Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem
biologi dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Hasil uji
toksisitas tidak dapat digunakan secara mutlak untuk membuktikan keamanan suatu
bahan/sediaan pada manusia, namun dapat memberikan petunjuk adanya toksisitas relatif dan
membantu identifikasi efek toksik bila terjadi pemaparan pada manusia (Anonima, 2014).
Tujuan akhir dari uji toksisitas ini berkaitan dengan nilai keamanan suatu zat kimia
dalam penggunaannya pada manusia, dan idealnya data yang dikumpulkan seharusnya
berasal juga dari manusia itu sendiri. Tetapi, karena hambatan tidak memungkinkan
perlakuan langsung pada manusia, maka uji toksikologi dilakukan pada binatang, hewan sel
Uji yang dilakukan dengan memberikan zat kimia yang sedang diuji sebanyak
setiap hari atau lima kali seminggu selama jangka waktu kurang lebih 10% dari
Toksisitas akut adalah efek berbahaya yang terjadi segera setelah terpapar dosis tunggal
atau berulang dalam waktu 24 jam (Priyanto, 2009). Sedangkan uji toksisitas akut itu adalah
suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul dalam waktu singkat setelah
pemberian sediaan uji yang diberikan dalam dosis tunggal dalam waktu 24 jam (Anonima,
2014).
Prinsip uji ini adalah pemberiaan sediaan uji dalam beberapa tingkatan dosis yang
diberikan pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis perkelompok (Anonima,
2014). Uji toksisitas akut ini dirancang untuk menetukan efek yang terjadi dalam periode
Penelitian toksisitas akut ini bertujuan mengidentifikasi bahan kimia yang toksik dan
memperoleh informasi tentang bahaya terhadap manusia bila terpajan. Uji toksisitas akut
digunakan untuk menetapkan nilai median Lethal Dose (LD50) dari suatu toksikan. LD50
bahan obat mutlak harus ditentukan karena nilai ini digunakan dalam penilaian resiko
manfaat dan daya racun yang dinyatakan sebagai indeks terapi obat. Dimana makin besar
indeks terapi, maka makin aman obat tersebut digunakan (Soemardji et al, 2002).
Tujuan dilakukannya uji toksisitas akut sebenarnya bukan hanya untuk menentukan
dosis letal 50%, mengetahui mekanisme kerja dan target organ dari toksik yang diuji, tetapi
a. Menentukan range dosis (interval dosis) untuk uji berikutnya (uji farmakologi,
b. Untuk mengklasifikasi zat uji, apakah masuk kategori praktis tidak toksik, supertoksik
f. Untuk memenuhi persyaratan regulasi, jika zat uji akan dikembangkan menjadi obat.
g. Mengetahui pengaruh umur, jenis kelamin, cara pemberian dan faktor lingkungan
h. Mengetahui variasi respon antar spesies dan antar strain (hewan, mikroba), serta
Lethal Dose 50 adalah suatu besaran yang diturunkan secara statistik, guna menyatakan
dosis tunggal suatu senyawa yang diperkirakan menyebabkan kematian atau menimbulkan
efek toksik yang berarti pada 50% hewan percobaan setelah perlakuan (Hodgson, 2000).
Biasanya, makin kecil nilai LD50 maka semakin toksik senyawa tersebut. Demikian juga
sebaliknya, semakin besar nilai LD50 maka semakin rendah toksisitasnya. Potensi toksisitas
akut senyawa pada hewan percobaan dibagi menajadi beberapa kelas, adalah sebagai berikut
(Priyanto, 2009) :
Anonima, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No. 7 Tahun 2014 : Pedoman Uji Toksisitas Nonklonik Secara In Vivo.diakses 10
desember 2019.
Anonimb, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No. 13 Tahun 2014 : Pedoman Uji Klinik Obat Herbal,_diakses 10 desember 2019.
Hodgson, E., Levi P.E., 2000, A Textbook of Modren Toxicology, Mc Graw-Hill Higher
Education, Singapore.
Lu, F.C., 2006,Toksikologi Dasar (Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko), Edisi II,
Penerjemah: E.Nugroho, Z.S. Bustaminan Z., Parmansjah, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Priyanto, 2009, Toksikologi : Mekanisme, Terapi Antidotum dan Penilaian Resiko, Leskonfi,
Depok.
Soemardji, A. A., 2002, “Toksisitas Akut dan Penentuan LD50 Oral dan Ekstrak Air Daun
Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F) pada mencit Swiis Webster”, Jurnal
Matematika dan Sains. Vol 7(2), 57-62.
Timbrell, J. A., 2002, Introduction to Toxicology Ed. 3, Taylor & Francis, London.
Wardana, R.P.V., 2014, “Uji Toksisitas Antidiabetes Ekstrak dan Fraksi Akar dan Batang
Sekunyit (Fibraurea tinctoria Lour) secara in vitro melalui inhibisi enzim-
Glukokidasea”, Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau.
Schmitz, Gery., 2003, Farmakologi dan Toksikologi : Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.