Anda di halaman 1dari 3

Ada berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen laba.

Teori akuntansi positif


(Positif Accounting Theory) mengusulkan tiga hipotesis motivasi manajemen laba, yaitu: (1)
hipotesis program bonus (the bonus plan hypotesis), (2) hipotesis perjanjian hutang (the debt
covenant hypotesis), dan (3) hipotesis biaya politik (the political cost hypotesis) (Watts dan
Zimmerman, 1986).
Prediksi yang dibuat dalam teori akuntansi positif sebagian besar meliputi tiga hipotesis,
sebagaimana diformulasikan oleh Watt dan Zimmerman (1986). Bentuk oportunistik dari ketiga
hipotesis ini berdasarkan dari Watt dan Zimmerman (1990) adalah bentuk yang paling banyak
diinterpretasikan.
1) Hipotesis Rencana Bonus
Hipotesis ini menyatakan bahwa dalam kondisi yang sama, manajer dengan rencana bonus akan
lebih memilih prosedur akuntansi yang dapat menggeser laba yang dilaporkan untuk periode
yang akan datang ke periode sekarang.
Motivasi bonus merupakan dorongan manajer perusahaan dalam melaporkan laba yang
diperolehnya untuk memperoleh bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut. Manajer
perusahaan dengan rencana bonus lebih mungkin menggunakan metode-metode akuntansi yang
meningkatkan income yang dilaporkan pada periode berjalan. Alasanya adalah tindakan seperti
itu mungkin akan meningkatkan persentase nilai bonus jika tidak ada penyesuaian untuk metode
yang dipilih (Belkaoui, 2000).
Penelitian Healy (1985) menggunakan pendekatan program bonus manajemen, yaitu bahwa
manajer akan memperoleh bonus secara positif ketika laba berada di antara batas bawah (bogey)
dan batas atas (cap). Ketika laba berada di bawah bogey manajer tidak mendapatkan bonus, dan
ketika laba berada diatas cap manajer hanya mendapatkan bonus tetap.
2) Hipotesis Perjanjian Hutang (sweeny)
Hipotesis ini menyatakan bahwa dalam kondisi yang sama, perusahaan yang berada dalam
kondisi rawan melakukan pelanggaran perjanjian hutang, maka manajer perusahaan akan lebih
memilih prosedur akuntansi yang dapat menggeser laba yang dilaporkan untuk periode yang
akan datang ke periode sekarang. >> sebuah perusahaan peminjam mungkun berjanji untuk
memertahankan tingkat yang ditetapkann dari hutang terhadap ekuitas, bunga, modal kerja, atau
ekuitas pemegang saham, namun jika perjanjian dilanggar maka persetujuan hutang akan
menimbulkan denda, seperti batasan atas pembayaran deviden atau batasan peminjaman
tambahan, tentunya perlanggaran perjanjian akan menghambat kinerja manajemen dalam
mengelola perusahaan shingga manajemen akan mengadopsi kebijakan akuntansi yang dapat
menaikkan pendapatan.
Dengan asumsi kondisi lain tetap konstan , perusahaan dekat dengan pelanggaran perjanjian
hutang maka perussahaan lebih mungin menggeser laba masa sekarang menjadi laba masa
depan, ex: biaya research and development.
Mengapa sweeny menyimpulkan ada perusahaan yang berlaku efisien?
Perilaku efisien>> perusaah membandingkan cost and benefit, benefit>> semua konsekuensi
perusahaan bila melanggar perjanjian utang maka perusahaan tidak perlu membayar pajak.
Cost>> bila perusahaan melanggar perjanjian utang maka perusahaan akan membayar denda,
namun tidak lebih tinggi dari pajak yang di keluarkan.
3) Hipotesis Biaya Politik
Hipotesis ini menyatakan bahwa dalam kondisi yang sama, semakin besar biaya politik yang
dihadapi oleh perusahaan, maka manajer perusahaan akan lebih memilih prosedur akuntansi
yang dapat menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode yang akan
datang.
Mengapa perusahaan setelah diberikan perlindungan import, tetap berperilaku oportunitis

Motivasi kontrak muncul karena perjanjian antara manajer dan pemilik perusahaan berbasis pada
kompensasi manajerial dan perjanjian hutang (debt covenant). Semakin tinggi rasio
hutang/ekuitas suatu perusahaan, yang ekuivalen dengan semakin dekatnya (yaitu semakin ketat)
perusahaan terhadap kendala-kendala dalam perjanjian hutang dan semakin besar probabilitas
pelanggaran perjanjian, semakin mungkin manajer untuk menggunakan metode-metode
akuntansi yang meningkatkan income (Belkaoui, 2000).

Motivasi regulasi politik merupakan motivasi manajemen dalam mensiasati berbagai regulasi
pemerintah. Perusahaan yang terbukti menjalankan praktik pelanggaran terhadap regulasi anti
trust dan anti monopoli, manajernya melakukan manipulasi laba dengan menurunkan laba yang
dilaporkan (Cahan, 1992; Jogiyanto dan Ainun, 1998). Perusahaan juga melakukan manajemen
laba untuk menurunkan laba dengan tujuan untuk mempengaruhi keputusan pengadilan terhadap
perusahaan yang mengalami damage award (Hall dan Stammerjohan, 1997). Selain itu Income
taxation juga merupakan motivasi dalam manajemen laba (Lilis, 2001). Pemilihan metode
akuntansi dalam pelaporan laba akan memberikan hasil yang berbeda terhadap laba yang dipakai
sebagai dasar perhitungan pajak.
a. Menurut Scott (1997), penelitian Healy (1985) yang berjudul “The Effect of Bonus Schemes
on Accounting Decisions,” merupakan studi empiris terbaik mengenai manajemen laba. Studi
tersebut membahas mengenai program bonus, dimana manajer yang memperoleh bonus secara
positif ketika laba berada di antara batas bawah (bogey) dan batas atas (cap). Ketika laba
berada di bawah batas bawah (bogey) manajer tidak mendapatkan bonus, dan ketika laba
berada di atas batas atas (cap) manajer hanya mendapatkan bonus tetap.
1. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas
(overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi
kapasitas penawaran produknya, sehingga harga‐harga cenderung mengalami kenaikan.
Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing
power of money). Disamping itu, inflasi yang tinggi juga bisa mengurangi tingkat pendapatan
riil yang diperoleh investor dari investasinya.
Hooker (2004) menemukan bahwa tingkat inflasi mempengaruhi secara signifikan
terhadap harga saham. Peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi
pemodal di pasar modal.
Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi
lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas
perusahaan akan turun. Jika profit yang diperoleh perusahaan kecil, hal ini akan
mengakibatkan para investor enggan menanamkan dananya di perusahaan tersebut sehingga
harga saham menurun.

2. Prinsip Uniformity berati menggunakan prosedur yang sama untuk perusahaan yang berbeda.
Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh penyusunanprinsip akuntansi adalah agar laporan
keuangan dari berbagai perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan.
Suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Dalam
mempertimbangkan relevansi daripada informasi yang bersifat umum (general purpose
information), perhatian difokuskan pada kebutuhan umum pemakai, dan bukan pada
kebutuhan khusus pihak-pihak tertentu; dengan demikian, suatu informasi mungkin
mempunyai tingkat relevansi yang tinggi untuk kegunaan khusus tertentu, sementara kecil
relevansinya bagi kegunaan yang lain.
Hubungannya, agar laporan keungan menjadi relevan, dalam artian berguna bagi
penggunanya dan sesuai dengann informasi yang dibutuhkan, maka harus ada persamaan
dalam penggunaan prosedur dan prinsip yang digunakan dalam pembuatan laporan keuangan,

4. Pengungkapan laporan keuangan dalam arti luas berarti penyampaian (release) informasi.
Sedangkan menurut para akuntansi memberi pengertian secara terbatas yaitu penyampaian
informasi keunagan tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan biasanya laporan
tahunan.

Adapun jenis pengungkapan yang digunakan perusahaan untuk memberikan informasi kepada
stakeholders berupa :

1. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure): Pengungkapan ini merupakan pengungkapan


informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dalam hal ini peraturan dikeluarkan oleh
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), namun sebelum dikeluarkan keputusan Ketua
Bapepam Nomor 38/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 mengenai laporan tahunan bahwa yang
dimaksud dengan pengungkapan wajib adalah meliputi semua pengungkapan informasi dalam
laporan keuangan.

2. Pengungkapan Sukarela: Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi yang


dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku atau
pengungkapan melebihi yang diwajibkan.

Perusahaan akan melakukan pengungkapan melebihi kewajiban pengungkapan minimal jika


mereka merasa pengungkapan semacam itu akan menurunkan biaya modalnya atau jika mereka
tidak ingin ketinggalan praktik-praktik pengungkapan yang kompetitif. Sebaliknya, perusahaan-
perusahaan akan mengungkapkan lebih sedikit apabila mereka merasa pengungkapan keuangan
akan menampakkan rahasia kepada pesaing atau menampakkan sisi buruk perusahaan di depan
berbagai pihak. Dengan adanya pengungkapan sukarela ini maka upaya untuk berkomunikasi
secara efektif dengan pembaca-pembaca asing, karena tidak adanya standar akuntansi di
pelaporan yang diterima secara internasional.

5. Clean surplus theory adalah: suatu teory mengenai penilaian surat-surat berharga lebih dekat
dengan konsep dan angka akuntansi. Adalah = nilai buku awal + laba- deviden.
Ohlson’s clean surplus theory yang menekankan bahwa peran utama laporan keuangan adalah
dalam penentuan nilai perusahaan, bukan perspektif informasi di mana laporan keuangan sebagai
salah satu sumber informasi. Teori ini menuntut ke arah perspektif pengukuran
Contohnya: semakin tinggi perusahaan tersebut mampu membayar deviden berarti perusahaan
tersebut dinilai memiliki profitabilitas yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai