Anda di halaman 1dari 5

TUGAS SPESIALIT DAN TERMINOLOGI

“OBAT KEDALUWARSA BEREDAR DI APOTEK”

Kelompok :2
Kelas : Semester 3B
Disusun Oleh :
1. Bella Tri Handayani
2. Dimas Nur Prasetiyo
3. Elfarin Maytasari

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN


MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2019 – 2020
OBAT KEDALUWARSA BEREDAR DI APOTEK
Kasus :
Seorang ibu bernama Mrs. M menjadi korban obat kedaluwarsa. Warga
Kelurahan Sudiang ini menuturkan, dia membeli obat seperti itu (kedaluwarsa) di
salah satu apotek di Daya. Dia mencari obat diare. Saat itu, kata Mrs. M, dirinya
hendak membeli Lacto B, suplemen makanan. Namun, oleh penjaga apotek, jenis
obat tersebut dinyatakan habis. Penjaga apotek tersebut, kemudian menawarkan
Dialac yang tersimpan di dalam lemari pendingin. Menurut penjaga apotek
tersebut, Dialac memiliki komposisi dan kegunaan yang sama dengan Lacto B.
Mrs. M mengatakan, setelah obat tersebut diminumkan ke anaknya dengan cara
mencampur ke susu, si buah hatinya mengalami muntah hingga lima kali. Mrs. M
mengaku panik. Dia pun kemudian membaca seksama sampul Dialac tersebut.
Hasilnya, suplemen makanan dengan nomor registrasi POM SI.044 216 731
tersebut memiliki masa kedaluwarsa 19 November 2008 sebagaimana yang
tercantum di pembungkus obat.
Dari temuan tersebut:
1. Pelanggaran Undang – undang dan peraturan yang telah dilakukan
oleh apotek tersebut?
2. Sanksi apa saja yang dapat diberikan terhadap apotek?

Pembahasan:
Pelanggaran yang telah dilakukan apotek tersebut adalah:
1. Seorang pasien diberikan obat yang sudah kedaluwarsa oleh pihak apotek
2. Pasien mencari obat diare yaitu Lacto B, suplemen makanan. Tetapi, oleh
apotek diberikan obat dialac, karena obat tersebut memiliki komposisi dan
kegunaan yang sama

Landasan Hukum:
1. Undang – undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
a. Pasal 1 angka 4
Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud,
baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak
dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.
b. Pasal 8 ayat (1) huruf g UU
Berkaitan dengan kedaluwarsanya suatu barang, salah satu perbuatan
yang dilarang bagi pelaku usaha, khususnya terkait produksi dan
perdagangan barang/jasa. Perlindungan Konsumen, yaitu tidak
mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu
penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu.

Sanksi Hukum:
1. Ancaman pidana bagi pelaku usaha yang melanggar larangan tersebut
berdasarkan Pasal 62 ayat (1) UU Perlindungan Konsumen adalah pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
2. Selain ancaman pidana di atas, terhadap pelaku usaha dapat dijatuhkan
hukuman tambahan, berupa (Pasal 63 UU Perlindungan Konsumen):
a. Perampasan barang tertentu
b. Pengumuman keputusan hakim
c. Pembayaran ganti rugi
d. Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya
kerugian konsumen
e. Kewajiban penarikan barang dari peredaran
f. Pencabutan izin usaha.
3. Untuk mengetahui prosedur langkah hukum yang dapat Anda lakukan, kita
mengacu pada Pasal 45 UU Perlindungan Konsumen yang berbunyi:
(1) Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha
melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara
konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di
lingkungan peradilan umum.
(2) Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan
atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang
bersengketa.
(3) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tidak menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana
diatur dalam Undang-undang.
(4) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar
pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila
upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau
oleh para pihak yang bersengketa.

Sanksi Administratif:
1. Diberikan teguran atau peringatan secara lisan
2. Diberikan Surat Peringatan secara tertulis, maksimal 3 kali
3. Penutupan apotek sementara
4. Pencabutan ijin apotek

Kesimpulan:
Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa pada kasus yang terjadi di apotek
tersebut, dimana seorang pasien diberikan obat yang sudah kedaluwarsa oleh
pihak apotek, dapat dikategorikan ke dalam kasus pelanggaran kode etik apoteker.
Kode etik apoteker Indonesia itu sendiri merupakan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak dan nilai-nilai yang dianut dan menjadi pegangan dalam
praktik kefarmasian.
Di dalam Kode Etik Apoteker Indonesia Bab II tentang Kewajiban
Apoteker Terhadap Pasien, dimana pasal 9 berbunyi : Seorang apoteker dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat
dan menghormati hak asasi penderita dan melindungi makhluk hidup insani.
Apoteker memiliki kewajiban dimana salah satu kewajibannnya yaitu
seorang Apoteker harus memastikan bahwa obat yang diserahkan kepada pasien
adalah obat yang terjamin mutu, keamanan, khasiat, dan cara pakai obat yang
tepat. Berdasarkan pasal di atas, apoteker sebagai mitra pasien dalam menjalani
pengobatan seharusnya lebih teliti, bertanggung jawab, dan lebih mementingkan
kepentingan dan keselamatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai