Anda di halaman 1dari 24

NAMA : ECHA SUPRIYANTI

NIM : 51118008

PRAKTIKUM KE IV

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI


I. HARI /TANGGAL : Kamis / 21 november 2019
II. MATERI : “Pewarnaan BTA”
III. TUJUAN : Untuk mengetahui cara pewarnaan BTA yang
baik dan benar.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Rak pewarnaan
2. Objeck glass
3. Lampu bunsen
4. Ose/lidi
5. Pipet tetes
6. Kaki tiga
7. Baskom
8. Korek api
9. Beaker glass

Bahan:

1. Sampel sputum
2. Alkohol
3. Carbol fuchsin 0,3%
4. Methylene blue
5. H2SO4 atau alkohol asam

V. DASAR TEORI
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi,
struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri.
Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air,
dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara
untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk
diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan.
Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya
yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian
pengecatan.
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan
lemaknya sangat tebal sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi
pewarnaan biasa, tetapi harus dengan pewarnaan tahan asam.
Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA) karena
dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan
larutan pemucat. Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen
pada manusia contohnya adalah Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat diisolasi dari sputum
penderita TBC. Reaksi hasil pewarnaannya jika positif terdapat
bakteri TBC berwarna merah. Selain menyerang manusia juga
menyerang hewan seperti marmut, dan kera. Penularannya dapat
melalui udara yang masuk ke saluran pernafasan (Pelczar dan
Chan, 1988).
Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat
diwarnai dengan pewarnaan anilin biasa kecuali dengan
menggunakan fenol dan dengan pemanasan. Bakteri ini memilki
dinding sel berlilin karena mengandung sejumlah besar materi
lipoidal oleh karena itu bakteri ini hanya dapat diwarnai dengan
pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain). Dinding sel hidrofobik dan
impermeabel terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain pada
cairan atau larutan encer. Ketika proses pewarnaan, bakteri tahan
asam ini melawan dekolorisasi dengan asam sehingga bakteri
tersebut disebut bakteri tahan asam (Ball, 1997).
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus
atau berbentuk filamen. Bakteri ini bersifat aerobik, tidak
membentuk spora, non motil, tahan asam, dan merupakan bakteri
gram positif. Namun, ketika Mycobacteria diberi warna oleh
pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan
dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai
Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang
juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nicardia,
Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan
Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak
berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di
bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel,
sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan
adalah suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria,
berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M.
tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofaga.
Mikobakteria dapat tumbuh lebih cepat pada pH 6 dan 8 dengan pH
optimum sekitar 6.5 - 6.8 untuk tipe pathogen. Sel mikobakteria
terdiri dari tiga lapisan penting yaitu lipid, protein, dan polisakarida
(Thomas, 1999).
Mycobacterium tuberculosis termasuk gram positif, berbentuk
batang panjang atau pendek, tidak berspora, tidak berkapsul,
pertumbuhan sangat lambat (2-8 minggu), suhu optimal 37-380C
yang merupakan suhu normal manusia. Pertumbuhannya
membutuhkan tambahan makanan seperti darah, egg yolk, serum,
dan bahan kimia tertentu. Dalam jaringan, basil tuberkel adalah
bakteri batang lurus dengan ukuran sekitar 0,4 – 3 μm. Pada media
buatan, bentuk kokoid dan filamentous tampak bervariasi dari satu
spesies ke spesies lain. Segera setelah diwarnai dengan
pencelupan dasar mereka tidak dapat didekolorisasi oleh alkohol,
tanpa memperhatikan pengobatan dengan iodine. Basil tuberkel
secara umum dapat diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen.
Media untuk membiakan mikobakteria adalah media nonselektif
dan media selektif. Media selektif berisi antibiotik untuk mencegah
pertumbuhan kontaminan bakteri dan fungi yang berlebihan. Ada
tiga formulasi umum yang dapat digunakan untuk kedua media
nonselektif dan selektif, yaitu media agar semisintetik (middlebrook
7H10 dan 7H11), media telur inspisasi (Lowenstein-jensen), media
kaldu (broth media) (Jawetz et al., 2001).
Mikobakteria merupakan aerobik obligat yang memperoleh
energi dari oksidasi beberapa senyawa sederhana. Penambahan
CO2 meningkatkan pertumbuhan. Tidak ada aktivitas biokimia yang
menandai. Dan kecepatan pertumbuhan lebih rendah dari pada
sebagian besar bakteri. Waktu untuk menggandakan basil tuberkel
sekitar 18 jam, bentuk saprofit cenderung tumbuh lebih cepat,
poliferasi terjadi pada temperatur 22-23˚C, untuk menghasilkan
pigmen yang lebih banyak dan mengurangi bentuk ”cepat asam”
daripada bentuk patogenik. Mikobakteria cenderung lebih resisten
terhadap agen kimia daripada bakteri lain karena sifat hidrofobik
permukaan sel dan pertumbuhannya. Basil tuberkel reisten
terhadap kekeringan dan bertahan hidup selama periode waktu
yang lama dalam sputum kering. Variasi dapat terjadi dalam koloni,
pigmentasi, virulensi, temperatur petumbuhan yang optimal dan
beberapa tanda pertumbuhan atau seluler lainnya (Fardiaz, 1992).
Bakteri tahan asam dapat diamati dengan teknik
pewarnaan Ziehl Neelson, Kinyoun Gabber, dan Fluorochrom.
Pengambilan sputum (sekret paru-paru atau ludah) untuk analisis
tuberculosis dapat dilakukan setiap saat dikenal ada 3 jenis
sputum:
Sputum pagi : sputum yang dikeluarkan oleh penderita
pada saat bangun pagi.
Spot sputum : sputum yang dikeluarkan pada saat itu.

Collection sputum : sputum yang keluar dan ditampung


selama 24 jam
Sputum yang telah diperoleh dapat disimpan dalam lemari es
selama satu minggu.
Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yaitu dengan menggunakan
zat warna carbol fuchsin 0,3 %, asam alkohol 3 %, dan methylen
blue 0,3%. Pada pemberian warna pertama, yaitu carbol fuchsin,
BTA bersifat mempertahankannya. Carbol fuchsin merupakan
fuksin basa yang dilarutkan dalam larutan fenol 5 %. Larutan ini
memberikan warna merah pada sediaan dahak. Fenol digunakan
sebagai pelarut untuk membantu pemasukan zat warna ke dalam
sel bakteri sewaktu proses pemanasan. Fungsi pemanasan untuk
melebarkan pori-pori lemak BTA sehingga carbol fuchsin dapat
masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan pemucat, yaitu asam
alkohol, maka zat warna pertama tidak mudah dilunturkan. Bakteri
kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menutup pori-pori dan
menghentikan pemucatan. BTA akan terlihat berwarna merah,
sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan melarutkan carbol
fuchsin dengan cepat sehingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah
penambahan zat warna kedua yaitu methylen blue, bakteri tidak
tahan asam akan berwarna biru (Lay, 1994).
Menurut Entjang (2003), pada pewarnaan bakteri dengan
metode Ziehl-Neelsen dapat menggolongkan bakteri menjadi dua,
yaitu :
1. Bakteri yang berwarna merah dengan pewarnaan Ziehl-
Neelsen disebut bakteri tahan asam (acid fast).
2. Bakteri yang berwarna biru dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen
disebut bakteri tidak tahan asam (non acid fast).
Metode Ziehl-Neelsen digunakan karena cukup sederhana
dan mempunyai sensitivitas serta spesifitas yang cukup tinggi.
Spesifitas dan sensitivitas yang tinggi sebenarnya dimiliki oleh
metode fluorokrom. Bakteri yang terwarnai menunjukkan warna
yang kontras dengan lingkungannya dan tidak membutuhkan
perbesaran sampai 1000x sehingga bisa mempercepat waktu.
Akan tetapi, alat yang digunakan tidak ada yaitu mikroskop
fluorescens (Kurniawati et al., 2005).
Larutan kimia yang digunakan adalah alkohol asam
3% , carbol fuchsin 0,3%, serta methylen blue 0,3% yang masing-
masing mempunyai fungsi antara lain asam alkohol digunakan
sebagai peluntur, carbol fuchsin mempunyai fungsi membuka
lapisan lilin agar menjadi lunak sehingga cat dapat menembus
masuk ke dalam sel bakteri M. tuberculosis. Methylen blue
berfungsi sebagai cat lawan dan pada pemberian methylen blue
pada bakteri akan tetap berwarna merah dengan latar belakang
biru atau hijau (Jutono dkk., 1980).

VI. PROSEDUR KERJA


a. Pembuatan preparat
1. Gunakan semua APD dengan baik, benar dan lengkap.
2. Siapkan semua alat-alat dan bahan-bahan yang akan
digunakan.
3. Pastikan semua alat dan bahan siap untuk digunakan.
4. Tuangkan alkohol pada beaker glass untuk membilas object
glass dan pastikan bebas dari minyak sebelum membuat
preparat, lalu keringkan menggunakan tisu.
5. Ambil lidi/ose lalu dipanaskan dengan api Bunsen.
6. Buka tutup wadah sampel yang berisi sampel sputum.
7. Masukkan lidi/ose secara perlahan.
8. Taruh lidi/ose yang sudah ada sputum pada objeck glass
membentuk oval lalu ratakan
9. Bakar lidi/ose, kemudian diletakkan dirak ose.
10. Keringkan apusan pada object glass dengan api Bunsen
atau difiksasi.
11. Lakukan fiksasi dengan cara mengelilingi kaca preparat
pada api Bunsen sebanyak tiga kali.
b. Pewarnaan
1. Siapkan alat dan bahan
2. Isi baskom dengan air lalu letakkan kaki tiga dan nyalakan
bunsen
3. Taruh sediaan diatas kaki tiga
4. Teteskan Carbol Fuchsin pada sediaan kemudian
dipanaskan sampai menguap (jangan sampai mendiih dan
kering), ditunggu 5 menit tanpa pemanasan lebih lanjut lalu
dibilas dengan air mengalir
5. Dekolorisasi dengan Asam Alkohol pada sediaan, lalu dibilas
dengan air mengalir.
6. Teteskan Methylene Blue, ditunggu hingga 30 detik lalu
dibilas dengan air mengalir.
7. Dikeringkan dengan kertas tissue (Jangan diusap hanya di
taptap saja)

VII. HASIL

VIII. PEMBAHASAAN
IX. DAFTAR PUSTAKA
1. Mastra, Nyoman, dkk. 2014. Bakteriologi. Denpasar : Politektnik
Kesehatan Denpasar Jurusan Analis Kesehatan.
2. Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT.
Raga Grafindo Persada.
3. Syahrurachman, dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
Edisi Revisi. Jakarta: UI Press.
4. Hadiotomo, Ratna Siri., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam
Praktek. Jakarta : Pt Gramedia.
5. Pelezar,chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press:
Jakarta
6. Jawetz, Melnick, Adelberg, 2008, Mikrobiologi Kedokteran, edisi
23, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Palembang, 08 Desember 2019


Pembimbing Praktikum, Mahasiswi,

Bastian, S.Si.T Echa supriyanti


NBM :1319320 NIM :51118008

NAMA : ECHA SUPRIYANTI

NIM : 51118008

PRAKTIKUM KE V

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI


I. HARI /TANGGAL : Selasa / 26 november 2019
II. MATERI : “Pewarnaan dengan menggunakan tinta india”
III. TUJUAN : Untuk mengetahui cara pewarnaan dengan
menggunakan tinta india dengan baik dan
benar.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Mikropipet
3. Blue tip
4. Yellow tip
5. Rak pewarnaan
6. Rak tabung reaksi

Bahan:

1. Kultur bakteri staphylococcus aureus


2. Carbol fuchsin
3. Handscune
4. masker
5. Tisu

V. DASAR TEORI
Pewarnaan bakteri pada umumnya bertujuan untuk
mempermudah dalam pengamatan morfologi bakteri dengan
bantuan mikroskop. Bakteri umumnya tidak berwarna dan hampir
tidak terlihat karena kurang kontras dengan air dimana mereka
mungkin berada. Pewarnaan sangat dibutuhkan untuk melihat
bakteri dengan sangat jelas baik untuk pengamatan intraseluler
maupun morfologi keseluruhan. Pewarnaan negatif bertujuan untuk
memberi warna gelap pada latar belakang dan tidak memberiwarna
pada sel bakteri. Hal tersebut dapat terjadi karena pada pewarnaan
negatif, pewarna yang digunakan adalah pewarna asam dan memik
i komponen kromoforikyang bermuatan negatif, yang juga dimiliki
oleh sitoplasma bakteri. Sehingga pewarna tidak dapat menembus
atau berpenetrasi ke dalam sel bakteri karena negatif charge
pada permukaan sel bakteri. Pada pewarnaan negatif ini, sel bakter
i terlihat transparan(tembus pandang).
Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran
sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau
perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya
penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga
penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini
menggunakan cat nigrosin atau tinta cina.

VI. PROSEDUR KERJA


1. Membersihkan meja terlebih dahulu
2. Siapkan alat dan bahan
3. Menggunakan APD
4. Bersihkan glass preparat menggunakan alkohol dan keringkan
dengan tissu
5. Beri label pada glass preparat bagian tepi bawah
6. Tetesi 1 tetes tinta cina pada bagian tepi lalu tetesi dengan
kultur bakteri staphylococcus aureus, homogenkan
7. Buat apusan satu arah menggunakan glass preparat lain yg
telah dibersihkan
8. Keringkan dengan cara fiksasi
9. Amati menggunakan mikroskop

VII. HASIL

VIII. PEMBAHASAAN

IX. DAFTAR PUSTAKA


1. Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan:
Jakarta
2. Pelezar,chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta
Waluyo,lud. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum.
UMM. Malang
3. Widjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang :
Djambatan
4. Volk dan Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi ke 5,
Erlangga, Jakarta.
5. Mastra, Nyoman, dkk. 2014. Bakteriologi. Denpasar : Politektnik
Kesehatan Denpasar Jurusan Analis Kesehatan.
6. Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT.
Raga Grafindo Persada.

Palembang, 08 Desember 2019


Pembimbing Praktikum, Mahasiswi,

Bastian, S.Si.T Echa supriyanti


NBM :1319320 NIM :51118008
NAMA : ECHA SUPRIYANTI

NIM : 51118008

PRAKTIKUM KE VI

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI


I. HARI /TANGGAL :Jum’at / 06 Desember 2019
II. MATERI : “Pembacaan preparat pewrnaan BTA metode
ziehl neelsen (sputum)
III. Tujuan : Untuk mengetahui cara Pembacaan preparat
pewarnaan BTA metode zen liehsen (sputum)
baik dan benar.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Mikroskop
2. Oil meirsel

Bahan:

1. Preparat BTA yang sudah diwarnai


2. Tisu
3. Masker
4. handscune

V. DASAR TEORI
Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat
diwarnai dengan pewarnaan anilin biasa kecuali dengan
menggunakan fenol dan dengan pemanasan. Bakteri ini memilki
dinding sel berlilin karena mengandung sejumlah besar materi
lipoidal oleh karena itu bakteri ini hanya dapat diwarnai dengan
pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain). Dinding sel hidrofobik dan
impermeabel terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain pada
cairan atau larutan encer. Ketika proses pewarnaan, bakteri tahan
asam ini melawan dekolorisasi dengan asam sehingga bakteri
tersebut disebut bakteri tahan asam (Ball, 1997).
Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yaitu dengan menggunakan
zat warna carbol fuchsin 0,3 %, asam alkohol 3 %, dan methylen
blue 0,3%. Pada pemberian warna pertama, yaitu carbol fuchsin,
BTA bersifat mempertahankannya. Carbol fuchsin merupakan
fuksin basa yang dilarutkan dalam larutan fenol 5 %. Larutan ini
memberikan warna merah pada sediaan dahak. Fenol digunakan
sebagai pelarut untuk membantu pemasukan zat warna ke dalam
sel bakteri sewaktu proses pemanasan. Fungsi pemanasan untuk
melebarkan pori-pori lemak BTA sehingga carbol fuchsin dapat
masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan pemucat, yaitu asam
alkohol, maka zat warna pertama tidak mudah dilunturkan. Bakteri
kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menutup pori-pori dan
menghentikan pemucatan. BTA akan terlihat berwarna merah,
sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan melarutkan carbol
fuchsin dengan cepat sehingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah
penambahan zat warna kedua yaitu methylen blue, bakteri tidak
tahan asam akan berwarna biru (Lay, 1994).
Menurut Entjang (2003), pada pewarnaan bakteri dengan
metode Ziehl-Neelsen dapat menggolongkan bakteri menjadi dua,
yaitu :
3. Bakteri yang berwarna merah dengan pewarnaan Ziehl-
Neelsen disebut bakteri tahan asam (acid fast).
4. Bakteri yang berwarna biru dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen
disebut bakteri tidak tahan asam (non acid fast).
Metode Ziehl-Neelsen digunakan karena cukup sederhana
dan mempunyai sensitivitas serta spesifitas yang cukup tinggi.
Spesifitas dan sensitivitas yang tinggi sebenarnya dimiliki oleh
metode fluorokrom. Bakteri yang terwarnai menunjukkan warna
yang kontras dengan lingkungannya dan tidak membutuhkan
perbesaran sampai 1000x sehingga bisa mempercepat waktu.
Akan tetapi, alat yang digunakan tidak ada yaitu mikroskop
fluorescens (Kurniawati et al., 2005).
Larutan kimia yang digunakan adalah alkohol asam
3% , carbol fuchsin 0,3%, serta methylen blue 0,3% yang masing-
masing mempunyai fungsi antara lain asam alkohol digunakan
sebagai peluntur, carbol fuchsin mempunyai fungsi membuka
lapisan lilin agar menjadi lunak sehingga cat dapat menembus
masuk ke dalam sel bakteri M. tuberculosis. Methylen blue
berfungsi sebagai cat lawan dan pada pemberian methylen blue
pada bakteri akan tetap berwarna merah dengan latar belakang
biru atau hijau (Jutono dkk., 1980).
Standar yang terdapat dalam IUATLD (International Union
Against Tuberculosis Lung Disease) seperti berikut :

- Negatif : Tidak dijumpai adanya BTA


- Positif : Ditemukan 1-9 BTA/100 LP
- Positif 1 : Ditemukan 10-99 BTA/100 LP
- Positif 2 : Ditemukan 1-10 BTA/1 LP
- Positif 3 : Ditemukan lebih dari 10 BTA/1 LP

VI. PROSEDUR KERJA


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Pakai APD
3. Preparat yang sudah jadi diamati dibawah mikroskop dengan
setting pembesaran objektif 10 kali untuk mencari lapang
pandang, kemudian dilanjutkan dengan perbesaran objektif
1000 kali dengan penambahan oil imersi untuk memperjelas
objek yang diamati.
4. Hitung bakteri yang ditemukan dengan 100 kali lapangan
pandang
5. Diamati bentuk dan warna bakteri, bakteri tahan asam akan
berwarna merah berbentuk basil dan bakteri tidak tahan asam
akan berwarna biru.
VII. HASIL

VIII. PEMBAHASAAN

IX. DAFTAR PUSTAKA


1. Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan:
Jakarta
2. Pelezar,chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press:
Jakarta Waluyo,lud. 2010. Buku Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi Umum. UMM. Malang
3. Widjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang :
Djambatan
4. Volk dan Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi ke 5,
Erlangga, Jakarta.
5. Mastra, Nyoman, dkk. 2014. Bakteriologi. Denpasar : Politektnik
Kesehatan Denpasar Jurusan Analis Kesehatan.
6. Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT.
Raga Grafindo Persada.

Palembang, 08 Desember 2019


Pembimbing Praktikum, Mahasiswi,
Bastian, S.Si.T Echa supriyanti
NBM :1319320 NIM :51118008

NAMA : ECHA SUPRIYANTI

NIM : 51118008

PRAKTIKUM KE VII

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI


I. HARI /TANGGAL :Selasa / 26 november 2019
II. MATERI : “Pewarnaan Spora”
III. TUJUAN : Untuk mengetahui cara pewarnaan
spora dengan baik dan benar.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Rak pewarna
2. Pipet tetes
3. Ose
4. Bunsen
5. Objek glass
6. Mikroskop
7. Oil meirsel
8. Korek

Bahan:

1. Carbol funchsin
2. Bakteri bacillus
5. Alkohol
6. Air
7. H2SO4
6. Handscune
7. Methylene blue
8. masker
9. Tisu

V. DASAR TEORI
Beberapa spesies bakteri tertentu dapat membentuk spora.
Spora dihasilkan di dalam tubuh vegetatif bakteri tersebut, dapat
berada di bagian tengah (central), ujung (terminal) ataupun tepian
sel. Pelczar (1986), menyatakan bahwa spora merupakan tubuh
bakteri yang secara metabolik mengalami dormansi, dihasilkan
pada faselanjut dalam pertumbuhan sel bakteri yang sama seperti
asalnya, yaitu sel vegetatif. Spora bersifat tahan terhadap tekanan
fisik maupun kimiawi.
Santoso (2010) menyebutkan bahwa ada dua genus bakteri
yang dapat membentuk endospora, yaitu genus Bacillus dan genus
Clostridium.Strukturspora yang terbentuk di dalam tubuh vegetative
bakteri disebut sebagai ‘endospora’ (endo=dalam, spora=spora)
yaitu spora yang terbentuk di dalam tubuh. Secara sederhana,
dapat dikatakan bahwa endospora merupakan sel yang mengalami
dehidrasi dengan dinding yang mengalami penebalan serta
memiliki beberapa lapisan tambahan.Dengan adanya kemampuan
untuk membentuk spora ini, bakteri tersebut dapat bertahan pada
kondisi yang ekstrim.Menurut Pelczar (1986) bakteri yang dapat
membentuk endospore ini dapat hidup dan mengalami tahapan-
tahapan pertumbuhan sampai beberapa generasi, dan spora
terbentuk melalui sintesis protoplasma baru di dalam sitoplasma sel
vegetatifnya.
Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam pengamatan spora
bakteri diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus
dinding tebal spora. Contoh dari pewarnaan yang dimaksudkan
oleh Volk & Wheeler tersebut adalah dengan penggunaan larutan
hijau malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan, sel
vegetative juga diwarnai dengan larutan safranin 0,5% sehingga sel
vegetative ini berwarna merah. Dengan demikian ada atau tidaknya
spora dapat teramati, bahkan posisi spora di dalam tubuh sel
vegetative juga dapat diidentifikasi.Namun ada juga zat warna
khusus untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya
melibatkan treatment pemanasan, yaitu; spora dipanaskan
bersamaan dengan zat warna tersebut sehingga memudahkan zat
warna tersebut untuk meresap ke dalam dinding pelindung spora
bakteri. Beberapa zat warna yang telah disebutkan di atas, dapat
mewarnai spora bakteri, tidak lepas dari sifat kimiawi dinding spora
itu sendiri.

VI. PROSEDUR KERJA


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Pakai APD
3. Membuat suspensi menggunakan bakteri bacillus dicampur
NaCL dan carbol funchsin perbandingan 1:1, lalu panaskan
diatas lampu bunsen
4. Bersihkan object glass menggunakan alkohol lalu keringkan
dengan tissu
5. Suspensi bakteri diambil sebanyak 2-3 mata ose kemudian
diletakkan di atas objeck glass, tunggu sampai kering.
6. Setelah kering preparat difiksasi terlebih dahulu sebanyak tiga
kali.
7. Tetesi preparat dengan H2SO4 untuk menghilangkan warna
pada carbol funchsin
8. Tetesi methylene blue tunggu sampai 5 menit lalu dibilas
dengan air mengalir tunggu sampai kering
9. Amati dengan mikroskop menggunakan perbesaran 1000x dan
ditetesi oil imersil.

VII. HASIL
VIII. PEMBAHASAAN

IX. DAFTAR PUSTAKA


1. Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan:
Jakarta
2. Pelezar,chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press:
Jakarta Waluyo,lud. 2010. Buku Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi Umum. UMM. Malang
3. Widjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang :
Djambatan
4. Volk dan Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi ke
5, Erlangga, Jakarta.
5. Mastra, Nyoman, dkk. 2014. Bakteriologi. Denpasar :
Politektnik Kesehatan Denpasar Jurusan Analis Kesehatan.
6. Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta:
PT. Raga Grafindo Persada.

Palembang, 08 Desember 2019


Pembimbing Praktikum, Mahasiswi,

Bastian, S.Si.T Echa supriyanti


NBM :1319320 NIM :51118008
NAMA : ECHA SUPRIYANTI

NIM : 51118008

PRAKTIKUM KE VIII

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI


I. HARI /TANGGAL:Selasa / 26 november 2019
II. MATERI : “Memvalidasi hasil Pembacaan preparat
pewrnaan BTA metode ziehl neelsen
(sputum)”
III. TUJUAN : Untuk mengetahui memvalidasi hasil
pembacaan preparat pewarnaan BTA
metode ziehl neelsen (sputum)..
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Mikroskop
2. Oil meirsel

Bahan:

1. Preparat BTA yang sudah jadi


2. masker
3. Tisu
4. Handscune

V. DASAR TEORI
Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat
diwarnai dengan pewarnaan anilin biasa kecuali dengan
menggunakan fenol dan dengan pemanasan. Bakteri ini memilki
dinding sel berlilin karena mengandung sejumlah besar materi
lipoidal oleh karena itu bakteri ini hanya dapat diwarnai dengan
pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain). Dinding sel hidrofobik dan
impermeabel terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain pada
cairan atau larutan encer. Ketika proses pewarnaan, bakteri tahan
asam ini melawan dekolorisasi dengan asam sehingga bakteri
tersebut disebut bakteri tahan asam (Ball, 1997).
Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yaitu dengan menggunakan
zat warna carbol fuchsin 0,3 %, asam alkohol 3 %, dan methylen
blue 0,3%. Pada pemberian warna pertama, yaitu carbol fuchsin,
BTA bersifat mempertahankannya. Carbol fuchsin merupakan
fuksin basa yang dilarutkan dalam larutan fenol 5 %. Larutan ini
memberikan warna merah pada sediaan dahak. Fenol digunakan
sebagai pelarut untuk membantu pemasukan zat warna ke dalam
sel bakteri sewaktu proses pemanasan. Fungsi pemanasan untuk
melebarkan pori-pori lemak BTA sehingga carbol fuchsin dapat
masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan pemucat, yaitu asam
alkohol, maka zat warna pertama tidak mudah dilunturkan. Bakteri
kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menutup pori-pori dan
menghentikan pemucatan. BTA akan terlihat berwarna merah,
sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan melarutkan carbol
fuchsin dengan cepat sehingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah
penambahan zat warna kedua yaitu methylen blue, bakteri tidak
tahan asam akan berwarna biru (Lay, 1994).
Menurut Entjang (2003), pada pewarnaan bakteri dengan
metode Ziehl-Neelsen dapat menggolongkan bakteri menjadi dua,
yaitu :
5. Bakteri yang berwarna merah dengan pewarnaan Ziehl-
Neelsen disebut bakteri tahan asam (acid fast).
6. Bakteri yang berwarna biru dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen
disebut bakteri tidak tahan asam (non acid fast).
Metode Ziehl-Neelsen digunakan karena cukup sederhana
dan mempunyai sensitivitas serta spesifitas yang cukup tinggi.
Spesifitas dan sensitivitas yang tinggi sebenarnya dimiliki oleh
metode fluorokrom. Bakteri yang terwarnai menunjukkan warna
yang kontras dengan lingkungannya dan tidak membutuhkan
perbesaran sampai 1000x sehingga bisa mempercepat waktu.
Akan tetapi, alat yang digunakan tidak ada yaitu mikroskop
fluorescens (Kurniawati et al., 2005).
Larutan kimia yang digunakan adalah alkohol asam
3% , carbol fuchsin 0,3%, serta methylen blue 0,3% yang masing-
masing mempunyai fungsi antara lain asam alkohol digunakan
sebagai peluntur, carbol fuchsin mempunyai fungsi membuka
lapisan lilin agar menjadi lunak sehingga cat dapat menembus
masuk ke dalam sel bakteri M. tuberculosis. Methylen blue
berfungsi sebagai cat lawan dan pada pemberian methylen blue
pada bakteri akan tetap berwarna merah dengan latar belakang
biru atau hijau (Jutono dkk., 1980).
Standar yang terdapat dalam IUATLD (International Union
Against Tuberculosis Lung Disease) seperti berikut :

- Negatif : Tidak dijumpai adanya BTA


- Positif : Ditemukan 1-9 BTA/100 LP
- Positif 1 : Ditemukan 10-99 BTA/100 LP
- Positif 2 : Ditemukan 1-10 BTA/1 LP
- Positif 3 : Ditemukan lebih dari 10 BTA/1 LP

VI. PROSEDUR KERJA


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Pakai APD
3. Preparat yang sudah jadi diamati dibawah mikroskop
dengan setting pembesaran objektif 10 kali untuk mencari
lapang pandang, kemudian dilanjutkan dengan perbesaran
objektif 1000 kali dengan penambahan oil imersi untuk
memperjelas objek yang diamati.
4. Hitung bakteri yang ditemukan dengan 100 kali lapangan
pandang
5. Diamati bentuk dan warna bakteri, bakteri tahan asam akan
berwarna merah berbentuk basil dan bakteri tidak tahan
asam akan berwarna biru.

VII. HASIL

VIII. PEMBAHASAAN

IX. DAFTAR PUSTAKA


1. Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan:
Jakarta
2. Pelezar,chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press:
Jakarta Waluyo,lud. 2010. Buku Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi Umum. UMM. Malang
3. Widjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang :
Djambatan
4. Volk dan Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi ke
5, Erlangga, Jakarta.
5. Mastra, Nyoman, dkk. 2014. Bakteriologi. Denpasar :
Politektnik Kesehatan Denpasar Jurusan Analis Kesehatan.
6. Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta:
PT. Raga Grafindo Persada.

Palembang, 09 Desember 2019


Pembimbing Praktikum, Mahasiswi,
Bastian, S.Si.T Echa supriyanti
NBM :1319320 NIM :51118008

Anda mungkin juga menyukai