Anda di halaman 1dari 2

ISSN: 2338 4638 Volume 2 Nomor 5a (2018)

Lesbian, Gay, Bisek dan Transgender (LGBT)


Dalam Konsep Hak Asasi Manusia
Sodikin*

Memperhatikan fenomena ke-


hidupan sekarang ini yang ada di
tengah-tengah kita yaitu perilaku
yang menyimpang dari perilaku
umum yang ada pada kehidupan
masyarakat yang sangat dinamis ini.
Perilaku Lesbian, Guy, Bisek dan
Transgender (LGBT) muncul kem-
bali sesuai dengan arus globalisasi
dengan mengatasnamakan hak asasi
manusia. Perilaku semacam ini tid-
ak hanya menimbulkan masalah
sosial juga masalah-masalah lain,
yaitu agama, kesehatan, dan
hukum. Masalah itu menjadi perde- asasi manusia, terlebih dahulu me- bermasyarakat. (Budiardjo, 1981:
batan yang panjang antara yang mahami pengertian dasar tentang 120). Djoko Rahardjo (1994) meru-
mendukung keberadaan kaum hak. Secara definitif hak merupa- muskan hak asasi manusia adalah
LGBT dan yang melarang adanya kan unsur normatif yang berfungsi suatu konsepsi mengenai
kaum LGBT. Perdebatan atau disku- sebagai pedoman berperilaku, pengakuan atau harkat dan marta-
si juga belum menemukan titik temu melindungi kebebasan, kekebalan bat manusia yang dimiliki secara
yang maksimal untuk me- serta menjamin adanya peluang alamiah yang melekat pada setiap
nyelesaikan perilaku yang berbeda bagi manusia dalam menjaga harta manusia tanpa perbedaan bangsa,
dari masyarakat Indonesia dan martabatnya (Tim ICCE UIN ras, agama dan jenis kelamin. Oleh
umumnya. Kaum LGBT mengklaim Jkt, 2003: 199). Jadi, secara harfiah karena itu, harkat dan martabat
bahwa diri dan eksistensinya tidak yang dimaksud dengan hak asasi yang dimiliki manusia secara alami-
lain adanya sebagai upaya adanya manusia adalah hak pokok atau ah dan kodrati yang melekat pada
hak yang melekat pada orang hak dasar (Yudana, 1993: 25), se- setiap manusia tanpa perbedaan
seorang, sehingga keberadaan kaum hingga hak asasi manusia merupa- apapun. John Locke juga merumus-
LGBT tidak boleh dipermasalahkan kan hak yang bersifat fundamental. kan bahwa hak asasi manusia ada-
apalagi dilarang karena merupakan Hak asasi manusia adalah hak lah hak-hak yang dibawanya se-
hak asasi yang mereka miliki. Sekali yang dimiliki manusia menurut menjak manusia itu dilahirkan di
lagi mereka melakukannya hanya- kodratnya, yang tidak dipishkan dunia, bahkan sesungguhnya manu-
lah atas nama hak asasi manusia dari hakikat dan karena itu bersifat sia atau bayi yang masih dalam kan-
yang mereka miliki dan secara sosial suci (Purbopranoto, 1969: 18). dungan seorang ibu pun telah
masyarakat harus menerima mereka Menurut Miriam Budiardjo, bahwa mempunyai hak asasi manusia
sebagai bagian dari masyarakat pa- hak-hak asasi manusia sebagai hak- (terjemahan Soehino, 1985: 80).
da umum, begitu juga agama dan hak yang dimiliki manusia yang Merenung atau berpikir secara
hukum tidak boleh seenaknya telah diperolehnya dan dibawanya mendalam dari beberapa pendapat
melarang keberadaan kaum LGBT. bersamaan dengan kelahiran atau ahli tentang hak asasi manusia ter-
Untuk memahami hakikat hak kehadirannya dalam kehidupan sebut, yang pada intinya hak asasi

- 41 -
manusia itu adalah hak dasar, hak fundamental, hak sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupa-
alamiah, hak yang paling hakiki dan secara kodrati di- kan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
miliki manusia sejak lahir (dibawa sejak lahir), yang tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah,
bukan pemberian manusia. Hal ini berarti dalam ke- dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
hidupan sosial masyarakat harus menghormati harkat harkat dan martabat manusia.” Begitu juga dalam Pasal
dan martabat setiap manusia dan diakui sebagai bagian 3 ayat (1) “Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat
dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, fenomena dan martabat manusia yang sama dan sederajat serta
perilaku lesbian, gay, bisek dan transgender yang dikaruniai akal dan hati murni untuk hidup ber-
kemudian masyarakat menyebutnya dengan LGBT ada- masyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam semangat
lah juga secara kodrati atau alamiah merupakan hak persaudaraan”. Pasal 5 ayat (1) “Setiap orang diakui
asasi manusia. Jadi, melalui pendapat para ahli tersebut sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan
bahwa perilaku LGBT bukanlah atas nama hak asasi memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama
manusia, karena tidak secara kodrati, alamiah, funda- sesuai dengan martabat kemanusiaannya di depan
mental yang dibawa sejak lahir. LGBT secara sosial per- hukum.” Pasal 10 ayat (1) “Setiap orang berhak mem-
ilaku yang menyimpang dari kehidupan masyarakat bentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan me-
pada umumnya. Adanya LGBT menjadi permasalahan lalui perkawinan yang sah”. Undang-Undang Nomor 39
dalam kehidupan masyarakat yang ajeg, sehingga Tahun 1999 juga sama memberikan jaminan akan hak
masyarakat akan mencemooh dan memperlakukan tid- alamiah, hak kodrati, hak fundamental yang dibawa
ak sewajarnya. sejak lahir, bahkan pada dirinya manusia tidak boleh
Merujuk Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia mengubah kodrat yang sudah diberikan oleh Tuhan
1948, dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa “Semua orang YME yang dibawa sejak lahir. Demikian aturan hukum
dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak- memberikan jaminan hak asasi manusia yang memberi
hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani penegasan bahwa perilaku seperti lesbian, gay, bisek
dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam per- dan transgender bukan wujud dari hak asasi manusia.
saudaraan.” Hal ini pengakuan dunia terhadap harkat Dengan demikian, apabila disimpulkan bahwa per-
dan martabat manusia yang dikaruniai akal dan hati ilaku kaum lesbian, gay, bisek dan transgender bukan
nurani sebagai manusia ciptaan Tuhan. UUD 1945 merupakan hak asasi manusia, karena telah melanggar
mengatur tentang harkat dan martabat manusia sebagai norma sosial masyarakat, aturan hukum, kesehatan dan
hak asasi manusia, seperti diatur dalam Pasal 28H ayat agama yang pada akhirnya mereka jugalah yang me-
(1) menyatakan “setiap orang berhak membentuk langgar HAM.[]
keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawi-
nan yang sah”, dan Pasal 28H ayat (1) menyatakan Pustaka Acuan:
“setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, *Penulis adalah Doktor FH Universitas Padjadjaran dan pengajar
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup Hukum Tata Negara dan Hukum Lingkungan di Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Jakarta dan UIN Syarif Hidayatullah
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pela- Jakarta.
yanan kesehatan.” Ketentuan dalam UUD 1945 tersebut Rahardjo, Djoko, Pembahasan Makalah Prof. Mariam Budiardjo, ber-
negara memberikan pengakuan kepada setiap orang judul “Konsep Barat dan Non-Barat Mengenai Hak Asasi Manusia”
akan harkat dan martabatnya yaitu secara kodrati se- Seminar Sehari Hak Asasi Manusia oleh Perguruan Tinggi Hukum
Militer, Jakarta, Juni 1994.
bagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
John Locke dalam Soehino, Hukum Tata Negara, Negara Kesatuan
Selanjutnya pengakuan diri manusia dan harkat dan Republik Indonesia Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
martabat yang secara kodrati dan alamiah sebagai cip- Dasar 1945 adalah Negara Hukum, Yogyakarta, Liberty, 1985.
taan Tuhan YME menurut Undang-Undang Nomor 39 Purbopranoto, Kuntjoro, Hak-hak Asasi Manusia dan Pancasila, Jakarta,
Pradnya Paramita, 1969.
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia juga secara jelas
Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia: 1981.
dan detail memberikan pemahaman hak asasi manusia Tim ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
termasuk yang secara alamiah atau kodrati yang meru- Madani, Jakarta, Prenada Media, 2003.
pakan harkat dan martabat manusia. Pasal 1 angka 1 Yudana dalam St. Harum Pujiarto, Hak Asasi Manusia di Indonesia
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 menyebutkan Suatu Tinjauan Filosofis Berdasarkan Pancasila dan Permasala-
hannya Dalam Hukum Pidana, Yogyakarta, Universitas Atmajaya,
bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak 1993.
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia

‘Adalah; Buletin Hukum dan Keadilan merupakan berkala ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Studi Konstitusi dan Legislasi Nasional
(POSKO-LEGNAS), Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penasehat: Prof. Dr. H. Abdul Ghani Abdullah, SH., Prof. Dr. H. A Salman Maggalatung, SH., MH. Pemimpin Redaktur: Indra
Rahmatullah, Tim Redaktur: Nurrohim Yunus, Fathuddin, Mara Sutan Rambe, Muhammad Ishar Helmi, Erwin Hikmatiar. Penyunting:
Latipah, Siti Nurhalimah. Setting & Layout: Siti Romlah

- 42 -

Anda mungkin juga menyukai