Anda di halaman 1dari 18

RASULULLAH Shallallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Setiap tulang dan

persendian badanmu ada sedekahnya, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid
adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap
amar ma’ruf adalah sedekah, dan setiap nahi munkar adalah sedekah. Maka yang
dapat mencukupi hal itu hanyalah dua raka’at yang dilakukannya dari sholat
dhuha,” (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud).

Meraih sehat tidak hanya dengan cara berolahraga, tapi bisa diraih lewat beribadah, salah
satunya dengan ibadah sholat dhuha. Rasulullah Saw bersabda “Shalat dhuha itu shalat
orang yang kembali kepada Allah, setelah orang-orang mulai lupa dan sibuk bekerja,
yaitu pada waktu anak-anak unta bangun karena mulai panas tempat berbaringnya.” (HR.
Muslim).

Berdasarkan hadist tersebut waktu utama Shalat Dhuha adalah diakhirkan yaitu ketika
matahari telah mulai menyengat, pasir mulai panas sehingga panasnya dirasakan oleh
kaki anak-anak unta. Jika menurut kondisi di Indonesia antara pukul 10-11.00, atau lebih
dari itu tapi hati-hati terhadap waktu haram yang muncul sekitar pukul 11.30 sesuai
waktu dzuhurnya. Pada waktu-waktu tersebut tubuh memerlukan energi dan harus
bersiap menghadapi strees yang menempa.

Oleh karena itu pada waktu-waktu tersebut kita membutuhkan peregangan untuk
kesiapan kita menyongsong hari penuh tantangan. Caranya adalah dengan melaksanakan
shalat Dhuha. Jika tidak memungkinkan dikerjakan pada waktu-waktu utama, shalat
dhuha bisa dilakukan di awal sebelum melakukan aktivitas harian.

Apa hubungannya peregangan dengan shalat Dhuha? Rasulullah Saw menyebutkan


peregangan dengan ungkapan santun yaitu “Hak dari tiap persendian”. Seperti yang
diriwayatkan Buraidah r.a bahwa Rasulullah Saw bersabda “Dalam tubuh manusia
terdapat 360 persendian dan ia wajib bersedekah untuk tiap persendiannya.” Para sahabat
bertanya , “Siapa yang sanggup, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ludah dalam
masjid yang dipendamnya atau sesuatu yang disingkirkannya dari jalan. Jika ia tidak
mampu, maka dua rakaat Dhuha sudah mencukupinya” (H.r. Ahmad dan Abu Dawud).

Dr. Ebrahim Kazim, seorang dokter, peneliti, serta direktur dari Trinidad Islamic
Academy menyatakan, “Repeated and regular movements of the body during prayers
improve muscle tone and power, tendon strength, joint flexibility and the cardio-vascular
reserve.” Gerakan teratur dari shalat menguatkan otot berserta tendonnya, sendi serta
berefek luar biasa terhadap sistem kardiovaskular.

Itulah peregangan dan persiapan untuk menghadapi tantangan, tapi bedanya dengan olah
raga biasa adalah: pahalanya yang luar biasa! Abu Darda’ r.a meriwayatkan bahwa
Rasulullah Saw bersabda, “sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla berfirman : “wahai anak
adam, shalatlah untuk-ku empat rakaat dari awal hari, maka aku akan mencukupi
kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (shahih al-jami: 4339).
Selain sebagai peregangan untuk menyongsong hari yang penuh tantangan, Shalat
Dhuaha mampu menghilangkan resiko stress yang timbul karena kesibukan yang kita
lalui. Dengan melaksannakan Shalat Dhuha kita rehat sejenak dari segala aktivitas
sehingga kita merasa rilek dan stres pun terhindarkan. Dr. Ibrahim Kazim menyatakan
bahwa secara bersamaan, ketegangan di pikiran akan berkurang disebabkan komponen
spiritual saat sholat, dengan adanya sekresi enkefalin, endorphin, dinorfin dan
semacamnya “Simultaneously, tention is relieved in the main due to the spiritual
component, assisted by the secretion of enkephalins, endorphins, dynorphins, and
others.”

Enkefalin dan endorphin merupakan zat sejenis morfin, termasuk opiat. Efek keduanya
tidak berbeda dengan opiat lainnya. Zat semacam ini meredakan ketegangan. Bedanya,
enkefalin dan endorphin merupakan zat alami yang diproduksi oleh tubuh, sehingga lebih
bermanfaat dan terkontrol. Jika morfin non-alami bisa memberi rasa tenang dan senang
namun kemudian ketagihan dan memberikan efek negatif bagi tubuh, maka endorphin
dan enkefalin tidak. Zat ini memberi rasa tenang, rileks, bahagia, lega secara alami.
Hasilnya, seseorang tampak jauh lebih pede, optimis, hangat dan menyenangkan.

Marilah kita amalkan Shalat Dhuha sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah Swt
dan rasakan manfaatnya yang luar biasa bagi kesehatan! []

Diasuh oleh Oleh: Yudhistira Adi Maulana, Penggagas rumah sehat Bekam Ruqyah
Centre Purwakarta yang berasaskan pengobatan Thibbunnabawi. Alamat: Jl. Veteran
No. 106, Kebon Kolot Purwakarta, Jawa Barat, Telf. 0264-205794. Untuk pertanyaan
bisa melalui SMS 0817 920 7630 atau PIN BB 26A D4A 1

SHALAT DHUHA, YUK


Mungkin kita pernah atau sering melaksanakan sholat Dhuha. Tapi tahukah kamu keutamaan sholat Dhuha itu? Yuk,
kita pelajari lebih dalam lagi..

Waktu Pelaksanaan Sholat Dhuha


Dimulai dari waktu matahari meninggi hingga mendekati waktu zawal (matahari bergeser ke barat)[Shahih Fiqih
Sunnah, Abu Malik, 1/425, Al Maktabah At Taufiqiah] atau sekitar pukul 07.00 s/d 11.00

Jumlah Raka’at Sholat Dhuha


Tidak ada ketentuan pasti tentang berapa jumlah minimal/ maksimal raka’atnya. Namun terdapat riwayat hadist
yang mengatakan jumlah raka’at sholat Dhuha adalah 2, 4, 8, atau 12.

"Nabi Muhammad SAW berwasiat kepadaku dengan dua rakaat dhuha" Itban bin Malik berkata, "Pada suatu pagi
Rasulullah SAW berkunjung kepadaku bersama Abu Bakar setelah siang mulai terasa panas. Maka kami pun
membuat shaf di belakang beliau (bermakmum) dan beliau shalat dua rakaat." (HR Bukhari)

Aisyah atas pertanyaan Mu'adzah mengenai jumlah rakaat shalat sunah Dhuha yang dilakukan Nabi Muhammad.
Mu'adzah bertanya kepada Aisyah ra, "Berapa rakaat rasulullah shalat sunah Dhuah?" Aisyah menjawab, "Empat
rakaat dan menambah sekehendak beliau." (HR Muslim)
"Kemudian Fatimah mengahmpiri dan mengambilkan baju beliau. Setelah selesai mandi beliau memakai baju
tersebut lalu berdiri dan shalat delapan rakaat. Itu adalah shalat Dhuha" (HR Muslim)

Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi Shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda : " Barangsiapa mengerjakan shalat
Dhuha 12 rakaat, maka Allah akan membangunkan untuknya istana di surga". (HR Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis
hasan)

Tata Cara Sholat Dhuha


a. Niat
“Ushallii sunnatadh-dhuhaa rok’ataini lillaahi ta’aalaa.”
artinya : Aku niat shalat sunat dhuha dua rakaat, karena Allah ta’alaa.

b. Membaca surat Al-Fatihah

c. Membaca surah Asy-Syamsu, atau Surah Al-Lail pada raka’at pertama.

d. Membaca surah Adh-Dhuha pada raka’at kedua

e. Ruku’, I’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, tasyahud, dan salam dilakukan sama sebagaimana shalat fardhu.

f. Berdo’a

Do’a Setelah Sholat Dhuha

Allahumma innadh dhuha-a dhuha-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka,
wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. allahuma inkaana rizqi fis samma-i fa anzilhu, wa inkaana fil ardhi
fa-akhrijhu, wa inkaana mu’asaran fayassirhu, wainkaana haraaman fathahhirhu, wa inkaana ba’idan fa qaribhu,
bihaqqiduhaa-ika wa bahaaika, wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatini maa ataita ‘ibadikash shalihin.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu,
keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Alloh, apabila
rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar
mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu
(Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.

Rahasia dan Keutamaan shalat Dhuha


Hadits Rasulullah Muhammad saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:

a. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia


Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muahammad saw bersabda:
“Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap
tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir
adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan
dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim).
b. Ghanimah (keuntungan) yang besar
Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:
Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang.

Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!”.

Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan)
yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya).
Lalu Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang
akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya?”
Mereka menjawab; “Ya!

Rasul saw berkata lagi: “Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat
Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat
kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)
c. Sebuah rumah di surga
Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini
dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:

“Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan
sebuah rumah di surga.” (Shahih al-Jami`: 634)
d. Memperoleh ganjaran di sore hari
Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:

Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan
mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).

Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: “Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar
bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika”
(Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: “Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari,
maka aku akan mencukupimu di sore harimu”).
e. Pahala Umrah
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka
pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha,
maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah…” (Shahih al-Targhib: 673).

Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:
“Barang siapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat
Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan
umrah; sempurna, sempurna, sempurna..” (Shahih al-Jami`: 6346).
6. Ampunan Dosa
“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa
itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi)

Ini hanya sebuah ajakan karena setiap muslim harus menjadi bagian dari sebuah jalan kebenaran
dalam ber‘amar ma’ruf nahi munkar. Islam akan kuat dan berkembang kalau kita mengambil peran
dalam memperkuat keimanan umat islam sendiri dan itu bukan hanya tugas para ulama tetapi juga
tugas kita sebagai sesama muslim. Ikuti ajakan ini kalau hati kita ringan dan jangan ikuti kalau kita
belum terbuka hati untuk melakukannya. Marilah kita shalat dhuha. Kita semua punya kesibukan
dari apel pagi hingga apel siang. Tapi tak adakah waktu barang 5 menit untuk mengerjakan sholat
dhuha.
Shalat Dhuha adalah shalat sunat yang dikerjakan pada waktu matahari sedang naik setinggi kurang
lebih 7 hasta sampai tergelincirnya (kira-kira antara jam 07 sampai jam 11). ShaLat ini dilakukan
rasulullah SAW minimal dua rakaat dan maksimal dua belas raka’at dengan salam setiap dua
rakaatnya.
Dalam mengerjakan ibadah hendaknya kita tidak mengharap balasan. Kerjakan dengan ikhlas dan
yakinlah bahwa ganjaran pasti akan datang. Tuhan tidak pernah mengingkari janjiNya. Tugas kita
adalah melaksanakan ibadah dan biarkan Tuhan menyempurnakan sisanya. Dhuha adalah salah satu
pembuka pintu rezeki. Bukankah sebagian besar kita selalu merasa kekurangan ? mengapa kita
tidak merayu Tuhan untuk menambahkan rezeki kita dengan mengerjakan 2 atau 4 rakaat sholat
dhuha ? Rezeki bukan hanya dalam bentuk uang. Kesehatan adalah rezeki, dilepaskan dari bencana
adalah rezeki, naik pangkat dan jabatan adalah rezeki, ditraktir teman juga rezeki, ketenangan hidup
adalah rezeki, ada banyak hal yang merupakan rezeki. Rezeki hanyalah batu loncatan. Tujuan
sebenarnya adalah ketenangan dan keselamatan kehidupan di dunia dan akhirat. Mari sisihkan
waktu 5 menit untuk 2 rakaat shalat dhuha. Lakukan pada jam yang sama setiap hari hingga akan
memicu jam biologis di tubuh untuk merasakan sebuah kebutuhan karena munculnya sebuah
kebiasaan baru. Lakukan dan lakukan. Jangan berfikir apapun. Jangan berharap imbalan apapun
karena imbalan akan datang tepat pada waktunya, bukan pada waktu yang kita kehendaki. Jadikan
sabar dan shalat sebagai penolong. Banyak kesaksian tentang manfaat sholat dhuha. Ada yang
ditambahkan rezeki dan berkahnya, mendapat rezeki dari arah yang tidak terduga, diberi kesehatan,
pertolongan, lunasnya hutang, dinaikkan pangkat dan jabatan, dan berkah lain sesuai dengan
kebutuhan kita karena Tuhan lebih tahu apa yang kita butuhkan.
Manfaat sholat dhuha lainnya :
Hadits Abu Darda dan Abu Dzar RA, dari Rasulullah SAW, dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mulia, dimana Dia berfirma : .”Wahai anak Adam, ruku’lah untuk-Ku empat rakaat di awal siang,
niscaya Aku mencukupimu di akhir siang” Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi.
“Sesungguhnya di dalam syurga, ada pintu yang dinamakan pintu DHUHA, maka ketika datang hari
kiamat memanggillah (yang memanggil Allah), dimanakah orang yang selalu mengerjakan
sembahyang atas Ku dengan sembahyang DHUHA? inilah pintu kamu, maka masuklah kamu ke
dalam syurga dengan rahmat Allah”. (Riwayat Thabrani dari Abu Hurairah).
Semoga bermanfaat.

Banyak yang belum memahami keutamaan shalat yang satu ini. Ternyata shalat Dhuha bisa
senilai dengan sedekah dengan seluruh persendian. Shalat tersebut juga akan memudahkan
urusan kita hingga akhir siang. Ditambah lagi shalat tersebut bisa menyamai pahala haji
dan umrah yang sempurna. Juga shalat Dhuha termasuk shalat orang-orang yang kembali
taat.

Di antara keutamaan shalat Dhuha adalah:

Pertama: Mengganti sedekah dengan seluruh persendian

Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,


‫صدَقَةٌ َو ُك ُّل‬
َ ‫صدَقَةٌ َو ُك ُّل تَحْ ِميدَ ٍة‬َ ‫صدَقَةٌ فَ ُك ُّل ت َ ْس ِبي َح ٍة‬ َ ‫سالَ َمى ِم ْن أ َ َح ِد ُك ْم‬ ُ ‫علَى ُك ِِّل‬
َ ‫صبِ ُح‬ ْ ُ‫ي‬
َ ‫ع ِن ْال ُم ْن َك ِر‬
ٌ‫صدَقَة‬ َ ‫ى‬ٌ ‫صدَقَةٌ َونَ ْه‬
َ ‫وف‬ ِ ‫صدَقَةٌ َوأ َ ْم ٌر بِ ْال َم ْع ُر‬ َ ٍ‫يرة‬ َ ِ‫صدَقَةٌ َو ُك ُّل ت َ ْكب‬
َ ‫ت َ ْه ِليلَ ٍة‬
‫ض َحى‬ ُّ ‫ان يَ ْر َكعُ ُه َما ِمنَ ال‬ ِ َ ‫ئ ِم ْن ذَ ِل َك َر ْكعَت‬ ُ ‫َويُجْ ِز‬
“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah.
Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid
(alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai
sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula
amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran)
adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha
sebanyak 2 raka’at” (HR. Muslim no. 720).

Padahal persendian yang ada pada seluruh tubuh kita sebagaimana dikatakan dalam hadits
dan dibuktikan dalam dunia kesehatan adalah 360 persendian. ‘Aisyah pernah menyebutkan
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ِ ‫علَى ِستِِّينَ َوثَالَثِ َمائ َ ِة َم ْف‬


‫ص ٍل‬ َ ‫ان ِم ْن بَنِى آدَ َم‬
ٍ ‫س‬َ ‫إِنَّهُ ُخ ِلقَ ُك ُّل إِ ْن‬
“Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam keadaan memiliki 360
persendian” (HR. Muslim no. 1007).

Hadits ini menjadi bukti selalu benarnya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun
sedekah dengan 360 persendian ini dapat digantikan dengan shalat Dhuha sebagaimana
disebutkan pula dalam hadits dari Buraidah, beliau mengatakan bahwa beliau pernah
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ‫ان ِستُّون‬ ِ ‫س‬ ِ ‫ يَقُو ُل « فِى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬


َ ‫اإل ْن‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ ‫أ َ ِبى بُ َر ْيدَة َ يَقُو ُل‬
‫يق‬ُ ‫ قَالُوا فَ َم ِن الَّذِى يُ ِط‬.» ً‫صدَقَة‬ َ ‫ص ٍل ِم ْن َها‬ ِ ‫ع ْن ُك ِِّل َم ْف‬ َ َ‫صدَّق‬َ َ ‫ص ٍل فَعَلَ ْي ِه أ َ ْن يَت‬ ِ ‫َوثَالَث ُ ِمائ َ ِة َم ْف‬
‫ق فَإ ِ ْن لَ ْم‬ َّ ‫ع ِن‬
ِ ‫الط ِري‬ َ ‫ش ْى ُء تُن ِ َِّحي ِه‬ َّ ‫عةُ ِفى ْال َمس ِْج ِد ت َ ْد ِفنُ َها أ َ ِو ال‬َ ‫َّللاِ قَا َل « النُّخَا‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ذَ ِل َك يَا َر‬
‫ع ْن َك‬ َ ‫ئ‬ُ ‫ض َحى تُجْ ِز‬ ُّ ‫ت َ ْقد ِْر فَ َر ْكعَتَا ال‬
“Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk
bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yang mampu bersedekah dengan
seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
mengatakan, “Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan gangguan dari jalanan.
Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan shalat Dhuha dua
raka’at.” (HR. Ahmad, 5: 354. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits
ini shahih ligoirohi)
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Hadits dari Abu Dzar adalah dalil yang
menunjukkan keutamaan yang sangat besar dari shalat Dhuha dan menunjukkannya
kedudukannya yang mulia. Dan shalat Dhuha bisa cukup dengan dua raka’at” (Syarh
Muslim, 5: 234).

Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Hadits Abu Dzar dan hadits
Buraidah menunjukkan keutamaan yang luar biasa dan kedudukan yang mulia dari Shalat
Dhuha. Hal ini pula yang menunjukkan semakin disyari’atkannya shalat tersebut. Dua
raka’at shalat Dhuha sudah mencukupi sedekah dengan 360 persendian. Jika memang
demikian, sudah sepantasnya shalat ini dapat dikerjakan rutin dan terus menerus” (Nailul
Author, 3: 77).

Kedua: Akan dicukupi urusan di akhir siang

Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

ِ ‫ار أ َ ْك ِف َك‬
ُ‫آخ َره‬ ِ ‫ت ِم ْن أ َ َّو ِل النَّ َه‬
ٍ ‫ع ْن أ َ ْربَعِ َر َكعَا‬
َ ‫ع َّز َو َج َّل يَا ابْنَ آدَ َم الَ ت َ ْع ِج ْز‬ َّ ‫قَا َل‬
َ ُ‫َّللا‬
“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at
shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR.
Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451 . Syaikh Al
Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Penulis ‘Aunul Ma’bud –Al ‘Azhim Abadi- menyebutkan, “Hadits ini bisa mengandung
pengertian bahwa shalat Dhuha akan menyelematkan pelakunya dari berbagai hal yang
membahayakan. Bisa juga dimaksudkan bahwa shalat Dhuha dapat menjaga dirinya dari
terjerumus dalam dosa atau ia pun akan dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Atau
maknanya bisa lebih luas dari itu.” (‘Aunul Ma’bud, 4: 118)

At Thibiy berkata, “Yaitu engkau akan diberi kecukupan dalam kesibukan dan urusanmu,
serta akan dihilangkan dari hal-hal yang tidak disukai setelah engkau shalat hingga akhir
siang. Yang dimaksud, selesaikanlah urusanmu dengan beribadah pada Allah di awal siang
(di waktu Dhuha), maka Allah akan mudahkan urusanmu di akhir siang.” (Tuhfatul Ahwadzi,
2: 478).
Ketiga: Mendapat pahala haji dan umrah yang sempurna

Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ْ ‫صلَّى َر ْكعَتَي ِْن َكان‬


‫َت‬ َ ‫س ث ُ َّم‬
ُ ‫ش ْم‬ ْ َ ‫َّللاَ َحتَّى ت‬
َّ ‫طلُ َع ال‬ َ ‫صلَّى ْالغَدَاة َ فِى َج َما‬
َّ ‫ع ٍة ث ُ َّم قَعَدَ يَ ْذ ُك ُر‬ َ ‫« َم ْن‬
‫ « تَا َّم ٍة تَا َّم ٍة تَا َّم ٍة‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ قَا َل قَا َل َر‬.» ٍ‫ع ْم َرة‬ ُ ‫لَهُ َكأَجْ ِر َح َّج ٍة َو‬
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil
berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at,
maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang
sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi no. 586. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini hasan)

Al Mubaarakfuri rahimahullah dalam Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jaami’ At Tirmidzi (3: 158)
menjelaskan, “Yang dimaksud ‘kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at’ yaitu setelah
matahari terbit. Ath Thibiy berkata, “Yaitu kemudian ia melaksanakan shalat setelah
matahari meninggi setinggi tombak, sehingga keluarlah waktu terlarang untuk shalat.
Shalat ini disebut pula shalat Isyroq. Shalat tersebut adalah waktu shalat di awal waktu.”

Keempat: Termasuk shalat awwabin (orang yang kembali taat)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫ وهي صالة األوابين‬،‫ال يحافظ على صالة الضحى إال أواب‬

“Tidaklah menjaga shalat sunnah Dhuha melainkan awwab (orang yang kembali taat).
Inilah shalat awwabin.” (HR. Ibnu Khuzaimah, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahih At Targhib wa At Tarhib 1: 164). Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Awwab
adalah muthii’ (orang yang taat). Ada pula ulama yang mengatakan bahwa maknanya
adalah orang yang kembali taat” (Syarh Shahih Muslim, 6: 30).

Semoga Allah memberikan kita hidayah dan taufik untuk merutinkan shalat yang mulia
ini. Wallahu waliyyut taufiq.

@ Sakan 27 Jami’ah Malik Su’ud, Riyadh, KSA, 18 Dzulqo’dah 1433 H

www.rumaysho.com
Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/2845-keutamaan-shalat-dhuha.html

Shalat dhuha termasuk salah satu dari shalat sunah yang dianjurkan. Terdapat banyak dalil, baik dari Al-
Qur’an maupun hadits yang menegaskan keutamaan shalat dhuha. Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul
Mu’in menjelaskan sebagai berikut.

‫ روي‬.‫ويسن الضحى لقوله تعالى "يسبحن بالعشي واإلشراق" قال ابن عباس صالة اإلشراق صالة الضحى‬
‫ وركعتي‬،‫ صيام ثالثة أيام من كل شهر‬:‫ أوصاني خليلي بثالث‬: ‫الشيخان عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال‬
‫ وأن أوتر قبل أن أنام‬،‫الضحى‬
Artinya, “Shalat dhuha disunahkan berdasarkan firman Allah SWT, ‘Bertasbih bersama dia di waktu petang
dan pagi.’ Ibnu Abbas menafsirkan shalat isyraq adalah shalat dhuha. Bukhari-Muslim juga meriwayatkan
hadits dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ‘Rasulullah pernah berwasiat tiga hal kepadaku: puasa tiga
hari dalam setiap bulan, shalat dhuha dua raka’at, dan witir sebelum tidur.’”

Wasiat Nabi tersebut tidak hanya khusus bagi Abu Hurairah, tetapi berlaku untuk seluruh umat Nabi
Muhammad SAW karena di dalam hadits lain disebutkan shalat dhuha memiliki banyak keutamaan dan
hikmah. Di antara hikmah shalat dhuha ialah sebagai berikut.

Ampunan Dosa
Dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dijelaskan bahwa orang yang membiasakan shalat dhuha
dosanya akan diampuni oleh Allah SWT, meskipun dosa tersebut sebanyak buih di lautan. Rasulullah bersabda
sebagai berikut.

‫من حافظ على شفعة الضحى غفرت له ذنوبه وإن كانت مثل زبد البحر‬
Artinya, “Siapa yang membiasakan (menjaga) shalat dhuha, dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih
di lautan.” (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Tidak Dianggap Orang Lalai


Setiap orang tentu tidak ingin dianggap sebagai orang lengah ataupun lalai dalam hal mencari rahmat Tuhan.
Salah satu cara agar terhindar dari sifat lalai adalah mengerjakan shalat dhuha. Rasulullah bersabda sebagai
berikut.

‫من صلى الضحى ركعتين لم يكتب من الغافلين‬


Artinya, “Orang yang mengerjakan shalat dhuha tidak termasuk orang lalai,” (HR Al-Baihaqi dan An-Nasa’i).

Dhuha sebagai Sedekah


Rasulullah bersabda sebagai berikut.

‫ ويجزئ عن ذلك‬،‫ ونهي عن المنكر صدقة‬،‫ وأمر بالمعروف صدقة‬،‫يصبح على كل سالمي من أحدكم صدقة‬
‫ركعتان يركعهما من الضحي‬
Artinya, “Setiap pagi, ruas anggota tubuh kalian harus dikeluarkan sedekahnya. Amar ma’ruf adalah sedekah,
nahi mungkar adalah sedekah, dan semua itu dapat diganti dengan shalat dhuha dua raka’at,” (HR Muslim).

Selain tiga hikmah di atas, masih banyak hikmah shalat dhuha yang disebutkan dalam hadits Nabi. Shalat
Dhuha biasanya dikerjakan ketika matahari sudah mulai naik seukuran tombak, atau kisaran jam 7 pagi,
sampai tergelincirnya matahari. Minimal raka’at shalat dhuha adalah dua raka’at dan lebih utama dikerjakan
sebanyak delapan raka’at. Wallahu a’lam. (Hengki Ferdiansyah)

Pengertian

Sholat dhuha adalah sholat sunnah yang bersifat muakkad, artinya adalah sholat yang
bersifat kuat dengan di dasari dalil yang jelas. Hal ini dikarenakan sepanjang hidup
Rasulullah dan para sahabat, sholat dhuha menjadi salah satu amal yang sering beliau
kerjakan.

Beberapa ulama terdahulu dan pada era saat ini, banyak yang menjadikan sholat
dhuha sebagai bagian dari amalan sehari-hari yang tidak boleh ditinggalkan. Misalnya
seperti K.H. Muhammad Arifin Ilham yang menganjurkan jamaahnya untuk
melaksanakan 7 amalan harian sunnah Nabi, dimana diantaranya terdapat sholat
dhuha.

Dari beberapa penjelasan ulama, diketahui jika sholat dhuha sangat berkaitan erat
dengan rezeki. Hal ini didasari dari sebuah hadist yang berbunyi,

“Barang siapa yang melaksanakan shalat dhuha 2 rakaat, maka akan ditulis sebagai
orang- orang yang tidak lalai dalam mengingat Allah. Barang siapa yang
melaksanakan 4 rakaat, akan ditulis sebagai orang- orang yang suka beribadah.
Barang siapa yang melaksanakan 6 rakaat, maka akan dicukupkan ia pada hari
tersebut. Barang siapa yang melaksanakan 8 rakaat, akan ditulis sebagai orang- orang
yang selalu berbuat taat. Dan barang siapa yang melaksanakan 12 rakaat, maka Allah
akan membina baginya mahligai di dalam Surga”. (HR At Thabrani)

Meski perlu diluruskan juga jika sholat dhuha bukanlah sholat untuk rezeki. Niat
untuk melaksanakan sholat dhuha adalah untuk mendekatkan diri kepada Rabb, ada
pun mendapatkan kemudahan rezeki maka itu menjadi bagian dari ikhtiar yang kita
kerjakan dan do’a yang kita panjatkan.

Hal ini harus kita pahami sebaik mungkin, sama halnya dengan sedekah yang
menyebutkan jika balasan sedekah itu adalah balasan dari Allah dengan nominal
berkali-kali lipat. Akan tetapi, bukan itu sejatinya yang kita harapkan. Yang mesti kita
niatkan adalah sedekah untuk mendekatkan diri kepada Allah, mengikuti perintah
syariat agar termasuk dalam golongan orang bertakwa, sedangkan balasan materi yang
berkali-kali lipat tersebut menjadi “bonus” yang telah dijanjikan saja.

Begitupun dengan sholat dhuha, melaksanakan sholat adalah sebagai bentuk ketaatan
kita atas syariat dan sunnah Nabi, sementara rezeki adalah hal yang telah diijanjikan.
Maka melaksanakan sholat dhuha adalah ikhtiar kita untuk menjemput keridhoan
Allah atas rezeki yang akan kita dapatkan pada hari itu. Oleh karena itu, ketika banyak
atau sedikitnya rezeki yang kita peroleh setelah melaksanakan sholat dhuha tidak
menjadi tolak ukur kualitas sholat dhuha yang kita lakukan.

Dalam melaksanakan sholat dhuha ada aturan-aturan yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah SAW. Beberapa aturan tersebut telah menjadi karakteristik khas shalat
dhuha yang membedakannya dengan shalat sunnah lain.

Beberapa aturan tersebut diantaranya adalah,

Waktu
Karakteristik khas yang dimiliki sholat dhuha adalah adanya batasan waktu.
Sebagaimana namanya yang diambil dari batasan waktu sejak matahari beranjak naik,
hingga hampir mencapai puncaknya.

Batasan waktu dari sholat dhuha tersebut telah digambarkan dalam sebuah hadist,

Zaid bin Arqam melihat orang-orang melaksanakan shalat Dhuha (di awal pagi). Ia
pun berkata, “Tidakkah mereka mengetahui bahwa shalat di selain waktu ini lebih
utama. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Shalat
orang-orang awwabin (orang yang taat; kembali pada Allah) adalah ketika anak unta
mulai kepanasan’” (HR. Muslim)

Jika kita terapkan dalam sistem waktu di Indonesia, maka diperoleh waktu permulaan
dilaksanakannya sholat dhuha adalah sekitar pukul 08.00 dan berakhir pada pukul
11.30.

Jumlah Rakaat
Jumlah rakaat paling sedikit dalam pelaksanaan sholat dhuha adalah 2 rakaat,
sementara paling banyak adalah 12 rakaat, bahkan sampai tak terbatas. Dimana dalam
setiap rakaat tersebut, dibagi dengan salam setiap dua rakaat atau sekaligus 4 rakaat
tanpa duduk tahiyat awal.

Hal ini sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, Mu’adzah yang
bertanya kepada Aisyah radhiallahu ’anha, “Apakah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
shalat dhuha?” Jawab Aisyah, “Ya, empat rakaat dan beliau tambahi seseuai kehendak
Allah.” (HR. Muslim)

Tata Cara Sholat Dhuha


Pada dasarnya tidak ada yang membedakan antara sholat dhuha dengan sholat pada
umumnya. Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam melaksanakan sholat dhuha
diantaranya,

Niat
Kaidah fikih secara umum menyebutkan jika hukum niat adalah wajib bagi setiap
amal yang hendak kita lakukan. Begitupun dalam melaksanakan sholat dhuha, niat
menjadi hal yang harus dilakukan manakala hendak melaksanakan sholat dhuha.

Niat bertempat dihati, dengan demikian sebuah kesadaran akan melakukan sholat
dhuha pun sebenarnya sudah mencukupi terbentuknya sebuah niat. Akan tetapi
sebagai bentuk penguatan terhadap niat, maka di anjurkan untuk melafalkannya.

Pelafalan niat yang di ajarkan oleh para ulama adalah,

Usholli sunnatan Dhuha Rak’ataini Lillahi Ta’ala


Aku Shalat Sunah Dhuha Dua Raka’at, Karena Allah Ta’ala.
Berjamaah atau Tidak ?
Pelaksanaan sholat dhuha pada dasarnya dilakukan dengan sendiri, akan tetapi
beberapa ulama memperbolehkan jika hendak dilakukan secara berjamaah.

Secara umum, tentang sholat sunnah yang dilaksanakan secara bersama-sama atau
berjamaah bisa dilihat di fikihkontemporer.com. Sedangkan pada shalat dhuha,
diperbolehkan dilaksanakan secara berjamaah karena di ambil dari Dalam kitab Fathul
Bari (Syarah Shahih Bukhari) karya Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, dinukilkan hadis
‘Itban bin Malik RA tersebut, bahwa Rasulullah SAW telah melakukan sholat Dhuha
(subhata adh-dhuha) di rumahnya [rumah ‘Itban bin Malik], lalu orang-orang berdiri
di belakang beliau dan mereka pun sholat dengan sholat beliau.

Meski demikian, pelaksanaan shalat sunnah secara umum dan termasuk dhuha
didalamnya, diperbolehkan berjamaah dalam niatan memberikan contoh dan
pelajaran. Sementara itu, shalat berjamaah yang dilakukan pun tidak akan mendapat
pahala berjamaah selayaknya sholat fardhu. Sehingga tetap diutamakan untuk
melaksanakan sholat secara sendiri-sendiri saja.

Do’a Sholat Dhuha


Secara khusus Rasulullah tidak mencontohkan do’a yang khusus dibaca ketika selesai
melaksanakan sholat dhuha. Hanya saja beberapa ulama telah merumuskan dan
menganjurkan membaca do’a ketika selesai melaksanakan sholat dhuha.
Berikut salah satu do’a yang seringkali kita sudah membaca selepas sholat dhuha.

َ‫ص َمة‬ ْ ‫ َو ْال ِع‬، َ‫ َو ْالقُد َْرة َ قُد َْرتُك‬، َ‫ َو ْالقُ َّوة َ قُ َّوتُك‬، َ‫ َو ْال َج َما َل َج َمالُك‬، َ‫ َو ْالبَ َها َء بَ َها ُءك‬، َ‫ض َحا ُءك‬ ُ ‫ض َحآ َء‬ ُّ ‫اَلل ُه َّم ا َِّن ال‬
‫س ْرهُ َوا ِْن‬ِّ ِ َ‫س ًرا فَي‬ َ
َّ َ‫ض فَأ ْخ ِرجْ هُ َوا ِْن َكانَ ُمع‬ ْ َ
ِ ‫آء فَأ ْن ِزلهُ َوا ِْن َكانَ فِى اْالَ ْر‬ ِ ‫س َم‬َّ ‫ اَلل ُه َّم ا ِْن َكانَ ِر ْزقَى فِى ال‬. َ‫ص َمتُك‬ ْ ‫ِع‬
َ‫اءكَ َو َج َمالِكَ َوقُ َّوتِكَ َوقُد َْرتِكَ آتِنِ ْى َمآاَتَيْتَ ِعبَادَك‬ ِ ‫اءكَ َوبَ َه‬ ِ ‫ض َح‬
ُ ‫ق‬ َ َ‫َكانَ َح َرا ًما ف‬
ِ ِّ ‫ط ِ ِّه ْرهُ َوا ِْن َكانَ بَ ِع ْيدًا فَقَ ِ ِّر ْبهُ بِ َح‬
َ‫صا ِل ِحيْن‬
َّ ‫ال‬

ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-


UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA,
WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA
INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-
AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA
HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU,
BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA
WA QUDRATIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBADIKASH SHALIHIN.

Artinya:

“Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah
keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu,
penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit
maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar
mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran
dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau
datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.

Keutamaan Sholat Dzuha

Keutamaan yang dimiliki oleh sholat dhuha ini begitu luar biasa, hal ini tercermin dari
banyaknya hadist yang menggambarkan bagaimana balasan Allah terhadap orang
muslim yang senantiasa melaksanakan sholat dhuha.

Pertama, Menebus Kewajiban Sedekah untuk Setiap


Persendian
Dalam diri manusia terdapat 360 ruas tulang, wajib bagi semua orang untuk
mensedekahi setiap ruas tulangnya.” Para sahabat bertanya: “Siapakah yang mampu
melakukan hal itu, wahai Nabi Allah?” Beliau bersabda: “Menutupi ludah di masjid
dengan tanah, menyingkirkan sesuatu dari jalan (bernilai sedekah). Jika kamu tidak
bisa mendapatkan amalan tersebut maka dua rakaat Dhuha menggantikan
(kewajiban)mu.” (HR. Abu Daud)
Kedua, Digambarkan Sebagai Orang yang Mendapat
Rampasan Perang
“Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mengutus sekelompok utusan perang,
kemudian utusan ini membawa banyak harta rampasan perang dan pulangnya cepat.
Kemudian ada seorang berkata: “Wahai Rasulallah, kami tidak pernah melihat
kelompok yang lebih cepat pulang dan lebih banyak membawa ghanimah melebihi
utusan ini.” Kemudian Beliau menjawab: “Maukah aku kabarkan keadaan yang lebih
cepat pulang membawa kemenangan dan lebih banyak membawa rampasan perang?
Yaitu seseorang berwudlu di rumahnya dan menyempurnakan wudlunya kemudian
pergi ke masjid dan melaksanakan shalat subuh kemudian (tetap di masjid) dan
diakhiri dengan shalat Dhuha. Maka orang ini lebih cepat kembali pulang membawa
kemenangan dan lebih banyak rampasan perangnya.”(HR. Abu Ya’la)

Ketiga, Termasuk Kedalam Golongan Awwabin


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam
bersabda: “Tidak ada yang menjaga shalat Dhuha kecuali para Awwabin” beliau
mengatakan: “Shalat Dhuha adalah shalatnya para Awwabin”(HR. Ibn Khuzaimah)

Adapun orang awwabin adalah orang-orang yang taat kepada Allah atau orang-orang
yang kembali taat.

Keempat, Dicukupi Kebutuhan Hidupnya Selama


Siang
Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah
engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu
akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad)

Kelima, Mendapat Pahala Haji dan Umroh


Sempurna
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa
yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir
pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at,
maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala
yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi)
Demikian penjelasan seputar holat dhuha dan berbagai hikmah serta pemahamannya.
Semoga bisa menjadi sebuah motivasi tambahan bagi kita sehingga senantiasa
bersemangat dalam beribadah kepada Allah SWT.

Keenam, Mendapatkan Jaminan Balasan Pahala


yang Setimpal
“Barang siapa yang melaksanakan shalat dhuha 2 rakaat, maka akan ditulis sebagai
orang- orang yang tidak lalai dalam mengingat Allah. Barang siapa yang
melaksanakan 4 rakaat, akan ditulis sebagai orang- orang yang suka beribadah.
Barang siapa yang melaksanakan 6 rakaat, maka akan dicukupkan ia pada hari
tersebut. Barang siapa yang melaksanakan 8 rakaat, akan ditulis sebagai orang- orang
yang selalu berbuat taat. Dan barang siapa yang melaksanakan 12 rakaat, maka Allah
akan membina baginya mahligai di dalam Surga”. (HR At Thabrani)

Salat Duha
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jump to navigationJump to search

Salat Duha (Arab: ‫ )صالة الضحى‬adalah salat sunah yang dilakukan seorang muslim ketika
waktu duha. Waktu duha adalah waktu ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak
terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu zuhur. Jumlah rakaat salat duha minimal 2 rakaat
dan maksimal 12 rakaat.[1] Dan dilakukan dalam satuan 2 rakaat sekali salam.

Daftar isi

 1Manfaat
 2Hadis terkait
 3Doa salat dhuha
 4Surah-surah yang paling baik dibaca
 5Referensi
 6Pranala luar

Manfaat[sunting | sunting sumber]


Manfaat atau faedah salat duha yang dapat diperoleh dan dirasakan oleh orang yang melaksanakan
salat duha adalah dapat melapangkan dada dalam segala hal terutama dalam hal rizki, sebab
banyak orang yang terlibat dalam hal ini.[2]
Dr. Ebrahim Kazim, seorang dokter, peneliti, serta direktur dari Trinidad Islamic Academy-
menyatakan bahwa gerakan teratur dari shalat menguatkan otot berserta tendonnya, sendi serta
berefek luar biasa terhadap sistem kardiovaskular.[2]
Terlebih lagi shalat dhuha tidak hanya berguna untuk mempersiapkan diri menghadapi hari dengan
rangkaian gerakan teraturnya, tetapi juga menangkal stress yang mungkin timbul dalam kegiatan
sehari-hari, sesuai dengan keterangan dr. Ebrahim Kazim tentang shalat, "Ada ketegangan yang
lenyap karena tubuh secara fisiologis mengelurakan zat-zat seperti enkefalin dan endorfin. Zat ini
sejenis morfin, termasuk opiat. Efek keduanya juga tidak berbeda dengan opiate lainnya. Bedanya,
zat ini alami, diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga lebih bermanfaat dan terkontrol."[2]

Hadis terkait[sunting | sunting sumber]


Hadis rasulullah terkait salat duha antara lain :

 "Barang siapa salat Duha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana disurga." (H.R.
Tirmiji dan Abu Majah)
 "Siapapun yang melaksanakan salat duha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah,
sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan." (H.R Tirmidzi)
 Dari Ummu Hani bahwa rasulullah salat dhuha 8 rakaat dan bersalam tiap dua rakaat. (HR
Abu Daud)
 Dari Zaid bin Arqam berkata, "Nabi keluar ke penduduk Quba dan mereka sedang salat
dhuha." Ia bersabda, "Salat awwabin (duha‘) berakhir hingga panas menyengat (tengah hari)."
(HR Ahmad Muslim dan Tirmidzi)
 Rasulullah bersabda di dalam hadits Qudsi, Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam, jangan
sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat salat duha, karena dengan salat tersebut,
Aku cukupkan kebutuhanmu pada sore harinya.” (HR Hakim & Thabrani)
 "Barangsiapa yang masih berdiam diri di masjid atau tempat salatnya setelah salat shubuh
karena melakukan iktikaf, berzikir, dan melakukan dua rakaat salat dhuha disertai tidak berkata
sesuatu kecuali kebaikan, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun banyaknya melebihi
buih di lautan." (HR Abu Daud)
 Dari Abi Zar dari nabi , dia bersabda, Setiap pagi ada kewajiban untuk bersedekah untuk
tiap-tiap persendian (ruas). Tiap-tiap tasbih adalah sedekah, riap-tiap tahlil adalah sedekah,
tiap-tiap takbir adalah sedekah, dan menganjurkan kebaikan serta mencegah kemungkaran itu
sedekah. Cukuplah menggantikan semua itu dengan dua raka'at salat dhuha.” (HR Muslim)

Doa salat dhuha[sunting | sunting sumber]


Pada dasarnya doa setelah salat duha dapat menggunakan doa apapun. Bahkan pernah tercatat
nabi beristighfar seusai shalat duha dan dilanjutkan dengan doa lain.[3] Doa yang biasa dilakukan
selepas salat duha adalah:
َّ ‫ اَلل ُه َّم ا ِْن َكانَ ِر ْزقَى فِى ال‬. َ‫ص َمتُك‬
ِ‫س َمآء‬ ْ ‫ص َمةَ ِع‬ ْ ‫ َو ْال ِع‬، َ‫ َو ْالقُد َْرة َ ق ُد َْرتُك‬، َ‫ َو ْالقُ َّوة َ قُ َّوتُك‬، َ‫ َو ْال َج َما َل َج َمالُك‬، َ‫ َو ْالبَ َها َء بَ َها ُءك‬، َ‫ض َحا ُءك‬ ُّ ‫اَلل ُه َّم ا َِّن ال‬
ُ ‫ض َحآ َء‬
َ‫ض َحاءِ كَ َوبَ َهاءِ كَ َو َج َمالِك‬
ُ ‫ق‬ َ َ‫ض فَأ َ ْخ ِرجْ هُ َوا ِْن َكانَ ُمعَس ًَّرا فَيَ ِس ِّْرهُ َوا ِْن َكانَ َح َرا ًما ف‬
ِ ِّ ‫ط ِ ِّه ْرهُ َوا ِْن َكانَ بَ ِع ْيدًا فَقَ ِ ِّر ْبهُ بِ َح‬ ِ ‫فَأ َ ْن ِز ْلهُ َواِ ْن َكانَ فِى اْالَ ْر‬
َ‫صالِحِ يْن‬ َّ ‫َوقُ َّوتِكَ َوقُد َْرتِكَ آتِن ِْى َمآاَتَيْتَ ِعبَادَكَ ال‬
Dalam tulisan latin: "Allahumma innad dhuha-a dhuha-uka, wal baha-a baha-uka, wal jamala
jamaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota qudrotuka, wal 'ismata 'ismatuka.Allahumma in
kana rizqi fis sama-i fa-anzilhu, wa in kana fil ardhi fa akhrijhu, wa in kana mu’assaron fa yassirhu,
wa in kana haroman fathohhirhu, wa in kana ba’idan faqorribhu, bihaqqi dhuha-ika, wa baha-ika, wa
jamalika, wa quwwatika, wa qudrotika, aatini ma atayta 'ibadakas sholihin".
Artinya: "Ya Allah, bahwasannya waktu dhuha itu adalah waktu dhuha-Mu, dan keagungan itu
adalah keagungan-Mu, dan keindahan itu adalah keindahan-Mu, dan kekuatan itu adalah kekuatan-
Mu, dan perlindungan itu adalah perlindungan-Mu. Ya Allah, jika rizkiku masih di atas langit, maka
turunkanlah, jika masih di dalam bumi, maka keluarkanlah, jika masih sukar, maka mudahkanlah,
jika (ternyata) haram, maka sucikanlah, jika masih jauh, maka dekatkanlah, Berkat waktu dhuha,
keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah
Engkau limpahkan kepada hamba-hambaMU yang sholeh".

 Dalam Fatwa Mufti Markaz Al Fatawa – Asy Syabkah Al Islamiyah, Dr ‘Abdullah Al Faqih, Fatwa
no. 53488, 1 Sya’ban 1425, diterangkan:
do’a Dhuha seperti ini (“Allahumma innadhuha dhuha-uka, wal bahaa baha-uka, wal jamala
jamaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota qudrotuka, wal ‘ismata ‘ismatuka ...dst) tidak
ditemukan dalam berbagai kitab yang menyandarkan doa ini sebagai hadits Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Do'a seperti itu ditulis oleh Asy Syarwani dalam Syarh Al Minhaj dan Ad
Dimyathi dalam I’anatuth Tholibiin, namun doa ini tidak dikatakan sebagai hadis.

Surah-surah yang paling baik dibaca[sunting | sunting sumber]


Surah-surah yang paling baik dibaca ketika salat duha adalah:

 Surah Al-Waqi’ah
 Surah Asy-Syams
 Surah Ad-Duha
 Surah Al-Kafirun
 Surah Quraisy
 Surah Al-Ikhlas
Surah yang paling disunahkan ketika salat dhuha yaitu:[4]

 Rakaat pertama disunahkan membaca Surah Asy-Syams[5]


 Rakaat kedua disunahkan membaca Surah Ad-Duha
Untuk rakaat berikutnya:[6]

 Setiap rakaat pertama disunahkan membaca Surah Al-Kafirun


 Setiap rakaat kedua disunahkan membaca Surah Al-Ikhlas

Referensi[sunting | sunting sumber]


1. ^ Azzet 2010, hlm. 111.
2. ^ a b c Manfaat Salat Duha Secara Medis
3. ^ Ghazali, hlm. 106.
4. ^ Ghazali 2008, hlm. 98-101.
5. ^ Rifai 2010, hlm. 85.
6. ^ Ghazali 2008, hlm. 101-103.
Daftar pustaka

 Azzet, Akhmad Muhaimin (2010). 7 Cara Agar Rezeki Semakin Bertambah dan Barakah (dalam bahasa
Indonesia). Yogyakarta: Diva Press. ISBN 978-602-955-504-2.
 Ghazali, Imam (2008). Bertambah Kaya Lewat Shalat Dhuha (dalam bahasa Indonesia). Mitra
Press. ISBN 978-979-17230-1-5.
 Rifai, Moh. (2010). Risalah Tuntunan Shalat Lengkap (dalam bahasa Indonesia). Semarang: PT Karya
Toha Putra.

Anda mungkin juga menyukai