocoel terisi oleh
tubuh hifa. Serangga akan mati dan cendawan melanjutkan siklus dalam fase saprofitik.
 Zygomicota
 Ordo Entomophthoralea memiliki banyak spesies cendawan serangga.
 Memiliki resting spores, dinding tebal untuk survive.
 Spora infektif sebagai konidia primer (berumur pendek).
 Resting spore diproduksi ketika serangga inang mati, survive pada lingkungan yang tidak
menguntungkan, terutama musim dingin.
 Musim semi, resting spore akan berkecambah dan membentuk konidia infektif.

 Ascomycota
 Sebagai Cendawan Entomopatogen.
 Cendawan Ascomycota dan Deutromycota (imperfecti).
 Cendawan Beauveria, Metarhizium, Nomurea, Verticillium dan Paecilomycetes.
 Konidia infektif melekat pada kutikula serangga inang yang peka, berkecambah, dan
membentuk tabung kecambah, menembus kutikula serangga inang menuju hemocoel,
cendawan akan memperbanyak diri dengan tunas (budding) tubuh hifa sampai seluruh ruang
hemocoel terisi hifa hingga penuh dan serangga inang mati.

 Virus Entomopatogenik
 Virus Organisme non-seluler mengandung DNA atau RNA.
 Virus parasite interselular obligat.
 Memperbanyak genom DNA atau RNA dalam sel inang.
 Terbungkus partikel virion infektif.

36
 Baculovirus
 Terdiri dari Nuclear polyhedrosis virus (NPV) dan granulosis Virus (GV).
 Infeksi baculovirus terjadi ketika polyhedral atau granule tertelan serangga inang yang peka,
yang selanjutnya akan terlarut dalam isi saluran pencernaan.
 Virion dikeluarkan ketika polyhedra pecah
 Virion akan memasuki sel midgut seperti pada tubuh lemak, epidermis, dan sel darah.
 Infeksi bavulovirus wilting diseases jaringan tubuh inang menjadi likuid dan infeksi
pada epidermis menyebabkan tubuh inang melting, melepas partikel virus ke alam.
 Sering menyerang Lepidoptera, sawfly dan larva nyamuk

 Nuclear Polyhedrosis Viruses


 NPV meningfeksi lebih dari 500 spesies.
 Lepidoptera inang yang penting.
 Partikel infektif terbungkus oleh SNPV atau MNPV.
 Mengandung banyak virion.
 Bereproduksi pada midgut atau jaringan setelah tertelan.
 Organ serangga terinfeksi diantaranya tubuh lemak, epidermis dan sel darah.
 Serangga mati setelah 5-12 hari infeksi.
 Cairan tubuh serangga yang mati akan jatuh pada daun atau sisa daun mungkin akan dimakan
oleh ulat sehat lain.

 Granulosis Viruses
 Mirip secara struktur dan pathogenesis seperti NPV.
 Ditemukan pada Lepidoptera.
 Virion singly occluded dalam tubuh oklusi yang kecil granula
 Tipe genetic dari GV :
1) Menginfeksi sel midgut dan hanya pada tubuh lemak Looper trichoplusiani.
2) Diisolasi dari codling moth, Cydia pomonella.
3) Hanya ditemukan pada Grapeleaf skeletonizer, Harrisina brillian.

 Microsporadia
 Patogen penting pada serangga.
 Eukariotik, terkecil, sopra uniseluler, tidak punya mitokondria, obligat parasite intraseluler.

37
 Taksonomi status secara tradisional masuk dalam protozoa, berdasarkan bukti biologi lebih
dekat ke cendawan primitive.
 Mempunyai filament polar, menusuk sel dalam dinding midgut.
 Spora masuk ke sitoplasma sel dan memulai reproduksi vegetatif.
 Transmisi dapat terjadi secara horizontal karena tertelan,vertical atau keduanya atau inokulasi
secara mekanis oleh parasitoid.
 Survival serangga inang tergantung dosis, stadia serangga terinfeksi, virulensi dan kebugaran
serangga inang.
 Menyebabkan penyakit kronis.
 Memberi pengaruh berupa penurunan kesuksesan ganti kulit pada dewasa, mereduksi
longevitas dan fekunditas.
 Spora infektif terbentuk dalam ribuan atau jutaan per inang tergantung spora dan inang.

B. Patogen Tanaman
 Penyakit tanaman malfungsi sel dan jaringan tanaman, menghasilkan luka kontinu yang
berkembang menjadi gejala.
 Penyakit tanaman Virus, fungi, bakteri pathogen.
 Patogen obligat berkembang pada organisme hidup (biothrophs).
 Patogen Fakultatif hidup pada jaringan mati.
 Menyerang seluruh organ tanaman.

38
 Kompetisi sumber daya
 Terjadi ketika dua mikroba membutuhkan sumberdaya yang jumlahnya terbatas.
 Kompetisi sumberdaya Nutrisi (karbon dan nitrogen).
 Kompetisi lingkungan terjadi jika kondisi lingkungan terbatas.
 Mikroba non patogenik dapat dijadikan competitor mikroba pathogen berkoloni.

 Parasitisme :
 Beberapa mikroba menyerang secara langsung mikroba lain dan menjadikannya sebagai
nutrisi.
 Membutuhkan kontak langsung antar mikroba hiperparasitisme.
 Trichoderma penetrasi dinding sel jamur atau mempenetrasi hifa.
 Gliocladium Verens Parasitik yang juga bersifat antibiotik.

 Antibiosis
 Antibiotik senyawa organik yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat
mengganggu pertumbuhan dan aktivitas metabolism mikroorganisme lain.
 Antibiosis mikroba yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba lain dengan
antibiotic yang diproduksinya, yang mengakibatkan organisme lain akan mati karena selnya
mengalami endolisis dan sel sitoplasma menjadi hancur.
 Agrobacterium radiabacter Agrobacterium tumifaciens.
 Diproduksi saat nutrient melimpah di mikro habitat.

39
 Mikoriza
 Jamur yang berasosiasi pada perakaran tanaman.
 Tumbuh secara eksternal pada perakaran ektomikoriza.
 Tumbuh dalam perakaran endomikoriza.
 Mikoriza mengambil nutrisi dari perakaran tanaman, dan mikoriza membantu tanaman dalam
penyerapan nutrisi akar.
 Pembibitan pinus pathogen chromis.
 Kapas yang menunjukkan ketahanan terhadap Verticillium dahlia.

 Strategi Penggunaan Antagonis untuk Mengendalikan Patogen Tanaman :


Metoda penggunaan antagonis tergantung pada jenis tanaman dan patogen :
 Dicyma pulvinata dan Cylindrosporium concentrium telah sukses mengendalikan penyakit
daun karet yang disebabkan oleh Phyllachora huberi di Amazon.
 Kedua jamur tersebut adalah parasite obligat pada pathogen hidup sebagai hiperparasit.
 Populasinya meningkat seiring meningkatnya populasi pathogen
 Pendekatan yang sesuai adalah inokulasi mikroba yang dilepas berkolonisasi dan efektif
menekan patogen tumbuhan.
 Antagonis yang baik adalah antagonis yang setelah diaplikasikan segera mampu tumbuh,
berkembang, dan berkolonisasi.
 Sebagian besar penyakit yang menjadi target adalah patogen tular tanah karena memberikan
dampak lebih bila dibanding pathogen pada daun.

 Aplikasi pengendalian hayati diinokulasi antagonis ada biji yang akan ditanam.
 Pengendalian hayati terhadap pathogen akar memperlakukan seluruh akar dengan
antagonis sebelum ditanam.
 Phlebiopsis gigantea sukses melindungi dan mengendalikan penyakit pada pinus yang telah
dipotong atau ditebang.
 Jamur dan bakteri juga dikembangkan untuk melindungi buah dari pembusukan setelah panen
dan selama penyimpanannya. (yeast antagonis baik pada buah).
 Strategi pengendalian hayati pada daun sangat jarang dilakukan karena merupakan daerah
pertanaman yang mendapatkan aplikasi fungsida.

5. Peranan Pengendalian Hayati dalam PHT

40
41

Anda mungkin juga menyukai